Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM

PENANGAS AIR DAN SHAKER

OLEH:

NAMA: Endi Nursapikka

NIM : F1071131013

KELOMPOK: V (Lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014
PRAKTIKUM 14

PENANGAS AIR DAN SHAKER

A. Pendahuluan
Bekerja di laboratorium sangat erat hubungannya dengan larutan. baik larutan itu
sebagai bahan utama atau pelengkap. Larutan merupakan suatu cairan yang terdiri dari
dua atau lebih bahan yang memiliki fase yang sama sehingga bisa homogen. Homogen
maksudnya partikel dari terlarut dan pelarut sulit untuk dibedakan karena telah
bercampur.
Agar mempercepat dan mempermudah suatu proses pembuatan larutan, maka dapat
digunakan teknik tertentu, misalnya penangas air dan shaker. Kedua alat ini mempunyai
prinsip kerja yang berbeda yaitu menggunakan suhu dan pengadukan oleh mesin.
Penggunaan kedua alat ini tidak boleh sembarangan karena merupakan alat yang sensitif
dan harus digunakan sesuai prosedur.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui fungsi dan cara
penggunaan penangas air dan shaker dengan menggunakan larutan gula.
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih
sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua
zat-zat komplek yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua atau
lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa
yang sama. Unsur dan senyawa dianggap zat murni karena komposisiya dapat berubah-
ubah (Brady, 1999).
Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen
dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa,yaitu
mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian yang lain
didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan
alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fase atau
lebih, contohnya air susu dan air kopi. Kebanyakan larutan mempunyai salah satu
komponen yang lebih besar jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut
(solvent) dan yang lain adalah zat terlarut (solute) (Syukri, 1999).
Waterbath adalah suatu alat yang memanfaatkan heater sebagai komponen utamanya
dan termostat sebagai komponen utama kontrol sistemnya. Mirip dengan Heating Block,
Water Baths juga digunakan untuk keperluan inkubasi dan lain-lain, atau bahkan bisa
menggantikan heating block. Bedanya hanya ada media berupa air untuk pemanasan.
Suatu alat yang berfungsi untuk memanaskan air yang berguna untuk menjaga kestabilan
suhu dari cairan yang ada dalam tabung reaksi alat ini tidak di lengkapi dengan Fuse
sehingga kurang aman.
Prinsip dari waterbath adalah pada saat saklar digeser pada posisi on, maka arus listrik
dari sumber akan memberi suplly listrik pada heater. Heater yang diberi arus listrik akan
memberikan panas pada alat, suhu semakin tinggi. Sensor thermostat yang ditempatkan di
daerah pemanasan pada waterbath akan ikut menjadi panas dan memuaikan cairan dalam
sensor tersebut. Pada derajat suhu tertentu, dimana pemuaian dari cairan sensor cukup
tinggi, maka bertambahnya volume cairan sensor ini akan memberikan tekanan pada
kontaktor thermostat sehingga kontaktor terbuka. Dengan tebukanya kontaktor thermostat
, heater tidak mendapatkan suplly arus. Suhu berangsur-angsur turun, tekanan pada
sensor thermostat kembali turun sehingga kontaktor kembali tertutup. Terjadi pemanasan
kembali. Waterbath merupakan alat pemanas yang menggunakan heater kering. Heater
ini dikontrol menggunakan sebuah thermostat (Azam, 2012).
Shaker adalah alat yang digunakan untuk mengaduk atau mencampur suatu larutan
dengan larutan yang lain sehingga bersifat homogen dengan gerakan satu arah. Alat ini
biasanya digunakan di laboratorium. Alat ini sangat penting mengingat didalam
laboratorium sering kali di gunakan untuk praktikum yang banyak melakukan kegiatan
pencampuran larutan. Pencampuran larutan jika dilakukan secara manual akan kurang
efisien dalam waktu maupun tenaga. Disamping itu ada beberapa larutan yang berbahaya
untuk disentuh. Maka dari itu alat ini menambah safety dari pengguna di laboratorium.
Disamping itu terdapat alat yang hampir sama penggunaannya yaitu stirrer. Jika shaker
mencampur larutan dengan gerakan naik turun sedangkan stirrer mencampur larutan
dengan gerakan memutar.
Prinsip kerja shaker adalah motor berputar untuk menggerakkan tuas, dan tuas tersebut
dihubungkan dengan poros yang terhubung dengan sebuah plat. Ketika motor berputar,
secara otomatis mekanik shaker bisa langsung menggerakkan plat tersebut dengan
gerakan jungkat-jungkit (Royan, 2011).
Pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak antara bahan dengan pelarut dan
mendapatkan derajat homogenitas yang tinggi. Semakin cepat putaran pengaduk maka
semakin besar perpindahan panas yang terjadi pada waktu tertentu dan semakin besar
kontak bahan dengan pelarut maka hasil yang diperoleh akan semakin meningkat. Ada
empat faktor yang berpengaruh pada suatu proses ekstraksi yakni, ukuran partikel,
pelarut, suhu, dan pengadukan. ukuran partikel berpengaruh terhadap luas permukaan
yang menentukan kontak bahan dan pelarut, pelarut berpengaruh terhadap kesesuaian
komponen yang akan diekstrak, suhu, dan pengadukan berpengaruh terhadap kelarutan
komponen (Dewi dkk, 2010).
Adapun permasalahan yang harus terselesaikan dalam praktikum kli ini yaitu:
1. Apa fungsi dari penangas air dan shaker?
2. Bagaimanakah cara penggunaan dari penangas air dan shaker?
3. Bagaimana hasil kondisi larutan setelah diberikan tiga perlakuan pada larutan
tersebut?
4. Dari tiga perlakuan tersebut, manakah perlakuan yang membuat larutan lebih cepat
homogen?
5. Faktor apa yang mempengaruhi larutan menjadi cepat homogen?

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan
penangas air (waterbath) dan shaker, membandingkan kecepatan larut pada larutan gula
terhadap penggunaan penangas air, shaker, dan suhu ruangan. Serta untuk mengetahui
pengaruh suhu dan pengadukan terhadap kecepatan homogen suatu larutan.

B. Metodelogi
Praktikum teknik laboratorium yang berjudul penangas air dan shaker dilaksanakan
pada hari Rabu, 21 Mei 2014. Pada pukul 12.30-14.00 WIB. Praktikum dilaksanakan
didalam laboratorium pemdidikan bologi FKIP UNTAN.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu gelas beaker, Erlenmeyer, penangas
air (waterbath), shaker, gelas ukur, stopwatch, kaca arloji, dan neraca ohauss. Sementara
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air 20 ml dan 15 gram gula pasir.

Adapun cara kerja yang praktikan lakukan Pertama air bersih dimasukkan ke dalam
bak penangas air (dilihat tanda batas air), temperatur penangas air diset pada 70oC (dicek
dengan menggunakan termometer untuk kalibrasinya). Kedua, dimasukkan 2 gelas labu
ukur yang telah diisi dengan gula dan air. Ketiga, dicatat perubahan setiap 2 menit sampai
mendapatkan larutan yang homogen. Untuk percobaan pada shaker pertama, 2 gelas labu
ukur yang telah diisi dengan gula dan air diletakkan pada permukaan shaker. Kedua,
diatur kecepatan gerakan shaker. Ketiga, dicatat perubahan setiap 2 menit sampai
mendapatkan larutan yang homogen. Untuk percobaan pada suhu ruang pertama, diamati
perubahan air dan gula yang ada pada dua gelas labu ukur lainnya pada suhu ruang.
C. Hasil dan Pembahasan

Tabel Pengamatan Waktu Homogen pada Shaker dan Penangas Air

No Waktu Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2


( Menit) Shaker Penangas air

1 0 Air bewarna bening,gula Belum homogen


mengendap dibawah
erlenmeyer
2 2 Belum larut seluruhnya/larut Belum Homogen
sebagian
3 3,24 Larutan homogen Belum homogen
4 6 Belum Homogen
5 8 Belum Homogen
6 10 Homogen
Sebagian
7 11,07 Sudah homogen
berwarna
kekuningan

Tabel Pengamatan Waktu Homogen pada Suhu Ruangan

No Waktu Suhu Ruangan


(Menit)
1 0 Belum Homogen/larut
2 2 Belum Homogen/Larut
3 4 Ukuran gula mulai mengecil
4 6 Ukuran gula semakin mengecil
5 8 Gula mulai berkurang
6 10 Ukuran gula mulai mengecil dan berkurang
7 12 Gula semakin mengecil namun ada yang belum
larut
8 14 Terdapat lapisan Gula yang Larut,nukuran gula
semakin mulai berkurang
9 16 Ukuran gula semakin mengecil

10 18 Gula semakin kecil ukurannya


11 20 Gula tetap seperti menit ke 18
12 22 Gula berkurang sedikit
13 24 Gula semakin berkurang dan mulai larut
14 26 Sama seperti menit 24
15 28 Tetap
16 30 Gula larut sedikit
17 32 Ukuran gula semakin sedikit
18 34 Gula semakin larut
19 36 Lapisan gula yang larut semakin jelas
20 38 Gula semakin berukuran kecil dan berkurang
21 40 Gula tetap seperti menit ke 38
22 42 Air semakin bening akibat gula yang mulai larut
23 44 Gula semakin larut
24 46 Air masih bening dan masih ada endapan gula
25 48 Larutan bening, ada 2 lapisan larutan
26 50 Larutan bening, gula semakin larut
27 52 Larutan bening, tetap seperti menit ke 50
28 54 Larutan bening, masih ada endapan gula
29 56 Larutan bening, gula mulai semakin berkurang
30 58 Larutan bening, gula belum larut
31 60 Larutan bening, gula belum larut
32 62 Larutan bening, gula belum larut semua
33 64 Larutan bening, gula semakin sedikit
34 66 Larutan bening, gula semakin sedikit
35 68 Larutan bening dan homogen sempurna
Grafik

70

60

50

40 Suhu Ruang
Shaker
30
Penangas Air
20

10

0
Suhu Ruang Shaker Penangas Air

Penangas air merupakan alat yang berisi air yang bisa mempertahankan suhu air pada
kondisi tertentu yang dapat diatur (Muslim, 2011). Sedangkan shaker adalah alat yang
digunakan untuk mengaduk atau mencampur suatu larutan dengan larutan yang lain
sehingga bersifat homogeny dengan gerakan satu arah (Royan, 2011).

Gambar Penangas air Gambar Shaker

Praktikum kali ini berjudul penangas air dan shaker dengan tujuan untuk mengetahui
fungsi dan cara penggunaan penangas air dan shaker, membandingkan kecepatan larut
pada larutan gula terhadap penggunaan penangas air, shaker, dan suhu ruangan. Serta
untuk mengetahui pengaruh suhu dan pengadukan terhadap kecepatan homogen suatu
larutan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gula dan air yang diberi tiga
perlakuan yang berbeda agar dapat dibandingkan. Tiga perlakuan tersebut yaitu pelarutan
dengan menggunakan penangas air, shaker, dan suhu ruangan.
Pada perlakuan dengan menggunakan penangas air, larutan gula larut dalam waktu
11.07 menit dengan ditandai larutan sudah homogen berwara kekuningan. Gula dapat larut
dalam air menggunakan penangas air karena suhu tinggi yang dihasilkan oleh penangas air
menyebabkan peningkatan energy kinetic partikel yang mengakibatkan peningkatan
kecepatan gerak partikel dan saling menumbuk sehingga gula dapat larut dengan cepat. Hal
ini membuktikan bahwa suhu dapat mempengaruhi kecepatan larut suatu bahan.
Pada perlakuan dengan menggunakan shaker, waktu yang diperlukan gula untuk bisa
larut adalah 3.24 menit. Pelarutan gula terjadi karena prinsip kerja shaker yang
menggunakan goncangan yang menyebabkan partikel gula bertumbukan dengan partikel
air. Jika goncangan semakin cepat, maka tumbukan partikel juga semakin cepat dan
mengakibatkan gula larut dalam air semakin cepat. Hal ini membuktikan bahwa
goncangan/goyangan dapat mempercepat reaksi pelarutan suatu bahan.

Gambar Larutan pada Suhu Ruang

Pada perlakuan dengan membiarkan gula larut pada suhu ruangan memerlukan 68
menit untuk bisa homogen. Hal ini membuktikan bahwa suhu ruangan pun mampu
melarutkan suatu bahan. Jika semakin tinggi suhu suatu ruangan, maka semakin cepat
bahan tersebut homogen.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa suhu dan goyangan/pengadukan


dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi dalam proses pelarutan bahan. Jika suhu
dinaikkan, jarak antar molekul zat padat menjadi renggang. Hal ini menyebabkan ikatan
antar zat padat mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air, sehingga zat tersebut
mudah larut. Sedangkan dengan diaduk atau digoncang, tumbukan antar partikel gula
dengan pelarut akan semakin cepat, sehingga gula lebih mudah larut.
Pembentukan larutan gula mulai dari cepat ke lambat adalah terjadi pada shaker,
penangas air, dan suhu ruangan. Larutan gula lebih cepat terbentuk pada saat gula
dilarutkan dengan bantuan shaker karena adanya goncangan yang cepat yang
memungkinkan gula larut dengan cepat didalam air. Namun, karena daya listrik yang tidak
mampu mengoptimalkan kerja shaker sehingga pergerakan shaker lambat dan
mengakibatkan gula larut dengan lambat. Pada penggunaan penangas air (waterbath) juga
mengalami kendala yaitu sama seperti shaker karena ketidakmampuan daya listrik untuk
mengoptimalkan kerja waterbath sehingga waterbath sering mati dengan sendirinya dan
mengakibatkan suhu air di dalamnya menjadi menurun yang menghalangi kecepatan
pelarutan.

D. Penutup
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pelarutan suatu
bahan/zat dapat dilakukan dengan alat bantu yang memiliki prinsip khusus seperti
penangas air dan shaker. Penangas air bekerja dengan menggunakan pengaruh suhu dan
shaker bekerja dengan manggunakan pengaruh goncangan/goyangan. Kedua prinsip kerja
alat ini akan memudahkan praktikan dalam melakukan suatu kegiatan praktikum.
Dengan mengetahui penggunaan dari alat tersebut sehingga praktikan dapat
mengetahui bahwa suhu dan goncangan dapat mempercepat dan mempengaruhi suatu
pelarutan bahan. Bahkan suhu suatu ruangan pun mampu melarutkan suatu bahan. Jika
semakin cepat goncangan dan semakin tinggi suhu, maka larutan akan semakin cepat
homogen.
Praktikum yang dilaksanakan sudah baik karena menggunakan alat yang sesuai judul.
Namun, karena ada kendala daya listrik terhadap penggunaan alat, sehingga menyebabkan
hasil praktikum tidak sesuai dengan seharusnya. Alangkah baiknya jika suatu laboratorium
memiliki daya listrik yang cukup besar untuk penggunaan alat yang menggunakan listrik.
Atau jika akan menggunakan alat dengan daya yang tinggi, alat lain yang tidak terlalu
berpengaruh dengan listrik diputuskan sementara dengan listrik sehingga dapat
mengoptimalkan penggunaan alat yang akan dipakai.
Daftar Pustaka

Azam, Khoirul. 2012. Prinsip Kerja Waterbath. (online)


(http://khoirulazam89.blogspot.com/2012/05/waterbath-adalah-suatu-alat-yang.html.
Diakses tanggal 1 Juni 2014).

Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
Dewi, Kurnia Harlina dkk. 2010. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber
Daya Alam Indonesia: Vol 14, 2.
Muslim. 2011. Laju Reaksi. (online) (http://yuniphytagoras.blogspot.com. Diakses tanggal 10
Juni 2013).
Royan. 2011. Shaker. (online) (http://royanpmy.blogspot.com/2011/05/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none_9746.html. Diakses tanggal 1 Juni 2014).
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai