sallam membenci tidur sebelum Isya dan berbincang-bincang setelahnya. (HR. Bukhari)
Dalam kunjungannya ke Qodisiyyah, sahabat Salman Al-Farisi -radhiallahu anhu- mengatakan kepada
Thoriq bin Syihab bahwa setelah sholat Isya kaum muslimin terbagi menjadi 3 golongan :
Golongan pertama adalah mereka yang melalui malam-malamnya dengan ketaatan, seperti qiyamul
lail, membaca al-Quran, mudzakaroh atau memurojaah pelajaran dan melakukan aktifitas-aktifitas
lain yang bernilai ibadah. Maka malam itu, menjadi ladang amal baginya.
Sedangkan golongan yang kedua, adalah mereka yang mengisi malam-malamnya dengan
kemaksiatan.
Syeikh Abdurrazzak mengatakan yang maknanya: Seperti orang yang merasa dirinya tidak diawasi
Allah. Saat ia sendiri di dalam kamarnya, ia mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Bila telah yakin
bahwa tak seorangpun yang melihatnya, mulailah ia membuka situs-situs internet yang
menyuguhkan tontonan syahwat dll. Maka orang seperti ini, malam yang dia lalui merupakan
bencana dan petaka baginya. Wal iyaadzu billah.
Adapun golongan yang ketiga adalah mereka yang melalui malam-malamnya dengan tidur, tidak
beribadah, tidak pula bermaksiat, maka orang seperti ini tidak mendapatkan apa-apa.
Catatan:
Begadang setelah shalat isya merupakan perbuatan yang dibenci jika bukan untuk perkara yang
bermanfaat. Hikmahnya adalah;
Pertama: Agar seorang muslim tidur dalam keadaan suci.
Imam Abu Nashr -rahimahullah- meriwayatkan bahwa Sufyan bin Uyainah -rahimahullah- berkata:
Aku berbincang-bincang setelah isya yang akhir, maka akupun berkata : Tidak pantas bagiku tidur
dalam keadaan seperti ini, akupun berdiri lalu berwudlu, kemudian aku shalat dua rakaat dan
meminta ampun. Aku menceritakan ini semua tiidak untuk menyucikkan diriku, tetapi supaya
sebagian dari kalian mengamalkannya.
Al-qashim bin Ayyub -rahimahullah- berkata : Said bin Jubair melakukan shalat empat rakaat
setelah isya yang akhir. Kemudian aku mengajaknya bicara di dalam rumahnya. Namun dia tidak
menanggapi pembicaraanku
Abu Nasr -rahimahullah- juga mengatakan: Dari Khaitsamah bin Abu Ayyub berkata: Mereka
(salafussholeh) lebih menyukai bila seseorang itu tidur setelah melakukan Witir.
Dikisahkan bahwa dahulu sahabar Umar bin Al Khattab -radhiallahu anhu- sampai-sampai pernah
memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, Apakah kalian begadang di
awal malam, lalu terlelap tidur diakhir malam ?!
Sahabat..
Hari ini Sebagian kita melewati setiap kepingan malam dengan hal-hal yang sia-sia, entah dengan
main game, menyaksikan pertandingan bola, menyaksikan film-film yang tidak bermoral dan aktifitas
yang sia-sia.
Bahkan terkadang Sebagian kita tak lagi peduli dengan apa dia akan menutup malamnya. Dan yang
lebih mengherankan lagi, hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang awam, bahkan segelintir orang
yang katanya penuntut ilmu juga melakukan hal yang sama -wal iyaadzu billah-.
Padahal.. Saat mata terpejam dimalam hari, kita tak pernah tau apakah esok mata itu masih bisa
menatap dunia yang sama atau tidak.
Dengan nama Engkau, wahai Tuhanku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan namaMu pula aku
bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi,
apabila Engkau melepas-kannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-
hambaMu yang shalih.
Doa diatas setidaknya mengajari kita bahwa bila mata telah terpejam dalam lelapnya tidur, maka
tak ada jaminan kalau ia akan terbuka saat esok menjelang..