Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

MOLA HIDATIDOSA
Pengampu : Ririn Harini, M.kep

OLEH :

Mei Rendra F 201510300511018


Yunanda N A 201510300511019

DIPLOMA 3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat, karunia, taufiq, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterimakasih pada dosen pembimbing kami selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan tentang bagi pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi makalah yang jauh lebih baik dimasa yang akan
datang.

Malang, 27 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar . ii
Daftar Isi .. iii
BAB I Pendahuluan . 1
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Rumusan Masalah . 1
1.3 Tujuan ... 1
BAB II Pembahasan . 3
2.1 Definisi .. 3
2.2 Epidemiologi . 3
2.3 Etiologi .. 3
2.4 Manifestasi Klinis . 4
2.5 Patofisiologi .. 5
2.6 Komplikasi Dan Prognosis 6
2.7 Penatalaksanaan 6
2.8 Pemeriksaan Penunjang 7
BAB III Asuhan Keperawatan . 9
3.1 Pengkajian 9
3.2 Diagnosa Keperawatan . 10
3.3 Impementasi Keperawatan 11
3.4 Intervensi keperawatan . 15
3.5 Evaluasi . 15
BAB IV Penutup .. 16
Daftar Pustaka .. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mola Hidatidosa (hamil anggur) adalah kehamilan abnormal yang berupa
tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin. Istilah hamil
anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip dengan gerombolan
buah anggur.
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika Latin
dibandingkan dengan negara-negara barat. Dinegara-negara barat dilaporkan 1:200
atau 2000 kehamilan, dinegara-negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan.
Soejono, dkk (1967) melaporkan 1:85 kehamilan, Luat A. Siregar (Medan) tahun
1982 melaporkan 11-16 per 1000 kehamilan, RS Soetomo (Surabaya) melaporkan
1:80 persalinan, Djamber Maradisoebrata (Bandung) menyebutkan 9-21 per 1000
kehamilan. Biasanya sering dijumpai pada usia produktif (15-45 tahun) dan pada
multipara.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Mola Hidatidosa?
b. Bagaimana epidemiologi Mola Hidatidosa?
c. Apa etiologi Mola Hidatidosa?
d. Apa tanda dan gejala Mola Hidatidosa?
e. Bagaimana patofisiologi Mola Hidatidosa?
f. Bagaimana Penatalaksanaan Mola Hidatidosa?
g. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Mola Hidatidosa?
h. Apa komplikasi dan prognosis pada Mola Hidatidosa?
i. Apa pemeriksaan penunjang pada Mola Hidatidosa?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Mola Hidatidosa
b. Untuk mengetahui epidemiologi Mola Hidatidosa
c. Untuk mengetahui etiologi Mola Hidatidosa
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala Mola Hidatidosa
e. Untuk mengetahui patofisiologi Mola Hidatidosa
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan Mola Hidatidosa

1
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Mola Hidatidosa
h. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis pada Mola Hidatidosa
i. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Mola Hidatidosa

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kehamilan Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang abnormal dari
plasenta akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono
Prawirohardjo, 2003). Menurut Nugroho, T. 2010 : 10, Mola Hidatidosa adalah
kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak berkembang menjadi embrio,
tetapi terjadi proliferasi trofoblas dan ditemukan villi korialis yang mengalami
perubahan degenerasi hidroponik. Sedangkan menurut Mansjoer, 1999 Mola
Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hirofik.
Proses keperawatan adalah merupakan suatu metode bagi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Menurut Tarwoto dan Wartonah,
2004 proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis, dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon klien terhadap
penyakitnya.
Mola Hidatidosa adalah suatu kelainan pertumbuhan dan bentuk janin yang
diakibatkan karena kesalahan pertemuan sperma dengan ovum saat fertilisasi,
sehingga mengaibatkan perubahan pada villi korialisnya.
2.2 Epidemiologi
Mola Hidatidosa terjadi pada usia produktif (15-45 tahun) dan multipara. Di
Indonesia menurut Lentz et al (2012), insiden Mola Hidatidosa 13/1000 kehamilan.
Di RS Hasan Sadikin, kasus Mola Hidatidosa tahun 1971-1977 sebanyak 16,4/1000
kehamilan, tahun 1978-1983 sebanyak 21,18/1000 kehamilan, ttahun 1988-1991
sebanyak 10,64/1000 kehamilan (Aziz et al, 2006).
2.3 Etiologi
Penyebab Mola Hidatidosa tidak diketahui pasti, namun faktor
penyebabnya menurut Mochtar (1998) adalah :
a. Faktor ovum

3
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan
b. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zxat gizi
yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janin
c. Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik dan dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris
d. Kekurangan protein
Protein dalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahin, dan buah dada
ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat. Dan
apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir
lebih kecil dari normal
e. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan
menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah
mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh
f. Imuno selektif dari troboblas

2.4 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada Mola Hidatidosa.
Kecurigaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 16 dimana ukuran rahum lebih
besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan,
dan bercak berwarna merah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian
dalam. Tanda dan gejala serta komplikasinya adalah :

4
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien MRS
b. Pembersaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
c. Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penururnan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat,
serta kulit lembab.
d. Gejala-gejala preeklamsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria.

2.5 Patofisiologi
Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusi mengandung 23 pasang
kromosom, dimana salah satu masing-masing pasangan dari ibu dan yang lainnya
dari ayah. Dalam konsepsi normal, sperma tunggal dengan 23 kromosom
membuahi sel telur dengan 23 kromosom, sehingga akan dihasilkan 46 kromosom.

Pada Mola Hidatidosa Parsial (MHP), 2 sperma membuahi sel telur,


menciptakan 69 kromosom, dibandingkan 46 kromosom pada konsepsi normal. Hal
ini disebut Triploid. Dengan materi genetic yang terlalu banyak, kehamilan akan
berkembang secara abnormal, dengan plasenta tumbuh melampaui bayi. Janin dapat
terbentuk pada kehamilan ini, akan tetapi janin tumbuh besar secara abnormal dan
tidak dapat bertahan hidup.

Suatu MHK (Mola Hidatidosa Komplit) ketika salah satu atau bahkan 2
sperma membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetic. Bahkan jika
kromosom ayah dilipat gandakan untuk menyusun 46 kromosom, materi genetic
yang ada terlalu sedikit. Biasanya sel telur yang dibuahi mati pada saat itu juga.

5
Tetapi dalam kasus yang jarang sel tersebut terimplantasi pada uterus. Jika hal itu
terjadi, embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim
dengan jaringan Mola.

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1 Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat penyakit Mola Hidatidosa dibagi menjadi
2 yaitu :
a. Karena Penyakit
1. Perdarahan hebat
2. Perdarahan berulang
3. Anemia
4. Krisis tiroid
5. Infeksi
6. Perforasi uterus secara spontan
7. Keganasan
b. Karena tindakan
1. Perforasi uterus

2.6.2 Prognosis
Hampir dari 20% Mola Hidatidosa berlanjut menjadi keganasan, sedangkan
Mola Hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang disertai dengan
tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan keganasan yang lebih tinggi.

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien dengan Mola Hidatidosa
menurut Mansjoer, 1999 adalah :
a. Perbaiki keadaan umum

6
b. Keluarkan jaringan Mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret
tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi uterus lebih dari 20 minggu
sesudah hari ketujuh
c. Untuk memperbaiki kontraksi sebelumnya berikan uretonik (20-40 unit
oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unti oksitosin dalam 500 ml Nacl
0,9%). Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan
histerotomi
d. Histerotomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan
cukup anak. Batasan yang dipakaiialah umur 35 tahun dengan anak hidup 3
e. Terapi profilaksis dan sitotastik metroteksat atau aktinimisin D pada kasus
dengan risiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi
f. Pemeriksaan ginekologi, radiologi, dan kadar beta hCG lanjutan untuk
deteksi diri keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antar
7 hari sampai 3 tahun pasca Mola, yang paling banyak dalam 6 bulan
pertama. Pemeriksaan kadar beta hCG tiap bulan selama 6 bulan.
Pemeriksaan foto toraks tiap bulan sampai kasar beta hCG negative
g. Kontrasepsi sebaiknya diberikan preparat progesterone selama 2 tahun

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Quantitative beta hCG
Kadar hCG dari 100.000 mIU/mL mengindikasikan trofoblas yang
berlebihan (exuberant trophoblastic growth) dan dugaan adanya kehamilan
Mola haruslah disingkirkan. Kadar hCG pada kehamilan Mola biasanyan
normal
b. Uji Sonde
Sonde (penduaga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati kedalam
kanalis servikalis dan cavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan Mola
c. Hitung darah dengan trombosit
Anemia merupakan komplikasi medis yang umum terjadi, sebagai
perkembangan development dari proses koagulapati
d. Fungsi pembekuan

7
Tes ini dilakukan untuk menyingkirkan adanya dugaan komplikasi akibat
proses perkembangan koagulapati
e. Thyroxin
Permeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian anamnesis
Mengkaji identitas klien seperti nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan, lamanya perkawinan dan
alamat tinggal pasien. Ada kehamilan disertai tanda dan gejala kehamilam muda
yang berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan
kadang bergelembung seperti busa. Pasien biasanya merasakan nyeri pada
abdomen. Serta pasien akan memberikan tanda seperti mengkerutkan muka,
menjaga area yang sakit, respon emosional terhadap nyeri
3.1.1 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang
disebut muka mola
b. Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan., teraba
lembek, tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement dan gerakan janin
c. Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin, Mendengarkan di
ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin (Johnson & Taylor,
2005)
d. Perkusi : Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya
1. Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi
2. Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
e. Pemeriksaan dalam : memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek,
terdapat perdaraan dalam kanalis servikalis.

9
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan
b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder yang inadekuat
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan adanya keluhan (mual, anoreksia, dan pembatasan medis)

10
3.3 Implementasi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Implementasi
Hasil keperawatan
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kondisi nyeri
dengan adanya kerusakan keperawatan diharapkan yang dialami klien
jaringan klien dapat beradaptasi 2. Berikan
dengan nyeri yang dialami lingkungan yang
tenang dan
aktivitas untuk
mengalihkan rasa
nyeri
3. Terangkan nyeri
yang diderita klien
dan penyebabnya.
4. Berikan tehnik
relaksasi nyeri
5. Kolaborasikan
pemberian
analgetika.

11
Resiko Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kondisi status
ketidakseimbangan keperawatan diharapkan hemodinamika
volume cairan kurang klien Tidak terjadi devisit 2. Ukur pengeluaran
dari kebutuhan tubuh volume cairan, seimbang harian
berhubungan dengan antara intake dan output baik 3. Catat haluaran
adanya perdarahan jumlah maupun kualitas. intake dan output
cairan pasien
4. Observasi nadi dan
tekanan darah
pasien
5. Berikan sejumlah
cairan IV sesuai
indikasi

12
Resiko tinggi terhadap Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kondisi
infeksi berhubungan keperawatan diharapkan keluaran/dischart
dengan tidak adekuat tidak terjadi infeksi selama yang keluar;
pertahanan sekunder perawatan perdarahan jumlah, warna, dan
bau
2. Terangkan pada
klien pentingnya
perawatan vulva
selama masa
perdarahan.
3. Lakukan
perawatan
vulva.Terangkan
pada klien cara
mengidentifikasi
tanda infeksi
4. Anjurkan pada
suami untuk tidak
melakukan
hubungan
senggama selama
masa perdarahan
5. Observasi suhu
tubuh
6. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai terapi.

13
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Batasi intake oral
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 hingga muntah
tubuh yang berhubungan jam diharapkan Kebutuhan berhenti.
dengan intake nutrisi yang nutrisi terpenuhi dengan 2. Timbang berat
tidak adekuat yang nausea kriteria hasil: badan pasien
dan vomitus yang menetap a. Asupan nutrisi adekuat 3. Kaji kebutuhan
b. Konsumsi asupan diet nutrisi ibu.
oral adekuat 4. Anjurkan makan
c. Porsi makanan yang dalam porsi kecil
disediakan dihabiskan tapi sering
d. Berat badan stabil 5. Berikan makanan
e. Mual muntah tidak ada dalam keadaan
Tanda-tanda vital dalam hangat dan
batas normal berfariasi
6. Anjurkan untuk
menghindari
makanan yang
berlemak
7. Anjurkan untuk
makan makanan
selingan seperti
biskuit, roti dan teh
(panas) hangat
sebelum bagun
tidur pada siang
hari dan sebelum
tidur
8. Kolaborasikan
untuk pemberian
obat anti emetik,
misalnya

14
Phenergan10-
20mg/i.v.

3.4 Intervensi keperawatan


Telah dilakukan semua rencana asuhan keperawatan pada masing-masing
diagnose keperawatan pada klien dengan Mola Hidatidosa.
3.5 Evaluasi
a. Nyeri akut teratasi
b. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi
c. Resiko tinggi infeksi teratasi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

15
BAB IV
PENUTUP
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan abnormal yang disebabkan adanya
kesalahan bertemunya sperma dan ovum sehingga menyebabkan perubahan pada
villi korialisnya. Biasanya sering terjadi pada usia produktif umur 15-45 tahun serta
multipara.
Mola Hidatidosa dapat terbagi menjadi mola hidatidosa komplet (klasik),
jika tidak ditemukan janin dan mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai
janin atau bagian janin.
Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah Faktor ovum, Imunoselektif dari tropoblast, Keadaan sosio-
ekonomi yang rendah, paritas tinggie, kekurangan protein dan infeksi virus.

16
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 2. Jakarta: EGC
Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteranedisi 2 Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Sarwono, Prawirohardjo. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

17

Anda mungkin juga menyukai