Anda di halaman 1dari 17

II.

KOMPETENSI

A. STANDAR KOMPETENSI

Pesertadidikdiharapkanmampumemahamidasar-dasarpenyakitsederhana yang umum di


masyarakat

B. KOMPETENSI DASAR
Setelahmempelajaribagianinipesertadidikdapat :
a. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem integumen sederhana yang umum dimasyarakat;
b. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem gastro intestinal sederhana yang umum dimasyarakat;
c. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem genito urinaria sederhana yang umum dimasyarakat;
d. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem respiratori sederhana yang umum dimasyarakat;
e. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem kardiovaskuler sederhana yang umum dimasyarakat;
f. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem persyarafan sederhana yang umum dimasyarakat;
g. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem reproduksi sederhana yang umum dimasyarakat;

C. ALOKASI WAKTU
AlokasiWaktu : 12 X @ 45 menit

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. PokokBahasan
1. Penyakit-penyakit sistem respirasi sederhana yang umum di masyarakat
2. Penyakit- penyakit sistem gastro intestinal sederhana yang umum di masyarakat
B. Sub PokokBahasan
1. Penyakit sistem Respirasi
a. ISPA
i. Tonsilitis
ii. Rhinitis
iii. faringitis
b. Sesak nafas
i. Pneumonia
ii. Asma
c. Tuberculosis
2. Penyakit sistem Gastro intestinal
a. Gastritis
b. Diare
i. Diare dengan dehidrasi
ii. Disentri
iii. Keracunan makanan
c. Penyakit lain pada saluran cerna
i. Demam tifoid
ii. apendisitis
iii. konstipasi
IV. BAHAN PEMBELAJARAN

BAHAN PEMBELAJARAN 1
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) sangat sering dijumpai di masyarakat. Menurut data
yang tercatat di sebagian besar pusat pelayanan kesehatan menerima kasus ISPA lebih banyak
dibandingkan dengan kasus-kasus yang lain. Gejala ISPA yang paling banyak ditemukan
adalah batuk dan pilek. Beberapa ISPA yang sederhana adalah penyakit rhinitis, faringitis, dan
tonsilitis. Sedangkan untuk penyakit ISPA yang berat seperti sinusitis tidak akan dibahas pada
materi pembelajaran ini.

1. RHINITIS
a. PENGERTIAN
Merupakan radang pada mukosa hidung. Dapat disebabkan oleh infeksi maupun non
infeksi (alergi)
b. GEJALA DAN TANDA
i. Dapat disertai panas atau tidak
ii. Bersin-bersin
iii. Pilek (runny nose)
iv. Kemerahan pada mukosa hidung dan konka
c. DIAGNOSIS
Ditemukannya gejala-gejala tersebut di atas tanpa adanya gejala infeksi pada tempat lain
d. PENATALAKSANAAN
i. Terapi medikamentosa yang bersifat simptomatik sesuai gejala
1. Penurun panas
2. Dekongestan
3. Obat batuk dan pilek
ii. Terapi medikamentosa untuk mengatasi penyebab: antibiotika
iii. Terapi penunjang
1. Minum air hangat lebih banyak
2. Istirahat yang cukup

2. FARINGITIS
a. PENGERTIAN
Keradangan pada faring yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.
b. GEJALA DAN TANDA
i. Tanda-tanda radang pada faring (kemerahan, granulasi, lendir)
ii. Batuk berdahak dan atau tanpa dahak
iii. Nyeri menelan
iv. Sesak

c. DIAGNOSIS
Ditemukannya tanda dan gejala adanya peradangan pada faring tanpa adanya infeksi
ditempat lain.

d. PENATALAKSANAAN
i. Terapi medikamentosa yang bersifat simptomatik sesuai gejala
1. Penurun panas atau penghilang rasa nyeri
2. Dekongestan
3. Obat batuk (pengencer dahak) dan pilek
ii. Terapi medikamentosa untuk mengatasi penyebab: antibiotika
iii. Terapi penunjang
1. Minum air hangat lebih banyak
2. Istirahat yang cukup
3. Makan makanan yang kurang merangsang (tidak berbumbu, tidak pedas, tidak
berminyak)
3. TONSILITIS
a. PENGERTIAN
Peradangan pada tonsil (amandel) yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau non
infeksi yang lain
b. GEJALA DAN TANDA
i. Adanya peningkatan suhu tubuh atau tidak
ii. Ditemukannya tanda radang pada tonsil (kemerahan, pembengkakan)
iii. Terlihat dendritus pada tonsil. Dendritus adalah adanya bintik-bintik
putih pada tonsil akibat adanya bendungan pada saluran-saluran pembuangan pada
tonsil karena sisa makanan, PUS.
iv. Nyeri menelan
v. Batuk tanpa atau dengan dahak
vi. Gejala-gejala umum lainnya (tidak nafsu makan, badan lemas)

c. DIAGNOSIS
Bila ditemukan gejala dan tanda tersebut di atas tanpa ditemukan adanya infeksi di
tempat lain

d. PENATALAKSANAAN
i. Terapi medikamentosa yang bersifat simptomatik sesuai gejala:
1. Penurun panas
2. Penghilang rasa nyeri
3. Dekongestan
4. Obat batuk (pengencer dahak) dan pilek
ii. Terapi medikamentosa untuk mengatasi penyebab: antibiotika
iii. Terapi penunjang
1. Minum air hangat lebih banyak
2. Istirahat yang cukup
3. Makan makanan yang kurang merangsang (tidak berbumbu, tidak pedas, tidak
berminyak)
BAHAN PEMBELAJARAN 3
SESAK

1. PENDAHULUAN
Sesak nafas merupakan keluhan yang perlu mendapatkan perhatian jika ada pasien
yang datang dengan keluhan tersebut. sesak nafas dapat disebabkan oleh gagal
pernafasan akibat kelainan jantung, asma bronkiale, pneumonia, sesak nafas akibat
kelainan hati atau ginjal dini, gagal ginjal, sesak akibat koma diabetikum atau kelainan
di otak. Ketidaktepatan penanganan dapat berakibat fatal bagi pasien dengan sesak
nafas. Tenaga kesehatan, perawat maupun bidan harus mampu memperhatikan
adanya sianosis, pembekakan pada tungkai. Pengukuran tekanan darah dan nadi
perlu dilakukan demikian juga bau nafas perlu diperhatikan.

Sesak napas merupakan kesulitan pernapasan bernapas dan rasa tidak nyaman saat
bernapas. Frekuensi napas meningkat atau malah menurun dan kadang dijumpai
suara stridor saat menarik napas. Gangguan pada pernapasan dapat menyebabkan:
Wheezing/mengi adalah suara yang timbul akibat aliran turbulen di saluran napas yang
dapat terjadi pada orang normal. Namun tanda ini lebih sering terjadi akibat adanya
sumbatan jalan napas, misalnya pada pasien asma.

Sesak bisa disebabkan karena asma, pneumonia, PPOK, atau keluhan penyakit
jantung paru lainnya. Namun yang termasuk penyakit ringan sederhana yang akan
dibahas adalah asma dan pneumoni

2. ASMA
2.1. PENGERTIAN
Asma bronkiale adalah penyakit kambuhan yang disebabkan mengecilnya saluran
napas. Ini biasanya disebabkan mengecilkannya saluran napas. Ini biasanya
disebabkan karena spasme dari otot-otot halus yang mengelilingi dinding bronkus.
Asma biasanya dipicu allergen, bau harum yang kuat, gas yang mengiritasi, rokok atau
perubahan cuaca.

2.2. GEJALA DAN TANDA

Asma : Batuk, wheezing/mengik, sesak napas, gelisah sulit tidur karena batuk.
Sianosis tanpa disertai panas

2.3. DIAGNOSIS
2.3.1. Gejala-gejala tersebut di atas
1. Batuk dapat disertai dan atau tanpa dahak
2. Wheezing/mengi
3. Sesak napas
4. Gelisah, sulit tidur karena batuk
5. sianosis
2.3.2. Pemeriksaan fisik:
2.3.2.1. Peningkatan suara napas
2.3.2.2. Pemanjangan fase ekspirasi
2.3.2.3. Terdengar suara paru wheezing
2.3.2.4. Tidak ada panas
2.4. PENATALAKSANAAN
2.4.1. Medikamentosa: GG 3x1 tab ( dewasa)
2.4.2. Pencegahan dengan cara menghindari faktor pencetus/alergen

3. PNEUMONIA
3.1. GEJALA DAN TANDA
Pneumonia merupakan peradangan pada dinding alveolus yang dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri maupun virus. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya
terutama pada bayi dan anak-anak karena belum sempurnanya sistem pernapasan
mereka. Pada kasus pneumonia timbul eksudat (dahak) yang purulen (infeksius)
didalam alveolus. Pada bayi dan anak-anak eksudat ini tidak mampu dikeluarkan
sehingga menyumbat saluran pernapasan dan menyebabkan beberapa kondisi sebagai
berikut:
Hipoksia merupakan kondisi dimana hantaran oksigen berkurang di jaringan tubuh
Sianosis merupakan tanda kekurangan oksigen pada jaringan tubuh(hipoksia) yang
ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir. Sianosis mudah
terlihat pada lidah, daun telinga, dan kuku jari
Akibat berkurang supply oksigen ke organ-organ penting terutama otak, timbul gejala
berupa kesadaran menurun dan akhirnya timbul gagal napas.
Kondisi tersebut di atas merupakan penyebab tingginya kematian pada bayi dan anak-
anak akibat pneumonia. Selain patofisiologi penyakit yang memang berbahaya,
keterlambatan dalam diagnosis dini menyebabkan pasien pneumonia datang pada
keadaan yang sudah parah sehingga sulit untuk ditangani.

Gejala utama pneumonia adalah batuk yang produktif (disertai dahak), sesak napas,
ronkhi, gelisah dan sulit tidur karena batuk, sianosis, disertai panas, napas cuping
hidung, nyeri dada.

3.2. DIAGNOSIS
1. Pneumonia berat
a. Adanya tanda bahaya umum
i. Bayi/anak tidak mau minum
ii. Selalu memuntahkan apa yang dimakan/minum
iii. Kejang
iv. Kesadaran menurun
b. Adanya retraksi/tarikan dinding dada ke dalam
c. stridor
2. Pneumonia
a. Napas cepat
i. 2 bulan 12 bulan : frekuensi napas lebih dari 50 kali/menit
ii. 1 tahun 5 tahun: frekuensi napas lebih dari 40 kali/menit
iii. Tidak ditemukannya tanda bahaya umum
3.3. PENATALAKSANAAN
1. Pneumonia berat: segera rujuk dengan memberikan infus RL dan NaCl dan Oksigen 2
Lt/menit
2. Pneumoni ringan/sedang:
a. Antibiotik yang tepat
b. Penurun panas
c. Pengencer dahak/obat batuk yang aman
d. Vitamin penambah nafsu makan
e. Bila sakit berlanjut lebih dari 3 hari atau timbul gejala tidak sadarkan diri,
sianosis/kebiruan pada ujung jari/ujung hidung ----- segera rujuk dengan sebelumnya
diberikan
BAHAN PEMBELAJARAN 4

TUBERCULOSIS (TB)

1. PENDAHULUAN
Penyakit TB merupakan penyakit yang sering dijumpai di berbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia. Jumlah kasus mulai meningkat (re-emerging disease), dan jumlah
kematian juga meningkat.
Indonesia peringkat ke---3---- sebagai negara dengan jumlah penderita terbanyak di
dunia setelah cina dan ????. di Indonesia, kasus terbanyak dijumpai di -----

2. GEJALA DAN TANDA


Batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 2 minggu, malaise, keringat malam, gejala
seperti flu, nyeri dada, sianosis, batuk darah atau sesak nafas

3. DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan dahak menunjukkan adanya gambaran batang-batang tahan asam (BTA)
2. Gambaran Ro menunjukkan adanya perubahan struktur anatomi paru
3. Gejala klinisnya

4. PENATALAKSANAAN
1. OAT (obat anti tuberkulosis) yang merupakan pengobatan paling tepat dan efisien untuk
TB
2. Diminum setiap hari selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan minum obat 3xseminggu
selama 4 bulan
3. Bila kasus sudah berat, pengobatan bisa hingga 9 bulan dan ditambahkan dengan
menyuntikkan streptomycin setiap hari selama 9 bulan
4. Upaya untuk mengurangi penyebaran penyakit adalah yang paling penting dengan
cara:
a. PMO (pengawas minum obat)
b. Ruangan yang berventilasi baik
c. Tidak batuk dan membuang dahak sembarangan

BAHAN PEMBELAJARAN 6
GASTRITIS

1. PENDAHULUAN
.

2. GEJALA DAN TANDA


Rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati, mual dan muntah, anoreksia, sakit kepala
3. DIAGNOSIS
4. PENATALAKSANAAN
1. Antasida 3 x 1 tab/hr, 1 jam sebelum makan
2. Vitamin B6 1 tablet bila mual
3. Hindari makanan pedas/asam
4. Hindari stress
5. Makan teratur dalam porsi
BAHAN PEMBELAJARAN 7
DIARE

1. PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan diare adalah perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
padat menjadi cair. Penyakit ini penting untuk dibahas karena angka kesakitan diare
masih cukup besar, mencapai 423 kasus per 1000 balita. Diare yang tidak tertangani
dengan tepat dapat menyebabkan kematian akibat dehidrasi dan apabila kejadian ini
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan kondisi kekurangan
nutrisi atau yang disebut sebagai malnutrisi.

Diare patut dipahami oleh siapa saja termasuk tenaga kesehatan yang berasal dari
smk, karena kejadiannya yang cukup luas. Beberapa yang patut diperhatikan adalah
diare penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Apapun penyebab diare, yang
paling penting adalah upaya pencegahan maupun penanganan komplikasi
diare,yaitu dehidrasi.

2. DIARE
2.1. PENYEBAB DIARE
Penyebab diare:
1. Infeksi (virus, bakteri, jamur)
2. Non-infeksi (alergi susu sapi, keracunan makanan)

2.2. KLASIFIKASI DIARE


1. Diare tanpa dehidrasi
Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi berat atau ringan/sedang

2. Diare Ringan/Sedang
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut:
1. Gelisah, rewel/mudah marah
2. Mata cekung
3. Haus, minum dengan lahap
4. Turgor/cubitan perut kembali lambat
3. Diare berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut:
1. Apatis atau tidak sadar,
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas minu
4. Turgor/cubitan perut kembali sangat lambat

2.3. DIAGNOSIS
Diare dapat dibedakan berdasarkan lamanya diare:
Diare akut terjadi kurang dari 14 hari dengan adanya perubahan pada konsistensi dan
frekuensi pada fesesnya. Apabila konsistensi menjadi lembek atau cair dan atau terjadi
peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3xsehari dapat dikategorikan sebagai diare akut.
Diare persisten adalah kejadian diare yang lebih dari 14 hari. Kondisi ini dapat
menimbulkan dehidrasi ringan/sedang atau berat. Diare persisten biasanya
mengakibatkan bayi/balita menjadi kurang gizi (malnutrisi)

2.4. PENATALAKSANAAN
Apapun penyebab diare, penanganan paling utama dan terpenting adalah upaya
penggantian cairan yang hilang melalui pengeluaran feses. Upaya penggantian cairan
ini paling baik dilakukan per oral, namun apabila tidak memungkinkan bisa dilakukan
menggunakan NGT atau intra venous
1. Diare tanpa dehidrasi
a. Berikan cairan yang tersedia di rumah seperti kuah sop, air tajin, air putih, susu
b. Bila ada berikan oralit
c. Makanan/ASI diteruskan
d. Berikan tablet Zinc selama 10 hari meskipun sudah tidak diare
2. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
a. Oralit sesuaikan dengan berat badan
b. Terutama bila tidak bisa minum atau diare bertambah berat segera rujuk ke pusat
pelayanan terdekat/puskesmas/rumah sakit
3. Diare dengan dehidrasi berat
a. Atasi dehidrasi dengan pemasangan infus (IV) Ringer Laktat/NaCl
b. Segera rujuk ke pusat pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas, rumah sakit, klinik)
3. KOLERA
3.1. GEJALA DAN TANDA
Dimulai dengan diare yang encer dan berbau busuk maupun amis. Warna khas putih
seperti air cucian beras, mual dan muntah
3.2. DIAGNOSIS
1. Biasanya diare dengan dehidrasi berat
2. Konsistensi feses sangat khas yaitu diare yang encer, berwarna putih seperti air cucian
beras, berbau busuk
3. Tanda-tanda dehidrasi berat
a. Letargis/tidak sadar
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Turgor kembali sangat lambat

3.3. PENATALAKSANAAN
Pertolongan pertama adalah dengan memberikan cairan oralit
Bila tidak bisa makan dan minum segera pasang infus dan rujuk ke Puskesmas
Berikan Antibiotik

4. DISENTRI
4.1. GEJALA DAN TANDA
Disentri merupakan bentuk lain dari diare dimana selain terjadi perubahan frekuensi
dan konsistensi dari feses, ditemukan darah dan lendir yang bercampur dengan
feses/tinja. Gejala ini merupakan penanda adanya infeksi pada saluran cerna akibat
dari kuman disentri. Gejala lainnya adalah perus mulas, demam, mual dan muntah,
nyeri perut

4.2. DIAGNOSIS
Adanya perubahan konsistensi dan frekuensi dari feses (tinja menjadi lembek/cair dan
frekuensi lebih dari 3x/hari)
Adanya tanda-tanda dehidrasi

4.3. PENATALAKSANAAN
Pertolongan pertama adalah dengan memberikan cairan/oralit sebagai upaya
pencegahan/penanganan dehidrasi
Bila tidak bisa makan dan minum segera pasang infus dan rujuk ke Puskesmas
Berikan Antibiotik (kotrimoksasol sesuai berat badan)

BAHAN PEMBELAJARAN 8

PENYAKIT LAIN PADA SALURAN CERNA

PENDAHULUAN

1. DEMAM TIFOID
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi pada saluran cerna akibat kuman
salmonella typhosa.

1.1. GEJALA DAN TANDA


1. Demam kurang dari 5 hari dengan pola yang khas
2. Pasien cepat lelah
3. Malaise
4. Lidah kotor (berwarna keabu-abuan)
5. Anoreksia
6. Sakit kepala
7. Perasaan tidak enak di perut
8. konstipasi

1.2. DIAGNOSIS
1. Gejala klinis: adanya gejala gangguan pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu
makan, diare, konstipasi, sakit kepala, cepat lelah
2. Pemeriksaan fisik: ditemukannya peningkatan suhu tubuh yang khas (stepladder type),
lidah kotor (thypoid tongue), takikardia relative.
3. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan widal menunjukkan adanya infeksi salmonella
atau tidak.

1.3. PENATALAKSANAAN
1. Penurun panas
2. Antibiotika
3. Makanan rendah serat
4. Minum yang cukup
5.
Istirahat

2. APPENDICITIS
2.1. GEJALA DAN TANDA
Nyeri perut kanan bawah, anoreksia, mual, muntah, konstipasi, demam
2.2. DIAGNOSIS
Ditemukannya nyeri kanan bawah, dengan adanya gangguan pencernaan dan
gangguan kondisi umum
2.3. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik yang tepat
2. Penurun panas
3. Segera rujuk dengan sebelumnya diberikan infus RL dan NaCl dan Oksigen 2 Lt/menit
4. Operasi appendectomy

3. KONSTIPASI
Adalah kondisi dimana feses menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan. Penyebabnya
antara lain konsumsi rendah serat, kurang cairan, immobilisasi yang lama, penyakit-
penyakit lain yang menyebabkan gangguan peristaltik usus (kanker usus, kanker rahim,
usus buntu, dll)

3.1. GEJALA DAN TANDA


1. Anoreksia
2. Perasaan tidak enak di perut
3. konstipasi

3.2. DIAGNOSIS
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik

3.3. PENATALAKSANAAN
1. laxatif
2. Makanan rendah serat
3. Minum yang cukup
4. Olah raga/beraktivitas

Anda mungkin juga menyukai