Korelasi Karakteristik Lingkungan Binaan Dan Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan Lanjut Usia
Korelasi Karakteristik Lingkungan Binaan Dan Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan Lanjut Usia
ABSTRACT
One of social issue regarding aging people that contributed to health impact was neglected elderly. In addressing this problems the social
services provisions such as nursing home could become a main alternative solution. The aims of this study were to analyzed correlations
between built environment chracteristic, social support quality and healthy behavior with health status of eldery that occupied at Budi Sejahtera
nursing home, South Kalimantan. This is a cross sectional study conducted during MarchJuly 2011. The population of this study was 65 elder
peoples who meet inclusion requirement and used total population as study sample. Spearman correlations test was used for data analyzation.
The result showed most of respondent have poor housing qualities (53.8%) and social support quality (40%). Bivariate analysis showed various
correlations between social support quality, healthy behaviors and built environment characteristics with health status of elderly. Conclusion
are Housing qualities and social support qualities, especially that came from family were considered poor according respondents perception,
and there are various correlations between social support qualities, healthy behaviors and built environment characteristics with respondents
health status.
Key words: built environment, social support, healthy behaviors, health status
126
(c) Lansia bersedia menjadi responden, (d) telah menghuni antar variabelnya juga terlihat dari hasil analisisnya,
panti minimal selama 3 bulan. Berdasarkan kriteria inklusi sehingga bisa dikatakan semakin tinggi kepadatan yang
tersebut, maka dari total 170 orang penghuni panti yang dirasakan responden maka status kesehatan responden
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 65 orang. Variabel akan cenderung semakin rendah.
yang di teliti yakni variabel bebas yaitu karakteristik Aspek kepadatan, 93,1% responden yang kondisi
lingkungan binaan, dukungan sosial lansia dan perilaku kesehatannya berada dalam kondisi kurang baik
sehat lansia. Variabel terikat yaitu kesehatan lansia. Data menganggap kondisi hunian mereka dalam kondisi yang
primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk tidak sesak. Sedangkan 71,4% responden yang merasa
melakukan penilaian karakteristik lingkungan binaan, kesesakan akan huniannya berada dalam kondisi kesehatan
dukungan sosial, perilaku sehat lansia serta kondisi yang cukup baik. Dari hasil analisis data juga terlihat
kesehatan responden yang ada di PSTW Budi Sejahtera. adanya hubungan yang bersifat negatif antara kesesakan
Data yang diperoleh melalui kuesioner diolah secara dan kesehatan dengan korelasi yang termasuk ke dalam
komputerisasi, dilakukan analisis statistik menggunakan korelasi sedang. Ini berarti bahwa semakin rendah
uji korelasi Spearman. responden merasa kesesakan akan huniannya maka akan
semakin tinggi status kesehatan responden.
Terkait persepsi responden terhadap privasi, 90%
HASIL PENELITIAN responden merasa privasi mereka terkait hunian dalam
Lingkungan Binaan dengan Kesehatan keadaan yang kurang baik dan kondisi kesehatannya
dalam status kurang baik seperti yang terlihat pada tabel 1
Bahwa 75,5% responden menganggap kondisi berikut. Adanya hubungan antara variabel privasi terhadap
lingkungan binaan mereka dalam kondisi yang kurang kesehatan dengan kekuatan korelasi tergolong sedang.
baik. Dengan kondisi lingkungan binaan yang kurang Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik privasi yang
baik diikuti pula oleh status kesehatan responden yang dirasakan oleh responden maka akan semakin baik pula
mayoritas berada dalam kondisi kurang baik. status kesehatan responden.
Terlihat hubungan yang signifikan antara variabel Terlihat bahwa 97,1% responden yang beranggapan
lingkungan binaan dengan kesehatan responden walaupun kualitas huniannya dalam kondisi kurang baik berada
sifat hubungannya lemah dan terlihat pula semakin dalam kondisi kesehatan yang kurang baik pula. Hal ini
baik kondisi lingkungan binaan maka status kesehatan menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kualitas
responden juga cenderung semakin baik. hunian dengan status kesehatan responden.
Bahwa 84,4% responden yang kondisi kesehatannya
berada dalam kondisi kurang baik menganggap kondisi Karakteristik Lingkungan Binaan dengan Kesehatan
hunian mereka dalam kondisi yang tidak padat. Terlihat Fisik
hubungan antara kepadatan dan kesehatan dengan
hubungan yang bersifat sedang. Selain itu korelasi negatif Sebesar 71,8% responden berada dalam kondisi
kesehatan fisik yang kurang baik juga mayoritas responden
Tabel 1. Karakteristik PSTW Budi Sejahtera berdasarkan yang merasa huniannya berada dalam kondisi tidak
tingkat kesehatan
Kesehatan Tabel 2. Karakteristik PSTW Budi Sejahtera berdasarkan
Karakteristik
Kurang baik Cukup baik Baik sekali tingkat kesehatan fisik
Lingkungan
Kurang baik 37 (75,5) 10 (20,4) 2 (4,1) Kesehatan Fisik
Karakteristik
Cukup baik 6 (37,5) 8 (50,0) 2 (12,5) Kurang baik Cukup baik Baik sekali
Kepadatan Kepadatan
Padat 3 (23,1) 8 (61,5) 2 (15,4) Padat 2 (15,4) 9 (69,2) 2 (15,4)
Sedang 7 (53,8) 5 (38,5) 1 (7,7) Sedang 3 (23,1) 7 (53,8) 3 (23,1)
Tidak padat 33 (84,6) 5 (12,8) 1 (2,6) Tidak padat 28 (71,8) 10 (25,6) 1 (2,6)
Kesesakan Kesesakan
sesak 0 (0,0) 5 (71,4) 2 (28,6) sesak 0 (0,0) 3 (42,9) 4 (57,1)
sedang 16 (55,2) 12 (41,4) 1 (3,4) sedang 11 (37,9) 17 (58,6) 1 (3,4)
tidak sesak 27 (93,1) 1 (3,4) 1 (3,4) tidak sesak 22 (75,9) 6 (20,7) 1 (3,4)
Privasi Privasi
Kurang baik 27 (90,0) 2 (6,7) 1 (3,3) Kurang baik 22 (73,3) 7 (23,3) 1 (3,3)
Cukup baik 16 (57,1) 11 (39,3) 1 (2,6) Cukup baik 11 (39,3) 16 (57,1) 1 (3,6)
Baik sekali 0 (0,0) 5 (71,4) 2 (26,6) Baik sekali 0 (0,0) 3 (42,9) 4 (57,1)
Kualitas hunian Kualitas hunian
Kurang baik 34 (97,1) 1 (2,9) 0 (0,0) Kurang baik 27 (77,1) 8 (22,9) 0 (0.0)
Cukup baik 9 (42,9) 12 (57,1) 0 (0,0) Cukup baik 6 (28,6) 15 (71,4) 0 (0,0)
Baik sekali 43 (66,2) 18 (27,7) 4 (6,2) Baik sekali 0 (0,0) 26 (4,0) 6 (9,2)
128 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 8, No. 3 Maret 2012: 126132
yang lemah antara kepadatan dengan kesehatan psikososial Lingkungan Binaan dengan Kualitas Dukungan
responden. Hubungan ini bersifat negatif sehingga dapat Sosial
dikatakan semakin tinggi kepadatan yang dirasakan
Berikut terlihat bahwa 62,5% responden yang
responden maka status kesehatan psikososialnya akan
menganggap kualitas hunian mereka sudah cukup baik
cenderung semakin rendah. Berikut terlihat bahwa 71,4%
juga beranggapan bahwa kualitas dukungan sosial yang
responden yang merasa kesesakan pada huniannya berada
mereka terima sudah cukup baik pula.
dalam kondisi kesehatan psikososial yang baik sekali.
Adanya hubungan yang lemah antara lingkungan
Dari hasil analisis data juga terlihat adanya hubungan
binaan terhadap kualitas dukungan sosial yang diterima
yang bersifat sedang antara kesesakan dengan kesehatan
responden. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik
psikososial responden. Hubungan yang ada juga bersifat
kondisi lingkungan binaan maka kualitas dukungan sosial
negatif sehingga dapat dikatakan semakin tinggi kesesakan
responden pun akan semakin membaik pula.
yang dirasakan responden maka status kesehatan
psikososialnya akan cenderung semakin rendah. Karakteristik Lingkungan Binaan dengan Dukungan
Berikut terlihat bahwa 71,4% responden yang status Sosial
kesehatan psikososialnya berada dalam kondisi baik sekali
merasakan pula privasi yang baik sekali. Adanya hubungan Terlihat bahwa 51,3% responden yang merasa
yang bersifat sedang antara variabel privasi dan status huniannya berada dalam kondisi tidak padat beranggapan
kesehatan psikososial responden. Hal ini dapat diartikan bahwa kualitas dukungan sosial yang mereka terima sudah
bahwa semakin baik perasaan privasi dimiliki responden cukup baik. Dari hasil analisis data juga terlihat adanya
maka kesehatan psikososial responden cenderung akan hubungan yang lemah antara kepadatan dengan kualitas
semakin membaik pula. Berikut terlihat bahwa 77,8% dukungan sosial. Hubungan ini bersifat negatif sehingga
responden yang merasa kualitas hunian mereka dalam dapat dikatakan semakin tinggi kepadatan yang dirasakan
kondisi baik sekali berada dalam kondisi kesehatan responden maka kualitas dukungan sosial yang diterima
psikososial yang baik sekali pula. Hasil analisis data juga responden akan cenderung semakin rendah. Berikut
menunjukkan adanya hubungan yang sifatnya sedang terlihat bahwa 85,7% responden yang merasa kesesakan
antara kualitas hunian dengan kesehatan psikososial pada huniannya kualitas dukungan sosialnya berada dalam
responden. Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas katagori yang baik sekali.
hunian yang dirasakan responden maka akan semakin baik Dari hasil analisis data juga terlihat adanya hubungan
pula kondisi kesehatan psikososial responden. yang bersifat sedang antara kesesakan dengan kualitas
dukungan sosial yang diterima responden. Hubungan
yang ada juga bersifat negatif sehingga dapat dikatakan
semakin tinggi kesesakan yang dirasakan responden maka
kualitas dukungan sosialnya akan cenderung semakin
Tabel 5. Karakteristik terhadap Kualitas Dukungan rendah. Berikut terlihat bahwa 85,7% responden memiliki
Sosial privasi dan kualitas dukungan sosial yang termasuk dalam
katagori baik sekali. Adanya hubungan yang bersifat
Kualitas Dukungan Sosial sedang antara privasi dengan kualitas dukungan sosial
Karakteristik
Kurang baik Cukup baik Baik sekali yang diterima responden. Semakin baik privasi yang
Lingkungan dimiliki responden maka semakin baik pula kualitas
Binaan dukungan sosial yang mereka terima.
Kurang baik 24 (49,0) 20 (40,8) 5 (10,2) Pada tabel 6 terlihat bahwa 88,9% responden
Cukup baik 2 (12,5) 10 (62,5) 4 (25,0) menganggap kualitas hunian dan kualitas dukungan
Kepadatan sosial yang mereka miliki berada dalam kondisi yang
Padat 3 (23,1) 5 (38,5) 5 (38,5) baik sekali.
Sedang 5 (38,5) 5 (38,5) 3 (23,1)
Tidak padat 18 (46,2) 20 (51,3) 1 (2,6)
Kesesakan Tabel 6. Karakteristik terhadap perilaku sehat
sesak 0 (0,0) 1 (14,3) 6 (85,7)
sedang 9 (31,0) 18 (62,1) 2 (6,9) Perilaku sehat
Karakteristik
tidak sesak 17 (58,6) 11 (37,9) 1 (3,4) Kurang baik Cukup baik Baik sekali
Privasi Lingkungan
Kurang baik 17 (56,7) 12 (40,0) 1 (3,3) Binaan
Cukup baik 9 (32,1) 17 (60,7) 2 (7,1) Kurang baik 20 (40,8) 22 (44,9) 7 (14,3)
Baik sekali 0 (0,0) 1 (14,3) 6 (85,7) Cukup baik 3 (18,8) 9 (56,3) 4 (25,0)
Kualitas hunian Dukungan Sosial
Kurang baik 21 (60,0) 13 (37,1) 1 (2,9) Kurang baik 17 (65,4) 9 (34,6) 2 (6,7)
Cukup baik 5 (23,8) 16 (76,2) 0 (0,0) Cukup baik 6 (20,0) 22 (73,3) 2 (6,7)
Baik sekali 0 (0,0) 1 (11,1) 8 (88,9) Baik sekali 0 (0,0) 0 (0,0) 11 (16,9)
130 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 8, No. 3 Maret 2012: 126132
Korelasi ini didukung dengan apa yang dikemukan dari keluarga sangatlah kurang. Hal ini sangat wajar
Dilani (2001) bahwa kualitas hunian yang baik akan mengingat sebagian besar responden terpisah jauh dari
berdampak positif bagi kesehatan dengan cara penyediaan keluarganya bahkan terdapat beberapa responden yang
ruang dan tempat untuk interaksi sosial antar individu. keluarganya berada di luar Pulau Kalimantan.
Cattan dan Tilford (2006) juga memperkuat pendapat Akan tetapi minimnya sumber dukungan sosial dari
tersebut dengan menjelaskan bahwa kualitas hunian yang keluarga diimbangi dengan dukungan sosial yang diberikan
di disain secara tepat dapat mempromosikan interaksi oleh pengelola terhadap para penghuni panti. Keempat
sosial dan partisipasi mendukung perkembangan jejaring bentuk dukungan sosial, yakni emosional, penghargaan,
sosial, dukungan sosial, kepekaan masyarakat, kompetensi instrumental dan informatif diberikan pengelola kepada
masyarakat dan kepekaan terhadap tempat (sense of para penghuni panti. Penyediaan layanan rehabilitasi
place). sosial dan fasilitas kesehatan secara memadai, aktivitas
Kualitas hunian wisma yang tidak didisain secara tepat harian yang rutin dan terjadwal serta pemberian materi
dan sesuai kebutuhan dari penghuninya akan berdampak seputar kehidupan positif di usia lanjut, keagamaan dan
ada kesehatan fisik dari penghuninya itu sendiri. Bila keterampilan ditambah kemampuan personal pengelola
kesehatan fisik telah terganggu maka kualitas dukungan panti terhadap para lansia mampu mengimbangi minimnya
sosial yang dimiliki lansia akan sangat berperan terhadap dukungan sosial yang diterima lansia dari keluarga.
proses pemulihan atau restorasi kondisi lansia.
Akan tetapi mengingat korelasi yang tergolong sedang Analisis Korelasi Kualitas Dukungan Sosial dengan
antara kualitas hunian dengan kualitas dukungan sosial, Perilaku Sehat
maka kualitas hunian bukanlah faktor utama atau faktor
Analisis korelasi kualitas dukungan sosial menunjukkan
tunggal yang Memengaruhi kualitas dukungan sosial yang
adanya hubungan antara kualitas dukungan sosial dengan
diterima para lansia yang tinggal di PSTW Budi Sejahtera.
perilaku sehat responden. Hasil analisis menunjukkan
Beberapa faktor lain memegang peranan penting dalam
bentuk korelasi positif yang berarti semakin baik kualitas
menentukan baik tidaknya kualitas dukungan sosial yang
dukungan sosial maka semakin baik pula perilaku sehat
diterima lansia, seperti pola pelayanan yang diberikan oleh
responden. Lebih lanjut hasil analisis menunjukkan
pengelola panti, ketersediaan sumber daya manusia serta
korelasi dominan ditunjukkan oleh korelasi antara kualitas
latar belakang historis dari lansia sendiri sebelum menjadi
dukungan sosial dengan perilaku sehat dengan derajat
penghuni panti.
korelasi berada dalam katagori kuat.
Hasil ini senada dengan apa yang Sari (2009)
Analisis Korelasi Kualitas Dukungan Sosial dengan
ungkapkan dalam hasil penelitiannya bahwa dukungan
Kesehatan
sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
Analisis korelasi kualitas dukungan sosial hidup bersih dan sehat. Penelitian lain yang mendukung
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kualitas korelasi antara perilaku sosial dan perilaku sehat juga
dukungan sosial dengan kesehatan responden. Hasil diungkapkan oleh Ball (2010) yang menyatakan tentang
analisis menunjukkan bentuk korelasi positif yang berarti pengaruh lingkungan sosial beserta dukungannya terhadap
semakin baik kualitas dukungan sosial maka semakin baik perilaku sehat.
pula status kesehatan responden. Temuan ini didukung Terkait dengan perilaku merokok di kalangan penghuni
oleh penjelasan dari Santrock (2002) dalam tulisannya panti, cukup banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa salah satu unsur kebutuhan kesehatan lansia adalah pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial terhadap
empati atau kemampuan diri untuk menempatkan diri pada perubahan perilaku, di antaranya adalah penelitian
posisi orang lain. Empati dapat di peroleh dari dukungan yang dilakukan oleh Laksono (2008) yang menyatakan
sosial yang diperoleh lansia dari lingkungan, seperti yang bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan
dinyatakan oleh House dalam Glanz (2008) bahwa salah antara dukungan sosial dengan intensi berhenti merokok.
satu bentuk dukungan sosial adalah dukungan emosional, Semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin tinggi
yang meliputi ketersediaan akan empati, kasih sayang, pula intensi berhenti merokok.
kepercayaan dan rasa peduli. Korelasi ini didukung pula
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabri (2002) Analisis Korelasi Perilaku Sehat dengan Kesehatan
yang menunjukkan bahwa dukungan dari teman atau
Analisis korelasi perilaku sehat menunjukkan adanya
kelompok berhubungan erat dengan status kesehatan
hubungan yang kuat antara perilaku sehat dengan
psikososial lansia.
kesehatan responden. Hasil analisis menunjukkan bentuk
Secara garis besar dukungan sosial yang diterima
korelasi positif yang berarti semakin baik perilaku sehat
para lansia berasal dari keluarga, rekan sebaya dan
responden maka semakin baik pula status kesehatannya.
pengelola panti. Sumber dukungan sosial yang tersebut
Lebih lanjut hasil analisis menunjukkan korelasi dominan
bersifat natural dalam artian dukungan yang diterima
ditunjukkan oleh korelasi antara perilaku sehat dengan
lansia merupakan hasil interaksi sosial secara spontan
status kesehatan responden dengan derajat korelasi berada
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil temuan mayoritas
dalam katagori kuat.
responden merasa dukungan sosial yang mereka terima
132 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 8, No. 3 Maret 2012: 126132