Anda di halaman 1dari 8

TIPE KEPRIBADIAN PADA PASIEN HIPERTENSI

I Wayan Candra
Ni Putu Asri Vitaloka Dewi
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email : candra6589@yahoo.co.id

Abstrack : Type of personality in hypertension patients. This study aims to


determine the personality of hypertensive patients in the work area of Tabanan III
Puskesmas in 2017. The type of this research is descriptive research, using Cross
Sectional approach. The sampling technique is Consecutive sampling, with the total
sample of 59 people. Data collection using Type A and Type B Behavior Patterns.
The results showed that most personality types in hypertensive patients were A
personality type of 33 people (55.9%). Most personality types A have a history of
hypertensive offspring that is as many as 25 people (75.8%), and living in the
environmental temperature as many as 28 people (84.8%).

Abstrak : Tipe Kepribadian pada Pasien Hipertensi. Penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui tipe kepribadian pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Tabanan III tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
menggunakan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel adalah
Consecutive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang. Pengumpulan data
menggunakan Type A and Type B Behavior Pattern. Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar tipe kepribadian pada pasien hipertensi adalah tipe kepribadian A
sebanyak 33 orang (55,9%). Sebagian besar tipe kepribadian A memiliki riwayat
keturunan hipertensi yaitu sebanyak 25 orang (75,8%), dan tinggal di suhu
lingkungan yang panas yaitu sebanyak 28 orang (84,8%).

Kata kunci : tipe kepribadian, hipertensi


Hipertensi merupakan kasus hipertensi tahun 2014 adalah
kelainan pada sistem kardiovaskular 114.421 kasus, dan tahun 2015 total
yang masih menjadi beban kesehatan kasus hipertensi adalah 89.394 kasus.
di seluruh dunia. Hipertensi Berdasarkan kabupaten/kota
merupakan salah satu penyakit tidak prevalensi hipertensi tertinggi
menular tetapi perkembangannya berdasarkan pengukuran tekanan
semakin pesat dan menjadi masalah darah adalah di kabupaten Tabanan
kesehatan yang sangat serius saat ini. yaitu 25.8%.
Hipertensi disebut sebagai the sillent Dinas Kesehatan Provinsi
killer, karena termasuk penyakit Bali (2016), berdasarkan pola 10
yang mematikan tanpa disertai besar penyakit kunjungan rawat jalan
dengan gejala-gejala terlebih dahulu di puskesmas kabupaten Tabanan
bagi penderitanya. menunjukkan bahwa kasus terbanyak
WHO (2015), tekanan darah adalah penyakit hipertensi. Kasus
tinggi atau hipertensi telah hipertensi di kabupaten Tabanan
membunuh 9,4 juta warga dunia tahun 2016 adalah 13.767 kasus.
setiap tahunnya. Jumlah penderita Data rekam medis pasien di
hipertensi akan terus meningkat Puskesmas Tabanan III tahun 2016,
seiring dengan jumlah penduduk hipertensi menduduki peringkat
yang membesar. Tahun 2025 pertama pola 10 penyakit kunjungan
mendatang, diproyeksikan sekitar rawat jalan. Tahun 2015
29% warga dunia mengidap totalkunjungan hipertensi yaitu 1641
hipertensi. Terdapat 24,7% penduduk kunjungan, dengan jumlah kasus 742
Asia Tenggara dan 23,3% penduduk kasus.Tahun 2016 mengalami
Indonesia usia 18 tahun mengalami peningkatan menjadi 1663
hipertensi. kunjungan, dengan jumlah kasus 824
Dinas Kesehatan Provinsi kasus.
Bali (2016), berdasarkan pola 10 Dampak fisik dari hipertensi
besar penyakit terbanyak pasien adalah nyeri kepala dan kelelahan.
rawat jalan di puskesmas provinsi Apabila tidak terkendali hipertensi
Bali tahun 2015 hipertensi akan berkembang dan menyebabkan
menduduki peringkat ke-2, total kematian dan komplikasi seperti
stroke, penyakit jantung koroner dan hipertensi berhubungan dengan
gangguan fungsi ginjal (Aspiani, sifatnya yang agresif, ambisius, suka
2015). Seorang ahli psikologi, James bersaing, bekerja tidak pernah lelah,
A McCubbin, mengutarakan dampak selalu dikejar waktu dan selalu
psikologis dari hipertensi adalah sulit merasa tidak puas. Stres akan
membedakan emosi (Mora, 2014). meningkatkan resistensi pembuluh
Beberapa hal yang dapat darah perifer dan curah jantung
memicu penyakit hipertensi adalah sehingga akan menstimulasi aktivitas
ketegangan, kekhawatiran, status saraf simpatis. Sistem saraf simpatis
sosial, kebisingan, gangguan dan merupakan bagian dari sistem saraf
kegelisahan. Pengendalian pengaruh otonom yang berfungsi untuk
dan emosi negatif tersebut meningkatkan tekanan darah
tergantung juga pada kepribadian (Beatrix, 2016).
masing-masing individu. Hipertensi Upaya pencegahan dan
dapat dipengaruhi oleh gaya hidup penanggulangan hipertensi telah
yang tidak aktif, merokok, dan dilakukan oleh pemerintah, dimulai
kepribadian (Feist, 2016). dengan meningkatkan kesadaran
Kepribadian adalah suatu organisasi masyarakat dan perubahan pola
yang dinamis dari sistem-sistem hidup yang lebih sehat. Puskesmas
psikofisis di dalam individu yang sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
menentukan penyesuaian yang khas dasar sudah melakukan pencegahan
terhadap lingkungannya (Allport, primer melalui promosi kesehatan,
1937). pencegahan sekunder yang lebih
Kepribadian utama yang ditujukan pada kegiatan deteksi dini
dikenal yaitu; tipe A dan tipe B. untuk menemukan penyakit, dan
Penelitian yang dilakukan oleh Ray pencegahan tersier melalui tindak
Rosenman dan Meyer Friedman, lanjut dini dan pengelolaan
menunjukkan bahwa ada kaitan erat hipertensi yang tepat serta minum
antara tipe kepribadian A dan tipe obat teratur (Ngurah, 2015).
kepribadian B dengan hipertensi Tujuan penelitian ini adalah untuk
(Gulo, 2015). Mekanisme tipe mengetahui tipe kepribadian pada
kepribadian A menimbulkan
pasien hipertensi di Wilayah Kerja yang digunakan untuk
Puskesmas Tabanan III tahun 2017. menggolongkan individu termasuk
tipe kepribadian A atau tipe
METODE kepribadian B. Telah diuji validitas
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan reliabilitas, dengan nilai
deskriptif, menggunakan pendekatan cronbachs alpha 0,974.Skor
Cross Sectional. Populasi dalam tertinggi untuk tipe kepribadian A
penelitian ini adalah semua pasien dan B adalah 160, dan skor terendah
hipertensi di wilayah kerja adalah 40. Teknik analisa data yang
Puskesmas Tabanan III tahun 2017. digunakan dalam penelitian ini
Teknik sampling penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif.
adalah teknik non probability
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampling dengan consecutive
Sebelum hasil penelitian
sampling yang merupakan cara
disajikan, diuraikan karakteristik
menetapkan subjek yang memenuhi
subjek penelitian berdasarkan usia,
kriteria penelitian dimasukkan dalam
jenis kelamin, pendidikan, dan
penelitian sampai kurun waktu
pekerjaan, pada tabel berikut ini.
tertentu sehingga jumlah responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
yang diperlukan terpenuhi. Jumlah
Karakteristik Subjek Penelitian
sampel sebanyak 59 orang. Jenis data
Berdasarkan Usia
yang digunakan dalam penelitian ini
Usia f %
adalah data primer yang didapat
20-30 tahun 0 0
langsung dari hasil pengukuran
31-59 tahun 28 47,5
tekanan darah dan pengisian Type A
60 tahun 31 52,5
and Type B Behavior Pattern.
Total 59 100
Instrumen pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan Type A Tabel 1 menunjukkan
and Type B Behavior Patternyang sebagian besar subjek penelitian
dikembangkan oleh Paul M. Insel berada pada rentang usia 60 tahun
dan Walton T. Roth (1998) dari buku yaitu sebanyak 31 orang (52,5%).
th
Core Concepts in Health, 8 edition.
Instrumen ini terdiri dari 40 item
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tidak Bekerja 11 18,6
Karakteristik Subjek Penelitian Petani 17 28,8
BerdasarkanJenis Kelamin Wiraswasta 22 37,3
Jenis Kelamin f % PNS 9 15,3
Laki-laki 34 57,6 Total 59 100
Perempuan 25 42,4
Tabel 4 menunjukkan
Total 59 100
sebagian besar subjek penelitian
Tabel 2 menunjukkan bekerja sebagai wiraswasta yaitu
sebagian besar subjek penelitian sebanyak 22 orang (37,3%).
berjenis kelamin laki-laki yaitu Selanjutnya disajikan hasil
sebanyak 34 orang (57,6%). penelitian meliputi tipe kepribadian,
tipe kepribadian berdasarkan faktor
Tabel 3. Distribusi Frekuensi genetik, dan tipe kepribadian
Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan faktor lingkungan.
Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tipe
Pendidikan f %
Kepribadian pada Pasien Hipertensi
Dasar 30 50,9
Tipe Kepribadian f %
Menengah 19 32,2
Tipe A 33 55,9
Perguruan 10 16,9 Tipe B 26 44,1
Tinggi Total 59 100
Total 59 100
Tabel 5 menunjukkan
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar subjek penelitian
sebagian besar subjek penelitian memiliki tipe kepribadian A yaitu
berpendidikan dasar yaitu sebanyak sebanyak 33 orang (55,9%).Hasil
30 orang (50,9%). penelitian yang didapat sesuai
dengan hasil penelitian yang
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dilakukan oleh Chitrayana
Karakteristik Subjek Penelitian (2014)tentang kepribadian tipe A dan
Berdasarkan Pekerjaan risiko hipertensi pada orang dewasa
Pekerjaan F % menemukan hasil dari 64 orang, 36
orang (56,3%) mempunyai
kepribadian tipe A dan 22 orang Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tipe
(34,4%) menderita hipertensi. Kepribadian pada Pasien Hipertensi
Tipe kepribadian berdasarkan Faktor Genetik
mempengaruhi tekanan darah dan (Keturunan)
dapat memicu terjadinya hipertensi Riwayat Keturunan Total
Tipe
karena seseorang dengan tipe Kep Ada Tidak Ada
kepribadian A memiliki respons riba
dian f % f % f %
dominan tegang dan stres, hal ini
dapat merangsang sistem saraf Tipe 25 75,8 8 24,2 33 100
otonom meningkatkan tekanan A

darah. Tipe 13 50 13 50 26 100


Hasil penelitian ini didukung B
oleh teori Beatrix (2016), mekanisme
tipe kepribadian A menimbulkan Tabel 6 menunjukkan
hipertensi berhubungan dengan sebagian besar tipe kepribadian A
sifatnya yang ambisius, agresif, suka memiliki riwayat keturunan
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, hipertensi yaitu sebanyak 25 orang
selalu dikejar waktu dan selalu (75,8%). Hasil penelitian ini sesuai
merasa tidak puas. Stres akan dengan penelitian Rani (2013)yang
meningkatkan resistensi pembuluh meneliti tentang faktor-faktor yang
darah perifer dan curah jantung mempengaruhi kepribadian di
sehingga akan menstimulasi aktivitas poliklinik dewasa Puskesmas
saraf simpatis. Sistem saraf simpatis Bangkinang tahun 2013 menemukan
merupakan bagian dari sistem saraf hasil dari 60 pasien hipertensi
otonom yang berfungsi untuk sebagian besar yaitu 43 (71,7%)
meningkatkan tekanan darah. memiliki riwayat keturunan
hipertensi.
Warisan genetik atau faktor
keturunan berpengaruh terhadap
pembentukan tipe kepribadian
seseorang, misalnya orang tuanya
memiliki tipe kepribadian A maka
anak atau keturunannya juga Suhu lingkungan
memiliki tipe kepribadian A, dan berpengaruh terhadap tipe
sebaliknya. Hasil penelitian ini kepribadian, karena cuaca panas
didukung oleh teori Pieter (2012), dapat mengakibatkan beban
menyebutkan pembentukan tambahan pada sirkulasi darah.
kepribadian itu merupakan hasil Seseorang yang tinggal di suhu
warisan genetik dari kedua orang tua. lingkungan yang panas memiliki
dampak terhadap tingkah laku
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tipe berupa peningkatan agresivitas dan
Kepribadian pada Pasien Hipertensi lebih cepat memicu kemarahan, hal
berdasarkan Faktor Lingkungan ini tercermin pada seseorang dengan
(Suhu Lingkungan) tipe kepribadian A.
Suhu Lingkungan Total Hasil penelitian ini didukung
Tipe oleh teori Pieter (2012),
Panas Dingin
Keprib
menyebutkan lingkungan merupakan
adian
f % f % f %
faktor penentu dalam perkembangan
Tipe A 28 84,8 5 15,2 33 100 dan pembentukan kepribadian
seseorang. Adapun faktor lingkungan
Tipe B 10 38,4 16 61,6 26 100
yang berhubungan dengan
kepribadian adalah lingkungan fisik.
Tabel 7 menunjukkan
Faktor lingkungan fisik ini meliputi
sebagian besar tipe kepribadian A
iklim atau cuaca, yaitu ketika di
tinggal di suhu lingkungan yang
lingkungannya memiliki suhu
panas yaitu sebanyak 28 orang
lingkungan panas maka seseorang
(84,8%).Hasil penelitian ini sesuai
cenderung emosi, agresif, dan mudah
dengan penelitian Nurmalia (2012),
marah, ini dapat tercermin oleh
yang meneliti tentang pengaruh suhu
orang yang memiliki kepribadian A.
lingkungan fisik terhadap tipe
Suhu lingkungan yang sejuk dan
kepribadian, terdapat pengaruh yang
dingin maka seseorang akan
signifikan antara suhu lingkungan
cenderung santai, sabar, dan tidak
fisik dengan tipe kepribadian A.
tergesa-gesa sesuai dengan tipe
kepribadian B.
SIMPULAN Gulo, F. (2015) Hubungan Tipe
Kepribadian dengan Kejadian
Berdasarkan hasil penelitian
Hipertensi di Rumah Sakit
menunjukkan sebagian besar tipe Umum Sari Mutiara Medan.
Universitas Sari Mutiara
kepribadian pada pasien hipertensi
Indonesia.
adalah tipe kepribadian A sebanyak
Mora, L. (2014) Hipertensi Perburuk
33 orang (55,9%). Sebagian besar Kondisi Emosi Penderita.
tipe kepribadian A memiliki riwayat Bandung: Refika Aditama.

keturunan hipertensi yaitu sebanyak Ngurah (2015) Gaya Hidup


Penderita Hipertensi, Jurnal
25 orang (75,8%), dan tinggal di Gema Keperawatan, 8(1), p.
suhu lingkungan yang panas yaitu 32.
sebanyak 28 orang (84,8%). Nurmalia (2012) Pengaruh Suhu
Lingkungan Fisik Terhadap
Tipe Kepribadian. Universitas
DAFTAR RUJUKAN Sari Mutiara Indonesia.
Pieter (2012) Pengantar Psikologi
Allport (1937) Personality: A dalam Keperawatan. Jakarta:
Psychological Interpretation. Kencana.
New York: Henry Holt and
Company. Rani (2013) Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepribadian di
Aspiani, R. Y. (2015) Buku Ajar Poliklinik Dewasa Puskesmas
Asuhan Keperawatan Klien Bangkinang Tahun 2013.
Gangguan Kardiovaskular. Universitas Sebelas Maret.
Jakarta: EGC.
WHO (2015) Global Status Report
Beatrix (2016) Faktor Risiko on Noncommunicable Diseases
Kejadian Hipertensi Pada 2015. Available at:
Pasien Di Ruangan Penyakit http://apps.who.int/iris/bitstrea
Dalam RSUD Dr. M. Haulussy m/10665/148114/1/978924156
Ambon, Global Health 4854_eng.pdf (Accessed: 2
Science, 1(2), pp 66-74. January 2017).

Chitrayana (2014) Kepribadian Tipe


A dan Risiko Hipertensi pada
Orang Dewasa, Kesehatan
Masyarakat Nasional, 8(8), pp.
380385.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali
(2016) Profil Kesehatan
Provinsi Bali tahun 2015. Bali.
Feist, J. (2016) Teori Kepribadian.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai