Anda di halaman 1dari 71

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dunia pada abad ke-21 telah menunjukkan

kecenderungan adanya perubahan perilaku dan gaya hidup serta pola

konsumsinya ke produk perikanan. Dengan keterbatasan kemampuan pasok hasil

perikanan dunia, ikan akan menjadi komoditas strategis yang dibutuhkan oleh

masyarakat dunia. Pasokan ikan dunia saat ini sebagian besar berasal dari hasil

penangkapan ikan di laut. Namun demikian pemanfaatan sumberdaya tersebut di

sejumlah negara dan perairan internasional saat ini dilaporkan telah berlebih. Oleh

karena itu, alternatif pemasok hasil perikanan diharapkan berasal dari

pembudidayaan ikan (Sukadi, 2002).

Menurut FAO (2012) dalam Natalia (2013), produksi spesies ikan kakap

putih di dunia dari kegiatan budidaya tahun 2010 hanya mencapai 0,1 juta ton.

Secara nasional produksi ikan kakap melalui usaha budidaya pada tahun ini (2013)

diperkirakan mencapai 7.500 ton dan targetproduksi pada 2014 sebesar 8.500 ton.

Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan komoditas unggulan lainnya

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011 dalam Natalia, 2013).

Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) biasa dikenal dengan nama Giant sea

perch, seabass atau barramundi, ikan ini hidup di perairan pantai, muara dan air

tawar dan termasuk ikan ekonomis penting di Kawasan Indo-Pasifik. Daya dukung

komersial yang tinggi dan menjadi rekreasi perikanan di Australia dan Papua

Nugini, dan budidaya di Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura, Hong Kong,

Taiwan, dan di Australia, dapat di budidayakan di air payau dan air tawar, serta di

keramba jaring apung di pantai (Kungvankij et al, 1984;. Abu-abu, 1987, dalam

schipp et al, 2007). Ikan ini memiliki daging yang halus, populer di wilayah Indo-

1
Pasifik, dan memiliki pasar dan harga yang tinggi. ikan kakap putih memiliki tingkat

pertumbuhan yang cepat, tumbuh dengan ukuran besar, dan dapat dibesarkan di

penangkaran, sehingga membuat ikan kakap putih sangat cocok untuk akuakultur.

Teknik untuk budidaya kakap putih pertama kali dikembangkan di Laboratorium

Kelautan Songkhla di Thailand pada awal tahun 1970 dan kemajuan dalam teknik

budidaya untuk kakap putih yang telah dicapai sejak saat itu (Schipp et al, 2007).

Menurut Murtidjo (1998) ikan kakap hidup dan segar sangat dibutuhkan di

restoran-restoran makanan laut (seafood) dan hotel-hotel berbintang. Hidangan

kakap di tonjolkan sebagai hidangan pilihan dengan berbagai variasi makanan

dengan hargayang cukup tinggi. jakarta setiap bulan membutuhkan 70 ton ikan

kakap, sedangakan bali membutuhkan sekitar 30 ton/bulan. Ikan kakap sebagai

komoditas ekspor dapat diekspor ke singapura dan hongkong. singapura setiap

tahun membutuhkan ikan kakap hidup dan segar sebanyak 60 ribu ton per tahun,

dan hongkong membutuhkan sekitar 150 ribu ton per tahun. kebutuhan ikan kakap

setiap tahunnya cenderung meningkat. Selanjutnya mengatakan pasar ikan kakap

saat ini sangat berkembang pesat dengan tingginya permintaan terhadap ikan

kakap baik domestik maupun internasional, maka kegiatan budidaya ikan kakap

memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan dan peningkatan jumlah

produksinya. Ekspor ikan kakap indonesia selama ini adalah singapura baru

mencapai 3000 ton per tahun ikan kakap segar dan 80 ton pertahun ikan kakap

hidup. ironisnya, sebagian dari jumlah tersebut oleh pedagang singapura di ekspor

lagi ke Hongkong.

Perlu dilakukan usaha untuk mengetahui dan menguasai semua aspek dalam

budidaya hususnya pada pembesaran kakap putih (L. calcalifer) secara tepat

melalui pelaksanaan Praktek Kerja Magang tentang Teknik Pembesaran kakap

putih (L. calcalifer) di tambak secara semi intensif di Balai Layanan Usaha

2
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, jawa barat Dengan

berhasilnya kegiatan teknik pembesarankakap putih , berarti ketersediaan ikan

konsumsi di pasar konsumen terpenuhi.

1.2. Tujuan

Praktek kerja magang ini bertujuan untuk lebih mengetahui, memahami

tentang Teknik pembesaran Ikan Kakap Putih ( L. calcarifer ) yang akan dilakukan

di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (bluppb) Karawang, Jawa

Barat serta dapat mengetahui permasalahan apa yang dihadapi dalam

pembesaran ikan kakap ini serta mencari alternatif dalam pemecahan

permasalahannya.

1.2. Kegunaan

Manfaat yang diharapkan dari praktek magang ini adalah dapat melakukan

praktek pembesaran ikan Kakap Putih( L. calcarifer ) secara langsung, menambah

wawasan, pengalaman dan keterampilan dalam pembesaran dan dapat dijadikan

bekal yang bisa diterapkan dalam hidup bermasyarakat nantinya.

1.3. Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Magang Teknik pembesaran Ikan Kakap Putih

( L. calcarifer ) akan dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Pada bulan Juli Agustus 2016

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi ikan Kakap Putih (Lates calcalifer)

2.1.1. Klasifikasi ikan kakap putih

Ikan kakap putih (L. calcarifer) merupakan ikan yang sangat digemari oleh

masyarakat luas, tidak saja di Indonesia, melainkan juga di negara-negara Asia

lainnya dan Australia. Ikan kakap putih (Gambar 1) dikenal sebagai seabass di

Asia dan barramundi di Australia. Ikan kakap putih bersifat euryhaline dari suku

Centropomidae (Mathew, 2009). Berikut merupakan klasifikasi ikan kakap putih (L.

calcarifer) :

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Famili : Centropomidae

Genus : Lates

Spesies : Lates calcarifer (Kungvankij et al., 1985)

Gambar 1. Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) (Mathew ,2009)

4
2.1.2. Morfologi Ikan Kakap Putih

Menurut Marwiyah (2001) dalam Mulyono (2011) ciri-ciri morfologis ikan

kakap putih (L. calcalifer, Bloch) antara lain adalah:

a. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar.

b. Pada waktu masih burayak (umur 1- 3 bulan) warnanya gelap dan setelah

menjadi gelondongan (umur 3-5 bulan) warnanya terang dengan

bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah

menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.

c. Mulut lebar, sedikit serong dengan gigi halus.

d. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi.

e. Sirip punggung berjari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah

sebanyak 7 8 buah.

Ikan kakap putih (L. calcarifer) memiliki bentuk badan memanjang, gepeng,

batang sirip ekor lebar. Kepala lancip dengan bagian atas cekung dan menjadi

cembung di depan sirip punggung. Mulut lebar, sedikit miring, rahang atas

memanjang sampai ke belakang mata, gigi halus, tidak memiliki gigi taring. Bagian

bawah preoperculum memiliki tulang yang kuat, operculum memiliki duri-duri kecil

dengan kuping bergerigi di atas pangkal gurat sisi. Sirip punggung memiliki 7-9

jari-jari sirip keras dan 10-11 jari-jari sirip lemah, terdapat lekukan yang dalam

membagi jari-jari keras dari bagian lunak sirip, sirip dada pendek dan bulat,

beberapa pendek dan bergerigi kuat di atas pangkalnya. Sirip punggung dan sirip

anal keduanya memiliki lapisan bersisik. Sirip anal bulat, dengan 3 jari-jari sirip

keras dan 7-8 jari-jari sirip lemah. Sirip caudal berbentuk bulat. Sisik bertipe sisik

besar. Warna tubuh terdapat dua tahap yaitu kecokelatan dengan bagian sisi dan

perut berwarna keperakan pada jenis ikan yang hidup di laut dan cokelat

keemasan pada jenis ikan yang hidup di lingkungan air tawar. Ikan dewasa

5
berwarna biru kehijauan atau keabu-abuan pada bagian atas dan keperakan pada

bagian bawah (Kungvankij et al., 1985). Bentuk morfologi ikan kakap putih dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi Kakap Putih (Soetomo, 1997)

2.2. Habitat dan Penyebaran ikan Kakap Putih (Lates calcalifer}

Ikan kakap putih merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromous. Ikan

matang gonad ditemukan dimuara-muara sungai, danau atau laguna dengan

salinitas air antara 10-15 ppt. Larva yang baru menetas (umur 15-20 hari atau

ukuran panjang 0,4 0,7 cm) terdapat sepanjang pantai atau muara sungai,

sedangkan larva yang berukuran 1 cm dapat ditemukan di perairan tawar seperti

sawah dan danau (Mulyono, 2011).

Ikan kakap putih menghabiskan sebagian besar masa pertumbuhan

selama 2-3 tahun di perairan tawar seperti sungai dan danau yang terhubung

dengan laut. Ikan kakap putih memiliki pertumbuhan yang cepat, mencapai berat

3-5 kg selama 2-3 tahun. Ikan dewasa yang berumur 3-4 tahun beruaya ke muara

sungai, dari perairan tawar ke laut dengan salinitas berkisar antara 30-32 ppt untuk

pematangan gonad dan kemudian memijah (Kungvankij et al., 1985).

6
2.3. Kebiasaan Makan dan Cara Makan

Meskipun ikan kakap putih termasuk ikan karnivora yang rakus, tetapi saat

juvenilnya adalah omnivora. Berdasarkan analisa isi perut ikan kakap putih yang

berukuran 1-10 cm menunjukkan bahwa sekitar 20% terdiri dari plankton, terutama

diatom dan alga dan sisanya terdiri dari udang kecil, ikan dan sebagainya

(Kungvankij, 1971 dalam Kungvankij et al., 1985). Ikan yang berukuran lebih dari

20 cm, isi perutnya terdiri dari 100% mangsa hewan yaitu 70% crustacea (seperti

udang dan kepiting kecil) dan 30% ikan kecil. Spesies ikan kecil yang ditemukan

terutama ikan perepek/ikan rucah (Leiognatus sp.) dan ikan belanak (Mugil sp.)

(Kungvankij et al., 1985).

Analisa perut yang pernah dilakukan pada ikan yang berukuran 1-10 cm,

ternyata 20% bagian adalah plankton (terutama diatom dan alga) sementara

sisanya terdiri dari udang-udangan kecil, ikan dan sebagainya ( kungvankij, 1971

dalam Bond et al, 2005). Dipihak lain bahwa larva ikan kakap bisa tumbuh optimum

bila diberi rotifer (Brachionus sp.). Namun untuk ikan yang berukuran lebih dari 20

cm dinyatakan 100 % adalah pemakan daging dimana 70 % adalah crustacea

(udang, anak kepiting) dan 30 % adalah ikan-ikan kecil (Bond et al, 2005).

2.4. Siklus Hidup

Ikan kakap putih (Lates calcarifer) bersifat hermaprodit protandri yang

hidup di sungai tetapi membutuhkan air asin untuk bereproduksi. Ikan kakap purih

bersifat diadromous, kembali ke muara atau air laut untuk bereproduksi

(Greenwood, 1976 dalam Szentes et al., 2012). Pada tahap awal pertumbuhan

dengan berat badan mencapai 1,5-2,5 kg sebagian besar ikan kakap putih berjenis

kelamin jantan, tetapi ketika berat badan mencapai 4-6 kg sebagian besar berubah

jenis kelamin menjadi betina (Kungvankij et al., 1985).

7
Menurut Bond et al (2005) Proses pembuahan terjadi di luar tubuh

(eksternal), dan berlangsung pada saat air laut pasang tinggi diwaktu malam hari

(sekitar pukul 18.00-22.00) di awal bulan baru atau bulan penuh. Telur kakap

bersifat mengapung (planktonik) dengan diameter 0,5 mm. telur akan menetas

18 jam kemudian dan larvanya hanyut terbawa arus ke arah estuaria masuk ke

batang-batang sungai, danau-danau dan rawa. selanjutnya larva akan tumbuh

menjadi dewasa.

2.5. Budidaya Kakap Putih (Lates calcalifer) Di Tambak

2.5.1. Lokasi Tambak Budidaya Kakap Putih

Menurut Murtidjo (1998) pemilihan lokasi tambak untuk budidaya kakap

harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Lokasi yang sering terkena banjir sebaiknya jangan digunakan.

2) lokasi sebaiknya dipilih yang dekat dengan jalan besar dan transportasi mudah.

3) kondisi tanah dapat menahan air sehingga tidak mudah longsor.

4) lokasi cukup aman dan terlindung, baik pencurian maupun terhadap hal-hal

yang bersifat sosiologis.

5) dasar tambak memiliki tanah yang coxok, yaitu tanah liat bercampur endapan

dan sedikit pasir. tanah seperti ini biasanya terbentuk oleh air sungai yang

bermata air di gunung yang membawa tanah lahar mengandung abu.

6) lokasi dengan tanah dasar tambak yang berupa tanah liat atau pasir sebaiknya

dihindari. tanah liat yang terlalu banyak akan mengakibatkan tanah mengeras

bila kering dan jika basah menjadi becek, lengket, dan lembek. kemampuan

menahan air pun terlalu kecil. jika terlalu banyak pasir, tanah tambak akan

mudah longsor.

8
2.5.2. Kontruksi Tambak Budidaya Kakap Putih

Pasang surut adalah faktor yang menentukan kemampuan suatu tambak

untuk dapat digenangi secara gravitasi. Kisaran pasang surut yang ideal untuk

tambak adalah 1,5 sampai 2,5 m. Daerah pantai dengan kisaran pasang surut

kurang dari 1 m sangat sulit untuk pengisian maupun pengeluaran air tambak

secara gravitasi. Sebaliknya daerah pantai yang kisaran pasang surutnya lebih

dari 2,5 m juga terlalu berat untuk budidaya di tambak, sebab pematang terpaksa

dibuat besar dan tinggi agar mampu menahan tekanan air waktu pasang tinggi dan

surut rendah (Mustafa et al., 2007 dalam Ratnawati dan Asaad, 2012).gambar bisa

dilihat di gambar 3.

Gambar 3. Tambak Ikan Kakap Putih (Andriyanto et al, 2013).

2.5.2. Persiapan Tambak

Menurut Andriyanto et al, (2013) Kegiatan persiapan tambak antara lain:

a) Pengeringan tanah dilakukan selama 7-14 hari sesuai dengan terik matahari

hingga tanah menjadi kering. Diharapkan, setelah dilakukan pengeringan tanah

tambak, sinar UV yang ada pada sinar matahari dapat membunuh bakteri

9
pembusuk, menaikkan pH tanah, serta memudahkan dalam renovasi kolam

agar tidak licin dan berlumpur.

b) Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah dan mempertahankannya

dalam kondisi yang stabil. Selain itu, diharapkan setelah pemberian kapur tanah

dasar menjadi subur, reaksi kimia yang terjadi didasar tanah menjadi baik, gas-

gas beracun dapat terikat secara kimiawi.

c) Pemupukan dilakukan untuk mempersubur kondisi air yang digunakan untuk

menumbuhkan pakan alami udang, seperti plankton.

d) Pemasangan kincir tambak berfungsi untuk: menambah oksigen dalam air dan

membuang gas (CO2, N2, CH4, dan lainnya); mengaduk air agar tidak terjadi

stratifikasi parameter kualitas air; menciptakan arus dan mengumpulkan

kotoran ke pembuangan; mencegah terjadinya endapan bahan organik agar

selalu dalam kondisi aerob.

e) Pengisian air dimana untuk pengisian air ada beberapa parameter yang selalu

dijaga dan dikontrol dalam pelaksanaan pembesaran

2.5.4. Padat Tebar

Benih ikan kakap putih dapat diperoleh dari alam atau dari panti benih.

Ukuran panjang 2-3 cm (30-40 hari) atau berat 25-30 gram/ekor. Benih berenang

cepat/gesit sisik mengkilat tergolong benih yang baik dan sehat. Kepadatan

optimal untuk benih dengan berat 25-30 gram/ekor adalah 100 ekor/m3.

Sedangkan benih dengan berat 100-150 gram/ekor padat tebarnya adalah 40-50

ekor/m3 . Benih berukuran 0,8 cm terlebih dahulu dibesarkan diwaring yaitu jaring

yang sangat halus, dengan ukuran 2x1 m2 dengan padat penebaran 2.500 ekor

per petakan selama 2 minggu (Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan,

2011).

10
Pakan yang diberikan berupa pelet yang telah dihaluskan, sampai ukuran

3 cm pindahkan lagi dengan waring yang agak sedikit kasar dengan ukuran jaring

2x1 m2 dan padat penebaran 1.000 ekor dalam satu petak jaring pakan yang

digunakan mulai dirubah dengan ukuran pelet yang disesuaikan dengan ukuran

ikan itu sendiri, lama pemeliharaan dalam jaring selama 3 minggu dan ikan telah

mencapai ukuran 8-10 cm dan siap untuk ditebar langsung ke dalam petakan

tambak dengan padat penebaran 5 ekor/m2, memelihara ikan dalam waring

terlebih dahulu supaya apabila ditebar langsung ke dalam petakan tambak, ikan

kakap putih sudah terbiasa diberi pakan di satu titik dimana bekas jaring

pendederan ditempatkan sehingga apabila memberikan pakan pada waktunya

ikan sudah menunggu di permukaan air, pemberian pakan biasanya dengan

memberikan pakan 2 kali dalam 1 hari berupa pelet ataupun ikan rucah yang telah

dipotong-potong lama pemeliharaan sampai ikan siap untuk dipanen selama 5

bulan dari pertama tebar dengan ukuran benih 0,8 cm (Kepala Pusat Penyuluhan

Kelautan dan Perikanan, 2011).

2.5.5.. Pemberian Pakan

Ikan kakap yang di pelihara di dalam kolam pembesaran diberi pakan

sebanyak 4% dari berat tubuhnya. Pakan yang di berikan berupa ikan rucah,

udang kecil, kan teri. Pakan diberikan sekali dalam satu hari. Sebaiknya pemberian

pakan dilakukan saat air pasang dan sedang mengalir. Jatah pemberian pakan

diberikan pada pagi dan sore hari (Bambang, 1997).

2.6. Kualitas air

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji

kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas

11
air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan

sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi

alamiahnya. Menurut Kungvankji et al (1985) Pembesaran ikan kakap putih

membutuhkan parameter kualitas air berupa salinitas antara 10-30 ppm, suhu

antara 26-320 C, pH 7.5 -8,5, oksigem terlarut antara 4-9 ppm dam amoniak kurang

dari 1 ppm.

2.6.1. Derajat K

2.6.2. easaman / pH ( puissance negatif de H )

Menurut Kordi dan Andi (2007) pH ( puissance negatif de H) yaitu logaritma

dari kepekatan ion-ion H (hidogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat

keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen yang

menunjukkan suasana air tersebut bereaksi asam atau basa. Menurut Soetomo

(1997) dalam Riska et al (2013) , kisaran nilai pH untuk budidaya ikan kakap putih

(Lates calcalifer) yaitu 7,5-8,5. Nilai pH yang terdapat pada tambak pembesaran

ikan kakap putih masih dalam keadaan baik .

2.6.3. Salinitas

Menurut Boyd (1982), salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut

dalam air. Ion-ion tersebut adalah khlorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium,

kalsium dan magnesium. Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air.

Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang

hidup di air laut harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik

dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh

dari makanan dan digunakan untuk keperluan tersebut. Menurut Sudjiharno (1999)

ikan Kakap Putih mempunyai kemampuan bertoleransi terhadap salinitas sangat

tinggi. Ikan Kakap Putih mampu hidup pada kisaran salinitas 0-33 ppt.

12
2.6.4. Suhu

Menurut Kordi dan Tancung (2010), suhu mempengaruhi aktivitas

metabolisme organisme, oleh karena itu penyebaran organisme baik di lautan

maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat

berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum laju

pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan

kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan

suhu sampai ekstrim (drastis). Menurut Soetomo (1997), Suhu optimal bagi

kehidupan dan pertumbuhan ikan kakap putih adalah 25-30o c.

2.6.5. DO (Dissolved Oxygen)

Menurut Kordi dan Tancung (2007), nilai DO (Dissolved Oxygen)

menyatakan nilai dari kandungan oksigen terlarut dalam air. Oksigen yang

diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut dalam air. Oksigen

merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di dalam

air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan

terhambat. Menurut Soetomo (1997), Oksigen terlarut ikan kakap putih dewasa

membutuhkan oksigen terlarut 6,5-12,5 mg/l

2.6.6. Amoniak

Amonia merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh

organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh

bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam bentuk tak terionisasi (NH3) atau

bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4) atau ion amonium (Dinas

Perikanan,1997 dalam Umroh, 2007). Menurut Menurut Direktorat Jendral

13
Perikanan (1982) persyaratan parameter kualitas air pada budidaya ikan kakap

Amoniak 0,30 mg/L.

2.6.7. nitrit

Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tumbuh

dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat

mematikan organisma air. Keberadaan senyawa nitrat di perairan sangat

dipengaruhi oleh buangan yang berasal dari industri, pertanian dan domestik

(Isnaini, 2011). Menurut Hartanto et.al (2009) Toksisitas nitrit tergantung dari jenis

spesiesnya. Untuk mencegah stress pada ikan konsentrasi nitrit dalam area

budidaya perlu dijaga agar tidak melewati kadar 0,1 mg/L.

2.7. Hama dan Penyakit

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada

manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang

berkaitan dengan kegiatan budidaya adalah semua hewan yang merusak

tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan

kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu budidaya sebelum

menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum

termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu

dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara

garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga,

moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah

hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu

menjadi hama (Dadang, 2006).

14
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau

fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa

penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal)

dan luar (eksternal). Penyakit yang sering menginfeksi ikan kakap putih beserta

penyebabnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis Penyakit dan Penyebabnya

No Nama Penyakit Penyebab

1. Bintik Putih Penyebabnya adalah protozoa Ichthiopthirius

(Parasit) multifiliis. Faktor pendukung penyebab penyakit ini

adalah:

- kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah,

pakan yang buruk,dan kontaminasi ikan lain yang

sudah terkena penyakit bintik putih.

Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak

langsung antar ikan.

2. Penyakit Gatal Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini

(Parasit) disebabkan oleh Trichodina sp. bagian tubuh yang

diserang adalah kulit, sirip, dan insang.

3 Penducle Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin

(Bakteri) (cold water descareases) yang bisa terjadi pada

suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteriFlexbacter

psychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron.

Sumber : Razi (2013)

15
Tabel 2. Jenis Penyakit dan Penginfeksiaannya

No Nama Penyakit Gejala Penginfeksian

1. Bintik Putih Bagian tubuh ikan yang diserang adalah sel lendir,

sisik, dan lapisan insang. Ikan yang terserang

penyakit ini tampak sulit bernafas, Sering

menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah,

munculnya bintik putih pada insang dan sirip,

lapisan lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada

sirip dan insang.

2. Penyakit Gatal Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan

ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan

tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah

pemeliharaan.

3. Penducle Ikan arwana yang terserang penyakit penducle

tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan,

muncul borok atau nekrosa pada kulit secara

perlahan.

Sumber: Razi (2013)

2.8. Pemanenan dan Pemasaran

Panen merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya ikan. Pemanenan

harus sudah direncanakan sejak awal pendederan benih karena menyangkut

biaya pakan yang harus dikeluarkan dan jumlah produksi yang dihasilkan. Waktu

pemanenan ikan kakap putih (Lates calcarifer) biasanya dilakukan pada sore hari

(Yulinda, 2012). Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran benih sampai

mencapai ukuran 500 gram/ekor diperlukan waktu 5-6 bulan.

16
Menurut Kotler (2002), definisi pemasaran adalah sebagai suatu proses

sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Hanafiah dan Saefudin

(2006) menyatakan pemasaran hasil perikanan mempunyai ciri-ciri, diantaranya

sebagai berikut :

a. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan

diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun.

b. Pada umumnya pedagang pengumpul memberi kredit kepada produsen.

c. Saluran pemasaran pada umumnya terdiri dari produsen (nelayan), pedagang

perantara sebagai pengumpul, pedagang eceran dan konsumen.

d. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai

konsumen pada umumnya meliputi proses proses pengumpulan,

pengimbangan, dan penyebaran, dimana proses pengumpulan merupakan

proses yang terpenting.

e. Kedudukan terpenting dalam pemasaran hasil perikanan terletak pada

pedagang pengumpul karena berhubungan dengan fungsinya sebagai

pengumpul dari daerah produksi yang terpencar-pencar, skala produksi kecil-

kecil, dan produksinya musiman.

17
3. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Metode Pengambilan Data

Praktek kerja magang ini menggunakan metode deskriptif. Menurut

Suryabrata (1994), metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan

keadaan atau kejadian-kejadian pada suatu daerah tertentu. Pengambilan data

dilakukan tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi

meliputi analisis dan pembahasan tentang data tersebut. Metode ini bertujuan

untuk memberikan gambaran secara umum, sistematis, actual dan valid

mengenai fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.

3.2 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada praktik kerja Magang ini dilakukan dengan dua

macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan langsung di Magang oleh orang yang melakukan

penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002).

3.2.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1997). Data

ini dapat diperoleh langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

hasil observasi, partisipasi aktif, serta wawancara

18
a) Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang

dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala - gejala yang

diselidiki (Narbuko dan Achmadi, 2007). Sedangkan menurut Hasan (2002),

observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean

serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ,

sesuai dengan tujuan - tujuan empiris. Dalam Praktik Kerja Magang ini observasi

yang dilakukan adalah dengan cara mengamati dan mencatat kegiatan apa yang

dilakukan dalam usaha pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan hal

- hal lainnya yang berkaitan dalam usaha tersebut.

b) Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah mengikuti pelaksanaan kegiatan atau ikut

berperan dalam kegiatan yang dilakukan di lokasi. Seperti telah dikemukakan

bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif,

partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi

yang lengkap (Faisal, 2003). Kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan saat

Praktek Kerja Magang, yaitu turut serta dan berperan aktif dalam kegiatan

pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer), dimana dapat digunakan untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai teknik pembesaran ikan kakap putih

(Lates calcarifer).

c) Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data selain melalui observasi

yang telah dilakukan. Menurut Effendi (2012), wawancara merupakan suatu

proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan

oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor

19
- faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang

dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara. Dalam melaksanakan

wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis

besar dari hal-hal yang akan ditanyakan.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data tersebut sudah

cukup dikumpulkan sebelumnya untuk tujuan - tujuan yang tidak mendesak.

Keuntungan data sekunder ialah tersedia, ekonomis, dan cepat didapat.

Kelemahan data sekunder ialah tidak dapat menjawab secara keseluruhan

masalah yang sedang diteliti. (Soegoto, 2008). Data sekunder dalam Praktik

Kerja Magang ini didapatkan dari jurnal, e-book, internet, buku-buku serta

instansi pemerintahan yang terkait untuk melengkapi laporan Praktik Kerja

Magang dan data sekunder yang diperlukan yaitu profil lengkap, sistem dan

struktur keorganisasian, sistem kepegawaiannya, cara pengelolaan air yang

digunakan untuk pembesaran, serta sarana dan prasarana yang ada di Balai

Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang Jawa Barat

3.3. Analisa Usaha dan Kelayakan Usaha

3.3.1 Analisa Usaha

Analisis usaha dalam usaha pembesaran calon induk udang windu

meliputi modal, biayaproduksi, penerimaan, keuntungan dan payback period.

a. Investasi

Investasi dalamsuatuusaha adalah alokasi dana ke dalam usaha yang

bersangkutan, dimana investasi tersebut meliputi penggunaan dana untuk

20
pengadaan secara produksi dan dana-dana produksi selama usaha

bersangkutan dijalankan.

b. Biaya Tetap

Biaya tetap (fixed cost) adalah seluruh jenis biaya yang selama satu

periode produksi tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan.

c. Biaya Variabel

Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun sesuai dengan

volume kegiatan, apabila produksi bertambah maka biaya variabel pun

bertambah demikian pula sebaliknya apabila produksi turun.

3.3.2 Kelayakan Usaha

Untuk menghitung kelayakan usahanya menggunakan rumus sebagai

berikut.

a) Penerimaan atau Revenue Cost Ratio

Menurut Lentera (2008), RCR (Revenue Cost Ratio) adalah perbandingan

total (Total Revenue, TR) dan biaya total (Total Cost, TC). RCR bisa disingkat

R/C, digunakan untuk mengetahui imbangan penerimaan dan biaya dari usaha

tani yang dilakukan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisien ini

sebagai berikut.

Penerimaan Total (TR)


R/C =
Biaya Total (TC)

21
Dengan kriteria:

Bila nilai R/C > 1, usaha budidaya ikan menguntungkan

Bila nilai R/C = 1, usaha budidaya ikan tidak untung dan tidak rugi

Bila nilai R/C < 1, usaha budidaya ikan rugi

b) Break Even Point (BEP)

Biaya operasional1
Harga per ekorBEP (Rp) =
Penyusutan
1
Pendapatan

Biaya operasional1
Harga per ekorBEP (Unit) =
Penyusutan
Harga per ekor
Pendapatan

Menurut Munawir (1990), nilai BEP dapat diartikan sebagai suatu


keadaan dimana operasi perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak
menderita kerugian. Sedangkan menurut Riyanto (1995), perhitungan break even
point atas dasar dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

FC
BEP(Q) =
PV

dengan:

P = harga jual per unit

V = biaya variabel per unit

FC = biaya tetap

Q = jumlah unit atau kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

22
Menurut Riyanto (1995), perhitungan break even point atas dasar sales

dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar

sebagaiberik

FC
BEP (Rupiah) =

1

dengan:

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel

S = volume penjualan

c). Rentabilitas

Rentabilitas usaha merupakan kemampuan suatu usaha budidaya ikan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Riyanto (1995),

rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan

aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Umumnya dirumuskan

seperti di bawah ini:


Rentabilitas =
100%

Keterangan:

L =laba

M = modal yang dipergunakan untuk menghasilkan keuntungan (modal kerja)

23
d) Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama

modal yang ditanamkan dalam usaha tersebut dapat kembali. Payback period

(PP) dapat dirumuskan seperti dibawah ini:

Biaya investasi
PP =
Keuntungan

3.4 Kendala dan Pengembangan Usaha

Menurut Mudjiman (2005) Salah satu faktor selama ini yang menghambat

perkembangan usaha budidaya ikan Kakap Putih di Indonesia adalah masih

sulitnya penggunaan pakan buatan. Penggunaan pakan buatan sangat

dipengaruhi oleh kualitas pakannya. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas

pakan diperlukan penyimpanan dan kualitas pakan yang baik. Pertimbangan

penggunaan pakan buatan (pellet) adalah tidak tergantung dengan musim, harga

persatuan berat pakan bisa dihitung dan dapat diproduksi setiap hari, serta mudah

dilakukan penyimpanannya (baik bentuk kering maupun basah).

Menurut Mayunar (1995) Budidaya ikan kakap putih dalam karamba jaring

apung (KJA) dan di tambak secara ekonomis telah memberikan dampak positif

bagi peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan memberikan dampak positif

secara ekologis, yaitu mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumber daya ikan

kakap putih di alam. Pengembangan panduan teknis yang mendukung

keberhasilan usaha budidaya secara ekonomis dan dapat meminimalkan dampak

negatif terhadap lingkungan diperlukan agar pengembangan budidaya kakap putih

tersebut dapat diselenggarakan secara berkelanjutan. World Wide Found (WWF)

Indonesia dalam hal ini berinisiatif menyusun panduan dalam bentuk Better

Management Practices (BMP) budidaya ikan kakap putih dalam KJA dan tambak

24
sebagai upaya mendukung pengembangan budidaya kakap putih secara

bertanggungjawab. BMP yang disusun ini diharapkan dapat diterapkan secara

praktis di lapangan oleh para pembudidaya, yang pada akhirnya dapat

memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha budidaya kakap putih itu

sendiri maupun bagi upaya pelestarian lingkungan di daerah yang bersangkutan.

25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Prakyek Kerja Magang


4.1.1. Sejarah Berdirinya BLUPPB Karawang

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang semula

bernama Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat (PP-TIR) sesuai KEPPRES No. 18

Tahun 1984. Tujuan pembentukan PP-TIR adalah untuk mewujudkan kawasan

percontohan usaha budidaya udang yang maju, ramah lingkungan dan

berkelanjutan guna memandu pengembangan usaha budidaya udang nasional.

Seiring dengan perkembangan waktu dan bergulirnya Reformasi 1998,

manajemen Tambak Pandu TIR ikut mengalami imbas negatif yang

mengakibatkan terhentinya kegiatan operasional. Memasuki masa-masa sulit

tersebut terjadilah penjarahan aset dan pengkaplingan lahan.

Pada tanggal 5 Juni 2002, PP-TIR diserah terimakan oleh Sekretariat

Negara RI kepada Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai Departemen

Teknis dengan tujuan membentuk wadah percontohan dan pendampingan

teknologi perikanan budidaya. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal

Perikanan Budidaya No. 11/DPB.0/I/2006, tentang penunjukkan Kepala Unit

Tambak Pandu Karawang (TPK) dan eks PP-TIR berubah nama menjadi Satuan

Kerja (Satker) Pengembangan Kawasan Tambak Pandu Karawang (TPK).

Dijelaskan tugas pokok TPK adalah melaksanakan sebagian tugas

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam melaksanakan pembinaan,

pengembangan dan pengendalian sistem pembudidayaan perikanan nasional

yang dapat berperan sebagai Aquaculture Techno Park sekaligus menjadi

inkubator bisnis bagi kegiatan pembinaan perikanan nasional. Memasuki TA. 2009

unit kerja ini telah ditetapkan menjadi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya (BLUPPB) Karawang sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal

26
Perikanan Budidaya berdasarkan Kepmen No. PER.07/MEN/2009 tanggal 13

Maret 2009. Pintu masuk Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya

Karawang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pintu Masuk BLUPPB Karawang

4.1.2. Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar

BLUPPB Karawang terletak di Desa Pusaka jaya Utara RT 04/RW 01,

Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini berjarak

sekitar 45 km dari Kota Karawang. Secara geografis, letak BLUPPB Karawang

berbatasan langsung dengan :Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Utara

Jawa. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Cimunclak. Sebelah Timur

berbatasan dengan Sungai Ciwadas. Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun

Cipucuk dan Cikatet, dapat dilihat padaLampiran 1 dan 2.

Luas Kawasan BLUPPB Karawang 390 Ha, terdiri dari lahan Balai seluas

238 Ha, tambak/kolam inti seluas 100 Ha, dan Lahan Plasma 152 Ha serta

lainnya kawasan penyangga, fasilitas perumahan, kantor, asrama dan beberapa

jenis laboratorium, serta bangunan penunjang lainnya, dapat dilihat di Lampiran 3.

27
4.1.3. Visi dan Misi BLUPPB Karawang

BLUPPB Karawang mempunyai visi yaitu Menjadikan BLUPPB Karawang

sebagai Pusat Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya yang Terkemuka,

sementara itu misi BLUPPB Karawang adalah Meningkatkan Produktivitas dan

Kualitas Usaha Produksi Perikanan Budidaya yang Berdaya Saing, Ramah

Lingkungan dan Berkelanjutan.

4.1.4. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Layanan Usaha Produksi

Perikanan Budidaya BLUPPB Karawang, dapat dilihat pada Gambar 5:

KEPALA BLUPPB
KARAWANG

SUB. BAGIAN
TATA USAHA

SEKSI TEKNIK SEKSI SARANA SEKSI


USAHA TEKNIK PELAYANAN
PRODUKSI TEKNIK

KELOMPOK
FUNGSIONAL

Gambar 5. Struktur Organisasi BLUPPB Karawang

a) Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)


Karawang.

Kepala BLUPPB Karawang mempunyai tugas mengkoordinasi,

merumuskan dan mengarahkan tugas penerapan teknik pembenihan

pembudidayaan ikan serta pelestarian sumber daya sesuai dengan prosedur dan

peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

28
b) Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,

kepegawaian, kelengkapan, persuratan dan rumah tangga serta pelaporan.

c) Seksi Pelayanan Teknis

Melakukan tugas pelayanan teknis, penerapan teknik dan penanganan

induk, pengadaan benih, pengelolaan sumber benih di alam, distribusi,

transportasi dan benih serta penerapan teknis konstruksi, pengelolaan dan

pemeliharaan ikan budidaya. Seksi pelayanan teknis juga memberikan

penyediaan dan pengolahan sarana teknis serta penerapan kegiatan teknis

BLUPPB Karawang.

d) Seksi Teknik Usaha Produksi

Seksi Teknik Usaha Produksi mempunyai tugas melakukan rekayasa

segmentasi dan analisis kelayakan skala usaha pembenihan, pendederan, dan

pembesaran usaha produksi perikanan budidaya, serta percontohan usaha

produksi dengan penerapan sertifikasi sistem mutu budidaya perikanan.

e) Seksi Sarana Teknik

Seksi Sarana Teknik mempunyai tugas melakukan penerapan tata kelola

kawasan usaha, analisis jenis, dan tata guna faktor-faktor produksi perikanan

budidaya, pelayanan sarana produksi hasil produksi satuan kerja, serta

melaksanakan rancang bangun konstruksi, peralatan, dan mesin sarana budidaya.

f) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar atau

sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan ikan, pengendalian hama dan

penyakit, pengawasan benih, budidaya dan penyuluhan, serta kegiatan lain yang

sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan

perundang undangan yang berlaku.

29
Berdasarkan data yang didapat, BLUPPB Karawang saat ini mempunyai

pegawai sebanyak 128 orang pegawai. Jumlah pegawai menurut status

kepegawaiannya sebanyak 96 Pegawai Negeri Sipil dan 32 Pegawai Kontrak.

Diagram kepegawaian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Kepegawaian BLUPPB Karawang

Sementara itu, tingkat pendidikan pegawai terdiri dari 5,47% Master; 21,09%

Sarjana; 7,03% Diploma; 40,63% SLTA; 2,34% SLTP dan 21,88% SD. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah dari SLTA.

4.1.5. Bentuk Usaha dan Permodalan

BLUPPB Karawang merupakan instansi pemerintah dibawah kewenangan

Direktorat Jenderal Perikanan dan Kelautan. Instansi ini menghasilkan paket

paket teknologi sehingga kerjasama dengan lembagalembaga lain perlu

dilakukan dengan tujuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman. BLUPPB

Karawang ini telah melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan yaitu

dengan CJ Feed Samsung, Suri Tani Pemuka (STP), Matahari Sakti, Gold Coin,

Surya Hidup Satwa (SHS) dan PT Bratachem. BLUPPB Karawang melakukan

Kerjasama Operasional, hal ini dilakukan untuk :

30
a. Menciptakan pembudidaya baru yang memiliki kemampuan yang baik sebagai

bekal untuk melakukan usaha budidaya di tempat lain.

b. Melakukan pengujian terhadap teknologi yang dianggap sudah mapan oleh

pihak eksternal atau intansi lain, sehingga diharapkan dari kegiatan ini dapat

dihasilkan teknologi yang sudah teruji keberhasilannya.

Untuk pengembangan dan penerapan bidang perikanan budidaya di berbagai

aspek yang terkait dalam teknologi akuakultur dikaji dalam empat kelompok

kegiatan perekayasaan, yaitu pembenihan, pembudidayaan, pengelolaan

kesehatan ikan dan pelestarian lingkungan budidaya serta pengembangan nutrisi

dan pakan ikan.

4.1.6. Sarana dan Prasarana Balai

a. Sarana dan Prasarana Penunjang

Lahan Budidaya

Terdiri dari tambak intensif dan tambak ekstensif

Saluran Air

Saluran air tawar memiliki panjang 20.475 m :

1) Saluran air tawar sekunder (4.600 m),

2) Saluran air tawar tersier (6.175 m) dan

3) Saluran air tawar kuarter (9.700 m).

Sementara itu, saluran air laut memiliki panjang 4.050 m.

Bangunan Penunjang

Bak pendederan, bangsal pendederan, bak hatchery ikan laut, bak

plankton, bangsal pemberokan dan pengepakan ikan, karamba tancap, gudang

persediaan, bengkel rumah jaga tambak dan pabrik pakan.

31
Peralatan dan Mesin Penunjang

Backhoe, kendaraan panen (truk dan mobil bak terbuka), truk pengangkut

lumpur, kendaraan unit pengolah ikan, mobil pelayanan laboratorium, genset,

pompa submersibel dan kincir air.

b. Fasilitas Perkantoran & Layanan Masyarakat Bangunan Perkantoran

Terdiri dari Kantor Utama dan Kantor Kepala Seksi sebagai pusat kegiatan

administrasi.

- Aula

Sebagai tempat pelatihan, pertemuan dan rapat. Berkapasitas 100 orang,

ruangan ber-AC, terdapat proyektor dan audio sistem.

- Perpustakaan

Memilki kapasitas 20 orang, ruangan ber-AC.

- Wisma Tamu

Total bangunan 3 unit, tiap unitnya memiliki 2 kamar tidur ber-AC dengan

kapasitas 4 orang/unit. Memiliki ruang tamu, ruang makan dan dapur serta

televisi.

- Asrama

Memiliki 37 kamar ber-AC dan non AC dengan kapasitas 74 orang, memiliki

ruang tamu, ruang makan, serta fasilitas televisi dan ruang hiburan, fasilitas

perkantoran tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

32
a b c

d e f

Gambar 7. Fasilitas Perkantoran: (a). Wisma Tamu; (b) Asrama 1; (c)


Asrama 2 (d) Kantor Utama; (e) Aula; (f) Perpustakaan.

Fasilitas Lainnya

Lapangan bulu tangkis dan masjid.

4.1.7. Sarana dan Prasarana Pembesaran

a. Sarana Utama

- Tambak Pembesaran

Tambak budidaya ikan kakap putih di BLUPPB Karawang terletak tidak

jauh dari pantai sekitar 1 km dari pantai. Posisi tambak pembesaran ikan bawal

bintang pada area pertambakan blok E III di wilayah BLUPPB Karawang dan

berdekatan dengan budidaya ikan kerapu. Jumlah tambak secara keseluruhan

pada blok E III terdapat 20 petak, dengan pembagian untuk pemeliharaan ikan

bawal bintang 2 petak, 8 petak untuk pemeliharaan ikan kerapu, 6 petak untuk

pemeliharaan kakap putih dan 4 petak sisanya digunakan untuk tandon air. Luas

33
masing-masing tambak sama besar yaitu 5.000 m2 dengan bentuk persegi

panjang. Ukuran panjang dan lebar tambak yaitu 100 x 50 m2. Petakan tambak

baik untuk pemeliharaan maupun untuk tandon air laut terbuat dari tanah yang

dikeruk bagian tengahnya dengan menggunakan eksavator. Tanah dasar tambak

pada pembesaran ikan kakap putih mempunyai tekstur liat berpasir. Tekstur tanah

jenis ini baik untuk pemeliharaan ikan karena bersifat kedap air, yaitu dapat

menahan massa air yang besar sehingga memiliki tingkat rembesan yang relatif

kecil.

Pada tambak di lokasi Praktek Kerja Magang (PKM) terdapat dua macam

saluran air, yaitu saluran pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran (outlet).

Ukuran pipa PVC (Poly Vinil Chloride) yang digunakan pada tambak pembesaran

ikan kakap putih (L. calcalifer) yaitu ukuran 8 inchi. Saluran inlet dan outlet terpisah

dan terletak di ujung tambak yang berlawanan. Air yang bersumber dari tambak

tandon, dialirkan ke saluran inlet masing-masing tambak, yang mana pipa saluran

tersebut diberi saringan untuk menghindari masuknya tanah dan pasir yang

terbawa air dan mencegah masuknya hama ke dalam tambak misalnya kepiting

atau udang liar yang dapat mengganggu lingkungan budidaya. Tambak

pembesaran dan saluran air laut dapat dilihat pada Gambar 8.

34
a b

Gambar 8.Tambak Pembesaran dan Saluran Air Laut (a) Tambak Pembesaran;
(b) Air Laut Dari Tandon Dialirkan ke Tambak Budidaya

b. Sarana Penunjang

- Sistem Penyediaan Tenaga Listrik

BLUPPB Karawang menggunakan sumber listrik dari Perusahaan Listrik

Negara (PLN) cabang Karawang. Besar daya/kekuatan yang ada sebesar 630

KVA dan 415 KVA, karena terdapat dua gardu yakni di pinggir jalan dan di blok B

(daerah tambak ikan bandeng). Begitu pula pada usaha pembesaran ikan bawal

bintang (T. blochii) sumber tenaga listrik berasal dari PLN. Tenaga listrik

mempunyai peranan yang sangat penting dalam segala kegiatan budidaya, karena

merupakan penggerak dan sumber energi untuk berbagai peralatan penunjang

operasional. Adanya arus listrik di tambak dapat dilihat dengan adanya tiang listrik.

Sumber listrik dapat dilihat pada Gambar 9.

35
Gambar 9. Gardu Listrik Utama

- Sistem Penyediaan Air Laut

BLUPPB Karawang berbatasan langsung dengan pantai utara Jawa,

sehingga untuk pasokan air laut tersedia secara alami dari air laut yang dialirkan

ke arah tambak. Jarak pengambilan air laut (tandon) untuk dialirkan ke tambak

ikan kakap putih bintang sejauh 1 km, yang mana air laut tersebut dialirkan

melewati saluran air seperti sungai yang selanjutnya dialirkan ke kolam tandon

dengan menggunakan pompa. Air yang berada dikolam tandon tidak langsung

dialirkan ke kolam budidaya tetapi diendapkan terlebih dahulu selama beberapa

hari agar partikel atau kotoran tidak ikut masuk ke kolam budidaya. Setelah air

diendapkan selanjutnya di alirkan ke tambak budidaya. Sistem penyediaan air laut

dapat dilihat pada Gambar 10.

36
a b

Gambar 10.Sistem penyediaan air laut: (a) Air Laut dialirkan Langsung ke
Sungai; (b) Air laut Dari Sungai dialirkan ke Bak Tandon.

- Sistem Penyediaan Air Tawar

Sumber air tawar yang digunakan di BLUPPB Karawang ini berasal dari

Perusahaan Air Minum (PDAM) Kabupaten Karawang. Air tawar tersebut

digunakan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari. Air di tampung di dalam tandon

utama sesuai Gambar 11. Air tawar dalam kegiatan budidaya ini digunakan untuk

membersihkan jaring dan untuk kegiatan treatmen ikan kakap putih.

Gambar 11. Tandon Air Tawar

- Sistem Aerasi

Pada tambak kakap putih, suplai oksigen diperoleh dari berbagai sumber,

diantaranya adalah difusi oksigen pada permukaan perairan, oksigen hasil dari

37
fotosintesis oleh fitoplankton, serta adanya gerakan air yang disebabkan oleh

kincir air yang digunakan pada budidaya.

Alat yang digunakan untuk menyuplai oksigen dalam tambak ikan kakap

putih adalah kincir air. Selain berfungsi sebagai pengaduk air dalam tambak, kincir

air juga mempunyai fungsi lain yaitu penyuplai oksigen di perairan tambak. Sistem

aerasinya adalah dengan menghubungkan kincir air pada aliran listrik, sehingga

kincir air dapat berputar dan menyebabkan terjadinya gerakan serta percikan air

yang menjadikan salah satu penyuplai oksigen dalam perairan tambak ikan kakap

putih. Kincir air yang digunakan dalam pembesaran ikan kakap putih dapat dilihat

pada Gambar 12. Terdapat dua kincir air yang digunakan pada tambak

pembesaran ikan kakap putih dan diletakkan di tengah, dekat dengan karamba

tancap agar ikan bisa mendapatkan oksigen dengan maksimal.

Gambar 12. Kincir Air

c. Prasarana

- Jalan dan Transportasi

BLUPPB berada di pinggir Jalan Pedes, berjarak sekitar 45 kilometer dari

Kota Karawang, dan berdekatan dengan lokasi rumah warga. Letaknya yang jauh

dari Kota Karawang membuat akses jalan menuju BLUPPB Karawang ini cukup

38
tidak terawat dan jauh dari kata baik. Sebagian jalan sudah di aspal dan sebagian

jalan lainnya masih berupa tanah bercampur bebatuan. Jalan penghubung antara

tambak yang satu dengan lainnya adalah aspal yang sudah rusak, berlubang dan

masih banyak jalan yang berupa tanah liat. Walaupun jalan belum bisa dikatakan

baik tetapi masih dalam kondisi yang memadai dan dapat dilalui kendaraan

bermotor, baik roda dua maupun kendaraan beroda empat, jenis kendaraan

transportasi pada Tabel 3. Transportasi yang digunakan untuk pengiriman ikan

kakap putih menggunakan mobil pembeli yang datang langsung ke lokasi

pembesaran dan langsung membeli ikan hasil budidaya. Kondisi jalan di sekitar

balai dapat dilihat pada Gambar 13.

Tabel 3. Jenis Kendaraan transportasi di Dinas BLUPPB Karawang

Jumlah
No. Jenis Kendaraan Keterangan
(buah)
Kendaraan Roda Dua :
1. Motor 20 Baik
Kendaraan Roda Tiga :
2. Motor Kaisar 3 Baik
Kendaraan Roda 4 :
3. Mobil Dinas 8 Baik
4. Mobil Box 1 Baik
5. Truk 1 Baik
6. Dumper Truck 1 Baik
7. Pick up 2 Baik
8. Eskavator 10 Baik
Jumlah 46

Sumber: BLUPPB Karawang, 2016

39
Gambar 13. Kondisi Jalan BLUPPB Karawang

- Fasilitas

1) Komunikasi

Sarana komunikasi yang digunakan di (BLUPPB) Karawang berupa

pesawat telepon yang berasal dari PT Telkom Cabang Karawang untuk

memperlancar hubungan komunikasi dengan pihak luar dan instansi lain. Selain

itu sarana komunikasi lainnya dapat menggunakan via internet, yaitu dengan

adanya alamat web dari BLUPPB Karawang, sehingga akses komunikasi lebih

mudah dan tak terbatas serta masyarakat dapat dengan mudah untuk

mendapatkan informasi tentang BLUPPB Karawang.

2) Laboratorium

Laboratorium yang terdapat di (BLUPPB) Karawang di antaranya yaitu

laboratorium kesehatan ikan, laboratorium kualitas lingkungan, laboratorium

nutrisi, serta laboratorium plankton. Laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan

mempunyai fungsi untuk diagnosis penyakit ikan dan udang. Pada laboratorium

kualitas lingkungan mempunyai fungsi untuk menganalisa sifat fisika kimia dari

tanah dan air. Laboratorium nutrisi mempunyai fungsi dalam budidaya pakan

alami, pembuatan pakan buatan serta uji nilai gizi dari pakan.

40
Laboratorium plankton berfungsi sebagai kultur dan pengamatan plankton

yang digunakan sebagai pakan alami. Dari semua laboratorium, keempatnya turut

berperan sebagai prasarana budidaya, namun hanya laboratorium kesehatan

ikan, laboratorium nutrisi dan laboratorium kualitas lingkungan yang berperan pada

usaha pembesaran ikan kakap putih. Laboratorium di BLUPPB Karawang dapat

dilihat pada Gambar 14.

a b

c d

Gambar 14.Laboratorium di BLUPPB Karawang: (a) Laboratorium Kesehatan


Ikan; (b) Laboratorium Nutrisi; (c) Laboratorium Kesehatan
Lingkungan; (d) Laboratorium Plankton

41
3) Saung/ Rumah Jaga

Saung/ rumah jaga yang terdapat di wilayah pembesaran ikan kakap putih

digunakan kayawan untuk mengawasi tambak dan untuk beristirahat. Saung/

rumah jaga ini juga digunakan untuk menyimpan alat-alat yang berhubungan

dengan kegiatan pembesaran ikan kakap putih yaitu seser, tudung saji, pakan,

timbangan pakan, jaring/ waring. Saung/ Rumah Jaga dapat dilihat pada Gambar

15.

Gambar 15. Saung/ Rumah Jaga

4.2 Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih

Tahapan teknik pembesaran ikan kakap putih (L. calcalifer) pada tambak

semi intensif, terdiri dari: persiapan tambak, penebaran benih, pemberian pakan,

pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan

pemasaran.

4.2.1 Persiapan Tambak

Kegiatan pemeliharaan ikan kakap putih dimulai dengan persiapan tambak

dan media sebagai pemeliharaan benih. Untuk persiapan tambak dimulai dengan

pengeringan dan pengolahan tanah dasar.

42
Proses pengeringan dilakukan dengan membuka saluran pembuang.

Pengeringan dasar tambak menggunakan bantuan pompa untuk penyedotan air.

Setelah itu, kolam budidaya dijemur hingga tanah dasar terlihat retak-retak dan

berlangsung sekitar 7 hari tergantung pada kondisi cuaca. Tujuan pengeringan

tanah dasar tambak yaitu untuk membasmi bibit penyakit dan benih- benih ikan

liar yang bersifat predator, serta menguapkan gas-gas beracun seperti ammonia,

nitrit, maupun H2S. Setelah 7 hari pengeringan, dilakukan perbaikan konstruksi

lahan yaitu dengan cara pembalikan seluruh permukaan tambak sedalam 10 15

cm ke pematang tambak dengan menggunakan cangkul dan pembuangan lumpur

serta perbaikan pematang agar tidak bocor. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi

penumpukan dan pembusukan bahan organik. Proses pengeringan dapat dilihat

di gambar 16 (a).

Setelah melakukan perbaikan konstruksi lahan kemudian dilakukan

pengapuran dengan menggunakan kapur CaCO3 sebanyak 500 kg untuk tambak

seluas 5.000 m2 atau 100 gram/m2. Kapur berfungsi untuk meningkatkan pH tanah.

Pengisian air seluruh petak tambak dilakukan hingga mencapai ketinggian optimal

yaitu berkisar 1,3 1,5 m. Selanjutnya pemberian kaporit sebanyak 15 kg untuk

membunuh bakteri, didiamkan sampai netral selama kurang lebih 7 hari. Proses

pengapuran dapat dilihat di gambar 16 (b)

Langkah selanjutnya adalah pemberian probiotik dengan cara menyebarkan

probiotik ke permukaan perairan. Probiotik yang digunakan yaitu SUPER N

(Gambar 16 (d)) yang terdapat bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Probiotik

diberikan untuk menumbuhkan pakan alami dan memperbaiki kualitas air. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Fuller (1992) probiotik merupakan makanan tambahan

dalam bentuk mikroba hidup yang memberi pengaruh menguntungkan bagi inang

dengan meningkatkan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan.

Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton

43
dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan.

Mikroba itu antara lain bakteri asam laktat seperti Lactobacillus, Carnobacterium,

beberapa kelompok Bacillus, dan Pseudomonas. Probiotik jenis ini akan

menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air.

Setelah tambak pembesaran terisi air, dilakukan pemasangan kincir air

sebanyak 2 buah yang diletakkan didekat inlet dan di tengah tambak. Pemasangan

kincir air bertujuan untuk menghasilkan oksigen di perairan selain diperoleh dari

fotosintesis fitoplankton dan difusi oksigen. Selain itu, dengan pemasangan kincir

air, dapat terjadi pengadukan air dalam tambak yang dapat berguna dalam proses

kegiatan pembesaran. Kolam yang sudah berisi air tidak langsung digunakan,

tetapi didiamkan terlebih dahulu agar plankton tumbuh dikolam tersebut. Proses

Persiapan tambak dapat dilihat pada Gambar 16.

a b

c d

Gambar 16.Proses Persiapan Tambak: (a) Pengeringan Tambak; (b)


Pengapuran; (c) Jenis Kapur; (d) Probiotik Super N

44
4.2.2 Penebaran Benih

Pada kegiatan pembesaran kakap putih (L. calcalifer) di BLUPPB

Karawang, setelah dilakukan persiapan tempat pembesaran, maka dilakukan

penebaran benih ikan kakap putih. Benih ikan kakap putih didatangkan dari Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Bali. Beberapa

kriteria benih kakap putih yang memiliki kualias dan kuantitas baik, antara lain

adalah :

- Ukuran ikan siap tebar minimal 10-12 cm.

- Warna badan ikan putih keperakan dan memiliki warna yang cerah, tidak

pucat.

- Bentuk ukuran tubuh yang proposional antar kepala dan badan, tidak cacat,

seperti: tutup insang tidak lengkap, sirip punggung yang tidak lengkap

maupun yang bengkok, dan lain-lain.

- Ikan dalam kondisi sehat, tidak terserang penyakit maupun pembawaan

carrier

(pembawa).

- Memiliki respon terhadap pergerakan benda lain maupun pakan.

- Gerakannya selalu berputar, bergerombol, serta aktif.

Benih ikan kakap putih yang ditebar merupakan benih yang berukuran 10-12

cm dengan berat sekitar 50-75 gram dan berumur dua bulan dari pendederan.

Penebaran benih dilakukan di tambak berbentuk persegi panjang dengan luas

5.000 m2, kedalaman 2 m, serta lebar pematang atas 3 m dan lebar pematang

bawah 5 m pada pagi hari atau sore hari saat suhu rendah guna menghindari

stres pada benih dengan kepadatan 2-4 ekor/m2. Benih yang ditebar melalui

aklimatisasi suhu dan salinitas karena pendederan dan pembesaran dilakukan di

tambak yang berbeda. Benih yang ditebar tidak langsung ditebar ke kolam

45
melainkan ditampung sementara dalam jaring berukuran 3 m2 untuk membiasakan

tempat pemberian pakan benih. Setelah benih dianggap telah terbiasa pada

tempat pemberian pakan, kemudian benih dilepaskan ke kolam.

Padat penebaran benih merupakan faktor yang menentukan keberhasilan

usaha pembesaran ikan. Kepadatan ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

angka kelulusanhidupan/Survival Rate (SR). Apabila padat tebar ikan terlalu tinggi

maka pertumbuhannya akan lambat ini disebabkan oleh persaingan pakan dan

ruang gerak ikan yang terbatas. Seiring bertambahnya ukuran dan berat ikan maka

padat penebaran harus dikurangi agar tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Lama pemeliharaan ikan kakap putih adalah 6-7 bulan dimana ikan sudah

mencapai ukuran 400-500 gram dan dapat dipanen. Menurut Jaya et al (2013)

khususnya dalam membantu para petani ikan dan sebagai bahan pertimbangan

bagi para pengusaha yang berminat menanamkan modalnya ke dalam kegiatan

budidaya ikan. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan

Kakap Putih selama masa budidaya dapat dijadikan acuan untuk lebih

mengoptimalkan kelestarian yang berkelanjutan akan Sumber Daya Alam Ikan

Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch), sehingga dapat diperoleh hasil panen yang

maksimal. Proses penebaran benih dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Ikan Kakap Putih siap Ditebar

46
4.2.3 Pengaturan dan Pemberian Pakan

Pakan yang digunakan pada pembesaran ikan kakap putih adalah pakan

ikan rucah dan pakan pelet. Pakan ikan rucah berasal dari tangkapan nelayan

terdiri dari ikan selar kuning, ikan tembang dan ikan kuniran yang telah dicincang.

Pakan ikan rucah yang dicincang halus diberikan pada ikan selama dua bulan

pembesaran sedangkan pakan ikan rucah yang dicincang kasar diberikan pada

ikan yang telah dua bulan berada pada petak pembesaran hingga panen. Ikan

rucah memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan pakan buatan. Ikan

mengalami pertumbuhan lebih cepat bila diberikan pakan berupa ikan rucah

daripada pakan pelet. Proses pemberian pakan dapat di lihat dilampiran 4.

Pakan pelet diberikan saat musim angin ketika pasokan ikan rucah sedikit.

Pakan pelet yang digunakan adalah pelet merk Megami (Gambar 18) berbagai

jenis. Kandungan nutrisi dari pakan pelet tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Gambar 18. Merek Pakan Megami

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Pakan Pelet Pembesaran Ikan Kakap Putih


Komposisi Kandungan Nutrisi
Protein 46 %
Lemak 10 %
Abu 13 %
Serat Kasar 2%
Kadar Air 10 %
(Sumber: PT. Matahari Sakti, 2015)

47
Frekuensi pemberian pakan pada pembesaran ikan kakap putih dilakukan

sebanyak dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00. Dosis pakan yang diberikan

untuk satu hari adalah 5-7% dari biomassa. Pemberian pakan dilakukan di satu

tempat yang telah dibiasakan yaitu di sekitar saluran pembuangan (outlet) dengan

tujuan agar sisa pakan yang tidak termakan terkumpul di satu tempat dan mudah

terbuang saat saluran pembuangan dibuka.

4.3 Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air tambak berkaitan erat dengan kondisi kesehatan ikan. Kualitas

air yang baik mampu mendukung pertumbuhan secara optimal. Beberapa

parameter kualitas air primer yang selalu dipantau pada pembesaran ikan kakap

putih di BLUPPB Karawang yaitu suhu air, salinitas air, pH air, kadar DO

(Dissolved Oxygen), ammonia dan nitrit. Parameter-parameter tersebut akan

mempengaruhi proses metabolisme ikan, seperti keaktifan mencari pakan, proses

pencernaan, dan pertumbuhan ikan.

Adapun beberapa parameter kualitas air yang mempengaruhi kualitas

perairan yang baik untuk dijadikan media pemeliharaan ikan budidaya adalah :

a. Derajat Keasaman (pH)

Dari hasil pengukuran nilai pH air pada tambak pembesaran ikan kakap

putih (L. calcalifer)di BLUPPB Karawang, rata-rata pengukuran nilai pH yang

dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB berkisar 7,18-8,26 yang menunjukkan

air tambak bersifat netral dan sedikit basa. Alat yang digunakan pada pengukuran

pH yaitu menggunkan pH pen. Menurut Soetomo (1997) dalam Riska et al (2013)

, kisaran nilai pH untuk budidaya ikan kakap putih (L. calcalifer) yaitu 7,5-8,5. Nilai

pH yang terdapat pada tambak pembesaran ikan kakap putih masih dalam

keadaan baik.pH pen yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 19.

48
Gambar 19. pH pen

b. Salinitas

Dari hasil pengukuran salinitas air pada tambak pembesaran ikan kakap

putih (L. calcalifer) di BLUPPB Karawang, rata-rata pengukuran salinitas yang

dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB berkisar 20 ppt. Menurut Sudjiharno

(1999) ikan Kakap Putih mempunyai kemampuan bertoleransi terhadap salinitas

sangat tinggi. Ikan Kakap Putih mampu hidup pada kisaran salinitas 0-33 ppt .Alat

yang digunakan pada pengukuran salinitas menggunakan alat refraktometer.

Refraktometer yang digunakan untuk pengukuran salinitas dapat dilihat pada

Gambar 20.

Gambar 20. Refraktometer

49
c. Suhu

Dari hasil pengukuran suhu air pada tambak pembesaran ikan kakap putih

(L. calcalifer) di BLUPPB Karawang, rata-rata pengukuran suhu yang dilakukan

pada pagi hari pukul 07.00 WIB berkisar 280C. Alat yang digunakan untuk

mengukur nilai suhu adalah thermometer, tetapi pengukuran suhu yang digunakan

pada budidaya kakap putih ini menggunakan DO meter, karena selain

menunjukkan nilai DO, DO meter yang digunakan juga menunjukkan nilai dari

suhu air. Menurut Soetomo (1997), Suhu optimal bagi kehidupan dan

pertumbuhan ikan kakap putih adalah 25-300 c. Berdasarkan dari penjelasan

tersebut maka nilai suhu pada tambak pembesaran ikan kakap putih masih dalam

keadaan baik.

d. DO (Dissolved Oxygen)

Dari hasil pengukuran DO pada tambak pembesaran ikan kakap putih (L.

calcalifer) di BLUPPB Karawang didapatkan nilai DO, rata-rata 5-7,4 mg/L.

Menurut Soetomo (1997), Oksigen terlarut ikan kakap putih dewasa membutuhkan

oksigen terlarut 6,5-12,5 mg/l, Pengukuran dilakukan pada hari pukul 07.00 WIB.

Alat yang digunakan untuk mengukur nilai DO air yaitu DO meter. DO meter yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. DO Meter

50
e. Ammonia

Dari hasil pengukuran nilai ammonia air pada tambak pembesaran ikan

kakap putih (L. calcalifer) di BLUPPB Karawang, rata-rata berkisar antara 0,017

mg/L 1 mg/L. Menurut Menurut Direktorat Jendral Perikanan (1982) persyaratan

parameter kualitas air pada budidaya ikan kakap Amoniak 0,30 mg/L. Berdasar

dari penjelasan tersebut maka nilai ammonia pada tambak pembesaran ikan

kakap putih masih dalam keadaan baik. Alat yang digunakan untuk pengukuran

ammonia air tambak menggunakan spektrofotometer dapat dilihat pada Gambar

22.

Gambar 22. Spektofotometer

f. Nitrit

Dari hasil pengukuran nilai nitrit air pada tambak pembesaran ikan kakap

putih (L. calcalifer) di BLUPPB Karawang, rata-rata berkisar antara 0,020 mg/L

0,077 mg/L. Menurut Hartanto et.al (2009) Toksisitas nitrit tergantung dari jenis

spesiesnya. Untuk mencegah stress pada ikan konsentrasi nitrit dalam area

budidaya perlu dijaga agar tidak melewati kadar 0,1 mg/L. Berdasar dari

penjelasan tersebut maka nilai nitrit pada tambak pembesaran ikan kakap putih

51
masih dalam keadaan baik. Alat yang digunakan untuk pengukuran nitrit air

tambak menggunakan spektrofotometer.

4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh

dan mempengaruhi produktivitas ikan yang dipelihara. Pada tambak pembesaran

ikan kakap putih (L. calcalifer) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya Karawang, ditemukan adanya hama dari jenis crustacea seperti kepiting

(Scylla sp.), udang-udang liar dan ular air. Adanya organisme-organisme ini dapat

menyebabkan terganggunya kehidupan ikan Kakap Putih yang dibudidayakan.

Oleh sebab itu, pada tahap persiapan tambak pembesaran, perlu dilakukan

sterilisasi sebelum penebaran benih, sehingga organisme pengganggu atau hama

mati dan tidak mengkontaminasi perairan tambak. Selain itu pemasangan

biosecurity juga dapat menghindari dan mencegah hama yang masuk ke area

petakan tambak.

Parasit yang sering menginfeksi dalam pembesaran ikan kakap putih yaitu

Trichodina. Parasit ini menyerang bagian permukaan kulit dan insang ikan. Ciri

ciri dari timbulnya Parasit ini yaitu ikan berenang kepermukaan , produksi lendir

berlebih serta munculnya lukaluka dipermukaan tubuh ikan dan terjadi kerusakan

pada insang. Dalam kegiatan pemeliharaan kakap putih ikan yang terinfeksi

parasit dilakukan perendaman dengan menggunakan Methylen blue yang

dicampurkan formalin dengan dosis 50 ml perbandingan (9:1) didalam bak fiber

yang berisi air tawar 300 liter. Ikan kakap putih yang terserang penyakit direndam

selama 2-5 menit tergantung seberapa ikan kuat bertahan. Jika air sudah mulai

berlendir dan keruh maka treatmen ini dihentikan. Air tawar 300 liter yang dicanpur

Methylen blue dan formalin dengan dosis 50 ml ini mampu digunakan untuk 1

tambak. Gambar Trichodina dapat dilihat pada Gambar 23.

52
A

Gambar 23. Trichodina (A) diamati dengan Lensa Obyektif 10X

Menurut Afifah (2014) Ikan yang sakit segera ditangani dengan diangkat

dan dipisahkan dengan ikan yang lain sehingga tidak menular ke ikan yang

lainnya. Agar ikan yang dipelihara tidak terserang penyakit harus dilakukan

pencegahan penyakit dengan cara:

- Pemberian pakan dengan kandungan nutrisi cukup tinggi

- Pembersihan sampah disekitar tambak pemeliharaan ikan untuk

menghindari penyakit yang terdapat pada sampah

- Pergantian air laut 1 minggu dua kali

Gejala ikan yang terserang penyakit adalah :

- Luka pada tubuh ikan akibat bergesekan dengan jaring yang kotor

- Warna kulit ikan gelap dan memucat

- Mata ikan kakap putih mulai putih susu dan menonjol tanpa luka maupun

pendarahan.

- Perut ikan mengembung atau membuncit

Adapun sumber penyakit yang menyerang ikan kakap putih :

- Stress karena kepadatan, stress karena kurangnya penanganan saat

penangkapan dan stress akibat kurangnya ketelitian dalam pemeliharaan

- Pakan yang berlebihan

- Kondisi perairan yang tidak baik untuk dimanfaatkan

53
- Polusi bahan organik maupun anorganik

- Luka akibat gesekan jaring

4.5 Pemanenan dan Pemasaran

Pemanenan pada pembesaran ikan kakap putih dilakukan setelah 5-6

bulan pembesaran sejak penebaran benih dan memiliki bobot 500 gram/ekor.

Pemanenan dilakukan pada pagi hari secara parsial (sebagian). Pemanenan

dilakukan dengan cara mengurangi ketinggian air hingga 50 cm kemudian kincir

air diambil dan diletakkan di pinggir tambak. Jaring penampungan, dapat dilihat

pada Lampiran 4. diletakkan di dekat saluran pembuangan kemudian penarikan

jaring dilakukan dari sisi tambak lain yaitu dari saluran pemasukan dengan

menggunakan jaring sepanjang 100 m dan ditarik oleh sekitar 15 orang kemudian

digiring masuk ke jaring penampungan untuk disortir. Ikan kakap putih yang telah

memenuhi ukuran sebagai ukuran konsumsi akan dipanen dan ikan yang belum

memenuhi ukuran konsumsi akan dibesarkan kembali. Proses pemanenan dapat

dilihat pada Lampiran 4.

Ikan yang telah memenuhi ukuran konsumsi diletakkan di jaring berukuran

3 x 3 x 1,5 m yang telah dipersiapkan di karamba jaring tancap sebagai tempat

pemberokan. Pemanenan transportasi dilakukan dengan cara mempersempit

jaring dengan bambu yang ditarik ke salah satu sisi karamba kemudian ikan

dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari jaring halus untuk ditimbang

dengan menggunakan timbangan gantung. Sistem transportasi ikan yang

digunakan adalah sistem transportasi tertutup menggunakan drum yang telah

diberi aerasi.

Dalam proses pemasaran, pembeli mendatangi lokasi panen untuk

mengambil dan membeli secara langsung ikan kakap putih. Pembeli biasanya

langsung datang untuk membeli ikan kakap putih dengan jumlah pembelian ikan

54
sebanyak 150 ekor. Oleh tengkulak ikan-ikan tersebut di bawa ke Jakarta untuk

disebar di berbagai restoran. Daerah pemasaran ikan kakap putih di BLUPPB

Karawang ini hanya mencakup daerah Jakarta saja Ikan kakap putih siap

konsumsi dengan keadaan hidup dijual dengan harga Rp 90.000/kg. Proses

pengangkutan ikan kakap putih yang siap dibeli oleh konsumen dapat dilihat pada

Gambar 24.

Gambar 24. Pengangkutan Ikan Kakap Putih

4.6. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Kakap Putih (L. calacalifer)

Ikan Kakap Putih (L. calacalifer) pada BLUPPB Karawang dipanen dalam

masa pembesaran sekitar 6-7 bulan dengan berat 400-500 gram dijual dengan

harga Rp 75.000/kg, analisis usaha selama 1 tahun adalah :

a) Biaya Investasi dan penyusutan.

Biaya investasi adalah biaya yang ditanamkan pada awal usaha berjalan.

Biaya investasi juga merupakan modal utama yang diperlukan untuk menyediakan

perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk suatu usaha yang bersifat tidak

habis dipakai dalam satu kali proses produksi sehingga dapat digunakan dalam

jangka waktu yang lama. Total biaya investasi pada pembesaran Ikan Kakap Putih

dapat dilihat pada Tabel 5.

55
Tabel 5. Biaya Investasi dan penyusutan

Harga Jumlah Umur


Jenis Penyusutan
No Volume Satuan Investasi Ekonomis
Investasi (Rp)
(Rp) (Rp) (Bulan)

Pompa celup
1 8 inchi 1 unit 15.000.000 15.000.000 48 312.500

Instalasi pipa
2 8 inchi 1 paket 3.300.000 3.300.000 48 68.750

Pembuatan
sumur air
3 tawar 1 paket 10.000.000 10.000.000 60 166.667

Instalasi air
4 tawar 1 paket 1.000.000 1.800.000 60 30.000

Timbangan
5 Gantung 1 buah 500.000 500.000 48 10.417
Peralatan
6 kerja 1 paket 3.000.000 3.000.000 36 83.333

Saung
Pencacahan
7 Rucah 1 unit 3.000.000 3.000.000 60 50.000

Mesin
Potong
8 Rumput 1 unit 2.500.000 2.500.000 60 41.667

9 Freezer 1 unit 5.000.000 5.000.000 48 104.167


10 Kincir 8 unit 3.500.000 28.000.000 24 1.166.667

11 Jaring Badud 1 unit 3.000.000 3.000.000 60 50.000

Rumah Jaga
12 Tambak 1 unit 25.000.000 25.000.000 60 416.667

Total 85.100.000 2.188.333

a. Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya total yang dikeluarkan selama satu kali

periode produksi. Tabel biaya tetap dan variabel pembesaran ikan kakap putih

dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7

56
Tabel 6. Biaya Tetap

No Biaya Tetap Jumlah (Rp)


1 Tenaga Kerja (24 OB) 24.000.000
2 Biaya Penyusutan 17.506.667
3 Sewa Lahan 7.500.000
4 Bea Beban Listrik 200.000
Total 49.206.667

Tabel 7. Total Biaya Variabel

Harga
No Jenis Barang Volume Satuan Satuan Jumlah (Rp)
(Rp)
1 16.000 Ekor
Benih 3.500 56.000.000
2 124.444 Kg 4.500
Pakan (ikan rucah) 560.000.000
3 3.000 Kg 1.000
Kapur 3.000.000
4 3 Kg 210.000
Vitamin C 630.000
5 1 Paket 1.000.000
Obat-obatan 1.000.000
6 1 Paket 2.000.000
Analisa laboratorium 2.000.000
7 3 Paket 1.000.000
Persiapan Lahan 3.000.000
8 2 Paket 1.000.000
Biaya Panen 2.000.000
9 256 Liter 6.500
Bensin 1.664.000
10 10 Bulan 8.045.147
Listrik 80.451.468
Total 709.745.468

Total biaya produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp. 49.206.667 + Rp. 709.745.468

= Rp. 758.952.135

b. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan atau pendapatan merupakan jumlah uang yang diperoleh dari

penjualan hasil panen kepada pedagang atau pengepul. Keuntungan merupakan

selisih antara pendapatan dengan total biaya operasional (produksi). Keuntungan

57
akan diperoleh jika selisih antara pendapatan dengan total biaya operasional

adalah positif. Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.1.066.666.667,- dan

keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 307.714.532,-

- Pendapatan

Pendapatan = Hasil panen (kg) x Harga jual (Rp/Kg)

= 17.778 Kg x Rp 60.000

= Rp. 1.066.666.667 (satu siklus) x 2 =Rp. 2.133.333.334 (satu


periode)

- Keuntungan

Keuntungan = Pendapatan Total Biaya Produksi

= Rp. 1.066.666.667 Rp. 758.952.135

= Rp. 307.714.532 (satu siklus) x 2 = Rp. 615.429.064 (satu periode)


c. Break even point (BEP)

Break event point (BEP) merupakan parameter analisis yang digunakan

untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha

mencapai titik impas, yaitu tidak untung atau tidak rugi. Usaha dinyatakan layak

apabila nilai BEP produksi dan nilai BEP harga lebih rendah dari jumlah produksi

dan harga yang berlaku saat ini.

- Break even point (BEP) harga produksi


Biaya tetap
BEP(Rp) = Biaya variabel
1
Penerimaan

49.206.667
=
709.745.468
1 1.066.666.667

= Rp. 147.055.180

Artinya, titik impas biaya produksi dapat tercapai ketika penjualan ikan

kakap putih mencapai nilai Rp. 147.055.180/produksi dengan ukuran 400 gram.

58
- Break even point (BEP) Volume produksi
biaya tetap
BEP(Kg) = BiayaVariabel
Harga ikan(Rp/Kg)
Hasil Panen (Kg)

49.206.667
= 709.745.468
. 60.000
17.778

= 2.451 kg

Artinya, titik impas jumlah produksi dapat tercapai jika penjualan ikan kakap

putih mencapai 2.451 kg dalam 1 siklus

d. Revenue cost ratio (R/C Rasio)

Analisis R/C rasio merupakan parameter analisis yang digunakan untuk

melihat pendapatan relatif suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai

dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C rasio lebih dari

1. Semakin tinggi nilai R/C rasio, tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin

tinggi. Nilai R/C rasio yang diperoleh dari usaha pembesaran ikan kakap putih di

BLUPPB Karawang yaitu 1,41, berarti usaha ini layak untuk dilakukan. Hal ini

Sesuai dengan pernyataan Lentera, 2008 yang menyatakan bahwa analisis R/C

ratio (Revenue Cost ratio) menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan

diperoleh pembudidaya untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk kegiatan

usaha. Semakin besar nilai R/C ratio ( >1 )maka semakin besar pula penerimaan

yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan tersebut menguntungkan dan

layak untuk diusahakan.

Total pendapatan
R/C Ratio =
Total biaya produksi

Rp.1.066.666.667
= Rp. 758.952.135

= 1,41

59
Artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp.1 akan memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 1,41atau memperoleh keuntungan sebesar 1.18 kali

lipat.

e. Payback period (PBP)

Payback periode adalah masa kembalinya modal yang merupakan

perbandingan antara biaya investasi dengan keuntungan yang diperoleh setiap

tahunnya. Payback periode yang didapatkan usaha pembesaran ikan kakap putih

ini akan kembali dalam kurun waktu 0,28 tahun atau 3,36 bulan.

Total investasi x 1 tahun


PBP = keuntungan dalam 1 tahun

Rp.85.100.000
= Rp.307.714.532

= 0,28 tahun atau 3,36 bulan

Hasil tersebut menggambarkan bahwa seluruh modal investasi usaha

pembesaran ikan kakap putih ini akan kembali dalam kurun waktu 0,28 tahun atau

3,36 bulan.

4.7. Kendala dan Pengembangan Usaha

4.7.1 Kendala dalam Budidaya Ikan Kakap Putih

terlepas dari hambatan / kendala yang ada di lapangan, beberapa

hambatan yang terjadi pada proses pembesaran ikan kakap putih di BLUPPB

Karawang saat melakukan Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu :

- Cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan air yang masuk ke dalam

Tambak minim akan treatment air. Cuaca yang tidak menentu di sini

dimaksudkan pada musim penghujan.

- Permasalahan penanganan pada lingkungan sekitar tambak pembesaran

ikan kakap putih masih minim adanya pagar pembatas (biosecurity) yang

mengelilingi sekitar lokasi pembesaran sehingga hama pengganggu

60
seperti ular dan burung-burung yang masih masuk ke dalam tambak yang

dapat berpengaruh pada tingkat produksi.

- Kurangnya kendaraan transportasi dari kantor pusat menuju lokasi tambak

yang jaraknya bisa mencapai 1 kilometer lebih.

- Adanya hama di dalam tambak pembesaran seperti burung serta sifat

kanibalisme ikan kakap putih.

4.7.2 Pengembangan Usaha

Prospek usaha pembesaran ikan kakap putih adalah sangat mengutungkan

karena harga yang ditawarkan untuk di jual adalah sangat tinggi sekitar Rp.

75.000/kg untuk ikan dalam keadaan mati dan Rp. 90.000/kg untuk ikan dalam

keadaan hidup. Usaha pembesaran ikan kakap putih (L calcafir) di BLUPPB

Karawang , layak untuk dikembangkan karena permintaan (pasar) untuk

kebutuhan ikan kakap putih (L. calcalifer) konsumsi cukup tinggi, ditinjau dari

rutinnya tengkulak dari Jakarta yang mendatangi lokasi panen untuk mengambil

dan membeli secara langsung ikan kakap putih hasil panen. Sehingga usaha ini

dapat disimpulkan layak untuk dikembangkan, berdasarkan analisa penghitungan

R/C ratio 1,41 yang menyatakan bahwa usaha ini memiliki prospek jangka panjang

yang bagus.

Sesuai dengan pernyataan Lentera, 2008 yang menyatakan bahwa

analisis R/C ratio (Revenue Cost ratio) menunjukkan besar penerimaan usaha

yang akan diperoleh pembudidaya untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk

kegiatan usaha. Semakin besar nilai R/C ratio ( >1 )maka semakin besar pula

penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan tersebut

menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

61
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan Praktek Kerja Magang yang dilaksanakan pada usaha

pembesaran ikan Kakap Putih ( L. calcalifer ) di BLUPPB Karawang dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Kegiatan awal yang dilakukan dalam persiapan tempat pembesaran ikan

kakap putih pada tambak semi intensif di antaranya yaitu: pengeringan tanah

dasar tambak, pengangkatan dan pembuangan lumpur, pengapuran,

persiapan air, pemasangan kincir air, treatment/tindakan biosecurity, dan

pemberian probiotik.

Ukuran benih yang ditebar adalah ukuran 10-12 cm. Jumlah benih yang

ditebar sejumlah 30.000 ekor dalam satu tambak dengan ukuran tambak 500

m3.

Pakan yang diberikan berupa ikan rucah atau pellet yang mempunyai

kandungan protein tinggi dengan frekuensi pemberian pakan 3kali/hari (pukul

08.00 WIB, pukul 11.00 WIB, pukul 16.00 WIB).

Parasit yang sering menginfeksi pada pembesaran ikan Kakap putih di

BLUPPB Karawang adalah Trichodina. Biasanya parasit ini menyerang

bagian insang dan permukaan tubuh ikan.

Waktu yang diperlukan dalam satu siklus produksi berkisar antara 5-6 bulan

hingga berat ikan mencapai ukuran 400-500 gram atau ukuran konsumsi,

dengan keuntungan sekali panen Rp. 307.714.532,-

Harga jual ikan bawal bintang sebesar Rp 75.000/kg untuk ikan dalam

keadaan mati dan Rp. 90.000/kg untuk ikan dalam keadaan hidup.

Dari Hasil Analisa Usaha di dapatkan R/C rasio yang diperoleh dari usaha

62
pembesaran ikan kakap putih di BLUPPB Karawang yaitu 1,41, berarti usaha

ini layak untuk dilakukan.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dari kegiatan Praktek Kerja Magang yang

dilaksanakan pada pembesaran Ikan Kakap Putih (L calcalifer) di Balai Layanan

Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang antara lain:

Melengkapi biosecurity pada area pertambakan agar tidak ada hama dan

penyakit yang menyebar dan mengkontaminasi organisme yang

dibudidayakan.

Penambahan kendaraan transportasi menuju tambak.

63
Daftar Pustaka

Acehpedia. 2010. Fungsi Unsur Hara. Diakses dari http://acehpedia.org/ Fungsi


Unsur Hara. Diakses 27 Desember 2016.

Agus Isnaini. (2011). Penilaian Kualitas Air dan kajian Potensi Situ Salam Sebagai
Wisata Air di Universitas Indonesia, Tesis. UI.

Amri, K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. PT Agromedia Pustaka.


Jakarta. 97 Hlm

Andriyanto, F., A. Efani dan H. Riniwati. 2013. Analisis Faktor-Faktor Produksi


Usaha Pembesaran Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) di
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur ; Pendekatan
Fungsi Cobb-Douglass. Jurnal ECSOFiM. I (1) : 82-96.
Anggawati, A.M., P.T. Imanto, Tazwir, Y. Suryanti dan Krismono. 1991.
Penelitian Budidaya Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) dalam
Keramba Jaring Apung di Sendang Biru, Jawa Barat. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan Edisi Khusus, 3:51-68.

Azwar, 1997. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 148 hlm

Bond, Manja Meyky, Nono Hartono, dan Hanafi. 2005. Pembenihan Kakap Putih
(Lates calcalifer). Loka Budidaya Laut Batam. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam.
Boyd, C.E. 1981. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Auburn University.
Alabama.

Dadang S, NJumhana. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: UPI PRESS.


Dardiani dan Intan, R.S., 2010. Mata Diklat 7 Manajemen Pemasaran. Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pertanian.
Direktorat Jenderal Perikanan, 1982. Kualitas Air Dalam Budidaya Laut.
http//www.fao.org/. (15 Oktober 2016).

Effendi, S. dan Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. 159
hlm

Faisal, S. 2003. Format - format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo


Persada.Jakarta. 293 hlm
Fuller, R. 1992. History and development of probiotics. Probiotics the Scientific
Basis. London. UK: Chapman. Hall: 1-8.
Hanafiah, A.M. dan A.M. Saefuddin. 1983. Tataniaga Perikanan. Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta.

64
Hartanto, N., T. Hermawan, Dikrurrahman, S. Aprianing. 2009. Budidaya Bawal
Bintang (Trachinotus Blochii, Lacepede). Balai Budidaya Laut Batam
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan Dan
Perikanan. Hlmn 72-80.

Hasan, I. 2002. Pokok - Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.


Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hlm.
Jaya. B, F. Agustriani dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat
Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dengan
Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal. (1) 56-63.

Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2011. Budidaya Kakap Putih
(Lates calcarifer, Bloch). Jakarta.
Kordi K. dan A. B. Tancung. 2010. Pengelolaan Lualitas Air Dalam Budi Daya
Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kordi, K. M. G. H dan Andi, B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 14.

Kungvankij, P., L. B. Tiro, B. J. Pudadera dan I.O. Potesta. 1985. Biology and
Culture of Sea Bass (Lates calcarifer). Aquaculture Department, Southeast
Asian Fisheries Development Center. Bangkok.318 Hlm
Lentera, T. 2008. Pembesaran ikan mas di kolam air deras. Agromedia Pustaka:
Jakarta. 115 hlm.

Lentera, T. 2008. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka:
Jakarta. 96 hlm.
Mahyudin, Kholish. 2010. PANDUAN LENGKAP AGRIBISNIS PATIN. Penebar
Swadaya. Jakarta. Hal: 1.

Mathew, G. 2009. Taxonomy, Identification and Biology of Seabass (Lates


calcarifer). Central Marine Fisheries Research Institute. Kerala,
India.1(1)38-43

Mudjiman, A. 2005. Makanan Ikan. Penerbit : Penebar Swadaya, Jakarta. 190hlm.

Mulyono, Mugi. 2011. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates Calcalifer, bloch). Pusat
Penyuluhan Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.148 Hlm

Munawir, S. 1990. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty: Yogyakarta. 50


hlm.

Murtidjo A, Bambang. 1997. Budidaya Kakap dalamTambak dan


Keramba. Kanusius. Yogjakarta.

Murtidjo, Bambang Agus. 1998. Budidaya Kakap Putih Dalam Tambak Dan
Keramba. Kanisius. Yogyakarta.300 Hlm

Murtidjo, Bambang Agus. 1998. Budidaya Kakap Putih Dalam Tambak Dan
Keramba. Kanisius. Yogyakarta.115 Hlm

65
Narbuko, C. dan A. Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
206 hlm.

Natalia, K. R. 2013. Pengaruh Salinitas Terhadap Kadar Glukosa Darah dan laju
Metabolisme pada Pendederan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch).
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Ratnawati, E. dan A. I. Asaad. 2012. Daya Dukung Lingkungan Tambak di


Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. IV (2) : 175-185.

Riyanto, B. 1995. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan Larva Ikan Rainbow


(Glossolepis incisus). IPB: Bogor. 137 hlm

Rizka, D, I. W. Sutresna, N. Diniarti, A. I. Supii. 2013. PENGARUH PERUBAHAN


SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN KAKAP
PUTIH (Lates calcarifer Bloch). Jurnal Kelautn. 6(1) 1907-9931.

Schipp, Glenn, Jerome Bosmans, and John Humphrey. 2007. Northen Territory
Barramundi Farming Handbook. Department Of Primary Industri, Fisheries
And Mines. Australia

Soegoto, E. S. 2008. Marketing Reseach. The Smart Way to Solve A Problem.


PT Argomedia Pustaka. Jakarta Selatan. 155 hlm.

Soetomo H.A., Moch. 1997. Teknik Budidaya Ikan Kakap Putih di Air Laut, Air
Payau, dan Air Tawar. Trigenda Karya. Bandung

Sudjiharno. 1999. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di Keramba
Jaring Apung. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan Balai
Budidaya Laut Lampung. 65 hlm.

Sukadi, M. F. 2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal Iktiologi


Indonesia. II (2) : 61-66.

Suryabrata. 1994. Metodologi Penelitian. CV.Rajawali. Jakarta. 96 hlm.

Umroh. 2007. Pemanfaatan Konsorsia Mikroorganisme Sebagai Agen


Bioremediasi Untuk Mereduksi Amonia Pada Media Pemeliharaan Udang
Windu (Penaeus monodon Fabricius). Jurnal Sumberdaya Perairan. Vol 1
edisi 1: 15-20.

Yesiani, Lia Ni Made. 2014. Manajemen Kualitas Air Pada Tambak Pembesaran
Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer ) Dan Ikan Bandeng (Chanos Chanos)
Di Tambak Ud. Laskar Langit Desa Patas Kecamatan Gerokgak Buleleng,
Bali. Universitas Brawijaya. Malang

Yulinda, E. 2012. Analisi Finansial Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kota
Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. XVII (1) : 38-55.

66
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Provinsi Jawa Barat

BLUPPB
KARAWANG

Legenda

67
Lampiran 2. Peta Lokasi BLUPPB Karawang

BLUPPB
KARAWANG

68
Lampiran 3. Denah Lokasi BLUPPB Karawang

Keterangan :
Blok A = petakan tambak udang vanamei
Blok B = petakan tambak ikan bandeng
Blok C dan D = petakan tambak udang vanamei
Blok E = petakan tambak ikan bawal bintang, kerapu, dan kakap putih
Blok F = petakan tambak udang vanamei
Blok G = petakan tambak udang vanamei
Blok H = petakan tambak udang vanamei
Blok I dan J = petakan tambak ikan nila, udang vanamei, ikan sidat, ikan patin,
ikan lele

69
Lampiran 4. Kegiatan Selama Praktek Kerja Magang

Pemberian Pakan

Proses pemanenan

Pemindahan Ikan hasil panen dari tambak ke KJT sementara

70
71

Anda mungkin juga menyukai