Anda di halaman 1dari 8

1.

Ureum (Blood Urea Nitrogen) Protein diserap tubuh melalui makanan seperti
telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang
disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik,
ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat
berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah. Untuk itu BUN tes
dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa
ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka
5 s/d 25 mg/dl
2. Kreatinin adalah sampah dari sisa sisa metabolisme yang dilakukan oleh
aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah
apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta
membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria
dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa
3. Glumerolus Filtration RateGFR merupakan cara terbaik untuk mengetahui
seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR
dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang
dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat
badan. Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu: Nilai ini dihitung dengan
rumus Cockcroft-Gault atau MDRD (modification of diet in renal disease) sebagai
berikut :
Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan
yang menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran
GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda
untuk masing-masing stadium penyakit ginjal. Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau
lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal, kita mungkin berisiko lebih
tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan darah yang tinggi,
atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita, semakin
tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin
mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun.
Orang Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD. Stadium 1:
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat
dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini,
tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan
mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Stadium 2: Kerusakan
ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai
menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan
pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain. Stadium 3:
Penurunan lanjut pada GFR (30-59).
Jika kita menggunakan Tes Urine, maka:
1. Urine hemoglobin (Heme) adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin.
Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan
darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau
saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok
berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.
2. Creatine clearence merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk
membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24
jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah
untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.
3. Albumin adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin
adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan
keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos
melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu
besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh darah di ginjal. Artinya
apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada
ginjal.
4. microalbuminuria adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan
protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini
dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes
menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul
terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan
alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan
microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun

MEMBACA HASIL LAB URIN


1. Warna urin
Nilai normal: kekuningan jernih
Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat
setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu
lainnya. Perubahan warna urin dapat terjadi karena beberapa
hal.
Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang
minum obat parkinson (levodopa), methemoglobunuria.
Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik
saluran kemih (nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas
pada saluran kemih. Coklat: gangguan fungsi ginjal,
mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau metronidazol), dan
konsumsi obat parkinson (levodopa).
Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif,
kelebihan vitamin B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan
kuinakrin).
Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi
antikoagulan oral, trauma ginjal, konsumsi deferoksamin mesilat,
rifampisin, sulfasalazin, laksatif (fenolftalein).
Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin
tertentu.
Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum,
sedang minum obat diuretik, minum alkohol, atau diabetes
insipidus.
Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan
limfatik.
2. Berat jenis normal
Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mLNilai ini dipengaruhi sejumlah
variasi, antara lain umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada
1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan
bayi antara 1.002 sampai 1.006.
Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu
lain, yaitu sekitar 1.026.
3. Berat jenis abnormal
Berat jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan
fungsi ginjal, infeksi saluran kemih, kelebihan hormon
antidiuretik, demam, diabetes melitus, diare / dehidrasi.
Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan
fungsi ginjal berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika
(aminoglikosida).
4. pH Nilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)pH lebih basa:
habis muntah-muntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan penurunan
fungsi ginjal. Dari faktor obat-obatan: natrium bikarbonat, dan
amfoterisin B. pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori,
diabetes melitus, asidosis tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari
faktor obat-obatan: diazoksid dan vitamin C.
5. Glukosa Nilai normal: negatifDi Indonesia, glukosa urin biasanya diuji
secara semikuantitatif dengan uji reduktor (Benedict). Pemeriksaan
Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa,
asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C)
dalam urin; sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga
sulfat. Asam homogentisat bisa ada dalam urin dalam jumlah besar pada
individu dengan gangguan metabolisme asam amino alkohol (fenilalanin
dan tirosin). Karena faktor ini pemeriksaan glukosuria di negara maju
telah diganti dengan Clinistix. Glukosa urin positif tidak selalu berarti
diabetes melitus, walaupun memang penyakit ini yang paling sering
memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna lain yang mungkin:
Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi).
Penyakit hepar dan keracunan logam berat. Faktor farmakologis
(indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin).
Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus
glukosa.
6. Protein Nilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam
(uji kuantitatif) Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam
sulfat 6%, atau dengan reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip
lebih banyak digunakan saat ini. Untuk anak-anak di bawah 10 tahun nilai
kuantitatif normal protein dalam urin sedikit lebih rendah daripada
dewasa, yaitu Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti:
Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri,
keracunan). Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang
bermetastasis). Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi
protein, stres, demam, post-pendarahan). Penyakit ginjal (lupus, infeksi
saluran kemih, nekrosis tubular ginjal). Pada anak-anak sering karena
sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal polikistik). Faktor
farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida, fenilbutazon,
sulfonamid).
7. Keton Nilai normal: negatif Uji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi
adanya produk sampingan penguraian karbohidrat dalam urin. Ketonuria
dulu diperiksa dengan metode Rothera, dan sekarang digunakan dipstik.
Hasil positif dapat ditemukan pada ketoasidosis diabetik, alkoholisme,
diet tinggi lemak, penyakit glikogen, dan konsumsi obat-obatan tertentu
(levodopa dan obat-obat anestetik).
8. Urobilinogen Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d
pengenceran 1/20 (Wallace-Diamond) Urobilinogen klasik diperiksa
dengan uji pengenceran Wallace-Diamond. Cara ini sudah banyak
digantikan oleh uji dipstik modern yang bersifat kualitatif.
Urobilinogenuria dapat disebabkan oleh Penyakit hepar dan empedu
(hepatitis akut, sirosis, kolangitis) Infeksi tertentu (malaria,
mononukleosis) Polisitemia vera ataupun anemia Keracunan timah hitam
Tidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi
komplit pada saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari
faktor farmakologis: kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan
urobilinogen urin berkurang.
9. Bilirubin Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 mol/L. Bilirubinuria dapat
disebabkan oleh: Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk
efek hepatotoksisitas. Infeksi atau sepsis. Keganasan (terutama
hepatoma dan karsinoma saluran empedu).
10. Nitrit Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari
100.000 mikroorganisme/mL) Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi
saluran kemih.
11. Eritrosit Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar Eritrosit dalam
urin yang berlebihan (mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin
wanita menstruasi dan perlukaan pada saluran kemih; baik oleh batu,
infeksi, faktor trauma, maupun karena kebocoran glomerulus.
12. Leukosit Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar Leukosit yang
berlebihan dalam urin (piuria) biasanya menandakan adanya infeksi
saluran kemih atau kondisi inflamasi lainnya, misalnya penolakan
transplantasi ginjal. Sel epitel Nilai normal: sekitar 10 sel per lapang
pandang besar, berbentuk skuamosa. Sel epitel yang lebih daripada
jumlah normal berkaitan dengan infeksi saluran kemih dan
glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal dikaitkan
dengan keganasan setempat.
13. Cast / inklusi Nilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang,
tanpa adanya inklusi. Cast merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi
suatu membran. Biasanya cast selain hialin (misalnya cast eritrosit atau
cast leukosit) menunjukkan kerusakan pada glomerulus
(glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik menunjukkan infeksi
sitomegalovirus (CMV) atau campak.
14. Kristal Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil Kristal yang
ditemukan dalam urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada urin
asam dapat ditemukan kristal asam urat. Pada urin netral ditemukan
kristal kalsium oksalat. Pada urin basa mungkin terlihat kristal kalsium
karbonat dan kalsium fosfat. Ada juga sejumlah kristal yang dalam
keadaan normal tidak ada; antara lain kristal tirosin, sistin, kolesterol, dan
bilirubin.
15. Bakteri, jamur, dan parasit Nilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk
urin midstream: Nilai normal jamur dan parasit: negatif Bakteri yang
dapat menimbulkan infeksi saluran kemih mungkin ditemukan dalam
urinalisa, antara lain E.coli, Proteus vulgaris, Neisseria gonorrhoea dan
Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan parasit yang mungkin ditemukan
dalam urin adalah Schistosoma haematobium dan mikrofilaria spesies
tertentu. Referensi Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and
Diagnostic Procedure. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008. Kasper DL
et.al (eds). Harrisons Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-
Hill, 2007. (hnz)

KIDNEY FUNCTION FAMILY Klasifikasi ini untuk mengetahui tingkat


kebersihan dari darah dengan mengukur kadar produk sisa metabolisme yang
disaring oleh ginjal sehat. Ketiga tes tersebut meliputi :

1. Blood Urea Nitrogen (BUN) Protein diserap tubuh melalui makanan


seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan
sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal
bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun
apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di
dalam darah.Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar ureum
dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan
tugasnya membersihkan darah. Bagi penderita gagal ginjal terminal yang
sedang dalam treatment dialysis, BUN tes berguna untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dari treatment dialysisi yang dilakukan. Seseorang
dikatakan apabila angka BUN nya berada pada angka 5 s/d 25 mg/dl. 2.
2. CreatininKreatinin adalah sampah dari sisa sisa metabolisme yang
dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan
menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana
mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin.Seseorang
dikatakan apabila angka BUN nya berada pada angka : 0.5 s/d 1.5 mg/dl
untuk pria dewasa 0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa
3. Glumerolus Filtration Rate GFR merupakan cara terbaik untuk
mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya.
Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan
ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR
adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.

ANEMIA FAMILY Pada klasisfikasi ini, tes yang diperlukan adalah :

1. Hemoglobin Hemoglobin adalah komponen dari sel darah merah yang


membawa oksigen dari paru paru ke seluruh bagian tubuh. Hematocrit
2. Hematocrit adalah untuk mengukur persentase sel darah merah yang
diproduksi oleh tubuh.Baik Hemoglobin maupun Hematocrit sangat vital
bagi tubuh karena keduanya mengindikasikan adanya Anemia atau
kurangnya sel darah merah pembawa oksigen dalam tubuh. Sesorang
yang menderita anemia akan merasakan cepat lelah dan lemas pada
tubuhnya dan apabila tidak di tangani akan merusak hati.Seseorang
dikatakan normal apabila range Hemoglobinnya berada pada angka : 14
s/d 18 g/dl untuk pria 12 s/d 16 g/dl untuk wanita Sedangkan angka
normal untuk Hematocrit apa bila hasil lab menunjukkan : 40 % s/d 50 %
untuk pria 36% s/d 44% untuk wanita
3. Ferritin dan Trasferrin Saturation (TSAT) Besi (iron) eleman dasar yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah merah. Untuk
membentuk sel darah merah yang baru tubuh kita menyerap besi dari
makanan yang kita asup, namun sebagian besar sumber besi didapat
adalah dari sel sel darah merah itu sendiri yang telah lama dan rusak.
Apabila seseorang menderita anemia berarti dia kekurangan sel darah
merah dan kekurangan elemen dasar untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Ferritin mengukur jumlah besi yang ada dalam tubuh,
sedangkan TSAT untuk mengukur berapa banyak dari jumlah besi yang
tersimpan dapat digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Apabila kadar Ferritin dan TSAT pasien rendah, dokter akan meresepkan
suplemen besi sehingga pasien mempunyai cukup elemen dasar untuk
membentuk sel darah merah.

ELECTROLYTE FAMILY Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel


partikel bermuatan listrik.4 macam tes elektrolit yang penting bagi
penderita gagal ginjal adalah :

1. Kalsium Fosfor Kalium (potassium) Natrium (Sodium) Kalsium adalah


elektrolit yang dibutuhkan untuk bekerjanya otot dan kesehatan tulang.
Kalsium diserap dari produk susu, kalsium suplemen dan sayur sayuran.
Tulang dan gigi merupakan tempat penyimpanan hampir seluruh kalsium
yang ada dalam tubuh. Terlalu banyak kalsium di dalam darah atau
Hypercalcemia dapat menyebabkan mual dan muntah, hilang nafsu
makan, sakit perut, sulit berpikir, lemas, pusing, bahkan dapat
menyebabkan serangan jantung. Sebaliknya kekurangan kalsium atau
Hypocalcemia dapat menyebabkan depresi, perasaan kebas, keram pada
otot, atau merasa bingung. Apabila tidak di obati, hypocalcemia dalam
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan tulang.
2. Fosfat adalah elektrolit yang sangat vital untuk energi yang digunakan
oleh tubuh. Fosfat banyak ditemukan di hampir setiap makanan yang
diasup oleh tubuh. Seperti juga kalsium, fosfat juga disimpan di tulang
dan gigi. Apabila ginjal tidak bekerja sebagaimana mestinya kadar Fosfat
akan meningkat.Terlalu banyak fosfat dalam darah atau
Hyperphosphatemia meyebabkan gatal gatal dan dapat merusak
tulang. Sebaliknya kekurangan fosfat atau Hypophophatemia dapat
menyebabkan melemahnya otot dan koma , namun hal ini sangat jarang
terjadi. Seperti magnet, kalsium dan fosfat saling tarik menarik satu sama
lain karena Kadar kalsium dalam darah juga ditentukan oleh fosfat.
Apabila Ginjal berfungsi dengan baik maka kelebihan fosfat dalam darah
dapat dibuang, namun Jika ginjal gagal berfungsi, maka kadar fosfat
dalam darah akan meningkat dan menyebabkan kadar kalsium dalam
darah menurun. Hal ini menyebabkan semakin banyak kalsium yang
diambil dari tulang untuk mengkompensasi kadar fosfat yang tinggi
sehingga tulang menjadi rapuh.
3. Kalium adalah elektrolit yang penting bagi bekerjanya otot dan sistem
saraf, termasuk sistem saraf otonom yang merupakan pengendali detak
jantung dan fungsi otak. Ginjal yang sehat berfungsi untuk mengontrol
level kalium dalam tubuh dengan menyesuaikan jumlah asupan kalium
yang masuk dan yang dibuang. Terlalu banyak kalium dalam darah atau
Hyperkalemie akan menyebabkan kelemahan fungsi otot dan terkena
serangan jantung. Sebaliknya terlalu sedikit kalium dalam tubuh atau
Hypokalemie dapat menyebabkan kelemahan fungsi otot, kelelahan
(fatique), ritmus jantung abnormal yang dapat berakibat serangan
jantung. Kalium banyak ditemukan pada makan maupun buah buahan
seperti jeruk, pisang, daging dan alpukat.
4. Natrium adalah elektrolit yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan
cairan dan air dalam tubuh. Apabila tidak seimbang akan menyebabkan
otot tidak bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu darah akan terlalu
pekat ataupun terlalu encer karena mengandaung terlalu banyak atau
kekurangan air. Garam adalah salah satu bentuk natrium yang sering kita
dengar. Ginjal yang sehat akan membuang kelebihan natrium ke dalam
urin. Oleh sebab itu penting sekali bagi penderita gagal ginjal untuk
menjaga asupan garam ke dalam tubuh. Kelebihan natrium dalam darah
atau Hypernatremia menyebabkan sering merasa haus, sakit kepala dan
naiknya tekanan darah serta membengkaknya jaringan akibat terlalu
banyak cairan yang disebut edema. Sebaliknya terlalu sedikit natrium
atau hyponatremia akan menyebabkan pecahnya sel darah merah,
turunnya tekanan darah, merasa lemah, keram otot, sakit kepala, muntah
muntah bahkan koma.

URINE TEST FAMILY Seperti namanya pemeriksaan ini dilakukan dengan


menggunakan urin sebagai sampel. Tes ini biasanya dilakukan pada penderita
gagal ginjal kronis. Sedangkan pada penderita gagal ginjal terminal tidak
dilakukan (pasien GGT biasanya tidak lagi atau hanya memproduksi urin
dalam jumlah yang sedikit). Beberapa jenis pemeriksaan pada kategori ini
adalah : Urine hemoglobin Creatine clearence Urine albumin
Microalbuminaria

1. Urine hemoglobin (Heme) adalah tes untuk melihat adanya darah dalam
urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila
ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada
ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung
kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.
2. Creatine clearence merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal
untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini
dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin
dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang
diproduksi dan yang dibuang.
3. Albumin adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test
albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat
dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak
dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang
ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh
darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin
menandakan adanya kerusakan pada ginjal.
4. Microalbuminuria adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan
protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini
dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes
menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai
muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan
menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes
pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang -
kurangnya sekali setahun

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai