Ureum (Blood Urea Nitrogen) Protein diserap tubuh melalui makanan seperti
telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang
disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik,
ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat
berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah. Untuk itu BUN tes
dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa
ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka
5 s/d 25 mg/dl
2. Kreatinin adalah sampah dari sisa sisa metabolisme yang dilakukan oleh
aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah
apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta
membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria
dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa
3. Glumerolus Filtration RateGFR merupakan cara terbaik untuk mengetahui
seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR
dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang
dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat
badan. Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu: Nilai ini dihitung dengan
rumus Cockcroft-Gault atau MDRD (modification of diet in renal disease) sebagai
berikut :
Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan
yang menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran
GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda
untuk masing-masing stadium penyakit ginjal. Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau
lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal, kita mungkin berisiko lebih
tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan darah yang tinggi,
atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita, semakin
tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin
mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun.
Orang Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD. Stadium 1:
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat
dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini,
tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan
mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Stadium 2: Kerusakan
ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai
menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan
pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain. Stadium 3:
Penurunan lanjut pada GFR (30-59).
Jika kita menggunakan Tes Urine, maka:
1. Urine hemoglobin (Heme) adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin.
Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan
darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau
saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok
berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.
2. Creatine clearence merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk
membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24
jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah
untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.
3. Albumin adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin
adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan
keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos
melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu
besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh darah di ginjal. Artinya
apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada
ginjal.
4. microalbuminuria adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan
protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini
dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes
menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul
terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan
alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan
microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun
1. Urine hemoglobin (Heme) adalah tes untuk melihat adanya darah dalam
urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila
ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada
ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung
kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.
2. Creatine clearence merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal
untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini
dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin
dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang
diproduksi dan yang dibuang.
3. Albumin adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test
albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat
dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak
dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang
ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh
darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin
menandakan adanya kerusakan pada ginjal.
4. Microalbuminuria adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan
protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini
dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes
menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai
muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan
menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes
pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang -
kurangnya sekali setahun