Anda di halaman 1dari 16

Intepretasi anamnesis

Riwayat keluarga meninggal karena kanker prostat

Pria yang mempunyai risiko untuk terjadinya kanker prostat adalah usia, genetik, ras, dan lain -
lain. Faktor utama adalah usia

Kanker disebabkan oleh suatu proses yang kompleks dan secara jelas masih belum
dipahami mengenai interaksi di antara herediter dan lingkungan. Apa yang menjadi antara dasar
faktor genetik dimasukkan menjadi faktor yang menyebabkan kanker prostat ini adalah menurut
beberapa penelitian yang dibuat, resiko mendapatkan kanker prostat dilihat meningkat dari 2%
hingga 9% (Negri E., 1997), pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat keluarga yang turut
menderita penyakit yang sama.

Maka, oleh karena itu, setakat yang penulis ketahui, lokasi gen atau beberapa gen yang
terpengaruh masih di dalam penelitian. Akan tetapi menurut Theodorescu D., (2009), kehilangan
lengan panjang pada kromosom 10 dan 7 serta kehilangan kromosom 1, 2, 3, dan Y mungkin
menjadi antara penyebab yang mempengaruhi.

Nampak sesak nafas :

Penyebab dari sesak nafas dapat dibagi menjadi 4 tipe :

Kardiak

Gagal jantung, penyakit arteri koroner, infark miokard, kardiomiopati, disfungsi katup, hipertrofi
ventrikel kiri, hipertrofi asimetrik sptum, pertikarditis, aritmia

Pulmoner

Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Asma, Penyakit paru restriksi, Gangguan penyakit
paru, herediter, pneumotoraks

Campuran kardiak dan pulmoner

PPOK dengan hipertensi, pulmoner, emboli paru kronik, trauma

- Penyebab lain : Kondisi metabolik, nyeri, gangguan neuromuskular, gangguan panik,


hiperventilasi, psikogenik, gangguan asam basa, gangguan di saluran pencernaan (reflux,
spasme oesophagus, tukak peptic)

Batuk :
Etiologi batuk : Asma, Merokok (pasif/aktif ),Postnasal drip Infeksi (viral, bakterial, atipikal,
fungal), Tuberkulosis, Otitis media kronik, Bronkiektasis, Psikogen, Tumor, Primary ciliary
dyskinesia, Sindrom imunodefisiensi

Hemoptoe :

Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :


1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan
sebagainya.
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.
3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.
4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).
5. Benda asing di saluran pernapasan.
6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.

Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :


1. Tumor : a. Karsinoma. b. Adenoma. c. Metastasis endobronkial dari massa tumor
ekstratorakal.
2. Infeksi : a. Aspergilloma. b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas). c. Tuberkulosis paru.
3. Infark Paru
4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
5. Perdarahan paru : a. Sistemic Lupus Eritematosus b. Goodpastures syndrome. c. Idiopthic
pulmonary haemosiderosis. d. Bechets syndrome.
6. Cedera pada dada/trauma : a. Kontusio pulmonal. b. Transbronkial biopsi. c. Transtorakal
biopsi
memakai jarum.
7. Kelainan pembuluh darah : a. Malformasi arteriovena. b. Hereditary haemorrhagic
teleangiectasis.
8. Bleeding diathesis.
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
infeksi,
tumor dan kelainan kardiovaskular.

Pemeriksaan fisik
Fremitus, perkusi menurunn : Fremitus vokal menurun pada saluran udara bagian atas dapat
menunjukkan
Para obstruksi bronkus utama dari
Pneumo-, hidro-, haemothorax
Emfisema paru-paru
adipositas juga dapat menjadi penyebab penurunan fremitus vokal.

Interpretasi Pemeriksaan Penunjang

Gambaran : extensive cannon-ball type lessions and Multiple metastatic nodules evolving
all the lung segments with bilateral enlarged hilar lymph nodes. Berdasarkan hasil dari
pemerikaan radiologi dan CY scan, merujuk adanya metastase ke organ paru. Gambaran nodular
menggambarkan bahwa metastasis terjadi secara hematologi.

Biopsi : Moderately differentiated adenocarcinoma, medium power. Biopsi merupakan


gold standar untuk menegakkan kanker prostat. Moderatly differentiated menujukkan jenis stage
dari kanker yang telah terjadi pada pasien.

PSA Immunohistochemical : positive. Prostate specific antigen (PSA) was 146 ng/ml,
biopsi : acinar prostatic adenocarcinoma. Normalnya nilai PSA adalah < 4 ng/ml. Jadi terjadi
peningkatan nilai PSA pada pasien di skenario. Tingginya nilai PSA behubungan terabanya
nodul pada kelenjar prostat yang berhubungan dengan beberapa penyakit seperti, Benign Prostate
Hyperplasia (BPH), ISK dan kanker prostat. Pasien yang memiliki nilai Psa >10 ng/ml biasanya
menderita kanker prostat.

Pemeriksaan prostat

Konsistensi keras, adanya nodul, pembesaran yg asimetris menunjukkan tanda keganasan


dari kelenjar prostat. Ciri-ciri keganasan berupa nodul dan konsistensi yg keras
Keluhan batuk, dyspnea progresif, dan 2 kali hemoptisis. Nyeri pinggang.

1. Keluhan batuk
Batuk merupakan proses eksipirasi yang eksplosif yang memberikan mekanisme proteksi
normal untuk membersihkan saluran pernafasan dari adanya sekresi atau benda asing yang
mengganggu. Batuk bukanlah sebuah penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya
gangguan pada saluran pernafasan.

Penyebab batuk:
a.Iritan yang terhirup (asap, asap rokok, debu, dll) atau teraspirasi (postnasal drip, benda
asing, isi lambung)
b. Semua gangguan yang menyebabkan inflamasi, konstriksi, infiltrasi, dan kompresi
jalan nafas
c. Asma
d. TBC
e. Kanker paru-paru
f. Interstitial lung disease, pneumonia, and lung abscess
g. Congestive heart failure
h. The use of angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors (5 to 20% of patients
taking these agents)

2. Hemoptisis
Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Volume darah
yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif,
tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah
ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang
keluar melalui saluran napas bawah laring.

Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atau sirkulasi
bronkial. Sirkulasi pulmoner memperdarahi alveol dan duktus alveol, sistem sirkulasi ini
bertekanan rendah dengan dinding pembuluh darah yang tipis. Hempotisis masif sumber
perdarahan umumnya berasal dari sirkulasi bronkial ( 95 % ). Sirkulasi bronkial memperdarahi
trakea, bronkus utama sampai bronkiolus dan jaringan penunjang paru, esofagus, mediastinum
posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner. Sirkulasi bronkial ini terdiri dari arteri bronkialis
dan vena bronkialis.

Asal anatomis perdarahan berbeda tiap proses patologik tertentu:


(a) Bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa
(b) TB paru akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding kaviti aneurisma
Rassmussen) atau akibat pecahnya anastomosis bronkopulmoner atau proses erosif pada arteri
bronkialis
(c) Infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri bronchial
misal : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosis kistik
(d) Kanker paru akibat pembuluh darah yg terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah.

Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain :


1. Infeksi : tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella, legionella), jamur, virus
2. Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis, emfisema
bulosa
3. Neoplasma : kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis
4. Kelainan hematologi : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated intravascular
coagulation (DIC)
5. Kelainan jantung : mitral stenosis, endokarditis tricuspid
6. Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma aorta
7. Trauma : jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak
8. Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi swan-ganz,
limfangiografi
9. Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis, systemic
lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis wagener, purpura henoch schoenlein, sindrom
chrug-strauss)
10. Obat / toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
11. Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing, hemoptisis
kriptogenik, amiloidosis

Dyspnea progresif
Nafas pendek-pendek (shortness of breath/SOB) saat aktivitas, umumnya dikenal dengan dispnea
pada aktivitas (dispnea on exertion/DOE), dapat terjadi bersama dengan angina atau gagal
jantung kongestif. Sebaliknya, gagal jantung kongestif dapat menyebabkan nafas pendek-pendek
saat pasien berbaring lurus, atau ortopnea, dimana pasien memerlukan lebih dari satu bantal saat
tidur di malam hari. Selain itu, gagal jantung kongestif dapat menyebabkan nafas pasien megap-
megap secara mendadak mencari udara, saat tidur di malam hari, atau dispea paroksismal
nokturnal, dimana pasien dapat menjadi tergesa-gesa untuk membuka jendela untuk memperoleh
udara segar. Serangan asma biasanya menyebabkan mengi bersamaan dengan nafas yang pendek
dan dapat berkaitan dengan adanya alergen spesifik (seperti serbuk atau debu). Bronkitis kronik
biasanya menyebabkan

Patofisiologi
Kanker prostat terjadi ketika tingkat pembelahan sel dan kematian sel tidak lagi sama,
yang mengarah ke pertumbuhan tumor yang tidak terkendali. Setelah acara transformasi awal,
mutasi lanjut dari banyak gen, termasuk gen untuk p53 dan retinoblastoma, dapat menyebabkan
perkembangan tumor dan metastasis. Sebagian besar kanker prostat (95%) adalah
adenokarsinoma. Sekitar 4% dari kasus kanker prostat memiliki morfologi sel transisional dan
diduga muncul dari lapisan urothelial dari uretra prostat. Beberapa kasus yang memiliki
neuroendokrin morfologi diyakini timbul dari sel-sel induk neuroendokrin biasanya hadir dalam
prostat atau dari program diferensiasi menyimpang selama transformasi sel. Karsinoma sel
skuamosa merupakan kurang dari 1% dari semua karsinoma prostat. Dalam banyak kasus,
karsinoma prostat dengan diferensiasi skuamosa timbul setelah radiasi atau terapi hormon. Kasus
kanker prostat, 70% timbul di zona perifer, 15-20% timbul di zona pusat, dan 10-15% timbul di
zona transisi. Sebagian besar kanker prostat adalah multifokal, dengan keterlibatan sinkron dari
beberapa zona prostat, yang mungkin disebabkan tumor klonal dan nonclonal.

Penyebaran lokal dan metastasis


Ketika kanker ini invasif lokal, tumor transisi-zona menyebar ke leher kandung kemih,
sedangkan tumor perifer zona meluas ke saluran ejakulasi dan vesikula seminalis. Penetrasi
melalui kapsul prostat dan sepanjang ruang perineural atau pembuluh darah terjadi relatif
terlambat.

Mekanisme untuk metastasis jauh kurang dipahami. Kanker menyebar ke tulang awal,
sering tanpa limfadenopati signifikan. Saat ini, 2 teori dominan telah diusulkan untuk
penyebaran: teori mekanik dan teori benih-dan-tanah.

Teori mekanik atribut metastasis ke penyebaran langsung melalui limfatik dan ruang
vena ke dalam tulang lumbal yang lebih rendah. Para pendukung teori benih-dan-tanah,
bagaimanapun, percaya bahwa faktor jaringan yang memungkinkan untuk pertumbuhan
preferensial dalam jaringan tertentu, seperti tulang, harus hadir. Paru-paru, hati, dan metastasis
adrenal juga telah didokumentasikan. Faktor pertumbuhan jaringan tertentu dan matriks
ekstraselular yang mungkin contoh.

Waktu penggandaan pada penyakit tahap awal adalah variabel. Dalam sebagian besar
kasus, Waktu penggandaan lebih panjang dari 4 tahun. Hanya sebagian kecil kanker prostat dua
kali lipat dalam waktu kurang dari 2 tahun. Waktu penggandaan cenderung untuk mempercepat
sebagai tumor tumbuh dan menjadi lebih agresif. Tumor yang lebih besar biasanya memiliki
lebih tinggi Gleason grade dan waktu dua kali lipat lebih cepat.
Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Prostat

Penyebab kanker prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon
testosteron. Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor resiko
kanker prostat adalah sebagai berikut :
1. Usia
Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada pria kulit putih, dengan
tidak ada riwayat keluarga menderita kanker prostat. Sedangkan pada pria kulit hitam pada usia
40 tahun dengan riwayat keluarga satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat. Data yang
diperoleh Universitas Sumatera Utara melaui autopsi di berbagai negara menunjukkan sekitar 15
30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara samar. Pada usia 80 tahun sebanyak
60 70% pria memiliki gambaran histology kanker prostat.
2. Ras dan tempat tinggal

Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria dengan ras Afrika Amerika. Pria kulit
hitam memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita kanker prostat dibandingkan dengan
pria kulit putih.
3. Riwayat keluarga

Kanker prostat didiagnosa pada 15% pria yang memiliki ayah atau saudara lelaki yang
menderita kanker prostat, bila dibandingkan dengan 8% populasi kontrol yang tidak memiliki
kerabat yang terkena kanker prostat. Pria yang satu generasi sebelumnya menderita kanker
prostat memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat dibandingkan dengan
populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2 generasi sebelumnya menderita kanker prostat
memiliki resiko 9 - 10 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat.
4. Faktor hormonal

Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel Leydig pada testis yang
akan ditukar menjadi bentuk metabolit, berupa dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh
enzim 5 - reduktase. Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat terjadi karena adanya
peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah.
Beberapa penelitian menemukan terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita kanker
prostat. Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita prostat, tanpa diikuti
dengan meningkatnya kadar testosteron.
5. Pola makan

Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan berbagai jenis kanker atau
keganasan. Pengaruh makanan dalam terjadinya kanker prostat belum dapat dijelaskan secara
rinci karena adanya perbedaan konsumsi makanan pada ras atau suku yang berbeda, bangsa,
tempat tinggal, status ekonomi dan lain sebagainya.

Lebih.dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya didominasi


transisional sel karsinoma. (Presti, J. C, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus
kanker prostat terjadi pada zona perifer sehingga dapat diraba sebagai nodul nodul keras
irregular. Fenomena ini nyata pada saat pemeriksaan rectum dengan jari (Digital Rectal
Examination).
Manifestasi klinis Ca Prostat
1. Pada stadium dini umumnya tanoa manifestasi khas, gejala klinis sama dengan
hipertofri prostat jinak. Pada stadium lanjut dengan metastasis jauh timbul gejala sesuai derah
yang terkena.

2. Tipe teesamar: tumor kecil, tidak timbul obstruksi dan gejala klinis, ditemukan karena
pemeriksaan fisik atau timbul kesi metastatik.
3. Tipe laten: ditemukan hanya pada pemeriksaan histopatologik.
Karsinoma prostat stadium A biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
histologik setelah prostatektomi atau TUR. Pada stadium lain karsinoma prostat biasanya
ditemukan pada pemeriksaan colok dubur dan teraba nodul.

Karena pada stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan gejala atau tanda
klinik maka kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengan keluhan obstruksi
intravesika/LUTS, retensi urin, hematuria, hidronefrosis, gagal ginjal atau tanda metastasis ke
tulang atau organ lain, seperti gejala lesi medula spunalis, nyeri pada tulang, fraktur patologik.
Kadang metastasis ke tulang pun tidak memberi keluhan yang jelas. Keganasan prostat sering
ditemukan secara kebetulan pada penderita yang disangka menderita hipertrofi prostat, pada
pemeriksaan patologik ditemukan karsinoma insidental.

Faktor utama yang berpengaruh pada penyebarannya adalah lokasi kanker. Kemungkinan
menyebar lebih besar bila terdapat di apeks atau di basal karena lemahnya kapsul pada lokasi ini.
Metastasis hematogenik yang sering terjadi adalah penyebaran ke tulang vertebra lumbal, tulang
iga, tulang sumsum, dan tulang kepala.

Penegakan diagnosis Ca Prostat


Pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examination)

Pemeriksaan cara ini adalah dengan melakukan perabaan bagian belakang kelenjar
prostat melalui lubang anus. Pada penderita kanker akan ditemukan pembesaran atau benjolan
yang bentuknya tidak teratur, langkah selanjutnya penderita akan di lakukan diagnosa lebih
lanjut.

Pemeriksaan Darah atau PSA

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar antigen prostat spesifik (PSA). PSA
adalah cairan yang di hasilkan oleh kelenjar prostat, fungsi PSA menjadikan sperma lebih mudah
dalam pergerakannya. Jika kadar PSA yang masuk ke dalam aliran darah banyak (meningkat),
maka akan mengakibatkan radang pada prostat maupun kerusakan pada jaringan prostat.
Sedangkan untuk penderita BPH, kadar PSA dalam aliran darah juga bisa meningkat tetapi
cenderung tidak terlalu tinggi. Nilai PSA > 10ng/mL dengan PSAD 0,15.

Biopsi
Metode Biopsi dilakukan dengan cara pemeriksaan menggunakan mikroskop dengan
mengambil sampel jaringan tubuh. Untuk melakukan penelitian dengan mikroskop kadang kala
beberapa sampel yang diambil bukan dari prostat, tetapi sampel yang diambil justru bagian-
bagian lain yang tidak sama dengan prostat. Kenapa cara Biopsi harus dilakukan? Karena dengan
menggunakan Biopsi, dapat dihasilkan kepastian diagnosis pada penderita bahwa kanker telah
menyerang sel-sel prostat.

Diagnosa kanker prostat Metode Active Surveillance (AS)

Dari beberapa metode diagnosa kanker prostat yang telah dibahas di atas, berikut ini
diperkenalkan sebuah diagnosa baru. Bermula dari sebuah riset yang dilakukan oleh dokter ahli
Urologist dari Sunnybrook Health Sciences Center Kanada yang bernama Dr. Laurence Klotz,
ditemukan metode Active Surveillance (AS).

Adapun maksud dan tujuan dari riset yang telah dilakukan oleh tim tersebut yaitu sebagai
upaya pencegahan supaya tidak terjadi over-diagnosa atau over-treatment dari kanker prostat.
Lebih lanjut Dr. Laurence Klotz langsung memimpin sebuah percobaan yang bernama START
(Surveillance Therapy Against Radical Treatment).
Metode AS dapat diterapkan pada pasien yang mempunyai tanda-tanda berikut ini:

Memiliki nilai PSA di bawah atau sama dengan 10


Setelah dilakukan Biopsi, menunjukkan hasil low-volume cancer dengan nilai
Gleason di bawah atau maksimal 6. Angka 6 menunjukkan nilai tingkatan dari
agresivitas kanker, tingkatan ini dimulai dari 2 sampai 10. Semakin tinggi angka,
maka kanker akan semakin agresif.
Penderita telah dinyatakan menderita kanker prostat stadium paling rendah yaitu
antara T1 dan T2, di mana sel-sel kanker masih sebatas di dalam kelenjar prostat.

Penderita yang menjalani metode AS (Active Surveillance) adalah pria dengan kondisi
yang memiliki gejala-gejala pra kanker prostat dan yang selalu memantau perkembangan
kankernya, maka penderita tidak perlu melakukan pengobatan secara medis. Tetapi, jika nilai
PSA terjadi peningkatan secara drastis, adanya peningkatan volume kanker yang ditunjukkan
oleh hasil biopsi, atau keadaan sel-sel kanker berkembang dan cenderung menjadi lebih ganas,
maka langkah selanjutnya penderita akan dilakukan tindakan medis seperti operasi atau
radioterapi .
Dengan melakukan metode AS, hasil statistik menyatakan bahwa lebih dari 50%
penderita kanker kondisi kankernya menunjukkan tidak termasuk dalam stadium kanker yang
ganas.

>> Klasifikasi Stadium dan Histologik.


Sistem staging yang digunakan untuk karsinoma prostat adalah menurut
AJCC (American Joint Committee on Cancer) / UICC (International Union
on Cancer Control [UICC] ) 2002

>> Tumor primer (T)


Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tumor primer tak dapat ditemukan
T1 Tumor yang tak dapat dipalpasi atau dilihat pada pemeriksaan pencitraan
(tidak terdeteksi secara klinis)
T1a Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), < 5 % dari
jaringan yang direseksi
T1b Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), > 5 % dari
jaringan yang direseksi
T1c Tumor diidentifikasi dengan pemeriksaan biopsi jarum
T2 Tumor terbatas di prostat *
T2a Tumor mengenai setengah atau kurang dari satu lobus
T2b Tumor mengenai lebih setengah dari satu lobus, tetapi tidak
mengenai kedua lobus
T2c Tumor mengenai kedua lobus
T3 Tumor menembus kapsul **
T3a Ekstensi ekstrakapsuler (unilateral atau bilateral)
T3b Tumor mengenai vesicula seminalis
T4 Tumor terfiksasi atau mengenai struktur yang berdekatan, selain vesicula
seminalis, seperti leher kandung kemih, sfingter eksterna rektum dan atau dinding pelvis.

>> Kelenjar Gatah Bening (KGB) regional (N)


Nx KGB regional tak dapat dinii
N0 Tak ada penyebaran KGB regional
N1 Terdapat penyebaran KGB regional

>>Metastasis Jauh (M)***


Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Terdapat Metastasis jauh
M1a Metastasis KGB Non Regional
M1b Metastasis ke tulang
M1c Metastasis ke organ lain

Catatan :

* Tumor ditemukan pada satu atau dua lobus dengan biopsi


jarum akan tetapi tidak teraba atau terlihat dengan pencitraan
yang ada diklasifikasikan sebagai T1c.

** Tumor yang menginvasi apeks prostat atau ke kapsul akan


tetapi tidak menembus, tidak diklasifikasikan sebagai T3 akan
tetapi T2.
*** Bila lebih dari satu tempat metastasis, dikategorikan sebagai
metastasis paling tinggi stadiumnya; M1c adalah tingkatan
tertinggi

>> Klasifikasi Histopatologik dan Derajat Keganasan.


Gleason score merupakan sistem yang digunakan untuk penentuan derajat keganasan
kanker prostat. Sistem ini merupakan penjumlahan dari 2 skor gambaran
histopatologik terbanyak yang ditemukan pada sediaan PA. Skor ini ditentukan
berdasarkan konsensus International Society of Urological Pathology (ISUP) 2005.
Pengelompokan Stadium (AJCC 2002)

Stadium I
T1a N0 M0 Gleason score 2 - 4
Stadium II
T1a N0 M0 Gleason score 5 10
T1b N0 M0 Semua Gleason score
T1c N0 M0 Semua Gleason score
T2 N0 M0 Semua Gleason score
Stadium III
T3 N0 M0 Semua Gleason score
Stadium IV
T4 N0 M0 Semua Gleason score
Tiap T N1 M0 Semua Gleason score
Tiap T Tiap N M1 Semua Gleason score

Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah untuk memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan
kualitas hidup, mengurangi obstruksi infravesika, mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal
ginjal, mengurangi volume residu urin setelah miksi, dan mencegah progresifitas penyakit.
Pilihan terapi tergantung dari hasil skor IPSS pasien (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

1. Watchful waiting
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS di bawah 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapat terapi
apapun karena dapat sembuh sendiri dan diberi penjelasan mengenai semua hal yang mungkin
dapat memperburuk keluhannya, seperti jangan mengkomsumsi kopi atau alkohol setelah makan
malam, kurangi komsumsi kopi atau coklat (mengiritasi kandung kemih), batasi penggunaan
obat flu yang mengandung fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin, serta jangan
menahan kencing terlalu lama. Selain itu pasien juga diminta untuk datang kontrol secara
periodik setelah 6 bulan untuk mengevaluasi keluhannya sambil dilakukan pemeriksaan
uroflowmetri dan volume residu urin (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

2. Medikamentosa

Pilihan terapi medikamentosa ditujukan untuk pasien dengan skor IPSS 8- 19. Obat-
obatan yang dapat digunakan antara lain :

a. Penghambat reseptor adrenergik-1 (1 adrenergic blocker)

Tujuannya adalah untuk mengurangi resistensi otot polos prostat. Awalnya obat
yang digunakan adalah golongan non selektif (fenoksibenzamine) yang mampu
memperbaiki laju pancaran dan mengurangi keluhan miksi. Tetapi obat ini menyebabkan
komplikasi sistemik sehingga tidak disenangi oleh pasien. Kemudian ditemukan obat
penghambat adrenergik 1 yang punya waktu paruh pendek (prazosin) dan panjang
(tetrazosin, doxazosin). Golongan penghambat adrenergik 1a (tamsulosin) sangat
selektif terhadap otot polos prostat (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

b. Penghambat 5-reduktase

Tujuannya adalah untuk mengurangi volume prostat dengan cara menurunkan


kadar DHT. Obat ini (finasteride) menghambat pembentukan DHT dari testosterone yang
dikatalisis oleh enzim 5 reduktase di dalam sel-sel prostat. Menurunnya kadar DHT
menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat menurun. Pemberian obat ini 5
mg sehari selama 6 bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28% dan
memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi. Finasteride mempunyai efek samping
antara lain penurunan libido, penurunan volume ejakulasi, dan impotensi. Kombinasi
finasteride dengan penghambat reseptor adrenergik lebih baik daripada obat tunggal
(Presti, 2004; Purnomo, 2009).

c. Fitoterapi

Terapi ini menggunakan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu untuk


memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, namun data-data farmakologik tentang
kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah Pygeum africanum,
Serenoa repens, Hypoxis rooperi, dan masih banyak lainnya (Presti, 2004; Purnomo,
2009).

3. Operasi

Pilihan operasi ditujukan untuk pasien dengan skor IPSS 20-35. Penyelesaian
masalah hiperplasia prostat jangka panjang yang paling baik saat ini adalah pembedahan.
Indikasi pembedahan ditujukan pada pasien BPH yang tidak menunjukkan perbaikan
setelah terapi medikamentosa, mengalami retensi urin, infeksi saluran kemih berulang,
hematuria, gagal ginjal, dan timbul batu saluran kemih atau penyulit lainnya akibat
obstruksi saluran kemih bagian bawah. (Presti, 2004; Purnomo, 2009). Tindakan
pembedahan tersebut antara lain :

a. Transuretral Resection of the Prostate (TURP)

TURP merupakan gold standart dan operasi yang paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat menggunakan cairan pembilas agar daerah yang
akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang sering dipakai
adalah H2O steril (aquades) karena tidak menyebabkan hantaran listrik saat operasi dan
harganya cukup murah (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

b. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan dua insisi dengan pisau Collins pada
posisi jam 5 dan 7. Insisi diawali dari distal ke orificium uretra dan keluar melalui
verumontanum (Presti, 2004; Purnomo, 2009).
c. Prostatektomi terbuka

Prostatektomi terbuka dilakukan pada keadaan prostat yang sangat besar (>100
gram). Tindakan ini dapat dilakukan melalui pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer)
atau retropubik infravesikal (Millin) (Presti, 2004; Purnomo, 2009).
d. Laser prostatektomi

Teknik ini dianjurkan pada pasien yang memakai terapi antikoagulan dalam
jangka waktu lama dan tidak mungkin dilakukan tindakan TURP karena kesehatannya.
Tindakan ini lebih sedikit menimbulkan komplikasi, dapat dikerjakan secara poliklinis,
dan penyembuhan lebih cepat. Akan tetapi terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% tiap
tahunnya. Selain itu tidak diperolehnya jaringan untuk pemeriksaan patologi, sering
menimbulkan disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung
miksi spontan setelah operasi, dan peak flow rate lebih rendah daripada pasca TURP
merupakan komplikasi yang dapat terjadi dari tindakan ini (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

4. Tindakan invasif minimal


Tindakan ini terutama ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi
terhadap pembedahan. Tindakan tersebut antara lain :

a. Termoterapi
Teknik ini direkomendasikan untuk pasien yang memliki prostat ukuran kecil.
Pemanasan dengan gelombang mikro pada frekuensi 915- 1296 Mhz yang dipancarkan melalui
antena yang diletakkan dalam uretra menyebabkan destruksi jaringan pada zona transisional
karena nekrosis koagulasi (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

b. Transurethral Needle Ablation of the prostate (TUNA)

Teknik ini menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam uretra melalui sistokopi
dengan pemberian anestesi topical xylocaine sehingga jarum yang terletak pada ujung kateter
terletak pada kelenjar prostat. Kateter ini dihubungkan dengan generator yang dapat
membangkitkan energy panas sampai 100oC sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat
(Presti, 2004; Purnomo, 2009).
c. High Intensity Focused Ultrasound (HIFU)
Teknik ini menggunakan alat yang diletakkan transrektal dan difokuskan ke kelenjar
prostat. Energi panas yang berasal dari gelombang ultrasonografi dari transduser piezokeramik
dengan frekuensi 0,5-10 Mhz akan dipancarkan melalui alat ini sehingga menimbukan nekrosis
pada prostat (Presti, 2004; Purnomo, 2009).
d. Stent

Alat ini ditujukan untuk pasien yang tidak mungkin menjalani operasi karena resiko
pembedahan yang cukup tinggi. Stent ini dipasang pada uretra prostatika untuk mengatasi
obstruksi karena pembesaran prostat dan dapat dipasang selama 6-36 bulan. Pemasangan stent
ini tidak menyebabkan reaksi dengan jaringan karena terbuat dari bahan yang tidak diserap serta
dapat dipasang atau dilepas kembali secara endoskopi (Presti, 2004; Purnomo, 2009).

Prognosis

Prognosis BPH berubah-ubah dan tidak bisa diprediksi tiap individu. BPH yang tidak
diterapi akan menunjukkan efek samping yang merugikan pasien itu sendiri seperti retensi urin,
insufisiensi ginjal, infeksi saluran kemih yang berulang, dan hematuria (Deters, 2011).

Anda mungkin juga menyukai