Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI FILSAFAH

BERBANGSA DAN BERNEGARA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

RIO GUSTI FAUZI 1507110093


REZA PUTRA SIAHAAN 1507110190
M. SYAFII 1507111183
M. FIRDAUS PUTRA 1507111532
RAMADHAN 1507116771
M. LUPFI 1507123697
KURNIAWAN 1507123720

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
KELOMPOK 2 :

1. RIO GUSTI FAUZI


2. REZA PUTRA SIAHAAN
3. M. SYAFII ( MODERATOR )
4. M. FIRDAUS PUTRA
5. RAMADHAN
6. M. LUPFI
7. KURNIAWAN

PERTANYAAN
1. Adinda Zilly Arsyika
Apa perbedaan filsafat kita dengan filsafat negara lain? Sebutkan ciri-ciri filsafat
pancasila.
Jawaban RIO GUSTI FAUZI
Perbedaan filsafat kita dengan filsafat negara lain adalah sebagai berikut.
Ciri-ciri filsafat di Indonesia ialah berlandaskan dengan nilai-nilai yang tercantum
dalam Pancasila. Filsafat pancasila berlandaskan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mencintai tindakan saling tolong-menolong, berusaha menciptakan
persatuan, melaksanakan prinsip musyawarah dalam mengambil keputusan, dan
menginginkan keadilan. Sedangkan negara lain melaksanakan filsafat tanpa
kepercayaan kepada Tuhan Yanh Maha Esa.

2. Hakim ata attaturk


Apa yang dimaksud dengan objek material filsafat itu?
Jawaban REZA PUTRA SIAHAAN
Objek material filsafat adalah merupakan sesuatu hal yang dijadikan sasaran
pemikiran, objek ini mencakup apa saja yang bersifat konkrit dan abstrak yang dapat
dilihat langsung dari sisi hal tersebut.
3. Junelka Lisendra padang
Sudahkah masyarakat indonesia mencerminkan sila ke-2 ? sebutkan contohnya dan
jelaskan !
Jawaban RAMADHAN
Tentunya belum semua penduduk kita yang mencerminkan nilai-nilai pada sila
kedua akan tetapi, beberapa penduduk kita mampu memperjuangkan nilai Pancasila
kedua dengan memgorbankan kepentingan mereka. Seperti contoh, seorang pelajar
rela mendedikasikan dirinya demi membantu saudaranya yang mengalami

PENDIDIKAN PANCASILA ii
kecelakaan untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Namun, sebenarnya ada hal
penting yang mesti lakukan, yaitu masuk jam kuliah.

4. Rahmat wibowo
Bagaimana pandangan filsafat pancasila unruk membangun masyarakat indonesia ?
Jawaban KURNIAWAN DAN FIRDAUS.
Filsafat merupakan suatu nilai yang menuntut kita untuk mencintai kebijaksanaan.
Tentunya dengan mencitai kebijaksanaan, akan mampu memberikan perkembangan
yang signifikan bagi diri kita sendiri dan orang lain. Kita ambil contoh tentang
kebijaksanaan Presiden Jokowi emenjadikan tanggal 20 Okober sebagai peringatan
hari santri. Jika kita pelajari kebijaksanaan presiden kita adalah untuk mengenang
para santri yang merupakan salah satu generasi penerus bangsa yang dibekali banyak
ilmu agama. Jadi intinya kebijaksanan tersebut bertujuan untuk menghargai santri
agar indonesia akan menjadi negara yang berbasisi pengetahuan agama berkat peran
para santri.

PENDIDIKAN PANCASILA iii


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat
bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap kehidupan manusia terutama
dalam hubungannya pengamalan nilai Pancasila.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila, adapun tema makalah ini adalah Pancasila Sebagai Falsafah Dalam Kehidupan
Berbangsa Dan Bernegara.

Dalam membuat makalah ini,dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami


miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,terutama dari
media internet dan beberapa sumber lainnya. Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan
kami tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kami,dan semoga
bagi para pengguna makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu, yang sangat membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah ini.

Akhirulkalam kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua


dalam naungan kasih dan sayang-Nya.

Pekanbaru, 5 Desember 2015

Kelompok II Pancasila

PENDIDIKAN PANCASILA iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ............................................................................................................ 1


1.2.Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3.Tujuan Masalah ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat ..................................................................................................... 2

2.2. Pengertian Pancasila .................................................................................................. 4

2.3. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia...................... 9

2.4. Pengembangan Penerapan Pancasila ......................................................................... 12

2.5. Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Berbangsa ..................... 14

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 16

3.2. Saran .......................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 17

PENDIDIKAN PANCASILA v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila menjadi landasan fundamental dalam


kehidupan berbangsa. Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia
terkecuali bagi mereka yang tidak pancasilais. Pancasila sebagai falsafah hidup
menginginkan agar moral pancasila menjadi cita-cita dan merupakan inti semangat bersama
dari berbagai moral yang secara nyata terdapat di Indonesia. Ini berarti bahwa wawasan nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila secara kultural diinginkan agar tertanam di kehidupan
masyarakat. Sehingga pancasila juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari.
Dengan demikian bahwa pancasila sebagai falsafah hidup bangsa harus diketahui oleh
seluruh warga Negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan
apa-apa yang telah dilakukan oleh pendiri bangsa tanpa adanya keraguan guna memperkuat
kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Falsafah Pancasila?


2. Bagaimana relevansi Pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa?

1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Falsafah Pancasila


2. Untuk memahami relevansi pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

PENDIDIKAN PANCASILA 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat

Sebelum dibahas pengertian filsafat secara material maka dipandang perlu untuk
membahas terlebih dahulu makna dan arti istilah filsafat. Secara etimologi filsafat berasal
dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta dan sophos yang artinya Hikmah atau
kebijaksanaan atau wisdom(Nasution, 1973). Sehingga menurut asal katanya: filsafat
(philo-shopia) berarti mencintai kebijaksanaan atau mencintai hikmah/pengetahuan.

Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu ingin dan berusaha
untuk mencapai yang diinginkan. Sedangkan kebijaksanaan lebih lanjut berarti pandai, tahu
dengan mendalam dan seluas-luasnya, baik secara teoretis sampai dengan keputusan untuk
bertindak (hamersma,1981).

Beberapa ahli mengartikan filsafat sebagai berikut

1. Menurut R.Beerling, filsafat adalah pemikiran-pemikiran bebas, diilhami oleh rasio,


mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-pengalaman.
2. Menurut Corn. Verhoeven, filsafat meradikalkan keheranan kesegala jurusan.
3. Menurut, Arne Naess filsafat terdiri dari pandangan-pandangan yang menyeluruh, yang
diungkapkan dalam pengertian-pengertian.
4. Menurut I. Kant, berfilsafat yang sebenarnya adalah menguji secara kritis akan
kepastian sesuatu yang dianggap sudah semestinya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang bersifat menyeluruh.

Lingkup Pengertian Filsafat

Filsafat memiliki bidang bahasan yang sangat luas yaitu segala sesuau baik yang bersifat
konkret maupun yang bersifat abstrak. Maka untuk mengetahui lingkup pengertian filsafat
terlebih dahulu perlu dipahami objek material dan formal ilmu filsafat sebagai berikut.

1. Objek Material Filsafat

Objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat material konkret
seperti manusia, alam, benda, binatang, dan sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat
abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideology, moral, pandangan hidup, dan lain sebagainya.

PENDIDIKAN PANCASILA 2
2. Objek formal filsafat

Cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut, suatu objek material
tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda.

Berdasarkan objek material dan formal ilmu filsafat tersebut, maka lingkup pengertian filsafat
menjadi sangat luas. Berikut ini dijelaskan berbagai bidang lingkup pengertian filsafat.

a. Filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu

Manusia perlu menentukan suatu kebijaksanaan yang hakiki dan rasional. Agar
manusia dapat menyelesaikan secara arif bijaksana harus memiliki dasar-dasar kebijaksanaan
yang lazimnya bersumber pada agama dan pandangan hidupnya.

b. Filsafat sebagai satu sifat dan pandangan hidup

Manusia dalam menghadapi dalam segala macam problema dalam hidupnya harus
diselesaikan berdasarkan sikap dan pandangan hidupnya. Artinya manusia harus memiliki
prinsip-prinsip sebagai suatu sikap dan pandangan hidup agar di dalam hidupnya tidak
terombang-ambing.

c. Filsafat sebagai suatu kelompok persoalan

Manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa menghadapi persoalan-persoalan


yang memerlukan suatu jawaban. Namun tiidak semua persoalan manusia tidak dikatakan
filsafat. Persoalan manusia yang termasuk dalam lingkup filsafat adalah bersifat fundamental,
mendalam, hakiki, serta memerlukan jawaban yang mendalam hakiki sampai pada tingkat
hakikatnya.

d. Filsafat sebagai suatu kelompok teori dan sistem pemikiran

Dalam perkembangan filsafat muncul system-sistem pemikiran dan teori-teori.


Filsafat sendiri mengacu kepada suatu hasil atau teori yang di hasilkan oleh para
filsuf.sehingga terdapat berbagai macam wujud hasil pemikiran dan dalam berbagai bidang.

e. Filsafat sebagai suatu proses kritis dan sistematis dari segala pengetahuan manusia.

Filsafat berupaya untuk meninjau secara kritis segala pengetahuan manusia terutama
ilmu pengetahuan yang berkembang ini. Secara praktis dalam proses penelitian ilmiah dalam
metode, objek penelitian serta segala instrument penelitian haruslah memiliki kesesuaian.
Maka semua system pengaetahuan dan ilmu pengetahuan manusia tersebut senantiasa ditinjau
secara kritis oleh filsaafat.

f. Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang komprehensif.

PENDIDIKAN PANCASILA 3
Menurut para ahli filsafat spekulatif tujuan filsafat adalah berupaya menyatu paduan
hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika, serta ilmu pengetahuan yang
dilakukan secara menyeluruh. Upaya ini diharapkan untuk mendapatkan kesimpulan
pemahaman secara umum tentang manusia, masyarakat, alam, dan hubungannya dengan
manusia dan makhluk hidup lainnya seta pandangan-pandangan yang menjangkau ke arah
masa depan. Para filsuf yang berupaya untuk mendapatkan pandangan yang bersifat
komprehensif antara lain, John Dewey, Hegel, A.N. Whitehead. Aristoteles, Plato, Berson
dan lain sebagainya.

2.2.Pengertian Pancasila

Kata Pancasila berasal dari kata Sansakerta (Agama Buddha) yaitu untuk mencapai
Nirwana diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu

1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh.


2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
3. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berjinah
4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
5. Jangan mjnum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman keras.

a. Pengertian Pancasila Secara Etimologis

Perkataan Pancasil mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu dalam Kitab
Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat suatu ajaran moral untuk mencapai
nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 J [idem].

b. Pengertian Pancasila Secara Termitologis

Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai alat2


Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil
mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea
didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional
sah dan benar sebagai dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh
Rakyat Indonesia

Pancasila Berbentuk:

1. Hirarkis (berjenjang)

2. Piramid

Susunan Pancasila adalah hierarkis piramidal, pengertian matematis pyramidal untuk


menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urutan luas (kuantitas) dan
PENDIDIKAN PANCASILA 4
juga hal isi sifatnya (kualitas). Kalau dilihat susunan sila-sila menunjukkan suatu rangkaian
tingkat (gradual) dalam luas dan isi sifatnya. Kesatuan sila-sila Pancasila memiliki susunan
yang hierarki piramidal, maka Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis (landasan) dari sila
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

1. Prikebangsaan;
2. Prikemanusiaan;
3. Priketuhanan;
4. Prikerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat

1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme/Prikemanusiaan;
3. Mufakat/Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial;
5. Ketuhanan yang berkebudayaan;

Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu:
1. Sosio Nasional
2. Sosio Demokrasi
3. Ketuhanan YME.

Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila atau
Satusila yang intinya adalah Gotong Royong.

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan
perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang sah dan benar secara
Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45, hal ini diperkuat
dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April
1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara
RI yang sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

PENDIDIKAN PANCASILA 5
2.2. Filsafat Pancasila

Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari
bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia yang di anggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu (kenyataan, norma-norma,nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam


filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.
Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai
dengan permintaan rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

a. Filsafat Pancasila Asli


Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno
di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana
filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep
humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi
parlementer, dan nasionalisme.

b. Filsafat Pancasila versi Soekarno


Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan
akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno
Ketuhanan adalah asli berasal dari Indonesia, Keadilan Soasial terinspirasi dari konsep
Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan Persatuan.

c. Filsafat Pancasila versi Soeharto


Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam
budaya Indonesia, sehingga menghasilkan Pancasila truly Indonesia. Semua sila dalam
Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir
Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila
adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito
Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi,
Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.

PENDIDIKAN PANCASILA 6
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah
hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling
benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis, filsafast
Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam
mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran
dan kebijaksanaan, tidak sekedar untuk memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak
habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup,
way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan
lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.

Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-macam dan


bertingkat-tingkat sebagai berikut:

1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);


2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).

Bentuk filsafat Pancasila digolongkan menjadi:

1. Falsafah Pancasila bersifat religius, ini berarti bahwa filsafat pancasila dalam hal
kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari tuhan
yang maha esa dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk
kemampuan berpikir.

2. Falsafah pancasila dalam arti praktis, ini berarti bahwa filsafat pancasila di dalam
mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekadar untuk memenuhi hasrat ingin tahu dari
manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang
berwujud filsafat pancasila tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari, agar
hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun akhirat.

Fungsi pokok filsafat Pancasila:

1. Falsafah pancasila sebagai pandangan hidup


2. Falsafah Pancasila bersifat religius

PENDIDIKAN PANCASILA 7
Falsafat pancasila sebagai pandangan hidup adalah filsafat yang digunakan sebagai
pegangan, pedoman atau petunjuk oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pengertian ini falsafah pancasila adalah falsafah untuk di amalkan dalam kehidupan sehari-
hari, dalam segala bidang kehidupan dan penghidupannya. Falsafah pancasila yang berasal
dari kepribadian bangsa Indonesia sama halnya dengan falsafah pancasila sebagai pandangan
hidup, karena merupakan cirri-ciri khas dari bangsa Indonesia. Falsafah pancasila merupakan
hakikat pencerminan budaya bangsa Indonesia, yaitu hakikat pencerminan dari peradaban,
keadaban kebudayaan, cermin keluhuran budi dan kepribadian yang berasal dari sejarah
sejarah pertumbuhan dan perkembangan sendiri. Pencerminan kehidupan yang dialami
bangsa Indonesia yang bersuku-suku dan mempunyai tradisi yang berbeda-beda. Semua dari
perbedaan itu terdapat persamaan yaitu budi dan kepribadian.

3. Falsafat pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK (Badan Penyelidikan Persiapan
Kemerdekaan) pada tanggal 1 Juni 1945 menjadikan dasar bagi Negara Indonesia merdeka.
Landasan atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar Indonesia tetap berdiri tegak sentosa
selama-lamanya. Landasan itu harus pula tahan uji terhadap serangan-serangan baik secara
internal maupun eksternal. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan Negara Indonesia yang merdeka. Di atas
dasar itulah didirikan Negara Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik
ini yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Oleh Karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar Negara, maka semua peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Negara dan pemerintah
Republik Indonesia haruslah sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dalam ketetapan MPRS
No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber
hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi, hakim,
ilmu pengetahuan hukum)

4. Falsafat pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksud dengan kepribadian Indonesia


ialah: keseluruhan cirri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah
pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

Garis petumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh


kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana
waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan
berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda,

PENDIDIKAN PANCASILA 8
dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di
sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu masyarakat kota kepribadian itu dapat
dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup
dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-
bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan
jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.

2.3.Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia

2.3.1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup). Dengan
pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan
tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing
dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-
persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia
dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas
sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-
masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang
makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan
membangun dirinya.

Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu
bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnyta pandangan hidup
sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Dan Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak
dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam
3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah
UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya,
Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu
menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi
bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh
bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena
itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

PENDIDIKAN PANCASILA 9
2.3.2. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945
adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun
dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa
dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik
Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan budaya.

Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang
menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji
sepanjang masa.

Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita
sejak dahulu hingga sekarang.

2.3.3. Filsafat Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian


Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah
pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan
budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu
sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai
peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-
lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-
sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat
dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup
dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-
bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan
jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.

PENDIDIKAN PANCASILA 10
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan
merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan
bangsa kita.

2.3.4. Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia

Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan
dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia
seperti di bawah ini :

1. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.


2. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian
dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam
Jakarta).
3. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
4. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember
1945, alinea IV.
5. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus
1950.
6. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959.

Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan
perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan
fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut :

1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh Ir.
Soekarno
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah
(Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
3. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945
4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949
5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD Sementara RI
(UUDS-RI 1950)

PENDIDIKAN PANCASILA 11
2.4.Perkembangan Penerapan Pancasila

Memahami peran Pancasila sekarang ini, khususnya dalam konteks filsafat nilai-nilai
yang terkandung didalamnya, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional
terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi
diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi,
rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde
Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini,
Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari
penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte,
krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi
disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya,
yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih
konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut terdeskreditkan sebagai bagian dari
pengalaman masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila pernah dipakai
sebagai legitimasi ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru dengan segala sepak
terjangnya. Sungguh suatu ironi sampai muncul kesan di masa lalu bahwa mengkritik
pemerintahan Orde Baru dianggap anti Pancasila.

Jadi sulit untuk dielakkan jika ekarang ini muncul pendeskreditan atas Pancasila.
Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk berbicara
Pancasila dan merasa tidak perlu untuk membicarakannya. Bahkan bisa jadi orang yang
berbicara Pancasila dianggap ingin kembali ke masa lalu. Anak muda menampakkan
kealpaan bahkan phobia-nya apabila berhubungan dengan Pancasila. Salah satunya
ditunjukkan dari pernyataan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M
Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin,
3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan menjadi penerus kepemimpinan bangsa
ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survey yang dilakukan
oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80 persen
mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak
15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan

PENDIDIKAN PANCASILA 12
hidup dan hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai
pandangan hidup berbangsa dan bernegara.

Di sisi lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk malu-malu
terhadap Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai pernyataan
dari pejabat negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata-kata Pancasila. Hal ini jauh
berbeda dengan masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan pejabatnya menyertakan
kata kata Pancasila Menarik sekali pertanyaan yang dikemukakan Peter Lewuk yaitu
apakah Rezim Reformasi ini masih memiliki konsistensi dan komitmen terhadap Pancasila?
Dinyatakan bahwa Rezim Reformasi tampaknya ogahdan alergi bicara tentang Pancasila.
Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini
tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua
rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan. untuk
melegitimasikan kelanggengan otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme Orde Baru
Saat ini orang mulai sedikit- demi sedikit membicarakan kembali Pancasila dan
menjadikannya sebagai wacana publik. Beberapa istilah baru diperkenalkan untuk melihat
kembali Pancasila. Kuntowijoyo memberikanpemahaman baru yang dinamakan radikalisasi
PancasilaSesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak
sepenuhnya benar. Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa
ini adalah dikeluarkannya ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR RI No II / MPR / 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.

Berdasar uraian di atas menunjukkan bahwa di era reformasi ini elemen masyarakat
bangsa tetap menginginkan Pancasila meskipun dalam pemaknaan yang berbeda dari orde
sebelumnya. Demikian pula negara atau rezim yang berkuasa tetap menempatkan Pancasila
dalam bangunan negara Indonesia. Selanjutnya juga keinginan menjalankan Pancasila ini
dalam praktek kehidupan bernegara atau lazim dinyatakan dengan istilah melaksanakan
Pancasila. Justru dengan demikian memunculkan masalah yang menarik yaitu bagaimana
melaksanakan Pancasila itu dalam kehidupan bernegara ini.

PENDIDIKAN PANCASILA 13
2.5.Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Berbangsa

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bangsa yang merupakan sumber dari segala
penjabaran norma baik norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan. Pancasila
memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia mempunyai lima sila yang
menjadi pedoman hidup. Sila-sila yang dicetuskan oleh pendiri bangsa atas dasar tujuan yang
sama. Terdapat butir-butir pancasila yang masih digunakan sampai saat ini :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila sebagai dasar filsafah Negara Indonesia, merupakan sumber nilai bagi
segala penyelenggaraan Negara baik yang bersifat kejasmanian maupun kerohanian. Hal ini
berarti bahwa dalam segala aspek penyelenggaraan Negara baik yang materi maupun yang
spiritual harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila pancasila secara bulat
dan utuh.

Dalam kaitannya dengan sila ketuhanan yang maha esa mempunyai makna bahwa
segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari tuhan.
Bilamana dirinci masalah-masalah yang menyangkut penyelenggaraan Negara antara lain
meliputi penyelenggaraan Negara yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual. Yang
bersifat material diantaranya berbentuk Negara, tujuan Negara, tertib hukum, system Negara;
adapun yang bersifat spiritual misalnya moral Negara, moral para penyelenggara Negara, dan
lain sebagainya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna, bahwa Negara dengan segala
aspek pelaksanaannya harus sesuai dengan hakikat Tuhan dalam arti kesesuaian Negara
dengan nilai-nilai yang datang dari Tuhan sebagai kausa prima. Negara memiliki hubungan
yang langsung dengan manusia sebagai pendukung pokoknya; adapun manusia mempunyai
hubungan yang langsung dengan Tuhan (sebagai kausa prima). Jadi dapat disimpulkan bahwa
Negara mempunyai hubungan sebab akibat yang tidak langsung dengan Tuhan lewat
manusia.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Perkataan kemanusiaan dalam sila kedua ini, berarti: sifat-sifat manusia yang
menunjukkan cirri-ciri khas atau identitasnya manusia itu sendiri. Maka kemanusiaan
Indonesia, seperti yang dimaksud sila kedua secara keseluruhan mempunyai arti: bahwa sifat
manusia adalah memperlakukan manusia lain secara adil, tidak sewenang-wenang, perlakuan
hanya bisa dilaksanakan karena telah mencapai peradaban yang telah tinggi nilainya. Itulah
sebabnya mengapa sila kemanusiaan yang adil dan beradab mewajibkan kepada manusia
PENDIDIKAN PANCASILA 14
untuk senantiasa menjunjung tinggi norma-norma hukum dan moral hingga memperlakukan
sesama manusia, bahkan makhluk-makhluk hewani secara adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

Pengertian persatuan Indonesia terutama dalam proses mencapai Indonesia merdeka,


sebagai faktor kunci, sumber semangat dan sumber motivasi, sampai tercapainya Indonesia
merdeka.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa sila ini tidak menghendaki perpecahan baik
sebagai bangsa, maupun sebagai Negara. Karena itu, walaupun bangsa Indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku dan keturunan berdiam diatas suatu wilayah luas yang terdiri dari
beribu-ribu pulau, tetapi karena sifat kesatuan ini maka tidak dapat dibagi-bagi, jadi utuh,
satu dan tidak terpecah-pecah untuk menyeluruh.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan.

Sila kerakyatan ini merupakan ciri penting daripada asa kekeluargaan, karena
pancasila sendiri tidaklah lahir dari sumber asing, tetapi digali dari kepribadian Indonesia,
yaitu kekeluargaan yang harmonis, dimana terdapat adanya keseimbangan antara kepentingan
individu dengan kepentingan keseluruhan atau masyarakat. Sila keempai ini menjadi asas
atau prinsip daripada demokrasi pancasila, yang digambarkan sebagai suatu paham
demokrasi yang bersumber atau berasal pandangan bangsa Indonesia yang digali dari
kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Keadilan sosial beratri bahwa keadilan tersebut berlaku disegala bidang kehidupan
masyarakat, baik mareriil maupun spiritual. Maksudnya, bahwa setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan adil, baik dibidang hukum, politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan
bidang-bidang lain. Adapun perwujudan dan pelaksanaan keadilan sosial tidak bias
dilepaskan dari tujuan dan cara-cara mencapai tujuan tersebut. Salah satu jalan yang
dipandang paling ampuh dalam pelaksanaan sila kelima ini ialah, jalan melalui asas
kekeluargaan yang selaras (harmonis) sebab kekeluargaan merupakan suatu asas yang digali
dari sifat-sifat kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Maka untuk mencapai keadilan sosial
ini, kita harus menempuh cara-cara kekeluargaan dibidang materiil (kebendaan) maupun di
bidang sepirituil (kerohanian).

PENDIDIKAN PANCASILA 15
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia..
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
Hubungan manusia dengan tuhan bersifat langsung,
Sedangkan hubungan Negara dengan tuhan bersifat tidak langsung.
2) Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap
Memanusiakan manusia
3) Persatuan Indonesia
Walaupun bangsa Indonesia berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak terpecah-pecah
untuk menyeluruh.
4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Rakyat dalam menjalankan kedaulatan atau kekuasaanya melalui system perwakilan.
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia
Setiap orang Indonesia mendapat perlakuan adil, baik dibidang hukum, politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan dan bidang-bidang lain.

3.2.Saran

Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di


negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini
atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala
hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang
terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.

PENDIDIKAN PANCASILA 16
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Kabul. 2009, Pendidikan Pancasila, Alfabeta, Bandung

Kaelan, 2002, Filsafat pancasila, paradikma,Yogyakarta

Kaelan, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan,Paradikma, Yogyakarta

Salam, Burhanuddin. 1996, Filsafat Pancasilaisme, PT Rineka Cipta, Jakarta

Wahana, Paulus. 1993,Filsafat Pancasila,Kanisius, Yogyakarta

Koentjaraningrat, 1980,Manusia dan Kebudayaan Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta


Nopirin, 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Pancoran Tujuh, Jakarta
Notonagoro, 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Pantjoran Tujuh, Jakarta
Salam, H. Burhanuddin, 1998, Filsafat Pancasilaisme, Rineka Cipta, Jakarta
http://sandijundira.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-pancasila-sebagai.html

http://dinaseptember.blogspot.co.id/2014/03/makalah-pancasila-sebagai-falsafah.html

Nasution. 1973. Filsafah pancasila :

PENDIDIKAN PANCASILA 17

Anda mungkin juga menyukai