Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Instalasi Gawat Darurat


a. Pengertian Instalansi Gawat Darurat

Gawat adalah suatu keadaan yang sifatnya mengancam nyawa namun


tidak memerlukan penangan dengan segera. Biasaanya keadaan gawat dapat
dijumpai pada penyakit-penyakit kronis. Darurat adalah suatu keadaan yang
sifatnya memerlukan penanganan segera. Biasanya keadaaan darurat dijumpai
pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut. Gawat darurat adalah suatu keadaan
yang mana penderita memerlukan pemeriksaan medis segera, apabila tidak
dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang
harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar (DepKes RI,
1992). IGD berfungsi memberikan pelayanan kesehatan karena kondisi gawat
adrurat dan memerlukan penanganan cepat dan tepat, meliputi kasus bedah
(traumatology dan terkait dengan organ tubuh bagian dalam) dan non bedah
(penyakit dalam, anak dan syaraf).
IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua
pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi
pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah
Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan
mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga
kondisikondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana
penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini
merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang
terjadi di tiap daerah (DepKes RI, 2004)
b. Tujuan IGD
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan
tepat serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga
mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian. (To save life and limb).
c. Prinsip Umum IGD
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan : Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, Melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving)
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah
sakit diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah
sampai di IGD.
6. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana, yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat
darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh yang
dipimpin oleh dokter.
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan
gawat daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.

d. Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat


a) Pelayanan Gawat Darurat
Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat dan melakukan resusitasi dan stabilisasi.
Menurut Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2008, rumah sakit
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama
24 jam, 7 hari dalam seminggu. Fasilitas yang disediakan di Instalasi Unit
Rawat Darurat harus menjamin efektifitas dan efisiensi bagi pelayanan
gawat darurat dalam waktu 24 jam dan dalam seminggu secara terus-
menerus.
Instalasi/ Unit Rawat Darurat tidak terpisah secara fungsional dari
unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit artinya dikelola dan
diintegrasikan dengan instalasi/ unit lainnya di rumah sakit. Instalasi/ Unit
Rawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis,
keperawatan dan tenaga lain yang telah memperoleh setifikasi pelatihan
gawat darurat (DepKes RI, 2008).
Luas Unit Rawat Darurat disesuaikan dengan beban kerja yang
diperkirakan untuk 20 tahun mendatang dan kelas rumah sakit. Ruang
triage digunakan untuk seleksi pasien sesuai dengan tingkat kegawatan
penyakitnya. Ruang resusitasi letaknya harus berdekatan dengan ruang
triase. Cukup luas untuk menampung beberapa penderita. Keadaan
ruangan menjamin ketenangan. Maksud dari pelayanan rawat darurat
adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita
dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan
nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang
dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim
ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh
suatu negara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan
mengelola IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD
adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling
padat modal, padat karya, serta padat teknologi.
b) Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Klasifikasi pelayanan Instalansi Gawat Darurat adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas A.
2) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas B.
3) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas C.
4) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal
untuk Rumah Sakit Kelas D.
e. Jenis Pelayanan IGD
Level IV
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis & penanganan : Permasalahan pd A, B, C dgn alat-alat yang
lebih lengkap termasuk ventilator.
2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/ R. Resusitasi-ICU
4. Bedah cito
Level III
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis & penanganan : Permasalahan pd A, B, C dgn alat-alat yang
lebih lengkap termasuk ventilator.
2. disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilas.
3. Observasi HCU/ R. Resusitasi.
4. Bedah cito

Level II
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis & penanganan : Permasalahan pd A : Jalan nafas (airway
problem), B : Pernafasan (Breathing problem) dan C : Sirkulasi
pembuluh darah (Circulation problem)
2. Penilaian Disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi (observasi
HCU)
3. Bedah cito
Level I
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis & penanganan Permasalahan pd A : Jalan nafas (airway
problem), B : Pernafasan (Breathing problem) dan C : Sirkulasi
pembuluh darah (Circulation problem)
2. Melakukan Stabilisasi dan evakuasi

f. Persyaratan Sarana
1. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal / bencana.
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar RumahSakit.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama
(alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada
klasifikasi IGD level I dan II.
4. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai didepan
pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD
yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
5. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2
ambulans (sesuai dengan beban RS)
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancer dan
tidak ada cross infection , dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan control kegiatan oleh
perawat kepala jaga.
8. Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah dengan
IGD.
9. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
12. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat)

g. Proses Dan Kegiatan Di IGD


Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan
kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam
Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan
kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan. Pelayanan gawat
darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan
penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh
pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat
jalan (ambulatory care).
2. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini merupakan
lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus
gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap
intensif.

3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.


Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung
serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada
hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical
questions).
Area-area yang ada di dalam kegiatan pelayanan kesehatan bagi
pasien di IGD adalah : (1) Area administratif, (2)
Reception/Triage/Waiting area, (3) Resuscitation area, (4) Area Perawat
Akut (pasien yang tidak menggunakan ambulan), (5) Area Konsultasi
(untuk pasien yang menggunakan ambulan), (6) Staff work stations, (7)
Area Khusus, misalnya: Ruang wawancara untuk keluarga pasien, Ruang
Prosedur, Plaster room, Apotik, Opthalmology/ENT, Psikiatri, Ruang
Isolasi, Ruang Dekontaminasi, Area ajar mengajar. (8) Pelayanan
Penunjang, misalnya: Gudang / Tempat Penyimpanan, Perlengkapan
bersih dan kotor, Kamar mandi, Ruang Staff, Tempat Troli Linen, (9)
Tempat peralatan yang bersifat mobile Mobile X-Ray equipment bay, (10)
Ruang alat kebersihan. (11) Area tempat makanan dan minuman, (12)
Kantor Dan Area Administrasi, (13) Area diagnostic misalnya medis
imaging area laboratorium, (14) Departemen keadaan darurat untuk
sementara/ bangsal observasi jangka pendek/ singkat (opsional), (15)
Ruang Sirkulasi.
Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh
perawat di ruang gawat darurat antara lain :
a) Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus
menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran
infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
b) Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
c) Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan
untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
d) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga
diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama
perawat dan klien
e) System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f) Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat
dan tepat
g) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan
perlu dijaga.

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas
Perawatannya, antara lain :
a. Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan
segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan
perdarahan hebat

b. Gawat Tidak Darurat (P2)


Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat.
Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya :
pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.
c. Darurat Tidak Gawat (P3)
misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya. Keadaan
yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik,
d. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat.
Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu,
dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer, 2004)
B. Pengertian IRD
IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memberikan pelayanan pasien
gawat darurat yang terorganisir.
a. Disiplin pelayanan IRD
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara
memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu.
Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1. FCFS : First Come-First Served (pertama masuk,
pertama dilayani)
2. LCFS :Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama
dilayani)
3. SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan
urutan acak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
b. Prinsip Pelayanan IRD di Rumah Sakit
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana
yang terjadi dalam maupun diluar rumah sakit
4. Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas
tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut
c. Kriteria IRD
IRD harus buka 24 jam
a) IRD juga harus memiliki penderita penderita false emergency
(korban yang memerlukan tindakan medis tetapi tidak
segera),tetapi tidak boleh memggangu / mengurangi mutu
pelayanan penderita- penderita gawat darurat.
b) IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan
definitive care dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama
yang baik
c) IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat
sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD)
d) IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.
d. Triage
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan
pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang
tepat. Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cedera atau penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi. Dan merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan.
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang
dikenal, yaitu:
METTAG (Triage tagging system).

Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk


memprioritisasikan tindakan.

Prioritas Nol (Hitam) :

1) Mati atau jelas cedera fatal.


2) Tidak mungkin diresusitasi.

Prioritas Pertama (Merah) :


Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1) gagal nafas,
2) cedera torako-abdominal,
3) cedera kepala / maksilo-fasial berat,
4) shok atau perdarahan berat,
5) luka bakar berat.
Prioritas Kedua (Kuning) :
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat :
1) cedera abdomen tanpa shok,
2) cedera dada tanpa gangguan respirasi,
3) fraktura mayor tanpa shok,
4) kepala / tulang belakang leher,
5) luka bakar ringan.
Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
1) cedera jaringan lunak,
2) fraktura dan dislokasi ekstremitas,
3) cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
4) gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis, bisa
digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.

Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And


Rapid Transportation).

Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat


mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan
kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.

Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi


pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan
kelompok korban :

i. perlu transport segera / tidak,


ii. tidak mungkin diselamatkan,
iii. mati.
e. Sistem triase
Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.

Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak


mungkin pasien
f. Objektif primer di IRD
1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera
2. Menentukan area yang layak untuk tindakan
3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.
g. Aturan primer petugas
1. Skrining pasien secara cepat.
2. Penilaian terfokus.
h. Sasaran primer dan sekunder triase
Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.
i. Prinsip umum triase
1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
2. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saaT mewawancara
pasien.
2. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area tindakan.
Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.
3. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan triase.
Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan memadai.

Prinsip dari triage :

Triase harus cepat dan tepat


Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang menganca nyawa
merupakan suatu yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan
Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses
pengkajian
Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada
informasi yang adekuat dan data yang akurat
Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondis
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa
secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien, termasuk
intervensi terapiutik, prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat
untuk perawatan
Kepuasan pasien tercapai
Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan pasien
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan
membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau teman
(Department Emergency Hospital Singapore, 2009)

j. Tipe Triage
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a) Daily triase
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system
kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda,
tapi secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut
yang memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini
dan perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien
dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b) Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat
bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan
kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang
kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.
c) Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif
sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi
perawatan berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit
menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya
pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan
hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage
dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih
dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat
bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan
berdasarkan level luka.
d) Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan
aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang
paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan
efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.

e) Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya
kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan radiasi,
kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung
sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)

k. Klasifikasi Triage
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum
yang dipakai :
1. Three Categories Triage System.
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :
Prioritas utama
Prioritas kedua
Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas
dan subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup
2. Four Categories Triage System
Terdiri dari :
Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera
mungkin.
Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)
Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera
dilakukan.
Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)
3. Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan
seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan
sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :
1) Ventilasi / pernapasan
2) Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
3) Status neurology
Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam nyawa
seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan
secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut :
The Walking Wounded
Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban,
untuk berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian
dan mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih
lanjut
Critical/ Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan
kritis yang membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan
criteria pengkajian :
respirasi >30x/menit
tidak ada denyut nadi
tidak sadar/kesadaran menurun
Delayed
Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak
mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu
untuk beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi,
dengan criteria
Respirasi <30x/menit
Ada denyut nadi
Sadar/ respon kesadaran normal
Dead
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka
dan mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement Emergency
Hospital Singapore, 2009). Sistem klasifikasi pasien yang digunakan,
diantaranya :
1) Traffic director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama
dan memilih antara status mendesak atau tidak mendesak.
Berdasarkan klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu atau
area perawatan akut. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang
dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
2) Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama
dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien
dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga prioritas pengobatan
berikut ini: gawat darurat, mendesak, atau ditunda. Dapat
dilakukan beberapa tes diagnostic pendahuluan, dan pasien
ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu.
Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan
pengobatan.
3) Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan
melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase.
Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan
pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi
subjektif dan ojektif. Tes diagnostic pendahuluan dilakukan dan
pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu.
Jika pasien ditempatkan di ruang tunggu, pasien harus dikaji
ulang setiap 15 sampai 60 menit (Rea, 1987).
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :

1. Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/


ancaman nyawa.
2. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi
stabil / tidak membahayakan nyawa )
3. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat,
tetapi tidak gawat
4. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk
bukan penderita gawat.
5. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna

1. Biru
a) Henti jantung yang kritis
b) Henti nafas yang kritis
c) Trauma kepala yang kritis
d) Perdarahan yang kritis
2. Merah
a) Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
b) Luka tusuk
c) Penurunan tekanan darah
d) Perdarahan pembuluh nadi
e) Problem kejiwaan
f) Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka
g) Diare dengan dehidrasi
h) Patah tulang
3. Kuning
a) Lecet luas
b) Diare non dehidrasi
c) Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %
4. Hijau
a) Gegar otak ringan
b) Luka bakar derajat I

Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu anamnesis
untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang kena
penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada
mereka yang penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan awal
pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain
karena berbagai alasan atau dikeluarkan. Kebanyakan IRD buka 24 jam ,meski pada
malam hari jumlah staf yang ada akan lebih sedikit

l. Kemampuan Minimal Petugas IRD


Menurut Depkes 1990
1. Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)
2. Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)
3. Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar
(Circulation)

4. Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan


penanggulangan obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG

m. Kemampuan Tenaga Perawat IRD


Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999
1. Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien
2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal
jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik, status asthmatikus,nyeri hebat daerah
panggul dan kasus ortopedi.
3. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep
4. Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern
n. Sarana Dan Prasarana Fisik Ruangan Yang Diperlukan Di IRD
Ketentuan umum fisik bangunan :
1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan
/pasien tidak sama dengan alur keluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak antara
ruang triage (ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu
5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

C. Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT)


Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Merupakan suatu
sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan harus
ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi untuk
melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita
gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan
kejadian luar biasa.
Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem yaitu
: sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit dan
sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan satu
sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem.
Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat, dimana
tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is life
and limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju.
SPGDT dibagi menjadi :
a) SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit di Rumah Sakit antar Rumah
Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap
hidup. Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1) Pra Rumah Sakit
Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan
penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam
atau awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan
lanjutan dari tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan
ambulan)
2) Dalam Rumah Sakit
Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
Pertolongan di ICU/ICCU
3) Antar Rumah Sakit
Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
Organisasi dan komunikasi
b) SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah
Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan
pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban
sebanyak banyaknya.
Tujuan Khusus :

Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
Menanggulangi korban bencana.

Prinnsip Mencegah Kematian dan Kecacatan :

Kecepatan menemukan penderita.


Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
Ditempat kejadian
Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :
Kecepatan ditemukan adanya penderita GD
kecepatan Dan Respon Petugas
Kemampuan dan Kualitas
Kecepatan Minta Tolong

Anda mungkin juga menyukai