Anda di halaman 1dari 18

J. Biol. Indon. Vol 6, No.

2 (2010)
ISSN 0854-4425
ISSN 0854-4425

JURNAL
JURNAL
BIOLOGI
BIOLOGI
INDONESIA
INDONESIA
Akreditasi: No 816/D/08/2009
Vol. 6, No. 2, Juni 2010
Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua 153
Rini Riffiani

Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977- 163
2006
Onrizal

Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau 173
Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA
Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo

Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di 185
Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia
Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah

Plant- Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo 195
Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species
Didik Widyatmoko

Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi 211
dan Bahan Penghambat Nitrifikasi
A. Wihardjaka

Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis 225
Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia
Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto

BOGOR, INDONESIA
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010)

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia.


Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi
yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Pengelola

Dr. Ibnu Maryanto


Dr. I Made Sudiana
Dr. Anggoro Hadi Prasetyo
Dr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UI


Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB
Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP
Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya
Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI
Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED
Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD
Prof. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia
Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia
Dr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB
Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD
Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Alamat Redaksi
Sekretariat
Oscar efendi SSi MSi
d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI
Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056
Fax. (021) 8765068
Email : jbi@bogor.net
Website : http://biologi.or.id
Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/
D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.
J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

KATA PENGANTAR

Jurnal Biologi Indonesia edisi volume 6 nomer 2 tahun 2010 yaitu memuat 11
artikel lengkap dan sebuah artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat
beragam yaitu dari Departemen Kementerian Kehutanan, Pertanian, Fakultas MIPA
IPB, Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas. MIPA Universitas Indonesia, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatra Utara, Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor, Pusat
Penelitian Limnologi-LIPI Bogor dan Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Topik
yang dibahas pada edisi ini meliputi empat topik dalam bidang Botani, dua topik
tentang mikrobiologi satu topik mengenaik hasil perombakan bakteri dan bahan
organik lainnya dan lima topik dalam bidang zoologi
Beragamnya penulis pada edisi ini yang membahas tiga topik utama yaitu
Zoologi, Botani dan Mikrobiologi diharapkan semakin banyak keragaman pembaca
dan akhir kata yang diharapkan dari editor jurnal ini akan semakin banyak penulis
yang berkeinginan membagi hasil karya penelitiannya dengan menulis ke dalam
Jurnal Biologi Indonesia.

Editor
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010)

UCAPAN TERIMA KASIH

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada


para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 2, Juni 2010:

Dr. Niken TM. Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB


Ir. Majariana Krisanti MSi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB
Onrizal MSi, Universitas Sumatra Utara
Dr.Tike Sartika, Balitnak, Departemen Pertania, Ciawi bogor
Dr. Dwi Astuti, Puslit Biologi-LIPI
Drs. Edi Mirmanto MSc, Puslit Biologi-LIPI
Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI
Drs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPI
Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi-LIPI
Sigit Wiantoro SSi ,MSc Puslit Biologi-LIPI
Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi-LIPI

Edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2010


J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

DAFTAR ISI
Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua 153
Rini Riffiani

Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977- 163
2006
Onrizal

Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau 173
Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA
Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo

Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di 185
Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia
Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah

Plant- Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo 195
Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species
Didik Widyatmoko

Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi 211
dan Bahan Penghambat Nitrifikasi
A. Wihardjaka

Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis 225
Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia
Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik 237


Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen
Eko Sulistyadi

Analysis of Nutrient Requirement and Feed Efficiency Ratio of Maroon Leaf Monkey 255
(Presbytis rubicunda Mueller, 1838)
Wartika Rosa Farida

Oksidasi Nitrit Oleh Bakteri Heterotrofik Pada Kondisi Aerobik 265


Dwi Agustiyani, Ruly Marthina Kayadoe & Hartati Imamuddin

Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah 277
Penduduk dan Industri
Eko Harsono dan Sulung Nomosatryo

TULISAN PENDEK
Arti Kebun Raya Bogor Bagi Kehidupan Kumbang Sungut Panjang (Coleoptera, 289
Cerambicidae)
Woro Anggaraitoningsih Noerdjito
Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 225-235 (2010)

Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan


Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia

Sri Soegiharto1), Agus P. Kartono2), & Ibnu Maryanto3)

1
Peneliti Balai Besar Dipterocarpa Samarinda, Email: srisoegiharto@gmail.com
2
Staf Pengajar Mayor KVT IPB Bogor, Email: apkartono@yahoo.co.id
3
Peneliti Zoologi LIPI Cibinong, Email: ibnu_mar@yahoo.com

ABSTRACT

The Grouping of Fruit Bats Based on Pollend Type Characterized as Food Resources in
Bogor Botanical Garden, Indonesia. A study was conducted to identify pollen consummed
by fruits bat in Bogor Botanical Garden from March 2008 to June 2009. The types of crown of
the flower, pollen and pollen size which chosen by fruit bats were analysed by using high
detrended canonical correspondent. The result indicated that there are three major groups of
bats based on the similarities of food type or flower resources consumed by fruit bats. The
groups were (1) males of Macroglossus sobrinus and the females of Eonycteris spelaea, (2)
Cynopterus brachyotis and the females of C. minutus, and (3) males and females of C.
titthaheileus, females of C. brachyotis and Macroglossus sobrinus, males of C. sphinx and C.
minutus, and females of C. sphinx.

Key words: Megachiroptera, pollend, seed distribution,

PENDAHULUAN tumbuhan buah, serta membantu


penyerbukan lebih dari 31 genus dan 14
Kelelawar memiliki peran ekologis famili Angiosperma (Marshall 1985).
yang penting sebagai pemencar biji buah- Keanekaragaman jenis tumbuhan di
buahan seperti sawo, jambu air, jambu Kebun Raya Bogor tergolong tinggi.
biji, duwet dan cendana (Dumont et al. Jumlah koleksi terakhir sampai Januari
2004); serta penyerbuk bunga dari 2006 terdiri atas 222 famili, 1.257 genera,
tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti 3.423 jenis dan lebih dari 13.684 spesimen
petai, durian, bakau, kapuk randu dan tanaman hidup (Subarna 2006).
mangga. Kelelawar Megachiroptera, Kelelawar Cynopterus sp. di Kebun
terutama pada genus Pteropus sangat Raya Bogor memakan 48 jenis tumbuhan
berperan penting dalam penyerbukan dan yang sebagian besar (74,38%) merupakan
pemencaran biji (Pierson & Rainey 1992; tumbuhan hutan dan bagian yang dimakan
Wiles & Fujita 1992). Spesies anggota adalah buah dan daun (Suyanto 2001).
pada genus ini mengunjungi kurang lebih Meskipun demikian, kelelawar merupa-
26 spesies tumbuhan berbunga dan 64 kan salah satu hewan yang masih kurang

225
Soegiharto, Kartono, & Maryanto

diperhatikan dalam upaya konservasinya. bilan kelelawar. Pengambilan sampel


Hal ini dikarenakan lemahnya pengetahu- kelelawar dilakukan selama kurun waktu
an masyarakat akan arti penting kelela- 16 bulan, untuk tiap bulannya dilakukan
war dalam rangkaian mata rantai ekologi. dengan selang waktu 2 minggu sekali.
Dari uraian tersebut penelitian ini Jumlah sampel kelelawar yang diambil
dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu tiap 2 minggu sekali berjumlah 2 ekor
1) mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan untuk tiap masing-masing jenis kelelawar.
pakan yang dimakan kelelawar, 2) Pengambilan kelelawar dipilih untuk
menentukan penge-lompokan masing- tiap jenis yang mewakili spesiesnya
masing jenis kelelawar jantan dan betina masing-masing jantan dan betina. Spesies
terhadap faktor tumbuhan pakan (tipe kelelawar yang diambil adalah Cynop-
mahkota bunga, tipe polen dan ukuran terus minutus, C. brachyotis, C. sphinx,
polen) dalam pemilihan jenis tumbuhan C. titthaecheilus, Macroglossus
pakan kelelawar. Hasil penelitian sobrinus, Rousettus amplexicaudatus
diharapkan dapat memberikan manfaat dan Eonycteris spelaea.
antara lain: 1) mengetahui karakteristik Proses analisis polen dilakukan
jenis tumbuhan pakan kelelawar dalam secara hati-hati, mengingat ukuran polen
upaya mendukung konservasi di daerah yang sangat kecil 10m-200m menye-
perkotaan, 2) memberikan informasi babkan polen mudah berpindah dari
kepada masyarakat akan perlunya upaya tempat satu ketempat yang lain.
konservasi terhadap jenis-jenis kelelawar Pengambilan sampel polen didapat
di daerah perkotaan. dari isi pencernaan kelelawar. Hasil dari
isi pencernaan kemudian dicampur
BAHAN DAN CARA KERJA kedalam alkohol 70% dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi selanjutnya dilaku-
Penelitian dilakukan di Kebun Raya kan pemusingan dengan putaran 2000
Bogor (KRB) selama 16 bulan, mulai rpm selama 30 menit, langkah selanjutnya
Maret 2008 hingga Juni 2009. Pengam- dilakukan pembuangan cairan alkohol
bilan sampel kelelawar dilakukan di KRB yang digunakan dan diganti dengan
setiap dua minggu sekali sebanyak 2 ekor alkohol yang baru. Langkah tersebut
setiap spesies tertangkap di 13 lokasi titik dilakukan pengulangan sebanyak tiga
penangkapan. kali. Endapan yang dihasilkan dari proses
Untuk penempatan misnet (jaring pemusingan diletakkan pada gelas objek
kabut) ditempatkan menggunakan teknik sebanyak satu tetes kemudian ditetesi
purposive sampling sedangkan pengam- dengan gliserol dan ditutup dengan cover
bilan sampel kelelawar menggunakan glass dengan bagian tepinya direkatkan
teknik random sampling. Jaring kabut menggunakan kuteks kuku. Penggunaan
yang dipasang pada waktu senja hari pada gliserol pada analisis ini diperuntukkan
pukul 17.00-18.00 WIB dan pagi hari sebagai bahan pengawet (Yulianto 1992).
pada pukul 06.00 08.00 WIB dilakukan Pengamatan dilakukan dengan
pengecekan jaring kabut dan pengam- menggunakan mikroskop cahaya dengan

226
Pengelompokan Kelelawar Pemakan buah dan nektar

perbesaran 10, 45 dan 100 kali. Penda- kupu-kupu (papilio-naceus), (4) mang-
taan dilakukan dengan mencatat dan kuk (urceolatus), (5) berto-peng/
menggambar jenis polen yang ditemukan berkedok (personatus), (6) lonceng
dalam object glass. Langkah selanjutnya (campanulatus), (7) disk, dan (8) bulir.
dihitung jumlah polen yang ditemukan. Untuk tipe polen dibedakan berda-
Polen yang ditemukan di dalam perut sarkan kelas permukaannya yang
kemudian diidentifikasi sampai tingkat ditentukan melalui perbandingan sumbu
famili dan genus menurut kunci polar (P) dengan total lebar polen (E)
determinasi Erdmant (1952), Nayar menurut Erdtman (1943). Berdasarkan
(1999) dan Paldat (2005). rasio P/E maka tipe polen dapat
Data yang dihasilkan ditranformasi diklasifikasikan ke dalam: (a) peroblate,
sesuai dengan sebaran data. Pada rasio P/E kurang dari 4/8, (b) oblate,
penelitian ini data yang dihasilkan dalam rasio P/E=4/86/8, (c) sub-spheroidal,
bentuk persentase, sehingga bentuk rasio P/E=6/88/6, (d) prolate, rasio P/
transformasi yang digunakan adalah E=8/68/4, dan (e) perprolate, rasio P/
transformasi arcsin (Syahid 2009). E >8/4. Tipe polen subspheroidal selan-
Pengelompokan kelelawar pemakan jutnya dapat dibagi lagi ke dalam: (a) sub-
buah dan nektar berdasarkan karakte- oblate, rasio P/E=6/87/8, (b) oblate
ristik jenis pakan dianalisis menggunakan spheroidal, rasio P/E=7/88/8, (c)
pendekatan analisis multivariate hiper prolate spheroidal, rasio P/E=8/88/7,
Detrend Canonical Corespondence dan (d) sub-prolate, rasio P/E=8/78/6
Analysis (hDCCA) menurut ter Braak (Erdmant 1952).
& Smilauer (1998). Penggunaan metode Ukur an polen dibagi menurut
hDCCA ini bertujuan untuk menentukan Erdtman (1943) yaitu sangat kecil/
kedekatan pengelompokan dalam bentuk perminute (<10m), kecil/minute (10
grafik serta mengungkap informasi 25m), sedang/mediae (2550m),
maksimum dari suatu matriks data besar/magnae (50100m), sangat
dengan faktor lingkungan secara besar/permagnae (100200m), dan
bersamaan. Matriks data yang digunakan raksasa/giganteae (>200 m). Analisis
terdiri atas jenis kelelawar jenis tumbu- pengaruh karakteristik bentuk bunga, tipe
han yang teridentifikasi sebagai sampel dan ukuran polen dengan hCCA
dan 3 parameter lingkungan yaitu tipe menggunakan software Canoco for
mahkota bunga, tipe polen dan ukuran Windows 4.5 (Leps & Smilauer 1999).
polen. Bentuk mahkota bunga terbagi
kedalam 8 tipe, yaitu tabung, bintang, HASIL
disk, kupu, lonceng, mangkuk, kedok, dan
bulir. Hasil analisis polen dapat diketahui
Menurut Tjitrosoepomo (2007) jumlah persentase polen masing-masing
bentuk mahkota bunga dibagi kedalam spesies kelelawar. Penyajian data
beberapa bentuk (1) bintang (rotatus atau dilakukan dalam 3 bentuk, yaitu (1)
stellatus), (2) tabung (tubulosus), (3) persentase pakan kelelawar dengan jenis

227
Soegiharto, Kartono, & Maryanto

mahkota bunga disajikan pada Tabel 1, sobrinus jantan dan Eonycteris spelaea
(2) persentase pakan kelelawar dengan betina membentuk kelompok pertama
tipe polen disajikan pada Tabel 2, dan (3) yang memiliki kesamaan pemilihan tipe
persentase pakan kelelawar dengan pakan. Kelompok kedua terdiri dari
ukuran polen disajikan pada Tabel 3. Cynopterus brachyotis jantan dan C.
Hasil analisis pengelompokkan jenis minutus betina. Kelompok ketiga terdiri
kelelawar jantan dan betina berdasarkan dari C. titthaecheilus betina dan C.
tipe mahkota, tipe polen, dan ukuran polen titthaecheilus jantan, C. brachyotis
menggunakan hDCCA terlihat pada betina, M.sobrinus betina, C. sphinx
Gambar 1 variasi data spesies yang dapat jantan, C. minutus jantan, C. sphinx
diterangkan adalah untuk axis 1 = 0,146, betina.
dengan eigenvalue = 0,753; axis 2 = Kelompok pertama terbagi menjadi
0,177, dengan eigenvalue = 0,162. Axis dua sub kelompok, sub kelompok A terdiri
1 pada analisis hDCCA menjelaskan dari jenis Macroglossus sobrinus jantan
kedekatan masing-masing kelompok dan sub kelompok B terdiri dari jenis
kelelawar pada pemilihan tipe mahkota, Eonycteris spelaea betina. Kelompok
tipe dan ukuran polen. Axis 2 menje- ketiga terbagi menjadi tiga sub kelompok
laskan hubungan kedekatan anggota yaitu sub kelompok C, sub kelompok D
spesies dalam satu kelompok atau antar dan subkelompok E. Pada sub kelompok
kelompok dalam nilai axis 1 yang sama. C terdiri dari jenis C. titthaechei-
Hasil analisis memperlihatkan lus,jantan dan C. titthaecheilus,betina,
(Gambar 1) bahwa jenis Macroglossus sub kelompok D terdiri dari jenis C.

Tabel 1. Persentase mahkota bunga yang ditemukan pada masing-masing jenis kelelawar.
Jenis Mahkota Tabung Bintang Disk Kupu Lonceng Mangkuk Kedok Bulir
Kele- Bunga
lawar Sex
CM 30,7 7,26 7,26 11,03 43,74
1,86 27,77 9,09 61,28
CB 68,88 7,40 9,55 14,18
4,15 52,95 9,06 33,84
CS 44,08 14,48 41,44
29,58 12,66 7,23 50,53
CT 4,95 42,11 25,24 18,1 9,61
68,39 12,54 19,08
M 18,40 21,47 48,74 11,39
57,03 42,97
R
100
E 100
85,05 2,97 11,99
Keterangan : CM = Cynopterus minutus , CB = C. brachyotis, CS = C. sphinx, CT = C. titthaechei-
lus, R = Rousettus amplexicaudatus, M = Macroglossus sobrinus, E = Eonycteris spelaea.

228
Pengelompokan Kelelawar Pemakan buah dan nektar

Tabel 2. Persentase tipe polen yang ditemukan pada masing-masing jenis kelelawar

Jenis Tipe Sub- Oblate Prolate Per-


Kele- Polen Peroblate Oblate Oblate Spheroidal Spheroidal Prolate Prolate
lawar Sex
CM 36,31 56,42 7,26
14,94 6,5 76,69 1,86
CB 11,93 41,9 39,45 6,72
64,72 35,28
CS 14,48 85,52
7,23 7,23 74,92 10,61
CT 43,34 37,59 14,13 4,95
42,67 15,16 42,17
M 29,66 35,65 23,01 11,69
57,03 42,97
R
100
E 100
34,21 5,01 14,95 39,85 5,97
Keterangan : CM = Cynopterus minutus , CB = C. brachyotis, CS = C. sphinx, CT = C.
titthaecheilus, R = Rousettus amplexicaudatus, M = Macroglossus sobrinus, E = Eonycteris
spelaea,

Tabel 3. Persentase ukuran polen yang ditemukan pada masing-masing jenis kelelawar

Jenis Gigantea Permagnae Magnae


Kele-lawar Ukuran Polen
Sex
CM 40,77 43,58 15,65
46,29 53,71
CB 52,24 44,2 3,57
35,8 64,2
CS 14,48 85,52
13,92 86,08
CT 44,04 41,83 14,13
25,74 61,78 12,47
M 61,04 20,56 18,4
100
R
100
E 100
92,87 7,13
Keterangan : CM = Cynopterus minutus , CB = C. brachyotis, CS = C. sphinx, CT = C. titthaechei-
lus, R = Rousettus amplexicaudatus, M = Macroglossus sobrinus, E = Eonycteris spelaea,

229
Soegiharto, Kartono, & Maryanto

4
OB KU_P
Kelompok III

7
3 Sub Kel. C

Kelompok I PR_SP 8
BI_T Sub Kel. D
DI_S Kelompok II Kelompok V
2 Sub Kel. 9 4
3 KE_D
AXIS 2

PE_PR
A TA_B 12
2 10 PR
13 5
1 1
Sub Kel. B PE_OB Sub Kel.
OB_SP 6
MA_K E

LO_C
0 SB_OB BU_L
11 Kelompok IV
-1

-1 -2 6
-2 0 2 4 6
AXIS 1
Gambar 1. Pengelompokkan kelelawar berdasarkan karakteristik mahkota bunga, tipe polen.
Keterangan : 1. = C. minutus jantan, 2 = C. minutus betina, 3= C. brachyotis jantan, 4= C. bracyotis
betina, 5= C. sphinx jantan, 6= C. sphinx betina, 7= C. titthaecheilus,jantan, 8=C.
titthaecheilus,betina, 9= M. sobrinus jantan, 10= M. sobrinus betina, 11= R. amplexicaudatus
betina, 12= E. spelaea jantan, 13= E. spelaea betina. SB_OB=Sub Oblate, OB= Oblate,
PR_SP=Prolate Speroidal, PE_PR=Perprolate, PR=Prolate, PE_OB= Peroblate, OB_SP=
Oblate spheroidal. TA_B= Tabung, BI_T=Bintang, DI_S= Disk, KU_P= Ku pu-
kupu,LO_C=Lonceng,MA_K=Mangkuk,KE_D=Kedok, BU_L=Bulat.

brachyotis betina, sub kelompok E terdiri menjelaskan hubungan kedekatan


dari jenis M. sobrinus betina, C. sphinx anggota spesies dalam satu kelompok
jantan, C. minutus jantan, C. sphinx atau antar kelompok dalam nilai axis 1
betina. Kelompok keempat ditempati yang sama. Macroglossus sobrinus
jenis R. amplexicaudatus betina, dan jantan dan Eonycteris spelaea betina
pada kelompok kelima ditempati oleh jenis membentuk kelompok pertama yang
E. spelaea jantan. memiliki kesamaan pemilihan tipe pakan.
Hasil analisis pengelompokkan jenis Kelompok kedua terdiri dari Cynopterus
kelelawar jantan dan betina berdasarkan brachyotis jantan dan C. minutus betina.
tipe mahkota, tipe polen, dan ukuran polen Kelompok ketiga ter diri dari C.
menggunakan hDCCA terlihat pada titthaecheilus betina dan C. titthae-
Gambar 1. variasi data spesies yang cheilus jantan, C. brachyotis betina,
dapat diterangkan adalah untuk axis 1 = Macroglossus sobrinus betina, C.
0,146, dengan eigenvalue = 0,753; axis sphinx jantan, C. minutus jantan, C.
2 = 0,177, dengan eigenvalue = 0,162. sphinx betina.
Axis 1 pada analisis hDCCA menje- Kelompok pertama terbagi menjadi
laskan kedekatan masing-masing dua sub kelompok, sub kelompok A terdiri
kelompok kelelawar pada pemilihan tipe dari jenis Macroglossus sobrinus jantan
mahkota, tipe dan ukuran polen. Axis 2 dan sub kelompok B terdiri dari jenis

230
Pengelompokan Kelelawar Pemakan buah dan nektar

Eonycteris spelaea betina. Kelompok ukuran polen magnae membentuk sub


ketiga terbagi menjadi tiga subkelompok kelompok C. Untuk sub kelompok E
yaitu sub kelompok C, subkelompok D mengindikasikan kurang dipengaruhi oleh
dan subkelompok E. Pada sub kelompok ukuran polen permagnae. Kelompok
C terdiri dari jenis C. titthaecheilus keempat dikelompokkan oleh pengaruh
jantan dan C. titthaecheilus,betina, sub bentuk mahkota, tipe dan ukuran polen.
kelompok D terdiri dari jenis C. Kelompok kelima dipengaruhi oleh
brachyotis betina, sub kelompok E terdiri mahkota kedok, tipe polen prolate serta
dari jenis Macroglossus sobrinus betina, ukuran polen giganteae.
C. sphinx jantan, C. minutus jantan, C. Pada Gambar 3. akan tampak jenis-
sphinx betina. Kelompok keempat jenis tumbuhan pakan yang mempenga-
ditempati jenis R. amplexicaudatus ruhi pengelompokkan kelelawar. Pada
betina, dan pada kelompok kelima kelompok pertama jenis yang mempe-
ditempati oleh jenis E. spelaea jantan. ngaruhi adalah jenis Anacardium sp.,
Pengelompokan jenis kelelawar Adenanthera sp., Apocynaceae sp.1.,
didasarkan oleh karakteristik mahkota Paceae sp.1, Syzygium sp.1. Kelompok
bunga, tipe dan ukuran polen (Gambar 1 kedua jenis yang mempengaruhi adalah
dan Gambar 2). Kelompok pertama Anacardium sp.3., Annona sp., Ceiba
dipengaruhi oleh mahkota bunga disk, sp.3, Ceiba sp.1, Acanthaceae sp.1,
bintang, tabung dan tipe polen sub oblate, Pinaceae sp.1, Begoniaceae sp.1,
oblate spheroidal dan prolate sphe- Duabanga sp., Eugenia sp. Pada
roidal. Jenis M. sobrinus jantan kelompok ketiga yang terbagi kedalam 2
dipengaruhi ukuran polen magnae sub kelompok, masing-masing sub
membentuk sub kelompok A, sedangkan kelompok memiliki keterkaitan jenis yang
jenis E. spelaea betina dipengaruhi oleh berbeda. Sub kelompok A jenis tumbuhan
ukuran polen magnae dan giganteae yang mempengaruhi adalah Hisbiscus
membentuk sub kelompok B. Kelompok sp. Sub kelompk B jenis tumbuhan yang
kedua dipengaruhi oleh mahkota mang- mempengaruhi adalah [Orchidaceae]
kuk, lonceng, bulat dan tipe polen sp.2, Acacia sp., [Convolvulaceae] sp.1,
peroblate dan perprolate. Kelompok Cyathea sp., Salacia sp., [Convolvu-
kedua ini dipengaruhi oleh ukuran polen laceae] sp.2, Cyperus sp., Croton sp.,
permagnae. Kelompok ketiga dibagi [Acanthaceae] sp.1, [Pinaceae] sp.1,
menjadi subkelompok C, D dan sub [Begoniaceae] sp.1. Kelompok keempat
kelompok E. Pada subkelompok C tidak ada tumbuhan yang mempengaruhi
dipengaruhi oleh bentuk mahkota kupu- kuat. Kelompok kelima dipengaruhi oleh
kupu dan tipe polen oblate dan ukuran tumbuhan jenis [Orchidaceae] sp.3.
polen giganteae.
Sub kelompok D dan E dipengaruhi PEMBAHASAN
oleh bentuk mahkota mangkuk, lonceng Pada pengelompokan kelelawar
dan tipe polen peroblate dan perprolate. berdasarkan karakteristik polen
C. brachyotis betina dipengaruhi oleh tumbuhan pakan dapat dibedakan

231
Soegiharto, Kartono, & Maryanto

A) 3 7

3
Kelompok III
8 Sub Kel. C
Kelompok I

Kelompok II Sub Kel. D Kelompok V


2 Sub Kel. A
9 4
3
12
AXIS 2

2 10
Axis 21 5
13 1

Sub Kel. B 6 Sub Kel. E

0
Kelompok IV

11
-1

-1
-1 5
-1 0 1 Axis21 3 4 5
AXIS 1
3

7
3 Kelompok III
B) 8
Sub Kel. C
Kelompok I Kelompok II
2 9 4
Kelompok V
3
12
AXIS 2

Sub Kel. A 2 Sub Kel. D


Axis 2 10
13
1 5
1
6
Sub Kel. B Sub Kel. E

0
Kelompok IV

11
-1

-1 -1 5
Axis 1
-1 0 1 2 3 4 5
AXIS 1

3
3

7 Kelompok III
C) 8
Sub Kel. C
Kelompok I
2 9
Kelompok II Kelompok V
4
3
12
Sub Kel. A Sub Kel. D
AXIS 2

2 10
1 5
1
Axis 2 13
6
Sub Kel. B Sub Kel. E
0
Kelompok IV

11
-1
-1

-1 5
-1 0 1 2 3 4 5
Axis 1
AXIS 1
Gambar 2. Karakteristik ukuran polen yang mempengaruhi pengelompokan lalai. a. ukuran
polen magnae, b. ukuran polen permagnaee, c. ukuran polen giganteae.
Keterangan : 1. = C. minutus jantan, 2 = C. minutus betina, 3= C. brachyotis jantan, 4= C. bracyotis
betina, 5= C. sphinx jantan, 6= C. sphinx betina, 7= C. titthaecheilus,jantan, 8=C.
titthaecheilus,betina, 9= M. sobrinus jantan, 10= M. sobrinus betina, 11= R. amplexicaudatus
betina, 12= E. spelaea jantan, 13= E. spelaea betina.

232
Pengelompokan Kelelawar Pemakan buah dan nektar

3 5

3
Kelompok III
6
al
Sub Kel. C

Kelompok I Kelompok II ah an ai
2 aq p ag t ak Sub Kel. D Kelompok V
h ay ar am x
ij q ae r
9 i s aw l k n ab
az aq ao
Sub Kel. A av af a g u 3 4 ap
j ad
au
v aa d 12
f 3 o ax
AXIS 2

w
2 10 ac
c
1 13 at
7 y
1
Sub Kel. B m
Sub Kel. E
8

0 Kelompok IV

-1 11
-1

-1
-1 0 1 2 3 4 55
AXIS 1
Gambar 3. Jenis tumbuhan pakan yang mempengaruhi pengelompokan lalai.
Keterangan : 1. = C. minutus jantan, 2 = C. minutus betina, 3= C. brachyotis jantan, 4= C. bracyotis
betina, 5= C. sphinx jantan, 6= C. sphinx betina, 7= C. titthaecheilus,jantan, 8=C.
titthaecheilus,betina, 9= M. sobrinus jantan, 10= M. sobrinus betina, 11= R. amplexicaudatus
betina, 12= E. spelaea jantan, 13= E. spelaea betina. a=Anacardiaceae sp.3, c=Acanthaceae
sp.1, d=Acasia sp., e=Acasia sp.2, f =Adenanthera sp., g=Alnus sp., h=Anacardium sp., i=Annona
sp. ,j=Apocynaceae sp. 1, k=Baringtonia sp., l=Bauhinia sp., m=Begoniaceae sp.1, n=Betula
sp., o=Betulaceae sp. 1, p=Ceiba pentandra, q=Ceiba sp.1, r=Ceiba sp.2, s=Ceiba sp3,
t=Celastraceae sp.1, u=Compositae sp.1, v=Convulvulaceae sp.1, w=Convulvulaceae sp.2,
x=Crateva sp., y=Croton sp., z=Croton sp.2, aa=Cyathea sp., ab=Cyperaceae sp.2, ac=Cyperus
sp., ad=Dacrydium sp., ae=Dilleniaceae sp.1, af=Duabanga sp., ag=Durio sp., ah=Durio
zibethinus, ai=Ericaceae sp.1, aj=Eugenia sp., ak=Euphorbiaceae sp.1, al=Hisbiscus sp.,
am=Licania sp., an=Mimosa sp., ao=Orchidaceae sp.2, ap=Orchidaceae sp.3, aq=Orchidaceae
sp.4, ar=Parkia sp., as=Persea sp., at=Pinaceae sp. 1, au=Pinaceae sp.2, av=Poaceae sp. 1,
aw=Poaceae sp. 2, ax=Salacia sp., ay=Syzygium sp.1, az=Typhaceae sp.1

kedalam (1) fungsi kelelawar sebagai memiliki bunga dengan bentuk mahkota
penyerbuk, (2) fungsi kelelawar sebagai disk, bintang dan tabung diserbuki oleh
penyebar biji, (3) fungsi kelelawar sebagai jenis kelelawar E. spelaea betina, M.
penyerbuk dan penyebar biji. sobrinus jantan dan E. spelaea jantan.
Fungsi kelelawar sebagai penyerbuk Pada jenis tumbuhan ini dimungkinkan
tumbuhan diterangkan pada pengelom- buah yang dihasilkan setelah penyer-
pokan kelelawar dengan hDCCA pada bukan tidak disebarkan oleh jenis
kelompok 1 dan kelompok 5 (Gambar 1). kelelawar. Simpulan karena hanya jenis
Fungsi kelelawar sebagai penyerbuk kelelawar spesialis pemakan nektar dan
tumbuhan diprediksi karena ketertarikan polen saja yang menyukai jenis bunga ini
kelelawar oleh sumber nektar dan polen sedangkan jenis kelelawar spesialis
pada bunga. Jenis tumbuhan yang pemakan buah tidak menyukai jenis

233
Soegiharto, Kartono, & Maryanto

tumbuhan ini. Jenis tumbuhan sebagai [Orchidaceae] sp.2, [Orchidaceae] sp.4,


penciri tersebut adalah spesies Betula [Pinaceae] sp. 1, [Pinaceae] sp.2, [Poa-
sp., [Poaceae] sp.2, Adenanthera sp., ceae] sp. 2, Salacia sp., [Typhaceae]
[Apocynaceae] sp.1. sp.1
Tipe kelelawar dengan moncong Dalam satu spesies kelelawar antara
tumpul dan cenderung sebagai penyebar jantan dan betina berbeda dalam mencari
biji buah dapat diterangkan pada sumber pakan, hanya spesies C.
pengelompokan kelelawar dengan titthaecheilus,yang memiliki kesamaan
hDCCA seperti pada kelompok 2 karakter dalam pencarian sumber pakan.
(Gambar 1), walaupun jenis tersebut juga Kondisi ini menyerupai hasil penelitian
berfungsi ganda sebagai penyerbuk Maryati dkk (2008) Sebab perbedaan
sebagai fungsi ke dua seperti yang terjadi tersebut belum bisa dijelaskan s mengapa
pada penelitian Maryati dkk (2008). dalam satu jenis berbeda dalam pencarian
Spesies kelelawar yang tergolong dalam pakan.
fungsi ini adalah C. minutus betina, C.
brachyotis jantan khususnya sebagai KESIMPULAN
penyebar dan penyerbuk utama
tumbuhan Annona sp., [Apocynaceae] Fungsi kelelawar dalam ekologi
sp.1, [Anacardiaceae] sp.3, Duabanga dapat dijelaskan pada penggolongan
sp. Kelelawar jenis lainnya seperti hasil secara multivariate. Peran kelelawar
analisis hDCCA pada kelompok 3 terbagi menjadi 3 yaitu peran kelelawar
(Gambar 1). Spesies kelelawar yang sebagai penyerbuk, kelelawar sebagai
tergolong dalam fungsi ini adalah spesies penyebar biji, kelelawar sebagai
C. minutus jantan, C. sphinx jantan, C. penyerbuk dan penyebar biji. Peran
sphinx betina, C. titthaecheilus,jantan, kelelawar tersebut berbeda menurut
C. titthaecheilus,betina, dan M. kesukaan terhadap bentuk mahkota
sobrinus betina. Tumbuhan penciri bunga, tipe dan ukuran polen.
sebagai penyerbuk dan penyebar biji
adalah spesies tumbuhan [Acanthaceae] UCAPAN TERIMAKASIH
sp.1, Acasia sp., Alnus sp., Baringtonia
sp., Bauhi-nia sp., Begoniaceae sp. 1, Penulis mengucapkan terioma kasih
Betula sp., [Betulaceae] sp. 1, Ceiba kepada segenap staf Kebun Raya Bogor
pentandra, Ceiba sp. 1, Ceiba sp.2, yang telah membantu dalam penelitian ini
Ceiba sp.3, [Celastraceae] sp.1,
[Compositae] sp.1, [Convolvulaceae] DAFTAR PUSTAKA
sp.1, Crateva sp., Croton sp., Cyathea
sp., [Cyperaceae] sp.2, Cyperus sp., Dumont, ER., GD Weiblen & JR
Dacrydium sp., [Dilleniaceae] sp. 1, Winkelmann. 2004. Prefe-rences
Durio sp., Durio zibethinus, [Erica- of fig wasps and fruit bats for figs
ceae] sp.1, [Euphorbia-ceae] sp.1, of functionally dioecious Ficus
Hisbiscus sp., Licania sp., Mimosa sp., pungens. J.Trop. Eco. 20:233238

234
Pengelompokan Kelelawar Pemakan buah dan nektar

Erdtman, G. 1943. An Introduction to conference. US Fish Wild Serv


Pollen Analysis. New York: Biol Rep. p:117.
Chronica Botanica. Suyanto A. 2001. Kelelawar di
Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology Indonesia. Pusat Penelitian dan
and Plant Taxonomy Angio- Pengembangan BiologiLIPI.
sperms: An introduction to the Bogor.
study pollen grains and spores. Syahid A. 2009. Transformasi Data. http:/
Copenhagen: Munksgard. /abdulsyahid-forum. blogspot.com/
Leps, J & P. Smilauer. 1999. Multivari- 2009/04/ transformasi-data.html.
ate Analysis of Ecological Data. [20 Juni 2009]
Faculty of Biological Sciences, Subarna A. 2006. Sekilas Kebun Raya
Univer-sity of South Bohemia. Bogor. Pusat Konservasi Tumbu-
Ceske Budejovice. han Kebun Raya Bogor.
Maryati, AP. Kartono & I. Maryanto Ter Braak, CJF. & P Smilauer. 1998.
2008. Kelelawar Pemakan Buah Canoco Reference Manual and
Sebagai Polinator yang diidenti- Users Guide to Canoco for Win-
fikasi Melalui Polen yang Diguna- dows. Ithaca: Microcomputer
kan Sebagai sumber Pakannya di Power
Kawasan Sektor Linggarjati, Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi
Taman Nasional Ciremai Jawa Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Barat. J. Biol.Indo. 4 (5): 335- Mada Univ Pr
347 Wiles, GJ. & MS. Fujita. 1992. Food
Marshall, AG. 1985. Old world phytopha- plants and economic importance of
gous bats (Megachi-roptera) and flying foxes on Pacific islands. In:
their food plants:a survey. J.Biol. DE Wilson and GL Graham (Eds).
Lin.Soc.55(1):321330. Pacific island flying foxes:
Nayar TS. 1999. Pollen Flora of Proceedings of an international
Maharashtra State India. conservation conference 3638.
International Bioscence Series Yulianto, E. 1992. Preparasi dan dasar
Volume XIV. New Delhi: Today & determinasi palinologi. Laporan
Tomorrows.. studi praktek Jurusan Teknik
Paldat. 2005. Illustrated Handbook on Geologi Fakultas Teknologi
Pollen Terminology. Dept. of Mineral ITB. Bandung.
Palynology.
Pierson ED. & WE. Rainey. 1992. The
biology of flying foxes of the genus
Pteropus: A review. In: DE Wilson
and GL Graham (Eds). Pacific
island flying foxes proceedings
of an international conservation Memasukkan: Juni 2009
Diterima: Februari 2010

235
J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010)

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan:
JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/
Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata),
PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN
TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk
gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-
masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman
berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam
bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan).
Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol ,
, , dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam
bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar
tanpa nama dan lembaga penulis).
Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus
diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.
Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan
pustaka acuan sebagai berikut :

Jurnal :
Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate
production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354.
Buku :
Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.
Bab dalam Buku :
Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood,
& N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington.
248-277.
Abstrak :
Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak
Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 18 Oktober 1982. 42.
Prosiding :
Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease
ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri
Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.
Skripsi, Tesis, Disertasi :
Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di
Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Informasi dari Internet :
Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information
for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/
lorCp.1.html.
J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik 237


Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen
Eko Sulistyadi

Analysis of Nutrient Requirement and Feed Efficiency Ratio of Maroon Leaf Monkey 255
(Presbytis rubicunda Mueller, 1838)
Wartika Rosa Farida

Oksidasi Nitrit Oleh Bakteri Heterotrofik Pada Kondisi Aerobik 265


Dwi Agustiyani, Ruly Marthina Kayadoe & Hartati Imamuddin

Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah 277
Penduduk dan Industri
Eko Harsono & Sulung Nomosatryo

TULISAN PENDEK
Arti Kebun Raya Bogor Bagi Kehidupan Kumbang Sungut Panjang (Coleoptera, 289
Cerambicidae)
Woro Anggaraitoningsih Noerdjito

Anda mungkin juga menyukai