Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA

KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI PUSKESMAS


GILINGAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Winda Wijayanti
G0006168

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2010
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan


Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta

Winda Wijayanti, NIM/Semester : G.0006168/VIII, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, 29 Juli 2010

Pembimbing Utama

Nama : Prof.Dr.Harsono Salimo,dr,Sp.A(K)


NIP : 19441226 197310 1 001 ...................................

Pembimbing Pendamping

Nama : Made Setiamika,dr,Sp.THT-KL


NIP : 19550727 198312 1 002 ...................................

Penguji Utama

Nama : H. Rustam Siregar,dr,Sp.A


NIP : 19490116 198012 1 001 ...................................

Penguji Pendamping

Nama : Slamet Riyadi,dr,M.Kes


NIP : 19600418 199203 1 001 ...................................

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A. A. Subiyanto, dr., MS


NIP. 19450824 197310 1 001 NIP. 19481107 197310 1 003

1
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, 29 Juli 2010

Winda Wijayanti
G0006168

2
ABSTRAK
WINDA WIJAYANTI, G0006168, 2010. Hubungan antara Pemberian ASI
Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas
Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta
Tujuan : ASI dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai
zat kekebalan yang dikandungnya. Diare masih merupakan salah satu penyakit
utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian
diare pada bayi umur 0-6 bulan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan potong lintang. Subyek penelitian adalah seluruh bayi yang
berusia 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan
menggunakan total sampling. Subyek akan diklasifikasikan menjadi kelompok
yang mendapat ASI Eksklusif dan tidak. Riwayat diare ditanyakan pada setiap
orang tua bayi. Data dianalisis menggunakan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) 16 for Windows dengan uji statistik Chi Square.
Hasil : Subyek penelitian berjumlah 60 bayi yang terdiri atas 30 bayi
mendapatkan ASI Eksklusif yang terdiri dari 6 bayi mengalami diare dan 24 bayi
tidak mengalami diare sedangkan 30 bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif yang
terdiri dari 20 bayi mengalami diare dan 10 bayi tidak mengalami diare. Hasil
signifikansi menghasilkan p<0,05 dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti
signifikan atau bermakna.
Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif
dengan kejadian diare.

Kata Kunci : ASI Eksklusif - diare

3
ABSTRACT
Winda Wijayanti, G0006168, 2010. The Relationship between Exclusive
Breastfeeding with The Incidence of Diarrhea in Infants Aged 0-6 Months in
Gilingan Public Health Center, Banjarsari District, Surakarta.
Objective: ASI (Breast Milk) can provide protection to the baby through a variety
of immune substances it contains. Diarrhea is still one of the major diseases in
infants in Indonesia until today. This study aims to determine the relationship
between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6
months.
Methods: This was an analytic observational study with cross sectional
approach. Subjects were all infants aged 0-6 months in Gilingan public health
center, Banjarsari district, Surakarta, using total sampling. Subjects will be
classified into group that had exclusive breast feeding and group that didnt.
History in diarrhea was asked to each babys parent. Data were analyzed using the
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows, with Chi square
test.
Results: The subjects consisted of 60 infants. 30 infants that received exclusive
breastfeeding consists of 6 infants with diarrhea and 24 infants did not experience
diarrhea, while 30 infants that did not receive exclusive breastfeeding is composed
of 20 infants suffering from diarrhea and 10 infants did not experience diarrhea.
Significant result is p <0.05 with a mean value of 0.000 which is significant or
meaningful.
Conclusion: There is a significant relationship between exclusive breastfeeding
and the incidence of diarrhea.
__________________________________________________________________
Keywords: Exclusive Breastfeeding- Diarrhea

4
PRAKARTA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya
skripsi dengan judul Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan
Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta dapat penulis selesaikan.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini tidaklah dapat
terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Prof. DR. H. A. A. Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
2. Sudarman, dr., Sp.THT-KL(K). selaku Tim Skripsi FK UNS
3. Prof. DR. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K). selaku pembimbing utama
atas segala bimbingan, saran, dan masukan mulai dari awal
penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini
4. Made Setiamika,dr.,Sp.THT-KL selaku pembimbing pendamping
atas segala bimbingan, saran, masukan dan jalan keluar dari
permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini
5. H. Rustam Siregar,dr., Sp.A. selaku penguji utama atas masukan,
saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini
6. Slamet Riyadi, dr., Mkes. selaku penguji pendamping atas
masukan,saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi
ini
7. Muhammad Riza, dr., Sp.A., MKes. selaku koordinator pendidikan
IKA yang telah mengizinkan melakukan penelitian skripsi di bagian
anak
8. Munawaroh,drg. selaku Kepala Puskesmas dan Enny Endah
Agustiani,dr., MSi. selaku Koordinator di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta,atas bantuan dan semua kemudahan
yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan pengambilan data
9. Keluarga dan sahabat-sahabat yang banyak memberikan
bantuan,doa dan dukungan
10. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian
serta penulisan skripsi yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan itu mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,untuk itu saran
dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang berharga,bagi kepentingan keilmuan maupun
aplikasi di dunia kedokteran.
Surakarta, 2010

Winda Wijayanti

5
DAFTAR ISI

PRAKARTA .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ................................................................. 1
B. Perumusan masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4
B. Kerangka Pemikiran....................................................................... 15
C. Hipotesis......................................................................................... 16

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................... 17
B. Lokasi Penelitian............................................................................ 17
C. Subjek Penelitian............................................................................ 17
D. Teknik Sampling ............................................................................ 17
E. Rancangan Penelitian..................................................................... 18
F. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... 19
G. Definisi Operasional Variabel........................................................ 19
H. Instrumentasi Penelitian................................................................. 20
I. Teknik Analisis Data...................................................................... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Hasil Penelitian .............................................................................. 22

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 25


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Sinpulan ........................................................................................ 29
B. Saran .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
LAMPIRAN..................................................................................................... 34

DAFTAR TABEL

6
Tabel 1: Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin........................................... 22
Tabel 2: Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur ....................................... 22
Tabel 3: Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif .............. 23
Tabel 4: Distribusi Bayi yang Menderita Diare pada Bayi dengan ASI
Eksklusif dan Bayi tanpa ASI Eksklusif.......................................... 23

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuisioner Penelitian .................................................................. 32


Lampiran 2: Tabel Sample Penelitian............................................................ 35
Lampiran 3: Hasil Analisa Statistik ............................................................... 39
Lampiran 4: Surat ijin Penelitian .................................................................. 41
Lampiran 5: Data Puskesmas......................................................................... 45

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah kejadian diare. Demikian juga

pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian

bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat

disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah

diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan (Susanti,

2004).

Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena

alasan sebagai berikut; (1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan

selain ASI,(2) bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan

yang hanya dapat diperoleh dari ASI ,(3) adanya kemungkinan makanan yang

diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan

untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda

dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan

makanan yang paling sempurna. Pemberian ASI secara dini dan eksklusif

sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah penyakit pada bayi.

Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum

dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan

9
bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat

masuk ke dalam tubuh bayi (Depkes, 2001).

Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pajanan

mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan

masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering

ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding

dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI

merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal

maupun mukosa lain, karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke dalam

tubuh melalui mukosa (Matondang, dkk, 2008).

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli di India dengan

menggunakan ASI donor dari manusia, didapatkan kejadian infeksi lebih

sedikit secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada kelompok yang

diberi ASI manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang tidak mendapat ASI

(kontrol) banyak mengalami diare, pneumonia, sepsis, dan meningitis

(Tumbelaka, dkk, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

memberikan informasi lebih lanjut mengenai hubungan antara pemberian ASI

eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan.

B. Perumusan Masalah

10
Adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka

kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan

Banjarsari Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif

dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai

hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare

pada bayi umur 0-6 bulan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini untuk menjadi satu pertimbangan dalam

penatalaksanaan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka

kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. ASI Eksklusif

Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu

(ASI) segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang

merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan

makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang

paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia

ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau

susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh ahli gizi

diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat

menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang

diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti dan Yenrina, 2001).

Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi

perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang

dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun,

ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu

mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobulin

(Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan menurut Roesli (2005) ASI akan

merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi

pula sebagai imunisasi aktif.

12
Tabel 1. Perbandingan antimikroba ASI dan susu sapi (Matondang, dkk,

2008).

No. Kandungan ASI Susu Sapi

1. Laktoferin ++++ +

2. Lisozim ++++ +

3. sIgA ++++ +

4. IgG + ++++

5. Komplemen + ++++

6. Laktoperoksidase + ++++

Imunoglobulin ASI tidak diabsorpsi bayi tetapi berperan

memperkuat sistem imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada

mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor

pertumbuhan dan hormon sehingga dapat merangsang perkembangan

sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis

media, pneumonia, bakteriemia, meningitis dan infeksi traktus urinarius

pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI

(Matondang, dkk, 2008).

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda

dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu

sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak

terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,

13
sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih

sulit dicerna oleh usus bayi (Hendarto dan Pringgadini, 2008)

Adapun hasil eksperimen pada hewan uji membuktikan bahwa

limfosit yang terdapat di dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan

masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga dapat mengaktifkan sistem imun

bayi (Chantry, dkk,2006).

Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6

bulan yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa

makanan atau minuman lain termasuk air putih (Matondang, dkk, 2008).

Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya

selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2005).

Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karena

ASI merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan

kondisi sistem pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 0-6 bulan)

sehingga tidak menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang

diberi ASI eksklusif terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisa

terjadi karena beberapa faktor baik dari bayi maupun perilaku ibu.

Penyebab diare dari faktor bayi adalah adanya infeksi baik di dalam

ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi bakteri, virus, maupun

infeksi parasit. Perilaku ibu juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko

terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak

(Purwanti, 2004).

14
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena

itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air

walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas (Hendarto

dan Pringgadini, 2008).

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran

sampai hari ke-4 atau ke-7 (Roesli, 2005). Kolostrum kaya akan zat

antibodi terutama IgA. Selain itu, di dalam kolostrum terdapat lebih

dari 50 proses pendukung perkembangan imunitas termasuk faktor

pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Munasir dan Kurniati, 2008).

Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein

imunoglobulin pembunuh kuman dalam jumlah paling tinggi.

Kolostrum dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling

rendah. Jadi dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama

yang diterima oleh bayi (Roesli, 2005).

Disamping banyaknya zat antibodi yang terkandung, kolostrum

juga mengandung banyak faktor imunosupresif yang mencegah

terjadinya stimulasi berlebih akibat masuknya antigen dalam jumlah

yang besar (Sumadiono, 2008).

b. Komposisi ASI yang terkait dengan sistem imunitas

Sistem imun adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk

mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap

15
bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungannya

(Matondang, dkk, 2008).

ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak hanya vitamin A

saja tapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Vitamin A selain

berfungsi untuk kesehatan mata, juga berfungsi untuk mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan (Hendarto dan

Pringgadini, 2008).

ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai

pertahanan nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik

diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan

faktor protektif larut, sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan

produknya (Matondang, dkk, 2008).

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat

dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli

dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya

(Munasir dan Kurniati, 2008).

Penggunaan ASI secara Tepat

ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi, tapi

belumlah merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila

ASI tersebut diberikan secara tepat dan benar ibu tidak dapat melihat

berapa banyak ASI yang telah masuk ke perut bayi (Moehji, 2003)

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria

yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI

16
cukup atau tidak menurut Moehji (2003) yaitu: Air Susu Ibu yang

banyak dapat merembes keluar melalui puting, sebelum disusukan

payudara merasa tegang, dan berat badan naik dengan memuaskan

sesuai dengan umur.

Tabel 2. Komposisi komponen ASI yang befungsi sebagai sistem

imunitas

Zat Terlarut Selular

Antibodi spesifik (sIgA, 7S IgA, Sel imun spesifik (limfosit T


IgG, IgE, IgD, komponen dan B)
sekretorik)

Produk sel T Sel asesori (neutrofil, makrofag


sel epitel)

Antigen histokompatiblitas

Faktor-faktor non-spesifik
(komplemen, faktor kemotaktik,
interferon, faktor
antistafilokokus, epidermal
growth factor, folate uptake
enhancer, substansi
antiadherens)

Protein karier (laktoferin,


transferin)

Enzim (lisosim, lipoprotein


lipase, enzim leukosit)

(Dikutip dengan modifikasi dari Matondang, dkk, 2008)

17
2. Diare

Diare dalam penelitian ini adalah suatu gejala dengan tanda-tanda

adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi

buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga

lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus diyatakan diare bila

frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi

berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali

(Masri, 2004).

Diare masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di

Indonesia sampai saat ini. Menurut survey pemberantasan penyakit diare

tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per

1000 penduduk di Indonesia. Angka kesakitan diare pada balita adalah

1,0 1,5 kali per tahun. Dalam data statistik menunjukkan bahwa setiap

tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya

adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja,

2002).

Pengunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada

gastroenteritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan

seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun

disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan (Hasan

dan Alatas, 1998).

Selain itu diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk

mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh,

18
namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan

mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu,

diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan

serius mengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh

manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, sebab itu bila seseorang

menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita

sudah kelihatan sangat kurus (Masri, 2004).

Diare merupakan simptom, jadi bukan penyakit, sama halnya

dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari

suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru, influinza, dan lain-

lain. Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dan

diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada

bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari.

Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu,

disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan.

(Widjaja,2002)

Gejala klinis

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna

tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya

defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin

19
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat

diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau

sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang

atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila

penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata

dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta

kulit tampak kering (Hasan dan Alatas, 1998)

Patofisiologi

Menurut Masri (2004), sebagai akibat diare akut maupun kronis

akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan

terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik,

hipokalemia dan sebagainya), gangguan gizi sebagai akibat kelaparan

(masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, dan

gangguan sirkulasi darah

Komplikasi

Menurut Hasan dan Alatas (1998), sebagai akibat kehilangan

cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam

komplikasi seperti dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik

atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala

meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada

elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi laktosa sekunder, sebagai

akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus,

20
kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi protein

(karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan)

3. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan

tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat

turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi

berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri

secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan

tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan

daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila

bayi diberi ASI (Roesli, 2005).

Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6

bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam

penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh

yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,

jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari

ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam

infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada

perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif

minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang

diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami

problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan

21
pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat

sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan

perawatan (Wahyu, 2000).

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang

menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak

negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya

penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal,

lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi

yang diberi ASI Eksklusif (BKKBN, 2004).

22
B. Kerangka pemikiran

ASI Eksklusif

sIgA
Limfosit T
Limfosit B
Laktoferin

Peningkatan sistem
imunitas tubuh bayi

risiko diare

Sosial ekonomi rendah


Tingkat pendidikan rendah

ASI eksklusif mengandung sIgA, limfosit T, limfosit B, laktoferin, bayi yang

diberikan ASI eksklusif akan mengalami peningkatan sistem imunitas,

sehingga dapat menurunkan resiko diare pada bayi, namun terdapat beberapa

hal seperti sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah yang dapat

meningkatkan faktor risiko diare.

23
C. Hipotesis

Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian

diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui

adanya kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif.

Metode potong lintang ini adalah metode yang mengobservasi variabel bebas

(faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) hanya sekali pada saat yang

sama (Dahlan, 2006)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta.

D. Teknik Sampling

Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling (Murti,

2006). Menurut patokan umum (rule of thumb), setiap penelitian yang

datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan

sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006).

25
E. Rancangan Penelitian

Subyek penelitian pasien balita


di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari
Surakarta

ASI eksklusif ASI non eksklusif

Diare Tidak Diare Diare Tidak Diare

Analisis data

Hasil

26
F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (x) : pemberian ASI Eksklusif

2. Variabel terikat (y) : kejadian diare

G. Definisi Operasional

1. Variabel bebas (x) : pemberian ASI Eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu minimal

4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6

bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan ia harus mulai diperkenalkan dengan

makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai ia berusia 2

tahun (Roesli, 2005).

Skala : ordinal

Kategori:

a. Bayi dengan diberi ASI eksklusif, dengan kriteria puskesmas:

1) Bayi 0-1 bulan dengan ASI Eksklusif (E1)

2) Bayi 1-2 bulan dengan ASI Eksklusif (E2)

3) Bayi 2-3 bulan dengan ASI Eksklusif (E3)

4) Bayi 3-4 bulan dengan ASI Eksklusif (E3)

5) Bayi 4-5 bulan dengan ASI Eksklusif (E4)

6) Bayi 5-6 bulan dengan ASI Eksklusif (E4)

b. Bayi dengan ASI tidak eksklusif

27
2. Variabel terikat (Y) : kejadian diare.

Diare merupakan suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih

dari 3 kali dalam sehari (konsistensi cair: diare, konsistensi seperti pasta:

bukan diare), namun tak selamanya mencret dikatakan diare misalnya pada

bayi yang berusia kurang dari sebulan, buang air hingga lima kali sehari

dan fesesnya lunak (Masri, 2004)

Skala : ordinal

Kategori : a. Bayi dengan kejadian diare

b. Bayi tanpa kejadian diare

H. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Dokumentasi yaitu alat pengumpul data dengan dokumen untuk mencatat

data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dapat diperoleh dengan

alat dokumentasi dalam penelitian ini berupa daftar bayi yang berusia 0-6

bulan

2. Kuesioner yaitu untuk mengetahui karakteristik responden meliputi usia

dan jenis kelamin bayi, frekuensi diare bayi dalam 6 bulan yang

dikategorikan menjadi 2 yaitu diare dan tidak diare.

28
I. Teknik dan Analisis Data

Untuk menguji hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan

angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan adalah dengan menggunakan

uji statistik Chi Square dan akan diolah dengan Statistical Product and

Service Solution (SPSS) 16 for Windows.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian, sampel anak balita yang diperoleh sebanyak 60

bayi dengan usia 0-6 bulan dan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta Tanggal 15 Februari 2010 - 7

Mei 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase


1. Laki Laki 31 51,67
2. Perempuan 29 48,33
Jumlah 60 100,00

Dari tabel 1, didapatkan prosentase bayi laki laki sebanyak 31 orang

(51,67%), sedang bayi perempuan sebanyak 29 orang (48,33%).

Tabel 2. Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur di Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta Tanggal 15 Februari 2010 - 7 Mei

2010

No. Umur (bulan) Jumlah Prosentase


1. 0-2 bulan 8 13.33
2. 2 bulan 1 hari 4 bulan 23 38.33
3. 4 bulan 1 hari 6 bulan 29 48.34
Jumlah 60 100

30
Dalam penelitian ini didapatkan prosentase tertinggi pada distribusi

umur 4 bulan 1 hari 6 bulan, yaitu sebanyak 29 bayi (48,34%). Sedang

prosentase terkecil adalah pada distribusi umur 0 2 bulan, yaitu sebanyak 8

bayi (13,33%).

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Tanggal 15

Februari 2010 - 7 Mei 2010

No. ASI Jumlah Prosentase


1. Eksklusif 30 50,00
2. Non Eksklusif 30 50,00
Jumlah 60 100,00

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa sampel bayi ASI Eksklusif 30 bayi

(50,00%), dan sampel bayi non eksklusif 30 bayi (50,00%).

Tabel 4. Distribusi Bayi yang Menderita Diare pada Bayi dengan ASI

Eksklusif dan Bayi Tanpa ASI Eksklusif di Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta Tanggal 15 Februari 2010 - 7 Mei

2010

ASI Non Eksklusif Jumlah Prosentase p


Eksklusif signifikansi
Diare 6 20 26 43,33
Tidak Diare 24 10 34 56,67 0,000
Jumlah 30 30 60 100

31
Dari tabel 4, dapat dilihat bahwa pada bayi yang diberi ASI Eksklusif

terdapat 6 bayi yang mengalami diare, sedangkan yang non eksklusif

sebanyak 20 bayi.

Dari perhitungan dengan menggunakan uji statistik chi square

yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for

Windows menghasilkan p < 0,05 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti

signifikan atau bermakna. Hal ini menunjukan hubungan antara pemberian

ASI Eksklusif dengan menurunnya tingkat kejadian diare pada bayi.

32
BAB V

PEMBAHASAN

Berawal dari upaya penelusuran kepustakaan mengenai angka kejadian

diare pada bayi umur 0-6 bulan dalam kaitannya pemberian ASI Eksklusif.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, kejadian

diare masih merupakan kematian bayi disebabkan karena kesalahan pada

pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum 4 bulan.

Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi

umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan

prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI

Eksklusif sebesar 56,67 %.

Berdasarkan data di atas didapatkan hasil bahwa angka kejadian diare pada

bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih besar apabila dibandingkan

dengan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian

Tumbelaka pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi

pada bayi lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan

ASI.

Angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI

Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan

ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi

bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga

33
menurut Depkes (2001) sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk

dapat masuk ke dalam tubuh bayi.

Menurut Masri (2004), diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh

untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun

banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan

dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Purwanti (2004) menambahkan,

pembentukan kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan belum sempurna.

Markum (2002) juga menyatakan bahwa peran ASI belum mampu digantikan oleh

susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial.

Pemberian ASI pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan

tubuh bayi. ASI mengandung sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang

dapat merangsang peningkatan status imun pada bayi.

IgA sekretoris yang didapatkan bayi dari ASI sangat membantu

kemampuan tubuhnya dalam menghalang mikroorganisme dan menjauhkan dari

jaringan tubuh. Ibu membentuk antibodi dari agen penyakit yang dihirup, dimakan

ataupun masuk lewat kontak manapun. Antibodi yang terbentuk bersifat spesifik

pada agen penyakit, sehingga dapat melindungi bayi pada minggu-minggu

pertama kehidupan. IgA sekretorik dari ASI tidak seperti antibodi lain pada

umumnya. IgA sekretorik melawan penyakit tanpa menyebabkan proses inflamasi

yang dapat melukai jaringan sehat.

Beberapa molekul lainnya selain IgA sekretorik mencegah mikroba

melekat pada pemukaan mukosa. Seperti, oligosakarida yang mencegah masuknya

34
bakteri ke dalam sel pada trakus interstinalis dan dapat membungkus bakteri

sehingga terbentuk ikatan kompleks yang nantinya akan diekskresikan oleh bayi.

Seperti molekul pertahanan lainnya, sel-sel imun pada ASI juga

mengandung sel-sel darah putih atau leukosit yang dapat melawan agen infeksius.

Kandungan sel darah putih ini paling banyak terdapat pada kolustrum. Tipe yang

paling banyak ditemukan adalah neutrofil yang dapat bersikulasi dalam aliran

darah. Tipe lainnya yang juga ditemukan dalam ASI adalah makrofag. Komponen

lainnya yang terdapat dalam ASI merangsang produksi IgA sekretorik, laktoferik

dan lisozim oleh bayi itu sendiri (Newman, 2001).

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan

yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan

daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI

tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi,

tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi

sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut.

Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang

fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih

jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya ( Soetjiningsih,2001).

Selain itu, menurut penelitian Matondang,dkk (2008) ASI merupakan

komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa

lain. Karena alasan-alasan itulah angka kejadian diare pada bayi yang

35
mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah apabila dibandingkan dengan bayi yang

tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab

sebelumnya, yaitu ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif

dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta.

36
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare

pada bayi umur 0 6 bulan. Pada bayi yang diberi ASI Eksklusif presentase

bayi yang tidak diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami

diare.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian diatas, saran-saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi ibu-ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Kecamatan

Banjarsari Surakarta harus berusaha memberikan ASI eksklusif sampai bayi

berumur 6 bulan.

2. Bagi pengelola program gizi Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta, diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif

kepada masyarakat, khususnya kepada ibu-ibu bayi di wilayah kerja

Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

37
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2004. ASI Eksklusif Turunkan Kematian Bayi.


http://www.pikas.bkkbn.go.id/print.php?tid+2&rid=136-6k-sp
(3 September 2009)

Chantry C.J., Howard C.R., Auinger P. 2006. Full breastfeeding duration adn
assiciated decrease in respiratory tract infection in US children. Pediatrics
117 (2) : 425-431.

Dahlan, M. Sopiyudin 2006. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan : uji


hipotesis dengan menggunakan SPSS ( seri evidence based medicine 1).
Jakarta : Arkans, p: 4.

Depkes. 2001. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI tahun 2001-2005.


Makalah disampaikan pada Workshop Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta .

Hasan, R. dan Alatas,H.(ed).1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I.cet.ke:8.


Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.

Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. In : IDAI.
Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, p: 46.

Krisnatuti D. dan Yenrina R. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.


http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01/ (2 September 2009)

Markum, A.H., 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI, p:
24.

Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikel-
id=61175-35k (2 September 2009)

Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu.
In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi
Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, pp: 189-202.

Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti, pp: 78-90

Munasir Z. dan Kurniati N. 2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI.
Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, pp: 69-79.

38
30
Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, pp : 68-136.

Newman. 2001. How Breastmilk Protects Newborns.


http://www.breastfeedingonline.com. (3 September 2009)

Purwanti S. H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. http://dr-


suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-asi-eksklusif.html
(2 September 2009)

Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, pp: 3-35.

Soetjiningsih,2001. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta,p: 21.

Sumadiono. 2008. Imunologi Mukosa. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N.


(eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI, p: 94.

Susanti N.I. 2004. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan. http://www.tabloit-


nakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik (2 September 2009)

Tumbelaka A.R. dan Karyanti M.R. 2008. Air Susu Ibu dan Pengendalian Infeksi.
In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI, pp: 83-97.

Wahyu W.B. 2000. ASI, Anugerah Terindah yang Kadang Terlupakan.


http://www.indomedia.com/bpost/122000/18/opini/opini1.htm-10k-
supplemental (2 September 2009)

Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka,pp: 58-70

39

Anda mungkin juga menyukai