Winda Wijayanti ASI Eksklusif, Diare, Bayi PDF
Winda Wijayanti ASI Eksklusif, Diare, Bayi PDF
SKRIPSI
Winda Wijayanti
G0006168
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Penguji Utama
Penguji Pendamping
Surakarta,
1
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka
Winda Wijayanti
G0006168
2
ABSTRAK
WINDA WIJAYANTI, G0006168, 2010. Hubungan antara Pemberian ASI
Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas
Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta
Tujuan : ASI dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai
zat kekebalan yang dikandungnya. Diare masih merupakan salah satu penyakit
utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian
diare pada bayi umur 0-6 bulan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan potong lintang. Subyek penelitian adalah seluruh bayi yang
berusia 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan
menggunakan total sampling. Subyek akan diklasifikasikan menjadi kelompok
yang mendapat ASI Eksklusif dan tidak. Riwayat diare ditanyakan pada setiap
orang tua bayi. Data dianalisis menggunakan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) 16 for Windows dengan uji statistik Chi Square.
Hasil : Subyek penelitian berjumlah 60 bayi yang terdiri atas 30 bayi
mendapatkan ASI Eksklusif yang terdiri dari 6 bayi mengalami diare dan 24 bayi
tidak mengalami diare sedangkan 30 bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif yang
terdiri dari 20 bayi mengalami diare dan 10 bayi tidak mengalami diare. Hasil
signifikansi menghasilkan p<0,05 dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti
signifikan atau bermakna.
Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif
dengan kejadian diare.
3
ABSTRACT
Winda Wijayanti, G0006168, 2010. The Relationship between Exclusive
Breastfeeding with The Incidence of Diarrhea in Infants Aged 0-6 Months in
Gilingan Public Health Center, Banjarsari District, Surakarta.
Objective: ASI (Breast Milk) can provide protection to the baby through a variety
of immune substances it contains. Diarrhea is still one of the major diseases in
infants in Indonesia until today. This study aims to determine the relationship
between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6
months.
Methods: This was an analytic observational study with cross sectional
approach. Subjects were all infants aged 0-6 months in Gilingan public health
center, Banjarsari district, Surakarta, using total sampling. Subjects will be
classified into group that had exclusive breast feeding and group that didnt.
History in diarrhea was asked to each babys parent. Data were analyzed using the
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows, with Chi square
test.
Results: The subjects consisted of 60 infants. 30 infants that received exclusive
breastfeeding consists of 6 infants with diarrhea and 24 infants did not experience
diarrhea, while 30 infants that did not receive exclusive breastfeeding is composed
of 20 infants suffering from diarrhea and 10 infants did not experience diarrhea.
Significant result is p <0.05 with a mean value of 0.000 which is significant or
meaningful.
Conclusion: There is a significant relationship between exclusive breastfeeding
and the incidence of diarrhea.
__________________________________________________________________
Keywords: Exclusive Breastfeeding- Diarrhea
4
PRAKARTA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya
skripsi dengan judul Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan
Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta dapat penulis selesaikan.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini tidaklah dapat
terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Prof. DR. H. A. A. Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
2. Sudarman, dr., Sp.THT-KL(K). selaku Tim Skripsi FK UNS
3. Prof. DR. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K). selaku pembimbing utama
atas segala bimbingan, saran, dan masukan mulai dari awal
penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini
4. Made Setiamika,dr.,Sp.THT-KL selaku pembimbing pendamping
atas segala bimbingan, saran, masukan dan jalan keluar dari
permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini
5. H. Rustam Siregar,dr., Sp.A. selaku penguji utama atas masukan,
saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini
6. Slamet Riyadi, dr., Mkes. selaku penguji pendamping atas
masukan,saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi
ini
7. Muhammad Riza, dr., Sp.A., MKes. selaku koordinator pendidikan
IKA yang telah mengizinkan melakukan penelitian skripsi di bagian
anak
8. Munawaroh,drg. selaku Kepala Puskesmas dan Enny Endah
Agustiani,dr., MSi. selaku Koordinator di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta,atas bantuan dan semua kemudahan
yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan pengambilan data
9. Keluarga dan sahabat-sahabat yang banyak memberikan
bantuan,doa dan dukungan
10. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian
serta penulisan skripsi yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan itu mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,untuk itu saran
dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang berharga,bagi kepentingan keilmuan maupun
aplikasi di dunia kedokteran.
Surakarta, 2010
Winda Wijayanti
5
DAFTAR ISI
PRAKARTA .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ................................................................. 1
B. Perumusan masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
DAFTAR TABEL
6
Tabel 1: Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin........................................... 22
Tabel 2: Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur ....................................... 22
Tabel 3: Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif .............. 23
Tabel 4: Distribusi Bayi yang Menderita Diare pada Bayi dengan ASI
Eksklusif dan Bayi tanpa ASI Eksklusif.......................................... 23
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah kejadian diare. Demikian juga
pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian
bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat
diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan (Susanti,
2004).
Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena
alasan sebagai berikut; (1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan
yang hanya dapat diperoleh dari ASI ,(3) adanya kemungkinan makanan yang
diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan
untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda
dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan
makanan yang paling sempurna. Pemberian ASI secara dini dan eksklusif
Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum
dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan
9
bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat
ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding
dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI
sedikit secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada kelompok yang
diberi ASI manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang tidak mendapat ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan.
B. Perumusan Masalah
10
Adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka
kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan
Banjarsari Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. ASI Eksklusif
merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan
makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang
paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia
ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau
susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh ahli gizi
diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat
ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu
(Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan menurut Roesli (2005) ASI akan
12
Tabel 1. Perbandingan antimikroba ASI dan susu sapi (Matondang, dkk,
2008).
1. Laktoferin ++++ +
2. Lisozim ++++ +
3. sIgA ++++ +
4. IgG + ++++
5. Komplemen + ++++
6. Laktoperoksidase + ++++
memperkuat sistem imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada
mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor
sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis
pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI
dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu
sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak
terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,
13
sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih
limfosit yang terdapat di dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan
bulan yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa
makanan atau minuman lain termasuk air putih (Matondang, dkk, 2008).
Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karena
ASI merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan
kondisi sistem pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 0-6 bulan)
sehingga tidak menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang
diberi ASI eksklusif terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisa
terjadi karena beberapa faktor baik dari bayi maupun perilaku ibu.
Penyebab diare dari faktor bayi adalah adanya infeksi baik di dalam
ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi bakteri, virus, maupun
terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
(Purwanti, 2004).
14
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena
itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air
a. Kolostrum
sampai hari ke-4 atau ke-7 (Roesli, 2005). Kolostrum kaya akan zat
15
bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungannya
saja tapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Vitamin A selain
Pringgadini, 2008).
diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan
faktor protektif larut, sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan
ASI tersebut diberikan secara tepat dan benar ibu tidak dapat melihat
berapa banyak ASI yang telah masuk ke perut bayi (Moehji, 2003)
16
cukup atau tidak menurut Moehji (2003) yaitu: Air Susu Ibu yang
imunitas
Antigen histokompatiblitas
Faktor-faktor non-spesifik
(komplemen, faktor kemotaktik,
interferon, faktor
antistafilokokus, epidermal
growth factor, folate uptake
enhancer, substansi
antiadherens)
17
2. Diare
adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi
buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga
lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus diyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali
(Masri, 2004).
tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per
1,0 1,5 kali per tahun. Dalam data statistik menunjukkan bahwa setiap
2002).
18
namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan
diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan
manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, sebab itu bila seseorang
menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita
dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari
suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru, influinza, dan lain-
lain. Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dan
diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu,
(Widjaja,2002)
Gejala klinis
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
19
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta
Patofisiologi
Komplikasi
akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus,
20
kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi protein
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan
tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat
turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi
daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila
penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh
yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari
ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada
minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang
21
pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat
penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal,
lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi
22
B. Kerangka pemikiran
ASI Eksklusif
sIgA
Limfosit T
Limfosit B
Laktoferin
Peningkatan sistem
imunitas tubuh bayi
risiko diare
sehingga dapat menurunkan resiko diare pada bayi, namun terdapat beberapa
hal seperti sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah yang dapat
23
C. Hipotesis
diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari
Surakarta.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
adanya kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif.
Metode potong lintang ini adalah metode yang mengobservasi variabel bebas
(faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) hanya sekali pada saat yang
B. Lokasi Penelitian
Surakarta.
C. Subjek Penelitian
D. Teknik Sampling
25
E. Rancangan Penelitian
Analisis data
Hasil
26
F. Identifikasi Variabel Penelitian
G. Definisi Operasional
4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6
Skala : ordinal
Kategori:
27
2. Variabel terikat (Y) : kejadian diare.
bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih
dari 3 kali dalam sehari (konsistensi cair: diare, konsistensi seperti pasta:
bukan diare), namun tak selamanya mencret dikatakan diare misalnya pada
bayi yang berusia kurang dari sebulan, buang air hingga lima kali sehari
Skala : ordinal
H. Instrumen Penelitian
data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dapat diperoleh dengan
alat dokumentasi dalam penelitian ini berupa daftar bayi yang berusia 0-6
bulan
dan jenis kelamin bayi, frekuensi diare bayi dalam 6 bulan yang
28
I. Teknik dan Analisis Data
angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan adalah dengan menggunakan
uji statistik Chi Square dan akan diolah dengan Statistical Product and
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
bayi dengan usia 0-6 bulan dan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :
Mei 2010
2010
30
Dalam penelitian ini didapatkan prosentase tertinggi pada distribusi
bayi (13,33%).
Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa sampel bayi ASI Eksklusif 30 bayi
Tabel 4. Distribusi Bayi yang Menderita Diare pada Bayi dengan ASI
2010
31
Dari tabel 4, dapat dilihat bahwa pada bayi yang diberi ASI Eksklusif
sebanyak 20 bayi.
yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for
Windows menghasilkan p < 0,05 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti
32
BAB V
PEMBAHASAN
diare pada bayi umur 0-6 bulan dalam kaitannya pemberian ASI Eksklusif.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, kejadian
pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum 4 bulan.
Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi
umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan
prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI
Berdasarkan data di atas didapatkan hasil bahwa angka kejadian diare pada
bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih besar apabila dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian
Tumbelaka pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi
pada bayi lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI.
Angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi
bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga
33
menurut Depkes (2001) sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk
untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun
pembentukan kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan belum sempurna.
Markum (2002) juga menyatakan bahwa peran ASI belum mampu digantikan oleh
susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial.
Pemberian ASI pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan
tubuh bayi. ASI mengandung sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang
jaringan tubuh. Ibu membentuk antibodi dari agen penyakit yang dihirup, dimakan
ataupun masuk lewat kontak manapun. Antibodi yang terbentuk bersifat spesifik
pertama kehidupan. IgA sekretorik dari ASI tidak seperti antibodi lain pada
34
bakteri ke dalam sel pada trakus interstinalis dan dapat membungkus bakteri
sehingga terbentuk ikatan kompleks yang nantinya akan diekskresikan oleh bayi.
mengandung sel-sel darah putih atau leukosit yang dapat melawan agen infeksius.
Kandungan sel darah putih ini paling banyak terdapat pada kolustrum. Tipe yang
paling banyak ditemukan adalah neutrofil yang dapat bersikulasi dalam aliran
darah. Tipe lainnya yang juga ditemukan dalam ASI adalah makrofag. Komponen
lainnya yang terdapat dalam ASI merangsang produksi IgA sekretorik, laktoferik
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat
yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan
daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI
tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi,
tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi
sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut.
fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih
lain. Karena alasan-alasan itulah angka kejadian diare pada bayi yang
35
mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah apabila dibandingkan dengan bayi yang
sebelumnya, yaitu ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif
dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan
36
BAB VI
A. Simpulan
sebagai berikut:
Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare
pada bayi umur 0 6 bulan. Pada bayi yang diberi ASI Eksklusif presentase
bayi yang tidak diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami
diare.
B. Saran
berumur 6 bulan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Chantry C.J., Howard C.R., Auinger P. 2006. Full breastfeeding duration adn
assiciated decrease in respiratory tract infection in US children. Pediatrics
117 (2) : 425-431.
Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. In : IDAI.
Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, p: 46.
Markum, A.H., 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI, p:
24.
Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikel-
id=61175-35k (2 September 2009)
Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu.
In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi
Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, pp: 189-202.
Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti, pp: 78-90
Munasir Z. dan Kurniati N. 2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI.
Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, pp: 69-79.
38
30
Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, pp : 68-136.
Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, pp: 3-35.
Tumbelaka A.R. dan Karyanti M.R. 2008. Air Susu Ibu dan Pengendalian Infeksi.
In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI, pp: 83-97.
Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka,pp: 58-70
39