Anda di halaman 1dari 9

Monitoring Terumbu Karang

Monitoring kondisi terumbu karang di perairan sekitar Probolinggo, Jawa Timur

dilakukan dengan 2 pendekatan, yakni pengamatan visual serta penngambilan data

persentase tutupan substrat dasar dan karang secara acak. Pengamatan visual dilakukan

dengan pendokumentasian baik foto maupun video serta mengumpulkan informasi dari

nelayan setempat, sementara pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode LIT (Line Intercept Transect) atau transek garis yaitu metode yang

digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan

karang hidup, karang mati, bentuk substrat dasar (pasir, lumpur, dan atau batu), alga, serta

keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang dicatat berupa bentuk pertumbuhan karang

(life form), dalam penelitian ini satu koloni karang dianggap satu individu.

Pengambilan data terumbu karang alami dilakukan pada dua lokasi, yang pertama

di sisi Timur dengan kedalaman 1,6 dan 4 meter dibawah permukaan laut, serta lokasi

kedua yang berada di Utara dengan kedalaman 6 dan 10 meter dibawah permukaan laut.

Pengambilan data dilakukan menggunakan metode transek garis dengan panjang transek

50 meter pada lokasi pertama, serta panjang transek 30 meter pada lokasi kedua yang

dibentangkan sejajar garis pantai. Pada pengamatan visual, lokasi pengamatan dilakukan

ditempat transplantasi karang dengan kedalaman 4 meter.


Hasil Monitoring Terumbu Karang

1. Hasil Pengamatan Visual

Hasil pengamatan visual dilokasi pertama yakni dilokasi transplantasi karang ditemukan

adanya kerusakan yang cukup parah pada meja transplan (Gambar 1). Kontur dasar laut

yang berbatu dengan kemiringan yang cukup besar mengakibatkan meja transplan tidak

dapat berdiri dengan sempurna. Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa kerusakan

terjadi karena meja transplan tidak kuat menahan besarnya energi gelombang yang masuk

di perairan lokasi transplantasi beberapa waktu lalu.

Gambar 1. Kerusakan pada meja transplan dilokasi tranplantasi sebelah Timur jetty

Kerusakan yang terjadi pada meja transplan tidak sepenuhnya berpengaruh pada

pertumbuhan fragmen karang yang ditanam. Pada Gambar 2 terlihat bahwa sebagian

fragmen karang yang ditanam masih dapat bertahan hidup dilokasi tersebut, hal ini

menunjukkan bahwa kualitas air laut dilokasi transplantasi sangat baik bagi habitat

karang. Namun demikian, pada sebagian fragmen karang yang tumbuh juga dijumpai

fenomena pemutihan karang (coral bleaching) yang diakibatkan oleh perubahan

temperatur air laut secara ekstrem yang berasal dari mulut pembuangan (muara outlet)

serta berkurangnya nutrien alami diperairan tersebut sehingga fragmen karang tidak dapat

tumbuh secara optimal serta mengalami kerusakan dan mati.


Gambar 2. Fragmen karang yang dapat bertahan hidup pada meja transplan serta fragmen
karang yang mengalami pemutihan (bleaching) ditunjukkan dalam lingkaran merah

Pemilihan lokasi pengamatan visual kedua diperoleh berdasarkan saran nelayan

setempat yang merasakan langsung dampak perubahan yang terjadi dilungkungan tempat

beraktifitas. Berdasarkan hasil pengamatan, terumbu karang yang hidup didominasi jenis

Coral Massive (CM) dan Coral Submassive (CSM) sepserti yang ditunjukkan pada

Gambar 3. Sebaran Soft Coral (SC) juga dijumpai pada lokasi pengamatan namun dengan

frekuensi kemunculan yang lebih rendah. Kondisi dasar perairan yang didominasi oleh

lingkungan abiotik berupa lumpur dan pasir serta tingginya lalu lintas kapal nelayan pada

saat pengamatan mengakibatkan jarak pandang (visibility) pada lokasi pengamatan sangat

terbatas, selain itu juga dijumpai karang yang rusak akibat tertimpa jangkar kapal. Hal

tersebut mengakibatkan terumbu karang dilokasi pengamatan mengalami kerusakan dan

mati, sehingga nelayan tidak lagi dapat mencari ikan dilokasi tersebut.
Gambar 3. Kondisi terumbu karang di Utara kampung nelayan

2. Hasil Pendataan Tutupan Substrat Dasar

Hasil pendataan tutupan substrat dasar diperoleh persentase tutupan terumbu karang

berdasarkan bentuk pertumbuhan (life form) yang secara lengkap disajikan dalam Tabel

1. Berdasarkan tabel tersebut diketahui lokasi pendataan di Utara Mercusuar pada masing

masing kedalaman memiliki ratarata tutupan karang hidup (live coral) lebih dari 75%

sehingga termasuk dalam kategori tutupan sangat baik, jumlah tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan lokasi pendataan di Timur Outlet dengan ratarata tutupan live coral

kurang dari 50% dan termasuk dalam kategori tutupan sedang. Dari data tersebut juga

diketahui persentase tutupan karang keras (hard coral) lebih dominan dibandingkan

dengan tutupan karang lunak (soft coral) di setiap lokasi pendataan.


Tabel 1. Persentase tutupan terumbu karang sekitar perairan Probolinggo pada lokasi pengamatan
pertama di Timur serta lokasi kedua di Utara.

Timur Utara
Group Life Form Kode
1 2 1 2
hard coral %
1 Acropora branching ACB 0,8 5,9 50,8 47,8
2 Acropora digitate ACD 2,4 20,3 8,2 8,0
3 Acropora submassive ACS 6,4 0,7 0 0
4 Acropora tabulate ACT 4 18,2 3,3 11,7
5 Coral branching CB 1,8 1,6 0 0
6 Coral encrusting CE 0 0 0 0
7 Coral foliose CF 0 8,2 0 0
8 Coral massive CM 10 4,8 3,7 6,5
9 Coral mushroom CMR 0 0 0 0
10 Coral submassive CSM 5,1 1 2,7 7,3
death coral
11 Death coral DC 0 0 0 1,3
12 Death coral bleaching DCB 15,1 2,9 0 0
algae
13 Macro Algae MA 3,1 7,5 20,3 7,2
other biota
14 Soft coral SC 8,5 8,5 0 3,0
15 Sponge SP 9,6 0 0,3 2,0
abiotic
16 Rock RCK 1 0 0 0
17 Ruble R 0 4,5 5,3 3,8
18 Silt SI 28,2 1 3,3 0
19 Sand S 4 14,9 2,0 1,3
Total 100 100 100 100

SUMMARY
Kategori %
live coral 30,5 60,7 68,7 81,3
death coral 15,1 2,9 0,0 1,3
algae 3,1 7,5 20,3 7,2
other biota 18,1 8,5 0,3 5,0
abiotic 33,2 20,4 10,7 5,2
Kondisi tutupan substrat dasar diperairan Timur pada kedalaman 1,6 meter

didominasi oleh kelompok abiotik dengan tutupan lumpur sebesar 28,2%. Berdasarkan

pengamatan juga ditemukan coral bleaching (Gambar 4) dengan tutupan sebesar 15,1%.

Hal ini mengindikasikan bahwa laju endapan (sediment transport) diperairan tersebut

cukup tinggi dan berbahaya bagi pertumbuhan alami terumbu karang. Sementara pada

kedalaman 4 meter, tutupan karang hidup lebih dominan sebagai substrat dasar dengan

persentase tutupan mencapai 60,7%.

Gambar 4. Kondisi substrat dasar dilokasi pendataan pertama pada kedalaman 1,6 meter

Berdasarkan hasil pendataan, tutupan substrat dasar diperairan Utara di dominasi

oleh substrat dasar jenis hard coral seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Pada

kedalaman 6 meter, persentase tutupan mencapai 68,7% dan termasuk dalam kategori

baik, sedangkan kondisi tutupan pada kedalaman 10 meter termasuk dalam kategori sangat

baik dengan persentase tutupan 81,3%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kondisi

perairan dilokasi pendataan sangat baik bagi pertumbuhan terumbu karang alami,

sehingga perlu dipertahankan dengan upaya pelestarian atau konservasi alami. Selain

sebagai habitat alami ikan karang dan fauna pelagis lain, keberadaan terumbu karang

dilokasi tersebut dapat menjadi pemecah gelombang alami (natural breakwater).


Gambar 5. Kondisi substrat dasar dilokasi pendataan kedua pada kedalaman 6 dan 10 meter

Simpulan dan Saran

1. Pada lokasi pendataan substrat dasar pertama dan pengamatan visual kedua yang

saling berdekatan, ditemukan adanya endapan lumpur yang cukup tinggi serta

fenomena coral bleaching. Hal ini disebabkan oleh keberadaan muara yang terlalu

dekat dengan kedua lokasi tersebut, sehingga perlu dilakukan kajian ulang terkait

penempatan muara agar kerusakan yang terjadi tidak sampai meluas serta dapat

direhabilitasi kembali kondisi ekosistem terumbu karang yang tercemar. Selain itu,

diperlukan upaya relokasi kolam labuh untuk perahu nelayan desa Binor agar tidak

melempar jangkar kapal dilokasi tersebut.


2. Kerusakan pada transplantasi karang yang terjadi karena kontur dasar laut yang

berbatu dan tidak rata, sehingga sebagian besar fragmen karang yang di tanam

mengalami kerusakan dan mati akibat meja transplan tidak dapat berdiri dengan

sempurna. Sementara pada fragmen karang yang dapat bertahan hidup, ditemukan

fenomena coral bleaching. Sehingga diperlukan upaya rehabilitasi berupa

pengembalian fragmen karang yang masih hidup kedalam koloni indukan atau

merelokasi fragmen tersebut ke habitat baru menggunakan terumbu buatan (artificial

reef) dengan tujuan untuk menciptakan habitat terumbu karang baru serta dapat

digunakan sebagai indikator kerusakan lingkungan laut.

3. Kondisi karang hidup sebagai tutupan substrat dasar di Utara termasuk dalam kategori

sangat baik dengan persentase tutupan ratarata diatas 75%, hal tersebut

mengindikasikan bahwa kondisi perairan di sekitar lokasi kajian sangat layak

digunakan sebagai lokasi indukan dan habitat alami terumbu karang. Untuk

mempertahankan kondisi tersebut, diperlukan rencana zonasi wilayah perairan dan

menempatkan daerah tersebut kedalam Zona Inti Konservasi. Tujuan zonasi tersebut

adalah agar daerah perairan disekitar Mercusuar bebas dari aktivitas yang dapat

merusak lingkungan seperti mencari ikan (jaring dan bom/racun), lego jangkar (baik

kapal besar maupun kapal nelayan sekitar), serta aktivitas yang bersifat rekreasi

(snorkeling, diving, dsb). Sehingga daerah Zona Inti Konservasi dapat berperan

optimal sebagai habitat alami dan tempat pemijahan ikan karang serta penyedia

nutrien alami bagi ekosistem yang ada disekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai