PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PROSES BUDIDAYA KARET ALAM DENGAN
PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY : STUDI KASUS DI PT XYZ Pada tahun 2010 Indonesia menjadi ngeara kedua terbanyak penghasil karet alam yaitu sekitar 28% dari total produkdi karet didunia. Namun karena adanya isu dampak lingkungan yang berasal dari proses kegiatan industri sehingga perlu dilakukan sebuah pendekatan dampak lingkungan pada proses kegiatan lingkungan. Pendekatan dilakukan dengan mengembangkan indikator dalan pengintegrasian perlindungan lingkungan pada kinerja perusahaan dan mengitung indeks produktivitas hijau (GPI) sebagai parameter kinerja dari produk dalam siklus hidup produk. Konsep produktivitas hijau (green Productitivity) dapat memperbaiki kegiatan produksi dengan minimalisasi pengunaan sumberdaya dan limbah (Susanti,2006). Secara umum roses pembudidayaan karet alam dibagi menjadi enam kegiatan, yaitu pembibitan, perawatan tanaman belum menghasilkan, perawatan tanaman menghasilkan, pemanenan, penyaringan dan pengiriman. Pada perusahaan ini terdapat tujuh sumber limbah hijau. Dari data yang ada diketahui bahwa limbah yang dihasilkan dari proses budidaya karet untuk produksi satu ton lateks adalah 0,6714 ton. Dari perhitungan indikator ekonomi nilai perbandingan perolehan pendapatan dan keseluruhan biaya adalah 1,3132 dan nilai indeks produktivitas hijau (GPI) adalah 1,956. Untuk peningkatan produktivitas model yang digunakan adalah model Proses Hirarki Analitik (AHP). Model AHP dkembangkan atas lima level yaitu fokus, faktor, aktor, tujuan, dan alternatif dengan rentang penilaian satu sampai sembilan dengan metode perbandingan berpasangan dalam teknik AHP yang dilakukan oleh pakar. Setiap pakar mendapatkan nilai konsistensi lebih kecil dari 0,1 sehingga pakar tergolong konsisten terhadap fokus utama pada struktur AHP.Tujuan peningkatan produktivitas pada perbaikan proses budidaya karet secara umum mencakup dua jenis kegiatan, yaitu perbaikan pada kegiatan manajemen perkebunan dan perbaikan dalam bentuk minimalisasi limbah padat (SWG) dan pencemaran lahan (LC) pada proses budidaya. Sedangkan pada perbaikan kinerja manajemen perkebunan yang mencakup kegiatan yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas perkebunan diantaranya: penediaan sarana dan prasarana produksi, peningkatan kualitas SDM petani, dan optimalisasi pemanfaatan lahan. Perbaikan yang dapat dilakukan dalam penerapan konsep GP, diantaranya: subtitusi material dan pemanfaatan sampah hasil proses budidaya karet alam, subtitusi sebagian penggunaan pestisida dengan pestisida nabati, subtitusi sebagian penggunaan pupuk dengan pupuk organik dan hayati. Pada skenario peningkatan produktivitas terdapat sembilan skenario dengan skenario sembilan yang terbaik untuk PT.XYZ terdiri dari kombinasi penerapan strategi penggunaan polibag terdegradasi, pemanfaatan lump, subtitusi pupuk, dan kegiatan semi intensif perkebunan. Berdasarkan hasil analisis tujuh sumber pembangkit limbah, penerapan scenario menggunakan peta aliran material menunjukkan bahwa adanya pengurangan pemakaian material penunjang sebesar 61.985kg dan pengurangan sampah proses sebesar 132.934kg. Sehingga implementasi GP terbukti dapat meningkatkan produktivitas melalui proses budidaya yang terlihat dari scenario 9 sebagai skenario terbaik dengan nilai EI terendah 0,49, indikator ekonomi 1,95, dan indeks GP 3,96. Beberapa aspek perbaikan yang diberikan seperti perbaikan kegiatan manajemen perkebunan, dalam tujuan peningkatan produksi lateks, sebagai bentuk kegiatan perbaikan jangka panjang dan juga diberikan rekomendasi yang mecakup aspek perbaikan dengan pendekatan GP dengan tujuan untuk meminimalisasi limbah.