Anda di halaman 1dari 42

nrmnews.

com

Nofisi.blogspot.com
ANALISIS
LAPORAN
KEUANGAN
PEMERINTAH
PUSAT & DAERAH
Kondisi saat ini
Analisis rasio di sektor publik (khususnya pemda) belum banyak
dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan tentang
nama dan kaidah pengukurannya.

Namun, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang


transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisis
rasio atas APBD perlu dilakukan meskipun kaidah akuntansi dalam
APBD berbeda dengan perusahaan swasta (Halim, 2002, dalam
Hadi, 2010).
Kondisi saat ini
Penerapan analisis rasio untuk ALK di pemda masih terbatas sebab:
Keterbatasan penyajian F/S di pemda yang sifat dan cakupan-
nya berbeda dengan penyajian F/S oleh perusahaan komersial
Sebagian penyusunan APBD masih dengan incremental budget
(yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan
pengeluaran dihitung dengan peningkatan sejumlah % tertentu,
biasanya tingkat inflasi, dan tidak memperhatikan rasio
keuangan dalam APBD), padahal seharusnya dilakukan
penerapan performance budget
Penilaian keberhasikan APBD sebagai penilai pertanggungja-
waban pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada
pencapaian target sehingga kurang nemperhatikan bagaimana
perubahan pada komposisi maupun struktur APBD-nya
(Widodo, dalam Halim, 2007)
Kondisi saat ini
Keterbatasan ALK pemerintah
1. Sifat laporan keuangan adalah historis (menyajikan transaksi
masa lalu, bukan saat ini)
2. Informasi dalam F/S bertujuan umum (berdasar SAP), bukan
untuk kalangan tertentu
3. Penggunaan taksiran dalam F/S (subyektif)
4. Hakikat F/S adalah info kuantitatif (kurang info kualitatif yang
relevan untuk mengambil keputusan, seperti opini auditor,
alasan tidak tercapainya pajak daerah, alasan meningkatnya
defisit daerah, dsb)
5. F/S lebih menggambarkan kondisi keuangan, bukan kinerja
meski APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja (LRA
tidak menggambarkan kinerja, yang justru ada pada laporan
kinerja)
(Widodo, dalam Halim, 2007)
Pengguna L/K & ALK
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah (Provinsi & Kabupaten/Kota)
DPR / DPRD / DPD
Masyarakat
Investor / calon investor
Kreditor / calon kreditor

(Widodo, dalam Halim, 2007)


Tujuan ALK (pemerintah secara umum)
Meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai
ketentuan yang berlaku
Mengukur dan menganalisis kinerja pemerintah
Mengukur potensi pendapatan dan sumber ekonomi pemerintah
Mengetahui kondisi keuangan pemerintah
Mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajiban
dan menjalankan kegiatan operasional

(PPAKP, 2011)
Tujuan/Manfaat ALK Pemda
menyediakan tambahan penjelasan atas data dan informasi
keuangan termasuk informasi yang tidak secara eksplisit disajikan
dalam laporan keuangan;
mengetahui kesalahan dan hal-hal yang bersifat tidak konsisten
yang terkandung dalam laporan keuangan;
mengetahui sifat hubungan antar pos dan antar laporan, yang
dapat digunakan untuk prediksi, rating, dsb;
menilai perkembangan dan pencapaian pemda serta membuat
proyeksi keuangan di masa mendatang;
mengevaluasi kondisi keuangan pemda di masa lalu, saat ini, dan
perkiraan di masa yang akan datang;
mengetahui komposisi struktur keuangan pemda sehingga dapat
memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialaminya
Tujuan/Manfaat ALK Pemda (lanjutan)
meyakini ketaatan pemda terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
mengetahui kondisi keuangan pemda beserta perubahannya;
mengetahui kemampuan pemda dalam memenuhi kewajibannya;
mengetahui kemampuan pemda dalam menyediakan dana untuk
kegiatannya;
mengevaluasi kinerja pemda dalam melaksanakan program-
programnya;
mengetahui potensi pemda dalam menghasilkan sumber daya.

(STAN, 2007; DJPK, 2014)


Tujuan/Manfaat ALK Pemda
Hasil ALK pemda dipakai untuk tolok ukur dalam :
Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai
penyelenggaraan otonomi daerah
Mengukur efektifitas dan efisiensi daerah dalam merealisa-sikan
pendapatan daerah
Mengukur sampai sejauh mana aktivitas pemda dalam
membelanjakan pendapatan daerahnya
Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam
pembentukan pendapatan daerah
Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan
pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu
(Widodo, dalam Halim, 2007)
Syarat ALK
Standar dan kebijakan akuntansi yang digunakan harus sama
Kondisi khusus/kejadian luar biasa dieliminasi
Penetapan tolok ukur/pembanding harus hati-hati mengingat
perbedaan karakteristik antar institusi yang diperbandingkan
(internal/eksternal)

Dalam menganalisis, user F/S harus mengidentifikasi informasi yang


harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis yang tepat, scope /
kedalaman analisis dengan pertimbangan cermat agar dapat diperoleh
informasi yang diharapkan Untuk mendukung putusan yang akan
diambil
(PPAKP), 2011
Analisis Horizontal & Vertikal
1. ANALISIS HORIZONTAL
membandingkan angka pada laporan keuangan antar
institusi atau antar perioda akuntansi

2. ANALISIS VERTIKAL
membandingkan angka antar akun (pos) pada laporan
keuangan yang sama

(PPAKP, 2011)
Analisis Perubahan F/S
membandingkan akun-akun yang sama dalam laporan
keuangan yang berbeda perioda, dengan tujuan untuk
mengetahui perubahan akun antar perioda akuntansi

contoh:
a. perbandingan antara pendapatan tahun 2006 dan 2007
b. Perbandingan antara belanja tahun 2006 dan 2007

(PPAKP, 2011)
Analisis per komponen F/S
membandingkan nilai suatu akun dengan nilai total kelom-
pok akun dalam laporan keuangan yang sama, dengan
tujuan untuk mengetahui kontribusi suatu akun terhadap
akun kelompoknya

contoh:
a. perbandingan antara belanja pegawai dengan belanja
total tahun 2007
b. perbandingan antara pendapatan pajak dengan
pendapatan total tahun 2007
(PPAKP, 2011)
Analisis Tren
membandingkan akun-akun yang sama pada laporan
keuangan dalam perioda akuntansi yang berbeda secara
berturutan, dengan tujuan untuk mengetahui arah
pergerakan/kecenderungan suatu akun dari waktu ke
waktu

contoh:
a. perbandingan pendapatan tahun 2006 hingga 2010
b. perbandingan belanja tahun 2006 hingga 2010

(PPAKP, 2011)
Analisis SD & penggunaannya
Mengetahui asal dana dan penggunaannya
Mengukur kemampuan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan operasionalnya
Mengetahui asal dana untuk mendapatkan aset
Mengetahui asal dana untuk menutup defisit
anggaran
Mengetahui tujuan pemakaian surplus anggaran

(PPAKP, 2011)
Analisis Ketaatan Peraturan
Bertujuan untuk mengetahui apakah pemerintah telah
memenuhi seluruh ketentuan dalam rangka pelaksanaan
kegiatannya

Hanya dapat dilakukan oleh orang yang ahli, misalnya oleh


auditor (yang akan memberi opini atas laporan keuangan yang
disajikan, dan laporan hasil auditnya akan menunjukkan
adanya kesalahan, penyimpangan, atau kelemahan

(PPAKP, 2011)
Analisis Ketaatan Peraturan
Mengevaluasi ketaatan dalam asas pelaksanaan anggaran negara
Pendapatan dan belanja diatur UU APBN atau APBN/P
Asas PREALABEL (anggaran disahkan lebih dulu sebelum
dilaksanakan)
Asas UNIVERSALITAS (semua pengeluaran harus tercantum pada
anggaran)
Asas SPESIALITAS (tak boleh terjadi pergeseran anggaran atas
anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya untuk tujuan tertentu)
Asas PERIODISITAS (laporan disusun bekala sesuai aturan)
Asas BRUTO (tak boleh offsetting pendapatan dengan belanja)
Anggaran belanja adalah plafond (batas tertinggi)
Pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman pelaksanaan

(PPAKP, 2011)
Analisis Rasio
membandingkan akun-akun yang berbeda pada laporan keuang-
an yang sama, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat:
a. likuiditas (kemampuan institusi untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya) = total aset lancar / total utang lancar
b. solvabilitas (kemampuan institusi untuk melunasi seluruh
kewajibannya) = total aset / total utang
c. efisiensi (kemampuan institusi untuk melaksanakan kegiatan-
nya dan mencapai tujuannya secara efisien), biasanya
dihitung dari besarnya varians (selisih anggaran atau standar
biaya dengan realisasi biaya)

(PPAKP, 2011)
Analisis Rasio (keunggulan)
Rasio merupakan angka angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan
Rasio merupakan pengganti (yang lebih sederhana) dari info yang
disajikan dallam laporan keuangan (yang rinci dan rumit)
Standarisasi unit-unit pengukuran komponen keuangan pemerintah
Lebih mudah memperbandingkan kondisi keuangan antar pemda
atau melihat perkembangan pemda secara periodik
Lebih mudah mmelihat perkembangan pemda serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang

(DJPK, 2014)
Analisis Rasio (kelemahan)
Belum seragam istilah rasio dan kaidah pengukurannya

Belum ada standar rasio untuk menilai baik/buruk aktivitas

Angka rasio hasil perhitungan perbandingan antar pos (akun) pada


F/S antar pemda belum tentu dapat diperbandingkan karena teknik
perhitungan atau pemilihan metode/prinsip akuntansi yang berbeda

Validitas angka rasio dipengaruhi secara otomatis oleh validiitas


angka pada F/S dan kelemahan/kendala inheren F/S (historical
cost, estimated value, & kebebasan dalam penerapan accounting
policy)

(DJPK, 2014)
Analisis atas data pada LRA (contoh..)
Varians/selisih antara anggaran dan realisasi penda-
patan/belanja
a. menentukan kewajarannya
b. mencari penyebab terjadinya
c. menguntungkan/merugikan
Komposisi pendapatan/belanja
Pertumbuhan pendapatan/belanja

(PPAKP, 2011)
Analisis atas data pada Neraca (contoh..)
ANALISIS ASET:
a. LIKUID, ILLIKUID (bisa / tidak bisa membayar utang jangka
pendek/saat jatuh tempo), dan OVERLIKUID (pertumbuhan
aset lancar,terutama kas, jauh lebih besar daripada pertum-
buhan aset-aset yang lain)
b. Analisis atas pengelolaan persediaan, aset tetap, dan aset-
aset lainnya

ANALISIS UTANG DAN EKUITAS:


a. SOLVABLE & INSOLVABLE (mampu / tidak mampu memba-
yar semua utangnya)
b. Analisis atas pengaruh kurs atas utang dengan mata uang
asing
c. Analisis atas LEVERAGE (komposisi utang dan ekuitas dana,
terkait dengan pembiayaan eksternal dan internal)
(PPAKP, 2011)
Rasio Kemandirian (RKmd)
Digunakan untuk mengukur kemampuan pemda dalam mendanai
aktivitasnya (sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal
terhadap pembangunan daerah, perkembangan ekonomi daerah,
dan kesejahteraan masyarakat)

Rasio kemandirian yang lebih tinggi menunjukkan kemandirian


keuangan pemda yang lebih baik (ketergantungan daerah yang
lebih rendah terhadap pihak lain yang dapat memberikan dana
perimbangan dan pinjaman)
Realisasi PAD
RKmd = -----------------------------------------------------------------------------
Bantuan pemerintah pusat/provinsi + pinjaman daerah

Realisasi PAD
= -----------------------------------
Total pendapatan daerah
Rasio Kemandirian (RKmd)
Kemampuan Rasio kemandirian Kriteria pola
keuangan hubungan pusat
daerah dalam
otonomi daerah

Rendah sekali 0% - 25% Instruktif

Rendah > 25% - 50% Konsultatif


Sedang > 50% - 75% Partisipatif
Tinggi > 75% - 100% Delegatif
Rasio Kemandirian (RKmd)
INSTRUKTIF, yaitu pola hubungan yang terjadi ketika peranan
pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah
daerah, atau daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah
secara finansial;

KONSULTATIF, yaitu pola hubungan yang terjadi ketika campur


tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang dan lebih banyak
pada pemberian konsultasi karena daerah dianggap sedikit lebih
mampu melaksanakan otonomi daerah;

PARTISIPATIF, yaitu pola hubungan yang terjadi ketika peranan


pemerintah pusat semakin berkurang mengingat tingkat
kemandirian daerah otonom yang bersangkutan mendekati mampu
melaksanakan urusan otonomi (peran pemberian konsultasi beralih
ke peran partisipasi pemerintah pusat);
Rasio Kemandirian (RKmd)
DELEGATIF, yaitu pola hubungan yang terjadi ketika campur
tangan pemerintah pusat sudah tidak ada lagi karena daerah
dipandang telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah, artinya pemerintah pusat
siap dan dengan keyakinan penuh mendelegasikan otonomi
keuangan kepada pemerintah daerah).

(Widodo (dalam Halim (2002, dalam Puspitasari, tanpa tahun)); Paul Hersey
dan Kennet Blanchard (dalam Halim (2001, dalam Puspitasari, tanpa tahun));
Kepmendagri Nomor 690.900-327 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian dan
Kinerja Keuangan (dalam Pramono, 2014 dan Sudiarsa, 2013); Halim (2007);
Halim dan Kusufi (2012); STAN, 2007, dalam Hadi, 2010).)
Rasio Ketergantungan (RKtg)
Kebalikan dari Rasio Kemandirian

Rasio ketergantungan yang lebih rendah menunjukkan


kemandirian keuangan pemda yang lebih baik

Realisasi transfer ke daerah


RKtg = -----------------------------------------------------------------------------
Bantuan pemerintah pusat/provinsi + pinjaman daerah

Realisasi transfer ke daerah


= ---------------------------------------
Total pendapatan daerah

(DJPK, Deskripsi & Analisis APBD 2010, 2011, 2013, 2014)


Rasio Efektifitas (REfk)
Digunakan untuk mengukur kemampuan pemda dalam merealisa-
kan PAD dari target atau potensi riilnya

Realisasi PAD
REfk = ----------------------------------------------------------------------------
Target (anggaran) PAD berdasar potensi riil daerah

Efektivitas keuangan daerah Rasio efektifitas (%)


otonom & kemampuan keuangan
Tidak efektif REfk < 100%
Efektif berimbang REfk = 100%
Efektif REfk > 100%

(Mahsun, 2008, dalam Puspitasari, tanpa tahun)


Rasio Efektifitas (REfk)

Kriteria efektivitas Rasio efektifitas (%)


Sangat efektif REfk > 100%
Efektif REfk antara 90 % sd 100%
Cukup efektif Refk antara 80 % sd 90%
Kurang efektif Refk antara 60 % sd 80%
Tidak efektif Refk < 60%

(Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam


Pramono, tanpa tahun, dan Sudiarsa, 2013
Rasio Efisiensi (REfs)
Digunakan untuk mengukur efisiensi pemda dalam perolehan PAD
(membandingkan biaya perolehan PAD dengan realisasi PAD)

Biaya perolehan (pemungutan) PAD


REfs = -----------------------------------------------------------------
Realisasi PAD

Tingkat efisiensi Rasio efisiensi (%)

Tidak efisien REfs > 100%


Efisian berimbang REfs = 100%
Efisien REfs < 100%

(Mahsun, 2006, dalam Puspitasari, tanpa tahun)


Rasio Efisiensi (REfs)

Kriteria efisiensi Rasio efesiensi (%)


Tidak efisien REfs > 100%
Kurang efisien REfs antara 90 % sd 100%
Cukup efisien Refs antara 80 % sd 90%
Efisien Refs antara 60 % sd 80%
Sangat efisien Refs < 60%

(Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam


Pramono, tanpa tahun, dan Sudiarsa, 2013
Rasio Ekonomis (REko)
Digunakan untuk mengukur kemampuan pemda dalam perolehan
input (SD) dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
terendah)
Target anggaran
REko = ----------------------------------- x 100%
Anggaran dana

Kriteria ekonomis Rasio ekonomis (%)

Sangat ekonimis REko > 100%


Ekonomis REko antara 90% sd 100%
Cukup ekonomis REko antara 80% sd 90%
Kurang ekonomis REko antara 60% sd 80%
Tidak ekonomis REko <60%

(Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Sudiarsa, 2013)


Rasio Keserasian (RSer)
Digunakan untuk mengukur keserasian realisasi belanja (cara
pemda dalam memprioritaskan alokasi dana belanja), misalnya
rasio total belanja tidak langsung terhadap total belanja langsung

Rasio keserasian yang lebih rendah menunjukkan bahwa anggaran


belanja semakin banyak dialokasikan (diprioritaskan) untuk
kegiatan yang berhubungan langsung dengan program pemda.

Semakin kecil rasio ini maka semakin baik kondisi kapasitas


keuangan pemda karena kondisi ideal adalah jika belanja langsung
(terutama yang bermanfaat langsung bagi publik) lebih besar
daripada belanja tidak langsung
Rasio Keserasian (RSer)
Namun harus dipahami bahwa sampai saat ini belum ada
pedoman ideal tentang besarnya rasio belanja terhadap total
belanja pada APBD karena sangat dipengaruhi oleh dinami-
ka pembangunan dan kebutuhan investasi penyediaan
sarana prasarana ekonomi masyarakat yang diperlukan
untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan

(STAN, 2007b; DJPK, 2014; Halim, 2007; Halim dan Kusufi, 2012;
Halim, 2012, dalam Pramono, 2014).
Rasio Pertumbuhan (Growth)
Menunjukkan pertumbuhan suatu pos (account) antar periode,
misal PAD, belanja, dsb (menunjukkan tren tertentu, maik baik atau
makin buruk).

Realisasi (Xt) Realisasi (Xt-1)


Growth = --------------------------------------------- x 100%
Realisasi (Xt-1)

(Widodo (dalam Halim (2002, dalam Puspitasari, tanpa tahun)); Paul


Hersey dan Kennet Blanchard (dalam Halim (2001, dalam Puspitasari,
tanpa tahun)); Kepmendagri Nomor 690.900-327 tahun 1996 tentang
Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan (dalam Pramono, 2014 dan
Sudiarsa, 2013))
Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Menunjukkan kemampuan daerah untuk melunasi pinjaman

Minimal 2,5, artinya pemda dianggap masih punya dana idle sebesar 1,5
setelah dikurangi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lainnya

[ (PAD + BD + DAU) BW ]
DSCR = ---------------------------------------------------------------------------
(total biaya pinjaman + pokok utang + bunga utang)

PAD = Pendapatan Asli Daerah


BD = Bagian daerah dari penerimaan PBB, BPHTB,
penerimaan sumber daya alam (SDA), dsb
= Dana Bagi Hasil (DBH) DBH Dana Reboisasi (DBHDR)
DAU = Dana Alokasi Umum
BW = Belanja wajib
(Halim 2007)
Ruang Fiskal (RF)
Digunakan untuk mengukur ketersediaan ruang yang cukup pada
anggaran pemda untuk dapat menyediakan SD tertentu dalam
rangka mencapai tujuannya tanpa mengancam kesinambungan
posisi keuangannya (fiscal solvency), atau besarnya dana pemda
dalam 1 TA yang bisa digunakan bebas oleh pemda sesuai
kebutuhannya

RF = Pendapatan daerah (total) pendapatan yang ditentukan


penggunaannya (earmarked) belanja tidak mengikat

= Pendapatan daerah (total) (DAK + pendapatan hibah +


dana darurat + dana penyesuaian (otsus)) belanja
pegawai tidak langsung

Belanja tidak mengikat = belanja pegawai + belanja bunga

(DJPK, Deskripsi & Analisis APBD 2010, 2011, 2013, 2014)


Rasio lainnya
Tax ratio = Pajak daerah / Pendapatan daerah
= Pajak daerah / PDRB

(menunjukkan kontribusi pajak daerah terhadap total pendapatan daerah atau


Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah)

Tax per kapita = Pajak daerah / jumlah penduduk daerah

(menunjukkan kontribusi tiap penduduk pada PAD (Pendapatan Asli Daerah))

Rasio antar Belanja


1) Rasio belanja pegawai terhadap total belanja
2) Rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja
3) Rasio belanja langsung terhadap total belanja
4) Rasio belanja modal terhadap total belanja
5) Rasio total belanja terhadap jumlah penduduk
6) Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk
7) Rasio belanja bantuan sosial terhadap total belanja
8) Rasio belanja bantual sosial terhadap total belanja
Rasio (indikator keuangan) lainnya
Rasio SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) terhadap total
belanja

SILPA = selisih lebih realisasi penerimaan dengan pengeluaran


anggaran pada 1 TA, yang menunjukkan dana anggaran yang tak
terserap / tertunda penggunaannya

Rasio surplus atau defisit terhadap pendapatan daerah

Rasio keseimbangan primer (primary balance) terhadap PDRB

Primary balance = surplus (+) primer atau defisit (-) primer


= pendapatan daerah (belanja daerah belanja bunga)

Menunjukkan kemampuan (likuiditas) daerah dalam rangka


menjalankan program dan kegiatannya setelah dikurangi belanja tidak
terkait (belanja bunga) likuid atau illikuid
Rasio (indikator keuangan) lainnya
Rasio pinjaman daerah terhadap pendapatan daerah (untuk
pedoman penetapan APBD)

Defisit maksimal yang dibiayai pinjaman daerah (TA 2017):


a) 5,25% dari perkiraan pendapatan daerah TA 2017 (untuk kategori
kapasitas fiskal sangat tinggi)
b) 4,25% dari perkiraan pendapatan daerah TA 2017 (untuk kategori
kapasitas fiskal tinggi)
c) 3,25% dari perkiraan pendapatan daerah TA 2017 (untuk kategori
kapasitas fiskal sedang)
d) 2,25% dari perkiraan pendapatan daerah TA 2017 (untuk kategori
kapasitas fiskal rendah)

Jumlah dana idle (dana transfer pemerintah pusat yang masih ada di
lembaga perbankan, belum digunakan oleh daerah)

(DJPK, Deskripsi & Analisis APBD 2010, 2011, 2013, 2014)


(PMK 132/PMK.07/2016)
Referensi
Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK), Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah, Kursus Keuangan Daerah Khusus Penatausahaan / Akuntansi
Keuangan Daerah (KKDK) TA 2014, 2014.

DJPK, Deskripsi dan analisis APBD 2010, 2011, 2013, 2014.

Hadi, Waskito, Pengaruh Likuiditas dan Leverage terhadap Kemandirian Daerah


Studi terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran
2007 di Wilayah Provinsi Aceh, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Volume 3
Nomor 1, Januari 2010 (diakses 29 Feb 2016).

Halim, Abdul, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta, 2007.

Halim, Abdul dan Kusufi, Muhammad Syam, Akuntansi Keuangan Daerah,


Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012.

Pramono, Joko, Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan


Pemerintah Daerah, Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta, Among
Makarti, vol. 7 no. 13, Juli 2014 (diakses Jan 2016).
Referensi
Puspitasari, Ayu Febriyanti, Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Malang Tahun Anggaran 2007-2011, tanpa tahun (diakses Jan 2016).

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Modul Analisis Laporan Keuangan


Daerah untuk Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007.

Sudiarsa, Kt, Analisis Realisasi Program Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Buleleng melalui Pengukuran Value for
Money, Ejournal.undiksha.ac.id, 2013 (diakses 29 Februari 2016).

Modul Diklat Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP)


2011

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-32/PMK.07/2016


tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai