Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman konsep dalam matematika merupakan salah satu kecakapan atau


kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika,
kemahiran matematika tersebut terindikasi dengan menunjukkan pemahaman konsep
matematika yang dipelajari siswa, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah. Pemahaman diartikan dari kata understanding (Sumarmo,
1987). Derajat pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan,
prosedur atau fakta matematika yang dipahami secara menyeluruh jika hal-hal
tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi, dan konsep diartikan
sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek
(Depdiknas, 2003).
Pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki
oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Kemampuan ini menjadi penting
dikarenakan pelajaran matematika itu sendiri merupakan mata pelajaran yang
hirarkis, artinya mata pelajaran matematika terstruktur secara sistematis sehingga
berkaitan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya.
Selain kemampuan pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah
matematika juga merupakan hal yang tidak kalah penting sebagai tolak ukur
pemahaman matematis siswa. Setelah pemahaman konsep yang dimiliki siswa
matang, maka siswa tersebut telah siap untuk memperoleh masalah (soal) dan
memecahkannya secara tepat sesuai dengan prosedural yang berlaku. Menurut Polya,
terdapat empat tahap penting dalam memecahkan masalah (dalam Sumardyono,
2004), yaitu memahami soal/masalah selengkap mungkin, memilih rencana
penyelesaian, menerapkan rencana tadi, dan memeriksa kembali jawaban.
Kemampuan pemahaman konsep yang baik pada diri siswa akan menunjang
kemampuan pemecahan yang baik pula. Konsep yang diterima dan dipahami siswa

1
secara baik akan menuntun siswa menyelesaikan masalah secara sistematis dan
terstruktur.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, dapat diformulasikan
permasalahan pokok sebagai berikut:
1. Apa definisi pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika?
2. Apa definisi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika?
3. Bagaimana hubungan antara pemahaman konsep matematika dengan
pemecahan masalah matematika ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman konsep matematika
2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pemecahan masalah matematika
3. Untuk memahami hubungan antara pemahaman konsep matematika
dengan pemecahan masalah matematika

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan agar para pembaca mendapat informasi
secara luas mengenai pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika
berdasarkan telaah literatur terkait.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pemahaman Konsep Matematika

1. Definisi Pemahaman Konsep Matematika


Beberapa kerangka teori tentang pemahaman konsep
matematika dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya adalah kerangka
teori pemahaman yang dikemukakan oleh Skemp.
Tahun 1976, Richard Skemp mengkomunikasikan hasil studinya tentang
pemahaman dalam pendidikan matematika. Dalam artikelnya yang terkenal,
Relational Understanding and Instrumental Understanding, (Skemp, 2005)
dijelaskan pengkategorian pemahaman atas dua jenis pemahaman yaitu:
(1) pemahaman instrumental dan (2) pemahaman relasional. Pemahaman
instrumental didefinisikan sebagai rules without reasons atau dengan kata
lain kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematik untuk
menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui mengapa prosedur itu
digunakan. Pemahaman relasional didefinisikan sebagai knowing what to do
and why atau dengan kata lain kemampuan menggunakan suatu aturan dengan
penuh kesadaran mengapa ia menggunakan aturan tersebut.
Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep yang
saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan rutin/sederhana.
Dalam hal ini seseorang hanya memahami urutan pengerjaan atau
algoritma. Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa seseorang baru berada di
tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan
dapat terjadi. Dalam menyelesaikan soal, seseorang hanya dapat menentukan
hasil namun tidak dapat menjelaskan mengapa hasilnya seperti itu. Contohnya
seseorang dapat menjawab bahwa hasil dari 7 x 11 = 77, tetapi dia tidak
mampu menjelaskan mengapa 7 x 11 = 77. Contoh lain yaitu seseorang dapat

3
membuktikan nilai limit suatu fungsi dengan menggunakan definisi formal
limit fungsi, tetapi tidak mampu menjelaskan langkah-langkah pembuktian
yang dia lakukan. Dengan kata lain dia tidak dapat menjelaskan mengapa
rangkaian (kalimat) bukti yang dituliskannya membuktikan limit tersebut. Atau
mahasiswa mampu memilih nilai yang tepat untuk membuktikan nilai limit
fungsi tersebut tetapi tidak mampu menjelaskan alasan pemilihan tersebut atau
mahasiswa tidak mampu menentukan nilai untuk kasus yang serupa.
Pemahaman relasional yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal
lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pada tahapan
tingkatan ini, menurut Skemp, seseorang tidak hanya sekedar tahu dan hafal
tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat
terjadi. Pemahaman relasional termuat skema atau struktur yang dapat
digunakan pada penjelasan masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya
lebih bermakna. Dalam menyelesaikan soal, seseorang tidak hanya dapat
menentukan hasil namun ia dapat menjelaskan mengapa hasilnya seperti
itu. Contohnya dalam mebuktikan nilai limit fungsi, seseorang tidak hanya
dapat menuliskan rangkaian bukti dengan benar tetapi juga mampu
menjelaskan setiap langkah-langkah pembuktiannya dan menjelaskan mengapa
rangkaian bukti yang ditulisnya membuktikan limit tersebut. Atau mahasiswa
mampu memilih nilai yang tepat untuk membuktikan nilai limit fungsi tersebut
dan mampu menjelaskan alasan pemilihan tersebut atau mahasiswa mampu
menentukan nilai untuk kasus yang serupa.
Berdasarkan kerangka teori pemahaman menurut Skemp dapat dikatakan
bahwa memahami sesuatu berarti mengasimilasi sesuatu tersebut ke dalam
skema yang sesuai. Dengan kata lain, seseorang dikatakan memahami konsep
bilamana ia dapat mengaitkan konsep tersebut ke dalam skema yang
dimilikinya. Pada sisi lain, pemahaman sebuah konsep dipandang sebagai
kemampuan mengaitkan skema-skema tertentu yang sesuai dengan konsep
tersebut, dengan atau tanpa mengetahui mengapa skema-skema tersebut saling
terkait. Pemahaman adalah pengetahuan yang telah terbentuk di dalam
bayangan mental seseorang yang diperoleh dari pengalaman belajar
sebelumnya.

4
Polya mengemukakan empat tingkat pemahaman, yakni (1) pemahaman
mekanikal; (2) pemahaman induktif; (3) pemahaman rasional; dan (4)
pemahaman intuitif. Pemahaman mekanikal adalah mengingat dan menerapkan
rumus secara rutin dan melakukan perhitungan sederhana. Pemahaman induktif
adalah menerapkan rumus dan konsep dalam kasus sederhana dan tahu bahwa
rumus tersebut dapat diberlakukan pada kasus yang serupa. Pemahaman
rasional adalah membutikan kebenaran rumus dan teorema. Pemahaman
intuitif adalah memperkirakan kebenaran sesuatu dengan pasti (tanpa ragu-
ragu) sebelum melakukan analisis lebih lanjut.
Ruseffendi (2006: 221) menyatakan tiga macam pemahaman yaitu:
(1) pengubahan (translation) dalam matematika misalnya mampu mengubah
soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya; (2) pemberian arti
(interpretation), misalnya mampu mengartikan suatu kesamaan; (3) pembuatan
ekstrapolasi (extrapolation), misalnya mampu memperkirakan suatu
kecenderungan dari diagram.
Terkait dengan proses mental yang berlangsung ketika seseorang
mempelajari konsep-konsep matematika, seseorang mungkin dapat melihat
dengan segera bahwa dua atau lebih konsep saling terkait. Sebagai contoh,
beberapa mahasiswa mungkin dapat melihat dengan segera bahwa limit fungsi
mungkin dapat dijelaskan melalui grafik limit fungsi atau melihat dengan
segera bahwa limit fungsi tidak mungkin lebih dari satu nilai. Pada sisi lain,
ketika diminta menunjukkan sifat ketunggalan fungsi tersebut, ia harus
melakukannya dalam langkah demi langkah.
Seseorang dikatakan memahami konsep jika ia dapat mengaitkan konsep
tersebut ke dalam pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai contoh, misalkan
seseorang telah memahami konsep nilai mutlak. Jika ia dapat menyatakan jarak
dua buah titik dalam sebuah garis bilangan dengan menggunakan notasi nilai
mutlak, yaitu ia dapat menuliskannya sebagai nilai mutlak selisih dua buah
bilangan yang berpadanan dengan kedua titik tersebut pada garis bilangan,
maka subjek dikatakan memahami konsep jarak dua buah titik sebagai nilai
mutlak selisih dua bilangan yang berpadanan.

5
Berdasarkan uraian di atas, maka pemahaman dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang mengaitkan skema-skema tertentu yang sesuai ke dalam
skema yang dimilikinya yang telah terbentuk di dalam bayangan mental
seseorang yang diperoleh dari pengalaman belajar sebelumnya.
2. Indikator Pemahaman Konsep Matematika
Salah satu kecakapan dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa
adalah pemahaman konsep (conceptual understanding). Untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep matematis diperlukan alat ukur (indikator), hal
tersebut sangat penting dan dapat dijadikan pedoman pengukuran yang tepat.
Indikator yang tepat dan sesuai adalah indikator dari berbagai sumber yang jelas,
di antaranya :
a. Indikator pemahaman konsep menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014
1) Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
2) Mengklasifikasikan objekobjek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut.
3) Mengidentifikasi sifatsifat operasi atau konsep.
4) Menerapkan konsep secara logis.
5) Memberikan contoh atau contoh kontra.
6) Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis
(tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara
lainnya).
7) Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun diluar matematika.
8) Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep.

b. Indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum 2006


1) Menyatakan ulang sebuah konsep.
2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
3) Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep,
6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

6
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

c. Indikator dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa menurut


Kilpatrick, Swafford, & Findell :
1) Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari.
2) Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.
3) Menerapkan konsep secara algoritma.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi
matematika.
5) Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

B. Teori Pemecahan Masalah Matematika


1. Definisi Pemecahan Masalah Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah diartikan sebagai
sesuatu yang harus diselesaikan (Depdiknas, 2005: 719). Maka masalah adalah
suatu situasi menantang yang harus diselesaikan seorang individu atau
kelompok, akan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak mempunyai
aturan atau hukum tertentu yang langsung dapat menemukan solusinya. Oleh
karenanya untuk menyelesaikan masalah tersebut diperlukan suatu strategi
berpikir yang disebut dengan pemecahan masalah. Menurut Polya dalam
Herman Hudojo (2003: 87), menyelesaikan masalah didefinisikan sebagai
usaha mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak
dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu
aktifitas tingkat tinggi. Krulik dan Rudnik (1995: 4) mengemukakan bahwa
pemecahan masalah merupakan proses di mana individu menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk
nenyelesaian masalah pada situati yang tidak dikenalnya.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah adalah usaha individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan
dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah

7
suatu daya atau kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan,
keterampilan dan pemahamannya dalam rangka menemukan solusi dari suatu
masalah.
Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan dalam bentuk
soal non rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian,
ilustrasi gambar atau teka-teki. Oleh karenanya pemecahan masalah merupakan
bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses
pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang sifatnya tidak rutin tersebut
(Erman Suherman, 2003: 89). Penyelesaian masalah juga dapat membantu
siswa memahami fakta matematika, keterampilan, konsep dan prinsip dengan
penggambaran aplikasi objek matematika dan hubungan di antara objek-objek
tersebut.
Branca dalam Sumardyono (2007: 5-6) menyatakan bahwa secara garis
besar terdapat tiga macam interpretasi istilah pemecahan masalah (problem
solving) dalam pembelajaran matematika, yaitu:
a. Problem solving as a goal
Bila pemecahan masalah ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran, maka
pembelajaran yang berlangsung tidak tergantung pada soal atau masalah yang
khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang
penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana
menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan alasan utama (primary
reason) belajar matematika.
b. Problem solving as a process
Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses
yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan
tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode,
prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika
dan yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.

8
c. Problem solving as a basic skill
Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika.
Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung, keterampilan
aritmetika, keterampilan logika, dan lainnya. Keterampilan lain yang baik
secara implisit maupun eksplisit sering diungkapkan adalah
keterampilan problem solving. Cooney et.al dalam Herman Hudojo (2003: 152)
menyatakan bahwa mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah
memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di
dalam kehidupan. Melalui pemecahan masalah, siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dalam mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya guna memecahkan masalah-masalah baru
yang belum pernah dijumpai.

2. Strategi Pemecahan Masalah Matematika


Menurut Soedjadi, strategi pemecahan masalah diartikan sebagai siasat yang
direncanakan oleh peserta didik berkenaan dengan segala kegiatan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika. Terdapat beberapa pendapat tentang
tahap atau proses yang hendak ditempuh dalam memecahkan masalah
matematika. Krulik dan Rudnik (1995: 5) mengemukakan lima tahap pemecahan
masalah, yaitu:
a. Read and think
Tahap ini meliputi identifikasi fakta, identifikasi pertanyaan, visualisasi
situasi serta menulis ulang tindakan.
b. Explore and plan
Tahap eksplorasi dan perencanaan pemecahan masalah, mencakup pengaturan
informasi yang relevan dan yang kurang relevan, membuat model serta
membuat grafik, tabel atau gambar.
c. Select a strategy
Memilih strategi yang diperkirakan dapat digunakan, misalnya
menemukan pola, bekerja mundur, tebak dan uji serta simulasi atau percobaan.
d. Find an answer

9
Tahap ini meliputi estimasi solusi, penggunaan kemampuan komputasi,
serta penggunaan keahlian aljabar dan geometri.

e. Reflect and extend


Solusi yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya diperiksa kembali
kebenarannya, kemudian menentukan solusi alternatif dan membuat perluasan
atau generalisasi.

Sedangkan Holmes (1995: 37) menyatakan bahwa pada intinya strategi


umum memecahkan masalah yang terkenal adalah strategi Polya, yaitu empat
langkah rencana pemecahan masalah yang berguna baik untuk masalah rutin
maupun nonrutin. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Herman
Hudojo (2003: 162) menambahkan bahwa tahap ini meliputi beberapa
komponen, yaitu:1) Identifikasi apa yang diketahui dari masalah tersebut 2)
Identifikasi apa yang hendak dicari 3) Mengabaikan hal-hal yang tidak relevan
dengan permasalahan
b. Merencanakan penyelesaian masalah.
Kemampuan ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam
menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman siswa, ada
kemungkinan siswa akan semakin kreatif dalam menyusun rencana
penyelesaian masalah. Dalam merencanakan pemecahan masalah, terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan siswa, antara lain: 1) Membuat tabel, grafik
atau diagram 2) Menyederhanakan permasalahan dengan membagi menjadi
bagianbagian 3) Menggunakan rumus 4) Menyelesaikan masalah yang
ekuivalen 5) Menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan
informasi baru. (Herman Hudojo, 2003: 163)
c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana

10
Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis
maupun tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan
rencana yang dianggap paling tepat.

d. Melihat (mengecek) ke belakang


Dengan langkah terakhir ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu
dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang
benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Terdapat empat komponen untuk
mereview suatu penyelesaian, yakni: 1) Cek kembali hasilnya,
2) Mengintepertasikan jawaban yang telah diperoleh, 3) Mencoba cara lain
untuk memperoleh jawaban yang sama, 4) Mengecek apakah ada
kemungkinan penyelesaian lain dalam permasalahan yang kita selesaikan.

Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu


kesatuan yang penting untuk dikembangkan. Erman Suherman (2003: 99)
menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengembangkannya adalah melalui
penyediaan pengalaman pemecahan masalah yang memerlukan strategi
berbedabeda dari suatu masalah ke masalah lainnya. Strategi pemecahan
masalah adalah alat yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah.

C. Hubungan antara Pemahaman Konsep dengan Pemecahan Masalah


Matematika
Fuad Nurfarikhin (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan pemahaman
konsep dengan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi
bangun ruang sisi lengkung. Selain itu, Muhammad Gazali Rahman (2015)
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan
pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
berhubungan positif dengan pemecahan masalah matematika. Semakin baik
kemampuan pemahaman konsep peserta didik, semakin baik pula kemampuan
pemecahan masalah matematisnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemahaman konsep yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan
maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar
mengerti apa yang disampaikan. Richard Skemp mengkomunikasikan hasil
studinya tentang pemahaman dalam pendidikan matematika dengan
mengkategorikan pemahaman atas dua jenis pemahaman yaitu: (1) pemahaman
instrumental dan (2) pemahaman relasional. Pemahaman instrumental
didefinisikan sebagai rules without reasons atau dengan kata lain
kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematik untuk menyelesaikan
suatu masalah tanpa mengetahui mengapa prosedur itu digunakan. Pemahaman
relasional didefinisikan sebagai knowing what to do and why atau dengan
kata lain kemampuan menggunakan suatu aturan dengan penuh kesadaran
mengapa ia menggunakan aturan tersebut.

2. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang


sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
terutama yang sifatnya tidak rutin. Penyelesaian masalah juga dapat membantu
siswa memahami fakta matematika, keterampilan, konsep dan prinsip dengan
penggambaran aplikasi objek matematika dan hubungan di antara objek-objek
tersebut.

12
3. Pemahaman konsep berhubungan positif dengan pemecahan masalah
matematika. Semakin baik kemampuan pemahaman konsep peserta didik,
semakin baik pula kemampuan pemecahan masalah matematisnya.

B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik, kita seharusnya sudah memikirkan cara
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep bagi peserta didik agar dapat membantu
mereka dalam memahami dan mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan
pemecahan masalah sehingga kemampuan pemecahan masalah peserta didik
juga meningkat.
Dalam penulisan makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan keterbatasan pengalaman, kemampuan dan pengetahuan yang ada
pada diri penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan dan kelengkapan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin dan Inawati. 2012. Pemecahan Masalah Matematika. Salatiga : Widya


Sari Press

eprints.walisongo.ac.id/4873/1/63511031.pdf

https://www.slideshare.net/leeazedta/pemecahan-masalah-matematika-37982683

http://www.rijal09.com/2016/04/pengertian-pemahaman-konsep.html, diakses hari


selasa tanggal 14 Maret 2017

14

Anda mungkin juga menyukai