Anda di halaman 1dari 20

PETA GEOGRAFI

Tulisan
Tulisan ini
ini aku
aku dedikasikan
dedikasikan untuk
untuk mahasiswa
mahasiswa P. P. Geografi
Geografi utamanya
utamanya angkatan
angkatan 2008
2008 yang
yang sedang
sedang
menyiapkan proposal tugas akhir (ramai, sibuk meng-geografikan, meng-spasialkan
menyiapkan proposal tugas akhir (ramai, sibuk meng-geografikan, meng-spasialkan substansi substansi
penelitianya)
penelitianya)
Peta
Peta geografi
geografi berupa
berupa peta
peta tematik-
tematik- peta
peta statistik
statistik hasil
hasil kerja
kerja ilmu
ilmu geografi.
geografi.
Ia
Ia merupakan
merupakan presentasi
presentasi visual
visual komprehensif
komprehensif informasi
informasi tematik
tematik dalam
dalam ruang
ruang waktu.
waktu. Kerician
Kerician
informasi (mapping units) yang ditampilkan bergantung kepada
informasi (mapping units) yang ditampilkan bergantung kepada skala peta. skala peta.
Ia
Ia ditampilkan
ditampilkan sebagai
sebagai visualisasi
visualisasi variable-variable
variable-variable penelitian,
penelitian, sebagai
sebagai hasil
hasil analisis,
analisis, sebagai
sebagai
rekomendasi.
rekomendasi.
Ia
Ia merupakan
merupakan media
media utama
utama yang
yang menyajikan
menyajikan telaah
telaah spasial
spasial materi
materi pembelajaran
pembelajaran didi sekolah.
sekolah.
Materi
Materi pembelajaran
pembelajaran geografi
geografi seharusnya
seharusnya bertumpu
bertumpu kepada
kepada kaidah-kaidah
kaidah-kaidah geomorfologi
geomorfologi
geografi,
geografi, geografi
geografi tanah,
tanah, geografi
geografi cuaca,
cuaca, klimatologi
klimatologi regional,
regional, hidrogeografi,
hidrogeografi, geografi
geografi
tumbuhan, geografi hewan, geografi sosial, geografi penduduk, geografi
tumbuhan, geografi hewan, geografi sosial, geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi ekonomi, geografi
pemasaran,
pemasaran, geografi
geografi desa,
desa, geografi
geografi kota,
kota, geografi
geografi budaya,
budaya, geografi
geografi lingkungan,
lingkungan, geografi
geografi
bencana,
bencana, geografi
geografi banjir,
banjir, sesuai
sesuai tingkat
tingkat satuan pendidikan.
Kepada
Kepada Zaenul
Zaenul Muttaqin
Muttaqin (K5408057)
(K5408057) yangyang menyiapkan
menyiapkan tulisan
tulisan ini
ini Jazakumullah
Jazakumullah Khairankatsiro,
Khairankatsiro,
Sudah barang tentu disarankan untuk dibuka forum
Sudah barang tentu disarankan untuk dibuka forum diskusi. diskusi.

Figure EG.4 The Continuum of Geography


Ritter, ME. The Physical Environment An Introduction to Physical Geography
http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/content.html

A. Muqaddimah
Sesungguhnyalah peta bukanlah monopoli geografi, semua bidang ilmiah lebih-lebih
ilmu kebumian selalu berurusan dengan peta, membuat peta dan menggunakan peta. Geografi
sebagai salah satu ilmu kebumian yang objek kajianya mukabumi bekerja menggunakan peta
danhasil kerjanya berujud peta. Di Indonesia dikenal peta yang berisikan informasi ruang
mukabumi/ informasi geospasial dasar baik itu daratan, pesisir, maupun laut sebagai peta
dasar (lihat Pasal 7 UU No. 4 / 2011), berwujud Peta Rupabumi Indonesia; Peta Lingkungan
Pantai Indonesia; dan Peta Lingkungan Laut Nasional. Peta-peta ini bukan merupakan hasil
kerja geografi tetapi dapat digunakan oleh geografi sebagai sumber informasi dasar dan
sebagai basemap untuk informasi geospasial tematik, sebab referensi geometrik informasi
geospasial tematik mengacu informasi geospasial dasar (lihat pasal 19 UU No.4/ 2011)
Peta Geografi bukanlah peta yang dibuat dengan skala 1 : 1.000.000 seperti yang
ditulis beramai-ramai dalam buku-buku pelajaran geografi di sekolah (lihat antara lain; Drs.
Aris Supriyanto dan Drs. Kusmono Hadi. 2005. GEOGRAFI Jilid 1 SMA Kelas X. PT. Piranti
Darma Kalokatama. hal. 19) tetapi peta hasil kerja geografi berwujud peta tematik dan
peta statistik.
Ia merupakan sebentuk pelaporan hasil kerja, sebentuk visualisasi pemerian spasial
tema tunggal, sebentuk visualisasi pemerian spasial tema ganda/ sintesis beberapa tema,
sebentuk hasil analisis dari deskripsi spasial, sebentuk hasil analisis pengaruh spasial,
sebentuk hasil analisis interaksi spasial, sebentuk hasil analisis hubungan spasial.
B. Menarik Garis
Kerja Geografi adalah menarik garis atas kesamaan karakteristik objek, fenomena,
potensi, masalah, pada ruang mukabumi atau model visualnya (peta atau citra) menjadi
region geografik atau wilayah geografik. Harold M.Mayer mengemukakan: Although every
places is unique, there are many attributes that, individualy and in combination, characterize
groups of places. Geographers are concerned not only with unique characteristics of places
but also with those that they have in common. In order to measure the common
characteristics of places as well as their differences, it is necessary to develop classifications
of places. This process, regionalization, is analogous to the taxonomic schemes in other
disciplines, in which phenomena are grouped in accordance with threir relative similarities
(Frazier, 1982:27).
Contoh:
1. Pengumpulan data terestrikal terhadap volume sekian titik Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) di Kecamatan Jebres di plot ke basemap (dari RBI) dapat ditarik
garis atau di delineasi menjadi wilayah-wilayah tingkat produksi sampah
harian untuk dipresentasikan ke dalam Peta Tingkat Volume Sampah Kecamatan
Jebres (dalam referensi waktu tertentu). Peta ini merupakan pemerian spasial tema
tunggal dan berfungsi presentasi visual variabel independen atau independent
variable. Di Kecamatan Jebres ini pula dapat ditarik garis terhadap fenomena
kepadatan penduduk defacto, hasilnya wilayah-wilayah kepadatan penduduk.
Ditampilkan formal secara kartografis menjadi Peta Kepadatan Penduduk (dalam
referensi waktu tertentu).
Peta ini merupakan pemerian spasial tema tunggal tertentu dan berfungsi sebagai
presentasi visual variabel dependen atau dependent variable. Contoh ini mungkin
bisa digunakan untuk mengilustrasikan hubungan spasial wilayah-wilayah
kepadatan penduduk defacto dengan wilayah-wilayah tingkat produksi sampah di
Kecamatan Jebres pada waktu tertentu. Jika kajiannya dilakukan dalam referensi
waktu yang berurutan (multidate) barangkali ini merupakan contoh kajian
spasiotemporal. Kajian ini dapat dikembangkan terhadap analisis wilayah-wilayah
tingkat sosial ekonomi dengan wilayah-wilayah jenis sampah, dan seterusnya.
2. Pada suatu pertengahan musim hujan , syahdan, di tengah malam buta tersiarlah
warta terjadi genangan di beberapa tempat di Solo, Kota Bengawan ini. Berbekal
piranti penerima GPS beberapa Mahasiswa Pendidikan Geografi, menandai titik-
titik genangan air. Titik-titik yang kemudian dihubungkan membentuk wilayah
genangan pada waktu tertentu. Misalnya pada .... Februari 2007 pukul 01.00
malam. Observasi yang dilakukan pukul 06.00 pagi menghasilkan wilayah
genangan yang menyusut. Data ini dapat digunakan untuk analisis spasiotemporal
yang juga dapat dikaitkan dengan sekian variabel bebas yang mempengaruhi
fenomena genangan ini.
3. Dari informasi geospasial dasar yang dipresentasikan dalam peta dasar RBI kita
dapat menarik garis menjadi wilayah-wilayah relief berdasarkan pola dan
kerapatan kontur.
4. Dari berbagai citra pengindraan jauh kita dapat menarik garis wilayah-wilayah
penggunaan tanah, wilayah-wilayah bentuklahan, wilayah-wilayah genangan,
wilayah-wilayah pemukiman kumuh, dsb.

Ilustrasi 1: Peta Lereng DAS Grindulu Hulu. Peta ini mengvisualkan wilayah-
wilayah kelas lereng. Kelas lereng bersama litologi, tanah dan penggunaan lahan
digunakan sebagai atribut satuan lahan yang kemudian digunakan sebagai satuan
analisis.
Sumber: Abidin Dwi S. 2010
Ilustrasi 2. Peta Geologi DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 3. Peta Penggunaan Lahan DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 4. Peta Tanah DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 5. Peta Satuan Lahan DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 6. Peta Lokasi Titik Sample DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 7. Peta Kesesuaian Lahan DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 8. Peta Produktivitas Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 9. Peta Rekomendasi DAS Grindulu Hulu

Sumber: Abidin Dwi S. 2010


Ilustrasi 10. Abstrak Skripsi Abidin

Abidin Dwi Sulistiyono. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PRODUKTIVITAS


TANAMAN JAGUNG DI DAS GRINDULU HULU KABUPATEN PACITAN DAN
PONOROGO TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui tingkat subkelas kesesesuaian
lahan untuk tanaman jagung, dan (2) Mengetahui produktivitas tanaman jagung pada lahan
jagung di setiap subkelas kesesuaian lahan yang ada di DAS Grindulu bagian hulu
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial dengan satuan lahan sebagai
satuan analisisnya. Satuan lahan diartikan sebagai ruang mukabumi yang dipetakan berdasar
karakteristik lahan tertentu. Dalam penelitian ini, satuan lahan diperoleh dari tumpang susun
antara Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Geologi dan Peta Penggunaan Lahan. Populasi terdiri
dari 44 satuan lahan, sampel diambil dengan teknik sampel wilayah (area sampling) dengan
jumlah 20 sampel yang tersebar di DAS Grindulu hulu. Teknik pengumpulan data berupa
observasi lapangan, wawancara dan analisis laboratorium. Teknik analisis data untuk
mengetahui subkelas kesesuaian lahan adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara
persyaratan tumbuh tanaman jagung dengan kualitas dan karakteristik lahan sehingga
menghasilkan Peta Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung. Data produksi
jagung yang diperoleh dari wawancara dengan penduduk pada satuan lahan yang mempunyai
penggunaan lahan jagung, data ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui produktivitas
lahan di daerah penelitian, kemudian dikelaskan sehingga menghasilkan Peta Produktivitas
untuk Tanaman Jagung. Dari hasil penelitian ini dikemukakan saran berupa Peta
Pengelolaan Lahan Tanaman Jagung.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Terdapat 5 Subkelas
kesesuaian lahan yaitu Subkelas kesesuaian lahan S3 s/m (sesuai marginal) dengan luas
282.81 Ha (3.37%), Subkelas kesesuaian lahan S1 r,s/m (cukup sesuai) dengan luas 164.27
Ha (1.96 %), Subklelas kesesuaian lahan N1 s/m (tidak sesuai saat ini) dengan luas 6.72 Ha
(0.08 %), Subklelas kesesuaian lahan N2 r (tidak sesuai permanen) dengan luas 667.8 Ha
(7.96 %), Subklelas kesesuaian lahan N2 r,s/m (tidak sesuai pemanen) dengan luas 690.56 Ha
(8.23 %) dari luas seluruh daerah penelitian dan 2) Produktivitas tanaman jagung tertinggi
terdapat pada subkelas S3 s/m yaitu sebesar 9,36 Ton/Ha sekali panen dengan rata-rata
produksi jagung sekali panen 2,34 Ton sekali panen. Sedangkan produktivitas tanaman
jagung terendah terdapat pada subkelas N2 r, s/m yaitu sebesar 2,46 Ton/Ha sekali panen
dengan rata-rata produksi jagung sekali panen sebesar 1,96 Ton.

C. Mengapa Peta Geografi


Kita dapat bertumpu pada konsep- konsep geografi yang dikemukakan oleh Henry J.
Warman (dalam Gabbler : 1966) sebagai berikut :
1. Regional concept (konsep wilayah);
2. Life-layer concept (konsep strata kehidupan);
3. Man ecological dominant concept (konsep dominasi ekologi manusia);
4. Globalism concept (konsep globalisasi);
5. Spatial interaction concept (konsep interaksi spasial);
6. Areal relationship concept (konsep hubungan spasial);
7. Areal likenesses concept (konsep kesamaan spasial);
8. Arel differences concept (konsep perbedaan spasial);
9. Areal uniquenesses concept (konsep keunikan spasial);
10. Areal distribution concept (konsep distribusi spasial);
11. Relative location concept (konsep lokasi relatif);
12. Comparative advantage concept (konsep keuntungan komparatif);
13. Perpetual transformation concept (konsep perubahan abadi);
14. Culturally defined resources concept (konsep sumberdaya budaya yang berbeda);
15. Round earth on flat paper concept (konsep skala).

Ilustrasi 1. Dengan menggunakan koefisien air larian Novika Pradanesti (2010)


membuat regionalisasi dengan menarik garis pada ruang mukabumi yang bernama
Kota Surakarta menjadi region-region (wilayah-wilayah) Resapan, yaitu Wilayah
Resapan Tinggi, Wilayah Resapan Sedang dan Wilayah Resapan Rendah. Masing-
masing region merupakan sebentuk areal likeness concept sedangkan antara wilayah
resapan tinggi, resapan sedang dan resapan rendah menunjukkan areal differences
concept. Juga memperlihatkan sebentuk Man ecological dominant concept.
Sumber : Novika Pradanesti (2010)

Ilustrasi 2. Tentang Areal relationship concept dengan menampilkan Peta Kebutuhan


Resapan Kota Surakarta. Wilayah-wilayah Kebutuhan Resapan ini sebentuk simpulan
atau hasil analisis dengan memperhatikan variabel- variabel volume resapan pada
masing-masing wilayah resapan dan klasifikasi debit banjir lokal.

Sumber : Novika Pradanesti (2010)


Ilustrasi 3. Wilayah-wilayah Partisipasi Angkatan Kerja yang ditampilkan dalam peta
ini, dapat mengindikasikan konsep Konsep Strata Kehidupan (Life-layer concept)

Sumber : Oni Siswoko (2008)

Ilustrasi 4. Wilayah- wilayah Buffer Aksesibilitas Tanah 1 pada peta dibawah ini
mengvisualkan Konsep Keuntungan Komparatif (Comparative advantage concept).
Juga mengindikasikan Relative location concept.
Sumber : Ruliyanto (2008)

D. Kajian Bersifat Idiografik dan Nomotetik


Inquiring mind manusia dipenuhi dengan upaya memecahkan masalah. Jika
masalahnya berupa sesuatu yang belum diketahui maka, pemecahan masalahnya dilakukan
dengan mencari tahu (kajian idiografik). Dalam bidang Geografi mencari tahu ini kira-kira
sebentuk eksplorasi terhadap objek, fenomena, potensi, masalah, yang ada di mukabumi
dengan melakukan deskripsi serinci mungkin yang kemudian dapat menerangkan objek
tersebut secara khas, unik, dan membedakan dengan objek yang lain. Sesuai dengan konsep
yang lazim dikerjakan geografi seperti Round earth on flat paper concept maka hasil kajian
ini divisualkan dalam bentuk peta geografi dengan skala peta sesuai dengan tingkat kerincian
informasi yang ditampilkan.
Memperhatikan Continum of Geography maka upaya mendeskripsikan objek kajianya
dapat menggunakan teori, konsep, bidang-bidang ilmu lain yang berdekatan.
Jika masalahnya jarak antara das sollen dengan das sein atau berupa kesenjangan
maka pemecahan masalahnya berupa upaya mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan
kesenjangan itu. Kajianya berupa kajian nomotetik. Dimulai dengan merumuskan masalah,
membangun hipotesis, mengumpulkan data diikuti analisis data dan menarik kesimpulan.
Dalam bidang geografi variabel atau variabel-variabel bebas ditampilkan dalam bentuk peta.
Variabel terikatnya juga dalam bentuk peta. Dalam melihat hubungan antar vasriabel itu
(mengukuti amanah areal relationship concept) orang dapat membuat korelasi.
Korelasi adalah membandingkan dua hal (tema, layer) yang berbeda untuk melihat
ada tidaknya kaitan sebab akibat. Korelasi dapat dilakukan dengan:
Cara superposisi (tumpang susun), pada peta-peta yang digambar pada kertas
transparan.
Sampel penampang, dengan tema-tema berbeda pada penampang medan
(misalnya: batuan, tanah, curah hujan, penggunaan tanah)
Menggunakan kerangka grid/jala peta, untuk menghubungkan posisi yang sama
dari tema-tema yang berbeda.
Sistem Informasi Geografi (SIG)
Korelasi Spasial
Perlu pula diperhatikan tentang apa yang dikorelasikan. Korelasi dapat berbentuk
korelasi (spatial) antara unsur fisik dengan unsur fisik, antara unsur fisik dengan unsur sosial
ekonomi, juga antara unsur sosial ekonomi dengan unsur sosial ekonomi. Tidak harus
hubungan ini berwujud hubungan unsur fisik-manusia (sosial ekonomi).
Dari simpulan yang dihasilkan ditemukanlah saran-saran dalam bentuk saran atau peta
rekomendasi.

Penutup
Mahasiswa angkatan 2008 yang tengah menyiapkan tugas akhir, ditunggu kritikmu.
Terimakasih.
DAFTAR BACAAN

Armstrong, Thomas. 1994. Multiple Intellegences in the Classroom. Virginia : Ass.for


Supervision and Curriculum Development.
Chislom, Michael. 1970. Geography and Economics. London : Bell & Sons Ltd.
Danoedoro, Projo (ed). 2004. Sains Informasi Geografis. Dari Perolehan dan Analisis Citra
Hingga Pemetaan dan Pemodelan Spasial. Jogjakarta : Jurusan Kartografi dan
Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM.
Dickinson, G.C. 1973. Statistical Mapping and The Presentation of Statistic. London : J.W
Arrowsmith .L.td
Frazier, John W (ed.). 1982. Applied Geography Selected Perspectives. Englewood Cliffs,
N.J. 07632: Prentice-Hall, Inc
Gabbler, RE. 1966. A Handbook For Geography Teacher. Illinois: Center National Council
for Geographic Education.
James, Preston S. & Clarence F. Jones (ed). 1967. American Geography Inventory &
Prospect. Associations of American Geographers.
Jan Kraak, Menno & Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi: Visualisasi Data Geospasial.
Jogjakarta : Gadjah Mada University Prees.
Monmonier, Mark. 1982. Computer Assisted Cartography Principles and Prospect. New
York : Prentice-Hall,inc.
Pradanesti, Novika. 2010. Potensi Kawasan Resapan Kota Surakarta Tahun 2010. Skripsi. P.
Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak diterbitkan)
Purwani, Diana Endah. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon dan
Kacang Tanah di Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan
Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. P. Geografi FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta. (Tidak diterbitkan)
Sandy, I Made. GEOGRAFI Perkembangannya di Indonesia dan Pelajaran Geografi di
Sekolah Lanjutan. Pidato Pengukuhan Dalam Jabatan Guru Besar Luar Biasa Mata
Pelajaran Geografi Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Jakarta. 30 Maret 1988
Siswoko, Oni. 2008. Studi Karakteristik Angkatan Kerja di Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar Tahun 2007. Skripsi. P. Geografi FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta. (Tidak diterbitkan)
Sumaatmadja, Nursidi. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung :
Penerbit Alumni.
Sulistiyono, Abidin Dwi. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Produktivitas Tanaman
Jagung di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo Tahun 2009.
Skripsi. Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret. (Tidak diterbitkan)

Anda mungkin juga menyukai