Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN ANDALAN

DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Defenisi yang cukup rinci mengenai pertumbuhan ekonomi telah

diberikan oleh Profesor Kuznets (Todaro, 2000: 144) yang mengatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka

panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi

kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

teknologi, institusional dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan

yang ada. Ketiga komponen pokok dari defenisi tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Kenaikan output secara berkesinambungan adalah perwujudan dari apa yang

disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan

menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda

kematangan ekonomi (economic marturity).

Perkembangan teknologi merupakan dasar atau perkondisi bagi

berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

Ini adalah kondisi yang sangat diperlukan, tetapi tidak cukup itu saja

melainkan dibutuhkan juga faktor-faktor lainnya.


Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam

teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian

kelembagaan, sikap, dan ideologi. Inovasi di bidang teknologi tanpa

dibarengi dengan lampu pijar tanpa listrik.

2.2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah salah satu proses di mana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya, sumber daya

yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah

denganb sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi

dalam wilayah atau daerah (Arsyad, 1999 : 298). Tujuan utama dari

ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan dan memperbesar peluang

kerja bagi masyarakat yang ada di daerah.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992:511), proses pembangunan

ekonomi ada empat (4) faktor yang menjadi modal pembangunan :

1. Sumber daya manusia (ketersediaan tenaga kerja, pendidikan dan

motivasi)

2. Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar dan iklim)

3. Pembentukan modal (mesin-mesin dan jalan raya)

4. Tingkat teknologi (pengetahuan, rekayasa, manajemen dan

kewiraswastaan)
Dari keempat hal tersebut masing-masing mempunyai kontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi dan arah terhadap daerah tentang

kebijaksanaan yang mengarah pada pertumbuhan daerah yang diinginkan.

2.3. Sektor Unggulan

Suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor

di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang

dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996).

Sektor unggulan secara definitif adalah sektor yang mampu memenangkan

persaingan atau memproduksi apa yang laku di jual. Jika indeks dominasi

suatu sektor di daerah (Kabupaten Sumba Barat) lebih besar dari indeks

dominasi sektor itu di daerah himpunan (Provinsi Nusa Tenggara Timur),

maka sektor daerah itu dikategorikan unggul dibandingkan sektor yang

sama pada daerah bagian yang lain. Tapi kalau indeks dominasinya lebih

rendah dibandingkan indeks dominasi daerah himpunan (Provinsi Nusa

Tenggara Timur), artinya sektor daerah bagian itu kalah bersaing jika

dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lain di daerah

himpunan (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Dalam suatu daerah, sektor yang

unggul adalah sektor yang memenangkan persaingan dengan sektor yang

sama pada daerah lain dalam daerah himpunan. Hal ini dapat dilihat pada

pangsa / kontribusi setiap sektor pada PDRB atas dasar harga konstan.

Alasan digunakannya PDRB atas dasar harga konstan karena PDRB atas dasar

harga berlaku belum mencerminkan volume produksi daerah, karena volume


produksi daerah inilah yang digunakan sebagai indikator dari aktivitas

ekonomi daerah. Itulah sebabnya mengapa laju pertumbuhan ekonomi

daerah dihitung dari PDRB atas harga konstan.

Sedangkan yang menjadi ciri kekhasan daerah yang lebih diutamakan

adalah keunggulan suatu sektor pada suatu daerah dibandingkan daerah

lain. Untuk mengetahui sektor unggulan tersebut maka digunakan daerah

himpunan menggambarkan kondisi rata-rata seluruh daerah bagian dari

daerah himpunan tersebut. Jika pangsa suatu sektor di daerah lebih besar

dari pangsa sektor itu di daerah himpunan artinya pangsa sektor itu lebih

besar di bandingkan rata-rata pangsa seluruh daerah bagian, sehingga

dapat disimpulkan bahwa sektor daerah itu unggul dibandingkan umumnya

daerah bagian yang lain. Tetapi jika pangsanya lebih rendah dibandingkan

rata-rata pangsa seluruh daerah bagian dari daerah himpunan maka sektor

itu kalah bersaing dibandingkan dengan umumnya daerah lain di daerah

himpunan itu (Yuwono : 1999)

2.4. Sektor Andalan

Adapun pengertian sektor andalan adalah sektor yang mampu

memenangkan persaingan dengan sektor lain secara internal dalam daerah

bagian (Yuwono : 2000). Untuk menentukan sektor andalan digunakan

analisis :

a. Pangsa Kontribusi Sektoral (Pi) yaitu untuk mengetahui seberapa besar

pangsa / konstribusi sektor-sektor usaha ekonomi terhadap PDRB


Kabupaten Sumba Barat.

b. Indeks Dominasi Sektor (IDS) adalah untuk mengetahui sektor dan sub

sektor manakah yang dominan atau tidak dominan, pangsa yang

distandarisasi dengan banyaknya sektor yang diamati yaitu untuk

mengetahui sektor usaha ekonomi apa yang dominan di Kabupaten

Sumba Barat. Adapun kelemahan analisis pangsa dan Indeks Dominasi

adalah bahwa sifat statis, yaitu hanya menganalisis satu titik waktu saja.

Untuk itu diperlukan dukungan analisis dinamis, yang biasanya memakai

laju pertumbuhan sektoral, gi.

c. Laju Pertumbuhan (gi) yaitu untuk mengetahui laju pertumbuhan sektor

tiap tahun. Karena laju pertumbuhan tidak menunjukkan presentase

pertumbuhan berapakah yang dianggap memiliki potensi perkembangan

yang baik di daerah, maka digunakan IPPS.

d. Indeks Potensi Perkembanagan Sektoral (IPPS) yaitu untuk mengetahui

sektor atau sub sektor manakah yang memiliki potensi perkembangan di

atas rata-rata atau tidak memiliki potensi perkembangan.

2.5. Produk Domestik Regional Bruto

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah jumlah nilai seluruh

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu

wilayah. Perencana wilayah sering menggunakan indikator ini untuk

mengevaluasi hasil pembangunan yang telah dilaksanakan dan untuk

menentukan rencana pembangunan di masa yang akan datang.


Menurut (Tarigan : 2003) ada dua sistem penilaian yang digunakan

dalam perhitungan PDRB yaitu :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang

digunakan untuk mengamati struktur ekonomi di wilayah yang

bersangkutan. PDRB atas harga berlaku belum mencerminkan

produktivitas secara riil karena masih dipengaruhi oleh tingkat inflasi

yang terjadi.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan yaitu

untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Apabila dikaji per sektor akan terlihat sektor-sektor yang mengalami

pertumbuhan cepat dan lambat, sehingga akan memberi indikasi sektor

mana yang harus dipacu dan kebijakan apa yang ditempuh untuk

memacunya. Tinggi rendahnya PDRB suatu daerah seringkali dikaitkan

dengan produktivitas sumber daya manusia dan potensi sumber daya alam

yang dimiliki oleh suatu daerah.

2.6 Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh penelitian

terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji

Penelitian ini:

1. Penelitian Yohanis (2006) yang berjudul Analisis Sektor Dan Sub Sektor

Unggulan Di Kabupaten Sumba Barat. Menurut Yohanis (2006) secara


internal, sektor dan sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap PDRB di Kabupaten Sumba Barat dilihat dari : (i) pangsa

sektoral (Pi) yaitu pada sektor pertanian dan sub sektor tanaman bahan

makanan. (ii) Indeks Dominasi Sektor (IDS) yaitu pada sektor pertanian

dengan sub sektor peternakan. (iii) Laju Pertumbuhan Sektoral (gi) yaitu

pada sektor listrik, gas dan air minum dengan sub sektor listrik, (iv)

Indeks Potensi Perkembangan Sektoral (IPPS) yaitu pada sektor listrik,

gas dan air minum dengan sub sektor listrik. Secara eksternal sektor

dan sub sektor yang unggul di Kabupaten Sumba Barat adalah sektor

jasa-jasa, sedangkan secara sub sektor adalah sub sektor tanaman

perkebunan rakyat.

2. Penelitian Kiha (2006) yang berjudul Penentuan Sektor Dan Sub Sektor

Andalan Dan Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara internal,

sektor dan sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap

PDRB di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilihat dari : (i) pangsa sektoral

(Pi) yaitu pada sektor pertanian dan secara sub sektor adalah sub sektor

tanaman bahan makanan, (ii) laju pertumbuhan sektoral (gi) yaitu pada

sektor jasa-jasa dengan sub sektor pemerintahan umum, (iii) indeks

dominasi sektor (IDS) yaitu pada sektor pertanian dengan sub sektor

tanaman bahan makanan, (iv) indek potensi perkembangan sektor (IPPS)

yaitu pada sektor jasa-jasa dengan sub sektor pemerintahan umum,

sektor dan sub sektor yang menjadi unggulan yaitu: (i) static location

quotient (SLQ) yaitu pada sektor pertanian dengan sub sektor tanaman
bahan makanan, (ii) dinamic location quotient (DLQ) yaitu pada sektor

pertanian dengan sub sektor perikanan, sektor yang menjadi andalan

yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran,

3. Penelitian Wunu (2012) yang berjudul Analisis Penentu Komoditi Basis

Sektor Unggulan Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di

Kabupaten Sumba Barat. Menurut Wunu (2012) secara internal, sektor

dan sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB di

Kabupaten Sumba Barat dilihat dari : (i) Locationt Quostiont (LQ) yaitu

pada sektor pertanian dan sub sektor tanaman bahan makanan. Sektor

dan sub sektor yang mempunyai pangsa lebih besar (LQ>1) yaitu :

tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran,

bank dan pemerintahan umum. (ii) Shift Share Analiysis (SSA) yaitu

sektor tanaman pangan, peternakan, industri pengolahan dan

pemerintahan umum. Diantara sektor-sektor tersebut, terdapat tiga

sektor utama yang memiliki peran besar dalam mendorong

perekonomian wilayah yaitu tanaman pangan, peternakan, serta industri

pengolahan.

4. Penelitian Tehik (2013) yang berjudul Potensi Ekonomi Sektoral Di

Kabupaten Sumba Timur. Menurut Tehik (2013) secara internal, sektor

yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB di Kabupaten

Sumba Timur dilihat dari : (i) Indeks Dominasi Sektor (IDS) yaitu pada

sektor pertanian, (ii) Laju Pertumbuhan Sektoral (gi) yaitu pada sektor

listrik, gas dan air bersih, (iii) Indeks Potensi Perkembangan Sektoral
(IPPS) yaitu pada sektor listrik, gas dan air bersih. Secara eksternal

sektor dan sub sektor yang unggul di Kabupaten Sumba Timur adalah

sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.

Walaupun penelitian mengenai sektor unggulan telah banyak

dilakukan, tetapi penelitian ini dapat dikatakan memiliki perbedaan

dengan penelitian terdahulu antara lain obyek penelitian, periode waktu,

jenis data dan alat analisis yang akan digunakan adalah Indeks Dominasi

Sektoral (IDS), Indeks Potensi Perkembangan Sektoral (IPPS), Static

Location Quotient (SLQ), dan Dinamic Location Quotient (DLQ).

Penelitian ini lebih fokus untuk mengetahui sektor/komoditi apa yang

menjadi comperative advantage (keunggulan komparatif) di wilayah

Kabupaten Sumba Barat artinya bahwa komoditi apa yang mampu

bersaing di pasar global. Sedangkan penelitian sebelumnya lebih

melihat sektor basis dan non basis serta komoditi yang perlu

dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan minimal wilayah.

Anda mungkin juga menyukai