Anda di halaman 1dari 4

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angular cheilitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang melibatkan
komisura bibir dan dikenal sebagai commissural cheilitis, angular stomatitis, perleche
atau cheilosis. Walaupun angular cheilitis bukan suatu masalah yang membahayakan
namun dapat mempengaruhi rasa nyaman seseorang dalam aktivitas keseharian seperti
rasa sakit bila tertawa, makan dan minum. Anak-anak yang menderita angular cheilitis
juga akan sulit untuk makan sehingga asupan gizi berkurang sekaligus menyebabkan
daya tahan tubuh mereka menurun.1-4
Prevalensi angular cheilitis menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan angka yang cukup tinggi. Angka kejadian angular cheilitis secara umum
yang paling sering dijumpai adalah pada anak dan juga orang tua yang disebabkan
faktor defisiensi nutrisi serta pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat.2,3 Hasil laporan
tahunan kesehatan mulut Amerika Serikat tahun 2002 melaporkan bahwa sebanyak
2,5% orang dewasa menderita angular cheilitis, sedangkan pada survei penelitian di
Kushalnagar, India didapati anak yang berasal dari Tibet menunjukkan tingkat
prevalensi angular cheilitis yang tinggi sebanyak 15,3%.4,5 Menurut Feng, prevalensi
lesi mukosa oral di Shanghai adalah 10,8% dan di antara lesi mukosa oral yang sering
terjadi adalah angular cheilitis sebanyak 0,86%.6 Prevalensi angular cheilitis di
Indonesia belum jelas diketahui.7
Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan infeksi fungal dimana angular
cheilitis merupakan salah satu bentuk kandidiasis oral.7 Faktor utama penyebab angular
cheilitis adalah mikroorganisme yang disebabkan agen infeksi fungal dan bakterial.1,2
Angular cheilitis dapat juga terjadi pada pasien yang mempunyai kebiasaan menjilat
bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut. Selain
2

itu, angular cheilitis dapat terjadi karena oklusi yang salah serta biasanya dihubungkan
dengan kandidiasis atrofik kronis karena pemakaian gigi tiruan.8
Agen infeksi atau mikroorganisme merupakan penyebab utama dari angular
cheilitis, dimana sebagian besar penyebab angular cheilitis adalah infeksi kombinasi
dari kandida albikans dan stafilokokus aureus namun angular cheilitis lebih sering
terjadi karena infeksi fungal.7 Penumpukan saliva yang telah terkontaminasi oleh
mikroorganisme tersebut menyebabkan terjadi infeksi pada sudut mulut sehingga timbul
inflamasi ringan yang secara klinis ditandai dengan fisur merah pada sudut mulut.4
Ohman dan Jontell menyatakan bahwa ada hubungan antara kandida albikans dan
stafilokokus aureus dengan kasus angular cheilitis. Penelitian tersebut mengevaluasi
mikroba dan perawatan antimikroba untuk angular cheilitis dimana setelah dilakukan
pemeriksaan awal, pasien diberi obat atau salep yang mengandung nistatin serta krim
asam fusidat. Lesi yang dirawat dengan nistatin sembuh setelah 28 hari.9
Devani dan Barankin menyatakan bahwa perawatan angular cheilitis dapat
dilakukan dengan menghilangkan faktor etiologi utama. Jika faktor etiologi angular
cheilitis adalah mikroorganisme dari agen infeksi seperti stafilokokus aureus, maka
perawatan topikal antara mupirosin atau krim asam fusidat dengan 1% krim
hidrokortison sangat baik dan efisien. Apabila angular cheilitis disebabkan oleh kandida
maka salep antifungal seperti ketokonazol perlu diberikan untuk merawat lesi tersebut.10
American Dental Association (ADA) menyebutkan bahwa salah satu pengobatan
angular cheilitis adalah dengan krim antifungal topikal sedangkan literatur lain
merekomendasikan antifungal termasuk nistatin, tablet hisap klotrimazol, atau
flukonazol dosis tunggal 200 mg. Walaupun angular cheilitis dapat disebabkan oleh
stafilokokus aureus, namun menurut beberapa literatur, angular cheilitis lebih sering
dirawat dengan antifungal topikal dibandingkan antibakterial topikal.10,11
Berdasarkan beberapa penelitian dan fakta di atas, terlihat bahwa kandida albikans
dan stafilokokus aureus adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya
angular cheilitis. Di Indonesia khususnya di kota Medan, penelitian yang berkaitan
dengan perawatan angular cheilitis masih kurang. Oleh karena itu peneliti merasa perlu
melakukan penelitian tentang perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara
3

pemberian nistatin dan mikonazol topikal yang akan diuji pada pasien penderita angular
cheilitis yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara
(RSGM USU).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:
Apakah ada perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin dan
mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian
nistatin dan mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.

1.4 Hipotesis
Ada perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin topikal
dan pemberian mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Manfaat Teoritis
a. Sebagai tambahan pengetahuan bagi tenaga medis mengenai kandida albikans
sebagai penyebab angular cheilitis.
b. Sebagai tambahan informasi bagi tenaga medis mengenai obat yang dapat
digunakan pada perawatan angular cheilitis.

1.5.2 Manfaat Praktis


a. Sebagai tambahan pengetahuan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan
edukasi tentang penyebab utama angular cheilitis.
4

b. Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi tenaga kesehatan untuk merawat
angular cheilitis dengan menggunakan obat sesuai penyebab angular cheilitis.

Anda mungkin juga menyukai