BAB 1
PENDAHULUAN
itu, angular cheilitis dapat terjadi karena oklusi yang salah serta biasanya dihubungkan
dengan kandidiasis atrofik kronis karena pemakaian gigi tiruan.8
Agen infeksi atau mikroorganisme merupakan penyebab utama dari angular
cheilitis, dimana sebagian besar penyebab angular cheilitis adalah infeksi kombinasi
dari kandida albikans dan stafilokokus aureus namun angular cheilitis lebih sering
terjadi karena infeksi fungal.7 Penumpukan saliva yang telah terkontaminasi oleh
mikroorganisme tersebut menyebabkan terjadi infeksi pada sudut mulut sehingga timbul
inflamasi ringan yang secara klinis ditandai dengan fisur merah pada sudut mulut.4
Ohman dan Jontell menyatakan bahwa ada hubungan antara kandida albikans dan
stafilokokus aureus dengan kasus angular cheilitis. Penelitian tersebut mengevaluasi
mikroba dan perawatan antimikroba untuk angular cheilitis dimana setelah dilakukan
pemeriksaan awal, pasien diberi obat atau salep yang mengandung nistatin serta krim
asam fusidat. Lesi yang dirawat dengan nistatin sembuh setelah 28 hari.9
Devani dan Barankin menyatakan bahwa perawatan angular cheilitis dapat
dilakukan dengan menghilangkan faktor etiologi utama. Jika faktor etiologi angular
cheilitis adalah mikroorganisme dari agen infeksi seperti stafilokokus aureus, maka
perawatan topikal antara mupirosin atau krim asam fusidat dengan 1% krim
hidrokortison sangat baik dan efisien. Apabila angular cheilitis disebabkan oleh kandida
maka salep antifungal seperti ketokonazol perlu diberikan untuk merawat lesi tersebut.10
American Dental Association (ADA) menyebutkan bahwa salah satu pengobatan
angular cheilitis adalah dengan krim antifungal topikal sedangkan literatur lain
merekomendasikan antifungal termasuk nistatin, tablet hisap klotrimazol, atau
flukonazol dosis tunggal 200 mg. Walaupun angular cheilitis dapat disebabkan oleh
stafilokokus aureus, namun menurut beberapa literatur, angular cheilitis lebih sering
dirawat dengan antifungal topikal dibandingkan antibakterial topikal.10,11
Berdasarkan beberapa penelitian dan fakta di atas, terlihat bahwa kandida albikans
dan stafilokokus aureus adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya
angular cheilitis. Di Indonesia khususnya di kota Medan, penelitian yang berkaitan
dengan perawatan angular cheilitis masih kurang. Oleh karena itu peneliti merasa perlu
melakukan penelitian tentang perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara
3
pemberian nistatin dan mikonazol topikal yang akan diuji pada pasien penderita angular
cheilitis yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara
(RSGM USU).
1.4 Hipotesis
Ada perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin topikal
dan pemberian mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.
b. Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi tenaga kesehatan untuk merawat
angular cheilitis dengan menggunakan obat sesuai penyebab angular cheilitis.