PENDAHULUAN
Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik, dan
juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling rawan
dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti
produk mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi,
1
dan mekanis.
bidang kedokteran gigi semakin berkembang, namun berbagai penyakit gigi dan mulut
juga emakin beragam. Berbagai penyakit yang bisa dikatakan masih awam atau asing
dapat diterapkan pada masyarakat. Tetapi, penyakit- penyakit yang sudah tidak
asing lagi tetap menjadi polemik dalam bidang kedokteran gigi, karena tidak jarang kita
dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi, lidah,
saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya
1
meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman,
tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan
mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Masyarakat akan sadar pentingnya
kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit.
Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang
kesehatan
2
seseorang.
Salah satu penyakit yang sudah tidak asing lagi ialah stomatitis. Stomatitis
dapat disebabkan oleh rangsangan mekanik, termal, kimia, dan fisik. Selain itu
juga disebabkan karena malnutrisi, diabetes, dan sistem hemopoietik. Faktor- faktor
lainnya yang meyebabkan stomatitis adalah protesa yang tidak tepat, benda asing,
2
makan atau minum yang panas, pengaruh alkali dan juga asam.
Stomatitis dapat menyerang segala usia termasuk pada anak. Kesadaran anak
dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah, dimana faktor
peran orangtua merupakan hal yang dominan. Peran serta orangtua sangat diperlukan
kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu, orangtua
mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah terjadinya berbagai penyakit
gigi
3
dan mulut pada anak.
merupakan lesi yang ditandai dengan keretakan atau fisur pada sudut mulut. angular
cheilitis disebut juga cheilitis, angular stomatitis atau perleche dimana penderitanya
2
mencapai jutaan diseluruh dunia. angular cheilitis juga ditandai dengan ulser yang
3
pecah- pecah. Meskipun tidak membahayakan kehidupan atau benar- benar
menular, ulser pada sudut bibir ini sangat mengganggu estetik dan membuat penderita
4
malu dan memberikan dampak sosial.
Ada berbagai alasan mengapa angular cheilitis terjadi. Hal ini dapat disebabkan
oleh infeksi jamur atau infeksi bakteri atau virus, dan malnutrisi atau kekurangan gizi.
angular cheilitis sering terjadi pada anak dikarenakan kekurangan gizi. Kekurangan
5
gizi memiliki dampak yang besar, salah satunya gangguan kesehatan.
Kesehatan adalah hak asaasi manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan
perhatian. Hal ini diketahui dari masih tingginya status gizi kurang pada anak. WHO
memperkirakan bahwa anak- anak yang kekurangan gizi sejumlah 181,9 juta (32%) di
Negara yang sedang berkembang. Di Asia Selatan bagian tengah dan Afrika
Timur, kira- kira setengah dari anak- anak mempunyai kemunduran pertumbuhan,
dibandingkan dengan
5
umurnya.
setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa
dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena
pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat
4
gizi pada masa selanjutnya
5
terpenuhi.
5
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi
penerus bangsa. Kualitas sumber daya manusia bangsa di masa depan ditentukan oleh
anak- anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah
yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik
serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan
makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul
masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang.
Penyimpangan
ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan sistem tubuh anak
4,5
vitamin B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6 (pyridoxine), atau
vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan kekurangan zat besi dapat menyebabkan seorang
6
anak mengalami angular cheilitis.
psikologi. Mereka akan terisolasi dan tak seorangpun ingin berbicara dengan mereka
karena mereka berbeda. Perilaku ini akan memberikan dampak serius pada
perkembangan psikologis anak karena kepercayaan diri anak akan turun. Implikasi
psikologis dari kondisi kulit bisa cukup mendalam ketika pasien tersebut adalah anak –
6
anak.
6
Karena itu, mengetahui hubungan status gizi dan Angular cheilitis dapat
dengan keadaan status gizi anak yang bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut “Hubungan Status Gizi dengan Angular Cheilitis pada Anak”
a. Bagi peneliti
b. Bagi masyarakat
angular cheilitis
7
c. Bagi instansi terkait
Menjadi bahan masukan untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan mulut
dan upaya kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar.
1.5 HIPOTESIS
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut
kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya
seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan
7
disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat
tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak
berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang
keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan
8
saat mulut dibuka. Hal ini terlihat pada gambar1.
9
Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang
cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular
cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok
usia tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik
anak- anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis
kelamin. Usia
7
yang paling sering ialah decade 4,5, dan 6.
perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika
penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi
monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga
7
beberapa tahun, tergantung etiologinya.
A. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang awalnya
terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab dimulut dan bisa
menyebabkan rasa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan
mengubah indera perasa. Kandidiasis lebih sering terjadi pada anak yang masih
muda dan orangtua dan juga pada orang yang sistem imunnya sangat rendah. Hal ini
bisa dipicu oleh perawatan antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri
10
mulut. Jika antibiotik adalah
11
etiologinya, dokter gigi harus segera mengurangi dosis atau mengubah pengobatan.
8
Anti jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi gangguan kesehatan ini.
B. Trauma
Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti mekanik, kimia, dan
2. Peralatan ortodonti
Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi, bentuk dan
ukuran ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi biasanya
mulai sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain dari
9
ulserasi harus dicurigai.
C. Gigi Tiruan
anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau sebagian dengan stabilitas yang tidak
baik, kehilangan vertikal dimensi atau lingual yang terletak pada gigi anterior,
kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa memakai gigi tiruan. Pada
kasus ini, pasien sering mengalami bilateral angular cheilitis dan dengan periode yang
lama. Selain itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik dapat
memenuhi sudut
12
mulut dan terjadi infeksi. Bagian- bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan
oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan angular cheilitis. Selain itu, gigi
tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan saliva menumpuk pada sudut mulut dan
infeksi. 8
Angular cheilitis disebabkan oleh kekurangan zat besi dan beberapa jenis
vitamin. Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada
masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat
produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini makin
menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada. Hasil-
gizi pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada dewasa yang
Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin dan
10
defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.
anemia. Mengingat tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek
13
negatifnya, maka suplementasi zat gizi seperti zat besi pada anak- anak akan sangat
14
secara praktis sulit meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola makan bayi yang ada
selama ini. Beberapa makanan yang diberikan pada anak cenderung menghambat
penyerapan zat besi seperti asam filtrat yang terkandung di dalam padi- padian dan
11
susu sapi yang dapat menurunkan absorbsi zat besi.
Sampai saat ini, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah gangguan
nutrisi yang paling umum di dunia dan mempengaruhi lebih dari 700 juta orang d i
dunia. ADB lebih banyak terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia.
Diperkirakan pada negara berkembang terjadi sebesar 36% atau sekitar 1,4 milyar
populasi. Walaupun pada pria dewasa juga memiliki resiko terjadinya ADB, namun
resiko terbesar adalah pada masa bayi, prasekolah, remaja, dan wanita usia
11
reproduktif.
Diet zat besi ditemukan terutama dalam daging. Zat besi sangat penting untuk
Kebanyakan zat besi hadir dalam hemoglobin, beberapa disimpan dalam mkrofag
dalam hati dan limpa sebagai feritin dan haemosiderin. Zat besi diangkut sebagai
transferin. Defisiensi dapat timbul dari penyebab makanan atau serapan, tetapi biasanya
merupakan konsekuensi dari kehilangan darah yang kronis. Kekurangan zat besi
berpengaruh cepat,
dan membagi sel- sel seperti sumsum tulang dan mukosa otal.
10,11
serum tingkat rendah. Manifestasi oral mukosa kekurangan zat besi yang umum dan
termasuk glossitis, stomatitis angular, dan burning mouth sindrom. Atrofi glossitis
ditemukan di hingga 40% dari pasien yang kekurangan zat besi. dan angular cheilitis
15
sebesar 15 %
16
dari pasien yang kekurangan zat besi. Sekitar sepertiga dari pasien memiliki lidah yang
10,11
terasa sakit.
jaringan tubuh, mengangkut elektron dalam sel dan dalam mensintesis enzim yang
11,12
memproduksi energ i selluler.
Keseimbangan zat besi ditentukan oleh simpanan zat besi di dalam tubuh,
absorbsi zat besi dan zat besi yang hilang. Sedikitnya 2/3 zat besi dalam tubuh
merupakan zat besi yang bersifat fungsional, kebanyakan dalam bentuk hemoglobin.
Selama masa sirkulasi sel darah merah, beberapa sebagai mioglobin di dalam sel
otot dan sebagian ada didalam enzim yang mengandung zat besi. Paling banyak sisa zat
besi dalam tubuh disimpan dalam bentuk cadangan zat besi (bentuk ferritin dan
hemosiderin) yang berfungsi sebagai cadangan zat besi yang rendah yang disebabkan
Defisiensi zat besi merupakan kekurangan zat gizi yang biasa terjadi di negara
berkembang dan industri. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat besi, dapat
konsentrasi hemoglobin dalam darah sampai kadar dibawah 11 g/dl. Cut off point
11,12
hemoglobin anak usia 6 bulan- 6 tahun adalah 11 gr%.
metabolisme energi dan fungsi kekebalan yang akan berpengaruh pada fungsi
17
kognitif
18
dan perkembangan motorik. Defisiensi zat besi juga berhubungan dengan menurunnya
sistem kekebalan yang terjadi selama defisiensi zat besi. Konsekuensi dari perubahan
fungsi kekebalan adalah resistensi terhadap penyakit infeksi. Pada anak- anak
menurunnya kemampuan
10,11,12
belajar.
Laki- laki 13
wanita 12
Wanita hamil 11
Defisiensi zat besi umumnya terjadi pada usia 6-12 bulan atau 1-2 tahun, yaitu
70% kebutuhan zat besi pada usia 6- 12 bulan dan 50% kebutuhan zat besi pada usia 1-
2 tahun terjadi saat pertumbuhan jaringan yang cepat. Pada tahun pertama kehidupan,
kebutuhan sseorang bayi untuk mengabsorbsi zat besi sama besarnya dengan
11
kebutuhan seorang laki- laki dewasa, yang mana hal ini sulit untuk dipenuhi.
Prevalensi tertinggi defisiensi zat besi terjadi bersamaan dengan saat terakhir
pertumbuhan otak anak (6-24 bulan), yaitu pada saat terbentuknya kemampuan
19
kognitif
20
dan motorik. Kandungan zat besi dalam otak pada saat lahir hanya 10 % dan 50% pada
usia 10 tahun. Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak- anak yang menderita
defisiensi zat besi hasil tes psikomotornya kurang baik dibandingkan anak- anak yang
11,12
tidak anemia.
Selain itu, jika terjadi defisiensi zat besi pada usia 6- 24 bulan yaitu, pada saat
11,12
energi dan pertumbuhan fisik.
2. Defisiensi Vitamin B
cheilitis.
a) Defisiensi Vitamin B 12
ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B12
biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan faktor intrinsik
lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis
dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah pada tahap
awal kekurangan dan pada akhirnya menyebar dengan fissuring yang disebut
dengan atrofi papiler. Angular stomatitis, apthae, dan lesi erosi juga dapat
dilihat.
13
Beberapa pasien mungkin memiliki burning mouth sindrom.
21
Vitamin B12 diperlukan sebanyak 2 mikro-gram perhari. Sumber utama
vitamin B12 hanya ditemukan di dalam daging hewan dan prduk- produk hewani.
Orang yang hanya makan sayuran dapat melindungi diri sendiri melawan
defisiensi dengan menambah konsumsi susu, keju,dan telur. Hal ini berarti
sekitar satu cangkir susu atau satu butir telur untuk satu harinya. Untuk seorang
vegetarian yang tidak memakan semua produk dari hewan dapat memperoleh
sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi yang sudah ditumbuhkan dalam
Gambar 2. Telur
(sumber:Koop J. Nutrition for human(internet).
Available
from:http://www. naturalfood.com/ac.html. Accessed 27 Dec 2010)
Fungsi vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang
berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi
dan melindungi serta syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu
juga berperan dalam aktivitas dan metabolisme sel- sel tulang. Vitamin B12 juga
22
dibutuhkan
23
untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel- sel darah merah.
13,14
sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa vitamin B12, folat tidak
dapat berperan dalam pembentukan sel- sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya
adalah sel- sel darah merah menjadi belum matang (immature) yang menunjukkan
sintesis DNA yang lambat. Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi system
itu juga
11,13,14
dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit.
2.Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin yang dibutuhkan dalam tubuh ialah sebesar 0,6 mg/1000 kkal
perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak- anak dan wanita hamil
Riboflavin ditemukan dalam sayuran, daging, susu, dan ikan. Berfungsi sebagai
mononukleotida,
13,14
terlibat dalam metabolisme oksidatif.
Sumber- sumber utama vitamin B2 ialah susu dan produk- produk susu,
misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu
ketersediaannya dalam makanan sehari- hari sangat penting. Hampir semua sayuran
hijau dan biji- bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam merupakan
24
13,14
sumber yang baik.
25
Gambar 3. Makanan mengandung vitamin B2
(Sumber:James C. Healthy food(Internet). Available from
:http://www. dishes.com/ac.ht ml.
Accessed 20 Dec 2010)
ke dermatitis seboroik, vaskularisasi kornea, dan anemia dan manifestasi mukosa mulut
serupa dengan mereka kekurangan vitamin B 12. Angular cheilitis,glossitis dan ulserasi
10,13,14
oral telah dicatat dalam kekurangan vitamin B2.
3. Vitamin B3 (Niaci)
dibutuhkan perhari oleh manusia. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh dalam
makanan, termasuk niasin yang secara teori dibuat dari prekusor asam amino
14,15
tryptophan. 60 mg tryptophan dapat menghasilkan 1 mg niasin.
Sumber utama vitamin B3 ialah daging, unggas (ayam, itik) dan ikan merupakan
sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji- bijian) yang telah diperkaya.
Jamur, asparagus dan sayuran hijau merupakan sumber yang paling baik. Fungsi
vitamin ini ialah membentuk Dua Koenzim yang dibantu oleh NAD dan NADP
dibutuhkan
26
untuk beberapa aktivitas metabolisme, terutama metabolisme glukosa, lemak dan
membentuknya dari asam amino tryptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem
14
saraf dan sistem pencernaan.
menunjukkan gejala seperti dermatitis, diare dan dementia. Hal ini meluas di bagian
selatan Amerika Serikat pada awal 1900. Gejala kekurangan niasin lainnya adalah
kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. Kulit dapat
Keracunan niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada
sistem saraf, lemak darah dan gula darah. Gejala- gejala seperti muntah, lidah
membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh pada
14,15
fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah rendah.
27
4.Vitamin B6 (pyridoxine)
sehingga konsumsi sehari- hari harus sebanding dengan konsumsi protein karena
protein dibuat dari asam amino. RDA untuk vitamin B6 adalah 0,16 mg/m protein.
15
Rata- rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/hari untuk wanita.
Sumber utamanya ialah daging, ikan, dan unggas seperti itik, ayam yang
merupakan sumber utama vitamin B6. Sumber yang lain ialah kentang, beberapa
sayuran hijau dan buah berwarna ungu. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme
asam amino dan asam lemak. Vitamin B6 membantu tubuh untuk mensintesis asam
15
amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah.
sifat lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan pertumbuhan,
14,15
kerusakan fungsi motorik dan angular cheilitis.
kekurangan
14,15
vitamin B12 dengan angular cheilitis dan kadang- kadang ulserasi.
28
E. Manifestasi berbagai penyakit sistemik
seluruh tubuh dan menunjukkan tanda- tanda dan gejala oral yang spesifik,
16
seperti:
9
besi memiliki kecenderungan untuk beberapa penyakit mukosa oral. yaitu
meliputi:
a) Ulserasi apthous
Hal ini penting untuk memikirkan defisinesi zat besi, anemia pada
9
zat besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab lain harus diselidiki.
29
F. Infeksi Virus
Tidak seperti bakteri yang terdiri dari sel tunggal dan mampu
berkembang secara mandiri, virus terdiri dari fragmen nuklir kecil dikelilingi
oleh lapisan protein. Mereka tidak dapat membagi atau mereplikasi sendiri dan
untuk dapat bertahan harus mendapatkan akses hidup di dalam sel- sel
16
hospes.
untuk mereproduksi dan dan dalam prosesnya sering merusak sel inang. Dalam
kasus lain, tuan rumah akan menghancurkan virally sel yang terinfeksi dalam
16,17
rangka mengkilangkan virus.
banyak klinis fitur dari infeksi virus yang mempengaruhi rongga mulut. Waktu
yang dibutuhkan bagi virus untuk menginfeksi host, replikasi dan untuk
kerusakan sel dan dengan demikian gejala klinis mungkin terjadi banyak hal,
3-
tuan rumah telah merespon kekebalan tubuh yang efektif dan infeksi
hari. Pada infeksi virus umumnya mempengaruhi kelompok usia yang lebih
muda dan infeksi virus yang terjadi pada kelompok usia yang lebih tua
kemungkinan
imunosupresi yang
30
16,17
mendasarinya.
31
2.3 Status Gizi dan Angular Cheilitis
Angka kecukupan gizi (AKG) yang tidak dapat terpenuhi dapat menyebabkan
terjadinya keadaan kurang gizi yang disebabkan oelh rendahnya konsumsi energy dan
protein dalam makanan sehari- hari atau disebut dengan kekurangan energy protein
yang pertama sekali dikenal pada tahun 1920 dan paling sering terjadi di negara yang
manapun
Pemeriksaaan mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang
keadaan gizi pasien. Dokter gigi dapat menjadi orang pertama yang menemukan tanda
klinis dari kekurangan gizi, yang mempunyai efek bukan hanya di mulut, tetapi juga
kesehatan secara umum dan fungsi mental. Oleh karena itu, dokter gigi hanya mengenal
18,19
manifestasi mulut dari kekurangan gizi.
cheilitis karena kekurangan gizi sering dijumpai pada anak- anak yang masih muda
pada dekade pertama dan kedua kehidupan. Terdapat perdebatan tentang penyebab
angular cheilitis dan banyak faktor yang diduga tentang patogenitas dari keadaan ini,
termasuk kekurangan gizi dan infeksi. Kekurangan gizi dapat karena kekurangan
vitamin B2, riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat, dan bioti.
Kekurangan vitamin B
32
Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan kekurangan gizi terjadi besi
bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi
dan
33
kelateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fisur yang
18
tajam, vertical dari tepi vermillon bibir dari area kulit yang berdekatan.
Biasanya tidak ada tanda inflamasi pada tepi lesi. Secara klinis, epitel
pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih
jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam, berulserasi tetapi
cenderung berdarah. Walaupun dapat terbentuk krusta eksudatif superfisial, fisur ini
berhenti pada
18,19
mucocutaneus junction.
Memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat
anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi,selaras dan seimbang.
Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai
dengan kondisi ekonomi,sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang
artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan
makanan seperti kabohidrat, protein dan lemak. Karena besarnya variasi kebutuhan
Pemberian makanan pada anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan tetapi
Ketiga hal
35
tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya
jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai untuk anak. Contoh, pemberian
makanan jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya kurang mengandung
11,18,19
nilai gizi yang baik.
Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat
kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik
Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga
11,18,19
memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya.
Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah
adalah penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar.
mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu gelas susu
dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya
anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap dan seimbang)
misalnya : arem-arem, mi goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu
makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak terbatas. Makan malam merupakan
36
2.5 Penilaian Status Gizi
Secara sederhana dapat dijelaskan pengertian gizi yaitu segala asupan yang
diperlukan agar tubuh menjadi sehat. Gizi diperlukan oleh tubuh manusia untuk
kecerdasan otak dan kemampuan fisik. Gizi diperoleh dari asupan makanan yang
20
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
status gizi dapat diaplikasikan, seperti penapisan (screening), penilaian status gizi
perorangan untuk keperluan rujukan, dari kelompok masyarakat atau dari puskesmas,
dalam kaitannya dengan tindakan atau intervensi. Dapat pula digunakan untuk
penyuluhan. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat dalam rangka mengevaluasi suatu program atau sebagai bahan perencanaan
37
Ada berbagai cara yang dilakukan untuk menilai status gizi, salah satunya
saja dengan hanya memerlukan lati-han yang cepat dan sederhana. Beberapa macam
program maupun penelitian, adalah BB dan TB. Yang menjadi obyek pengukuran
antropometri, pada umumnya anak-anak dibawah umur lima tahun (balita). Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks
20,21
yang dikaitkan dengan variabel lain, seperti :
38
Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki buku rujukan atau nilai
patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau kelompok. Jika antropometri
ditujukan untuk mengukur seseorang yang kurus kering , kecil pendek, atau
keterhambatan pertumbuhan, maka indeks BB/TB dan TB/U adalah yang cocok
20,21
digunakan.
Alternatif pengukuran lain yang juga banyak digunakan adalah indeks BB/U,
atau melakukan penilaian gizi dengan membandingkan berat badan dan usia pada saat
pengukuran. Penggunaan indeks BB/U ini sangat mudah dilakukan akan tetapi kurang
Provinsi
20,21
Sulawesi Selatan.
Dilaporkan
Total 1847 18
Tabel 2. Distribusi kasus gizi buruk per Provinsi. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan
Provinsi- Januari- December 2005
39
BAB III
Defisiensi Vitamin B
dan Defisiensi Zat
Besi pada Anak
MALNUTRISI
ANGULAR CHEILITIS
40
III.2 KERANGKA KONSEP
Keterangan:
Variabel Bebas
Variabel Akibat
Variabel Antara
41
3.3.ALUR PENELITIAN
Pemeriksaan
angular cheilitis Pemeriksaan
angular cheilitis
Ya Tidak Ya Tidak
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
HASIL HASIL
BAB IV
Metode Penelitian
A. Jenis penelitian
Observasional Analitik
B. Lokasi penelitian
Puskesmas Cendrawasih
C. Waktu penelitian
D. Subjek penelitian
E. Kriteria sampel :
2. Anak usia 6 -11 tahun yang pernah dan sedang mengalami angular cheilitis
31
F. Variabel
Alat :
1. Nama
2. Usia
3. Berat Badan
4. Alamat
5. Pekerjaan orangtua
H. Definisi operasional
1. Angular cheilitis : lesi yang ditandai dengan adanya fisur, retak- retak
32
2. Kekurangan Gizi : ketidakseimbangan antara suplai makanan dan
ditandai dengan berat badan yang tidak sesuai dengan standar antropometri
I. Kriteria Penilian
J. Pengambilan Data:
b. Jenis data adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari objek
yang diteliti.
distribusi
33
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian hubungan antara status gizi dan angular cheilitis yang
dengan keadaan klinis pada 28 anak dengan gizi buruk yag menderita angular cheilitis
sebanyak
Pada 18 anak yang sedang dalam proses perbaikan gizi terlihat adanya
angular cheilitis. Sebanyak 8 anak (20%) yang dalam proses perbaikan gizi menderita
angular cheilitis dan yang telah sembuh total sebanyak 4 anak (10%).
USIA
34
9 3 7.5 7.5 82.5
10 4 10.0 10.0 92.5
11 3 7.5 7.5 100.0
terbanyak yaitu 15 anak (37,5 %). Anak usia 8 tahun menempati posisi kedua, yaitu
sebesar 9 anak. Usia 7 tahun menempati posisi ketiga dan berturut- turut diikuti
anak usia 10, 9, dan 11 tahun. Total sampel penelitian ialah 40 anak.
Untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu
pada Standar World Health Organization (WHO). Hal ini juga telah ditetapkan dalam
Nomor:
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut Umur
35
severely
36
underweight (gizi buruk). Status gizi pada penelitian ini hanya mengambil status
gizi baik dan status gizi buruk, tidak memisahkan gizi kurang dan gizi cukup.
Adapun kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks Antropometri:
Obesitas >2 SD
Berdasarkan pengukuran berat badan sampel, anak dengan frekuensi gizi buruk
(70.%) lebih besar daripada gizi baik yaitu sebesar 30%. Cara perhitungan dilakukan
37
Tabel 3. Tabel Status Angular Cheilitis Sampel
di puskesmas cendrawasih, yaitu sebanyak 25 anak dari total sampel 40 anak (62,5%)
Ya Tidak
Total Jumlah 25 15 40
% dengan status gizi 62.5% 37.5% 100.0%
% total 62.5% 37.5% 100.0%
38
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa anak dengan status gizi buruk
yang menderita angular cheilitis sebanyak 42,5 % , sedangkan yang tidak mengalami
angular cheilitis sebanyak 27,5 %. Tabel diatas juga menunjukkan anak dengan status
gizi yang dalam proses perbaikan , yaitu sebesar 20,0% untuk anak dengan angular
cheilitis sedangkan yang tidak mengalami angular cheilitis sebesar 10 %. Total anak
dengan angular cheilitis baik yang bergizi buruk maupun yang masih dalam proses
perbaikan ialah 62,5 % dan anak dengan tidak mengalami angular cheilitis sebesar
37,5
%.
Nilai ekspektasi pada tabel diatas menunjukkan angka 0,1 yang berarti
hasil penelitian menunjukkan angka yang signifikan atau berarti. Tabel diatas
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara status gizi dan angular cheilitis.
39
BAB VI
PEMBAHASAN
untuk mengetahui hubungan antara status gizi anak dengan angular cheilitis. Status gizi
memiliki penilaian antropometri yang kemudian dijadikan acuan dalam menilai status
gizi seorang anak. Status gizi tersebut memiliki tabel penilian tersendiri dengan
penilaian 6 kategori, sangat kurang gizi (-3 SD), cukup kurang gizi (-2 SD), kurang
gizi (-1SD), normal (Median), Cukup normal (1 SD), sangat normal (2 SD), Obesitas (3
SD).
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan penilaian indeks gizi buruk dan
gizi baik dengan menggunakan timbangan. Berat badan. Setelah mencatat berat badan
anak, peneliti kemudian memeriksa keadaan sekitar rongga mulut pasien, apakah anak
tersebut menderita angular cheilitis. Selain itu, pada anak juga ditanyakan apakah
pernah mengalami angular cheilitis dengan menunjukkan gambar anak yang sedang
mengalaminya atau jika anak tidak mengerti peneliti menanyakan kepada orangtua
yang mengantar.
Banyak variasi jawaban yang diberikan oleh anak maupun orangtuanya. Pada
menyatakan bahwa peneliti tidak melihat apakah angular cheilitis tersebut telah masuk
dalam fase mengalami penyembuhan atau baru saja menjadi lesi. Sehingga,
setelah dilakukan
pemeriksaan, angular cheilitis tersebut sangat variasi, dari lesi kecil hingga lesi
Status Gizi dikaitkan dengan Angular cheilitis karena salah satu etiologi
utama angular cheilitis ialah defisiensi nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
menurunnya system imun anak, sehingga berbagai virus dan bakteri dengan
mudah menyerang pertahanan tubuh anak. Salah satunya ialah menyebabkan angular
Angular Cheilitis ditemukan pada sudut mulut pada pertemuan kulit wajah dan
bibir. Inflamasi, rasa terbakar, kemerahan dan ulserasi atau celah merupakan
karakteristik masalah kulit bibir dari angular cheilitis, yang juga dikenal sebagai
cheilitis, angular stomatitis, atau Perleche. Keadaan ini tentunya akan menggangu
konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari- hari. Ukuran dan berat badan
anak terutama sensitive akan masukan protein dan energy serta vitamin. Oleh Karena
itu ukuran status gizi dengan indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat
badan/umur.
Pemeriksaan mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang
keadaan gizi anak. Seorang dokter gigi dapat menemukan tanda klinis dari kekurangan
gizi, yang mempunyai efek bukan hanya di mulut, tetapi juga kesehatan secara
umum
dan fungsi mental. Oleh karena itu, dokter gigi harus mengenali manifestasi mulut
Terdapat perdebatan tentang penyebab angular cheilitis dan banyak factor yang
diduga tentang patogenitas dari keadaan ini, termasuk kekurangan gizi dan
vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat dan biotin. Kekurangan vitamin B
Fakta ini menjadi factor yang menyebabkan keakuratan status gizi anak
terhadap angukar cheilitis menjadi bias, karena tidak semua anak dengan gizi baik
mengkonsumsi vitamin tersebut dengan dosis yang cukup, sehingga ditemukan anak
dengan gizi baik tetpai menderita angular cheilitis. Selain itu, anak dengan gizi
burukpun ada yang tidak mengalami angular cheilitis, karena mereka mengalami KEP
atau kekurangan energy protein, tetapi mereka mengikuti program gizi baik dari
Angular chelitis yang disebabkan kekurangan gizi terjadi lesi bilateral yang
biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan kelateral
pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi terlihat lembab, adanya fisur yang tajam,
vertical dari tepi vermillion bibir dan area kulit yang berdekatan. Pada sampel biasanya
tidak terlihat tanda inflamasi pada tepi lesi. Secara klinis, epitel pada komusira terlihat
mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat,
membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam, berulserasi tetapi tidak
cenderung
berdarah. Pada sampel, lesi terlihat tidak meibatkan permukaan mukosa pada
Dari 40 anak yang berumur 6-11 tahun di Puskesmas Cendrawasih, terlihat 70%
anak. Hal ini menunjukkan lebih dari setengah anak bimbingan di Puskesmas
Menurut data WHO bahwa kira- kira 150 juta anak dibahawa umur s tahun di Negara
yangs edang berkembang adalah kekurangan gizi berdasarkan berat badan yang rendah
dibandingkan umurnya. Dua pertiga anak- anak kekurangan gizi tedapat di Asia dan
seperempat di Afrika.
Kekurangan gizi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperrti sanitasi yang tidak
memadai, hygiene personal yang buruk, pelayanan kesehatan yang tidak cukup,
kapasitas pendapatan yang jelek, kebanyakan penduduk, sumber yang tidak cukup. Hal
ini yang sedang terjadi di daerah pusekesmas Cendrawasih sehingga banyak anak yang
mengalami gizi buruk. Namun, pada waktu penelitian berlangsung tidak seluruh anak
datang di puskesmas. Tabel hasil penelitian menunjukkan anak yang mengalami gizi
buruk ialah sebanyak 28 orang dan gizi baik sebanyak 12 orang. Keadaan
tersebut menjadi kendala penelitian mengenai hubungan status gizi dan angular
cheilitis.
Penelitian serupa yang dilakukan pada anak sekolah dasar Kecamatan
dengan status gizi kurang dan 38 anak dengan status gizi baik. Kesimpulan enelitian
tersebut ialah adanya hubungan terjadinya angular cheilitis dan status gizi tetapi tidak
Penelitian tersebut mengambil sampel secara acak berbeda dengan peneliti yang
mengambil subjek dalam hal ini di anak binaan gizi puskesmas cendrawasih. Ketika
ialah hanya 40 anak dengan kondisi status gizi dan angular cheilitis yang berbeda.
Sebenarnya, pada anak dengan gizi baik yang masih mengalami angular
cheilitis, angular cheilitisnya dalam proses penyembuhan. Hal tersebut dapat dilihat
dari kondisi klinis angular cheilitis yang tidak parah, yaitu tidak terdapat lagi fisur
yang dalam dan bercak darah. Namun, definisi operasional peneliti tidak
Hasilnya, ada anak dengan gizi baik yang menderita angular cheilis walaupun
gizinya baik. Hal ini berbanding terbalik dengan teori yang ada, bahwa anak dengan
status gizi buruk yang menderita angular cheilitis. Selain itu, terdapat juga anak
orangtua anak.
Anak dengan gizi buruk yang tidak menderita angular cheilitis ternyata
tercukupi dalam hal vitamin dan susu karena mengikuti program binaan gizi di
puskesmas cendrawasih secara rutin. Namun anak dengan keadaan ini hanya
berjumlah 11 anak dari 40 anak. Walaupun saat ini tidak menderita angular cheilitis
dengan gizi buruk, anak tersebut pernah menderita angular cheilitis beberapa minggu
Gambar 5. Anak dengan status gizi baik yang menderita angular cheilitis di Puskesmas
Cendrawasih
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa anak dengan gizi buruk yang tidak
dilaksanakannya perbaikan gizi secara bertahap oleh pihak puskesmas, sehingga anak
dengan gizi yang berangsur- angsur membaikpun terlihat ada yang memiliki angular
cheilitis karena masih dalam tahap penyembuhan. Kita ketahui bersama juga bahwa
angular cheilitis adalah lesi dengan etiologi kompleks, salah satunya gizi
dengan
perhitungan yang kompleks, bukan hanya dari berat badan tapi dipengauhi
terutama oleh vitamin B kompleks yang menjadi variabel antara status gizi dan
asuhan di Kota Madya Medan yang menunjukkan keterkaitan antara status gizi
dengan angular cheilitis. Hasil penelitian tersebut menyatakan dari 107 anak panti
asuhan yang mempunyai status gizi baik dijumpai 39,25% menderita angular cheilitis
dan 60,75 % tidak menderita angular cheilits. Dari 56 anak dengan status gizi
ringan dijumpai
51,79% menderita angular cheilitis dan 48,21% tidak menderita angular cheilitis.
angular cheilitis dan 36,67% tidak menderita angular cheilitis. Sedangkan 7 anak
dengan status gizi buruk dijumpai 57,14% menderita angular cheilitis dan 42,86%
tidak menderita angular cheilitis. Data tersebut menunjukkan adanya variasi yang
sama dengan peneliti, bahwa baik anak dengan gizi baik maupun gizi buruk ada yang
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan angular cheilitis
2. Angular cheilitis dapat ditemukan pada anak dengan status gizi yang
masih dalam proses perbaikan dikarenakan takaran beberapa nutrisi yang belum
3. Vitamin B kompleks dan zat besi merupakan nutrisi yang sangat penting
7.2 Saran
Dari peneitian yang ditemukan, status gizi anak yang buruk akan
mempengaruhi keadaan rongga mulut, untuk itu dokter gigi dapat berperan serta untuk
mendiagnosa status gizi seorang anak dan memberikan penanganan yang tepat. Namun,
informasi ini masih kurang diketahui oleh masyarakat. Penulis menyarankan perlu
bidang gizi dengan para dokter gigi dalam pemberantasan gizi buruk dan gizi kurang di
Kota Makassar dengan segera mengenali anak dengan status gizi buruk atau gizi kurang
Dis;2006;12(6):553-8.
53:1022-23
Jakarta:Gramedia;2006.p.23-7
cheilitis-overview-and-sypmtoms-of-angular-cheilitis-
December 2010
th
8. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4 ed.
December 2010.
10. Deritana N, Kombong A. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
2010;p.251-9
12. Nasution N. Efek Suplementasi zinc dan besi pada pertumbuhan anak.
J USU;2008:113 (75);p.82-96
th
13. Eschelemen MM. Introductory nutrition and nutrition therapy 3 ed. Lippincott:
14. Muhilal, Fasli J. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Jakarta: Widya
2006;65:355-361
16. Susan ZL. Angular cheilitis; Etiologi and diagnose. J. Practical Hyg;2009;6:31-6
18. Lubis S. Hubungan status gizi dengan keilitis angularis pada anak umur 6-
2006;
11:117;180-1
st
19. Supariasa IND. Bakri B. Fajar I. Penilaian status gizi 1 ed;Jakarta: penerbit Buku
2011.