Makalah Farmakologi
Makalah Farmakologi
FARMAKOKINETIKA
Disusun oleh :
Andri Apriyani
Dewi Rofiah
Eka Peni.S.
Fournita.L.R.
Indryani.E.
Intan Lingga
Nhovita Kuswandani
Rahma Dini
Rinda Dwi
Wita Pertiwi
Steffy R
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
Jl.Taman praja No.25, Kec.Taman, Kab. Madiun
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah tentang Farmokokinetika ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmadnya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan
Kami berharap dengan makalah ini, pembaca dapat mengambil hikmahnya dan tidak
mengabaikan pentingnya menjaga kesehatan.Selain itu, semoga ada manfaat di dalam makalah
yang telah kami buat ini. Kami selaku penulis mengharap kritik dan saran, agar makalah ini
bermanfaat bagi kita semua
Kami juga minta maaf jika ada kata-kata yang penulisannya kurang memenuhi dari ejaan bahasa
yang telah ada.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
I.Latar Belakang
Farmakoterapi merupakan intervensi terapi yang akan paling banyak dilakukan dalam
praktek klinik, sehingga kemungkinan untuk menghadapi kasus efek samping obat bagi seorang
praktisi medik mungkin tidak dapat dihindari sepenuhnya. Seringkali, kejadian efek samping
obat ini pada seorang pasien tidak dengan mudah dikenali, kecuali kalau efek samping yang
terjadi adalah bentuk yang berat dan menyolok. Mahasiswa perlu mengenali bentuk-bentuk efek
samping obat, faktor-faktor penyebab atau yang mendorong terjadinya, upaya
pencegahan dan penanganannya.
Pemantauan konsentrasi obat dalam darah atau plasma meyakinkan bahwa dosis yang
telah diperhitungkan benar-benar telah melepaskan obat dalam plasma dalam kadar yang
diperlukan untuk efek terapetik. Dengan demikian pemantauan konsentrasi obat dalam plasma
memungkinkan untuk penyesuaian dosis obat secara individual dan juga untuk mengoptimasi
terapi. Tanpa data farmakokinetik, kadar obat dalam plasma hampir tidak berguna untuk
penyesuaian dosis.
II. TUJUAN
Sesudah kuliah dan diskusi ini diharapkan mahasiswa dapat,
1. Memahami bentuk-bentuk efek samping obat yang sering terjadi dalam klinik.
2. Memahami faktor-faktor yang mendukung terjadinya efek samping obat.
3. Memahami upaya pencegahan dan penanganan efek samping obat dan efek toksik obat.
4. Memahami tindak lanjut yang diperlukan bila menjumpai efek samping.
BAB II
PEMBAHASAN
BARBITURAT
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan
sedatif.Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah
banyak digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman.
Farmakokinetik
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna.Bentuk garam natrium lebih cepat
diabsorpsi dari bentuk asamnya. Barbiturat yang mudah larut dalam lemak,misalnya tiopental
dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan timbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini
akan menyebabkan penurunan kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat. Barbiturat yang
kurang lipofiik, misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna di
dalam hati sebelum diekskresikan lewat ginjal.
Mekanisme kerja
Barbiturat bekarja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis
nonanestesi terutama menekan respons pasca sinaps.Penghambatan hanya terjadi pada sinaps
GABA-nergik.Walaupun demikian efek yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA
sebagai mediator. Kapasitas barbiturat membantu keraja GABA sebagian menyerupai kerja
benzodiazepin, namun pada dosis yang lebih tinggi bersifat sebagai agonis GABA-
nergik,sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang berat.
Efek samping
Hangover.Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir.Efek
residu mungkin berupa vertigo, mual, atau diare.Kadang-kadang timbul kelainan emosional.
Alergi.Reaksi alergi terutama terjadi pada individu alergik.segala bentuk hipersentivitas
dapat timbul, terutama dermatosis.Jarang terjadi dermatosis eksfoliativa yang beakhir fatal pada
penggunaan fenobarbital, kadang-kadang diseratai demam, delirum dan kerusakan degeneratif
hati.
ALKOHOL
Alkohol adalah suatu bahan yang mempunyai efek farmakologik dan cenderung
menimbulkan ketergantungan serta dapat berinteraksi dengan obat lain. Peminum alkohol berat
sering mendapatkan kecelakaan, kehilangan prokduktivitas, terlibat kejahatan, mendapat
gangguan kesehatan sampai terjadi kematian.
Efek samping
Energi yang dihasilkan 7 Kcal/g. Tetapi menambah alkohol pada diet cukup nutrisi dan
cukup kalori seringkali menyebabkan penurunan berat badan.Hal ini juga berhubungan dengan
efek toksik alkohol/asetaldehid pada mitokondria sehingga afesiensi fosfolirasa teganggu.
Mekanisme kerja Sejak lama diduga bahwa efek depresan alkohol dan anastetik bedasarkan
pelarutan dalam membran lipid. Efek alkohol terdapat berbagai saraf berbeda karena tidak
uniform distribusi fosfolipid dan kolestrol di membran. Juga ada fakta aksperinmental yang
menyongkong dugaan bahwa mekanisme kerja alkohol di SSP serupa barbiturat.
A. INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama fase farmakokinetika obat secara menyeluruh,
juga pada absorpsi, distribusi, biotransformasi dan eliminasi.Berbeda dengan interaksi
farmakodinamika, peramalan interferensi farmakokinetika lebih sulit karena proses-proses
farmakokinetika hanya spesifik terhadap obat dalam hal-hal kekecualian.Karena itu harus selalu
diperhitungkan interferensi demikian.
1. Interaksi pada proses absorpsi
Interaksi pada proses absorpsi dalam saluran cerna dapat disebabkan karena:
Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa obat yang
mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan
absorpsi.
Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antasida yang menyebabkan
jumlah absorpsi keduanya turun.
a. Perubahan pH
Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga menaikkan
atau menurukan absorpsi obat kedua.
Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi penisilin G
b. Motilitas saluran cerna
Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat mempegaruhi
absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.
Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat
parasetamol.
2. Interaksi dalam proses distribusi
Jika dalam darah pada saat yang sama terdapat beberapa obat, terdapat kemungkinan
persaingan tehadap tempat ikatan pada protein plasma. Persaingan terhadap ikatan protein
merupakan proses yang sering yang sesungguhnya hanya baru relevan jika obat mempunyai
ikatan protein yang tinggi, lebar terapi rendah dan volume distribusi relatif kecil.
Dalam tabel berikut dicantumkan bebrapa interaksi karena pengusiran dari ikatan protein.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu bersamaan dapat memberikan efeknya tanpa
saling mempengaruhi, atau bisa jadi saling berinteraksi. Dalam hal ini obat pertama dapat
memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua
Menurut jenis mekanisme kerja dibedakan:
a. Interaksi Farmakodinamik
b. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakodinamik yaitu interaksi antara obat-obat yang mempunyai khasiat atau efek
samping yang serupa atau berlawanan.
Interaksi farmakokinetik meliputi interaksi pada proses absorpsi, interaksi pada proses distribusi,
interaksi pada proses metabolisme, interaksi pada proses ekskresi.
B.SARAN
Kami mengetahui bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan.Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk memotivasi kami agar bisa
melengkapi makalah ini lebih baik lagi.Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2011/03/kuliah-interaksi-obat.html
WIRO PHARMACY BLOG 27 Maret 2011
http://yessykh.blogspot.com/2011/12/farmakologi.html
Yessy Kh Calon Farmasis Minggu, 25 Desember 2011
http://usmar71.blogspot.com/2010/08/interaksi-farmakokinetik-2.html
Usmar Abdul Madjid Jumat, 20 Agustus 2010
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Sagung Seto, Jakarta.
Sulistia, dkk., 2007, Famakologi dan Terapi, UI Press, Jakarta