Laporan Umum KP
Laporan Umum KP
2017
BAB I
PENDAHULUAN
perancangan dalam skala besar dimana bahan mengalami perubahan fisik dan
kimia tertentu. Mahasiswa Teknik Kimia FTI-ITS sebagai bagian dari sumber
daya manusia Indonesia secara khusus disiapkan untuk menjadi design
engineer, project engineer, process engineer, peneliti, dan pendidik.
Untuk mencapai tujuan di atas maka Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
menjembatani mahasiswanya untuk melaksanakan Kerja Praktek sebagai
kelengkapan teori (khususnya dalam bidang keahlian) yang dipelajari di bangku
kuliah. Oleh karena itu, kami memilih PT. SEMEN TONASA Bringere, Pangkep
sebagai tempat pelaksanaan Kerja Praktek.
2. Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama Kerja Praktek dapat
menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan
perusahaan di masa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan
yang ada dalam dunia industri sehingga nantinya diharapkan mampu
menerapkan ilmu yang telah di dapat dalam bidang industri.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
didirikan pula suatu pabrik di distrik London. Namun sejarah perkembangan proses
pembuatan semen pada 21 Oktober tahun 1824.
Joseph Aspdin mencampur dan menggiling batu kapur dengan tanah liat halus
hingga membentuk lumpur dan kemudian membakarnya dengan proses kalsinasi
(pelepasan CO2) terjadi. Campuran ini akhirnya digiling hingga membentuk serbuk
yang halus. Nama portland diberikan karena kemiripan kekerasan antara semen
Joseph Aspdin tersebut dengan bantuan alam yang ditemukan disebuah kota di
Inggris yaitu kota Portland. Pada tahun 1845 Issac Charles Johnson membakar
campuran yang ditemukan oleh Joseph Aspdin hingga proses terakisasi terjadi
untuk memperbaiki sifat dari semen portland tersebut. Pabrik pembuat semen
portland dengan cara ini pertama kali dibangun pada tahun 1851. Karena
pencampuran bahan dalam keadaan lumpur, proses ini merupakan proses
pembuatan awal dari proses pembuatan semen dengan proses basah atau wet
cement. Sejak saat itu pemakaian semen portland berkembang sebagai bahan beton
seperti sekarang ini dengan segala tipe campuran yang berkembang pesat. Oleh
sebab itu disusunlah standard untuk semen antara lain di Jerman pada tahun 1877,
dan Inggris serta Amerika pada tahun 1904.
Di Indonesia sendiri pabrik semen pertama dibangun pada tahun 1910 di
Indarung Sumatera Barat yang hingga saat ini dikenal dengan PT. Semen Padang.
Sejak saat itu pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan semen di Indonesia
beberapa pabrik kemudian dibangun, mulai dari PT. Semen Gresik, PT. Indocement
tunggal perkasa atau lebih dikenal Semen Tiga Roda yang memiliki pabrik di
Ceteureup Bogor (9 pabrik), Paliman Cirebon (2 Pabrik), dan satu pabrik di Tarjun
(kota baru) Kalimantan Selatan, serta PT. Semen Kujang (Cibinong) yang memiliki
pabrik-pabrik di Cibinong Bogor (4 pabrik) dan Cilacap (2 Pabrik), PT. Semen
Baturaja yang memiliki pabrik di Baturaja sebagai pabrik penuh yaitu mulai
tambang hingga semen, Palembang (Sumatera Selatan) dan Pajang (Provinsi
Lampung) yang masing-masing hanya pabrik penggilingan terak hingga menjadi
semen, PT. Semen Kupang di NTT dan PT. Semen Bosowa di Maros Sulawesi
Selatan masing-masing dengan satu pabrik semen.
II.2.1. Definisi Semen
Semen merupakan campuran bahan kimia dimana silika yang terdapat
dalam komponen semen memberikan kekuatan dalam pemakaiannya, selain itu
semen termasuk sebagai bahan hidrolisis, yang dengan penambahan air akan
memberikan kemampuan mengikat bahan lain menjadi suatu massa yang padat
dan keras. Semen dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Secara Umum
Semen adalah setiap bahan perekat yang dapat menyatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan massa yang kokoh
dan kuat. Jika dalam pemakaiannya harus ditambah air, maka semen
tersebut disebut semen hidrolisis.
b. Semen portland
Menurut SNI No. 15-2049 tahun 1994, semen portland adalah semen
hidrolisiskan dengan cara menggiling terak semen portland yang
terutama terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat, gypsum (CaSO4.2H2O) dan boleh
ditambah dengan tambahan lain.
Tipe ini dibuat dari bahan baku yang memiliki Lime To Silica Rasio
yang tinggi. Mengandung C3S yang lebih banyak dibandingkan tipe
I, sehingga lebih cepatmengeras dan panas hidrasinya lebih besar.
Semen tipe III ini digunakan untuk kontruksi yang memerlukan
kekuatan tekan awal yang tinggi, misalnya konstruksi jalan raya.
Tipe IV ( Low Heat of Hardening Cement)
Semen ini digunakan untuk pembuatan struktur masif.
2. Jenis SPP B
Dapat digunakan untuk pembuatan adukan beton dimana kekuatan awal
tinggi tidak dipersyaratkan serta tahan sulfat sedangdan panas hidrasi rendah.
a. Portland Blastfurnance Slag Cement
Semen ini adalah semen portland yang dibuat dengan cara mengiling
bersama-sama klinker semen portland dan kerak kapur tinggi (blast
furnance slag). Besi dalam tanur (dapur tinggi) yang mengandung
campuran kapur silika alumina atau kalsium silikat dan kalsium aluminat
silikat. Menurut ASTM jumlah bahan tambahanya sekitar 25- 65 %.
Beberapa sifat jenis semen ini adalah :
Mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan semen portland
jika kehalusannya mempunyai syarat.
Betonnya lebih stabil daripada beton semen portland.
Permeability rendah.
Pemuaian dan penyusutannya dalam udara kering sama dengan
semen portland.
b. Masonry Cement
Semen ini pertama kali digunakan di AS. Menurut ASTM, semen
Masonry adalah semen hidrolik yang digunakan sebagai adukan yang
mengandung satu atau lebih bahan-bahan seperti : Semen portland,
Portland Blast furnance slag Cement, Semen Pozzolan, Semen Alam, dan
bahan tambahan mengandung satu atau lebih bahan-bahan kapur padam,
chalk, caceaou shell, talk slag, atau tanah liat. Persentase Semen Portland
untuk Semen Masonri saat ini berbeda-beda disetiap negara seperti di
Swedia minimum 40%, sedangkan di AS dan Kanada 50%.
c. Semen Putih
Semen ini dibuat untuk tujuan dekoratif bukan tujuan konstruksi.
Proses pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan
proses pembuatan khusus, seperti misalnya bahan mentahnya
mengandung Oksida Besi dan Oksida Magnesium yang sangat rendah
(dibawah 1%). Semen putih dipergunakan untuk :
Luluhan Traso
Bangunan Arsitektur
Dekorasi
d. Oil Well Cement (OWC)
Merupakan semen jenis khusus yang dipakai dalam pembuatan
sumur-sumur minyak. Semen ini adalah semen Portland yang dicampur
dengan bahan retarder khusus, seperti asam borad, lignin, casein, gula,
atau organic hydroxyl acid. Fungsi retarder disini adalah untuk
mengurangi kecepatan pengerasan semen sehingga dapat dipompakan ke
dalam sumur minyak atau gas.
Penggunaan Oil Well Cement (OWC) antara lain :
Melindungi ruangan antara oil well casing dengan karang atau
tanah liat di sekelilingnya.
Pelindung oil well casing dari serangan air yang korosif.
Menyangga oil well casing sehingga mengurangi tegangan dalam
pipa baja.
Menyumbat saluran air yang masuk ke dalam sumur minyak.
Mengingat aplikasi dari OWC, maka OWC slurry harus memiliki
viskositas yang cukup rendah selama pemompaan berlangsung.
Kemudian dapat mengeras segera setelah pemompaan berakhir sehingga
sanggup berfungsi sebagai sealing serta mampu menjaga bahan aksial
pada casing tersebut. Waktu yang dibutuhkan mulai selesainya
pemompaan sampai terjadinya pengerasan semen yang dapat
menghasilkan kekuatan yang mampu menjaga beban axial casing disebut
waiting on cement.
II.2.3. Modulus-Modulus
Hidrolik Modulus (HM)
Modulus hidrolik merupakan perbandingan antara seluruh CaO
yang ada dalam semen atau pun raw meal dengan jumlah seluruh oksida
silika alumina dan besi.
CaO
=
SiO2 + Al2 O3 + Fe2 O3
Harga HM bervariasi dari 1,7 sampai dengan 2,3. Semen yang
bermutu baik HM nya berkisar antar 2,0. Jika kurang dari 1,7 termasuk
semen yang mempunyai kekuatan rendah. Bila HM lebih dari 2,3 semen
cenderung mudah retak karena adanya pemuaian, hal ini disebabkan
terbentuknya CaO bebas dalam jumlah yang banyak.
Silika Modulus
Modulus silika merupakan perbandingan antara kadar SiO2 dengan
jumlah kadar oksida alumina dan oksidasi besi.
SiO2
=
Al2 O3 + Fe2 O3
Harga SM bervariasi dari 1,9 sampai dengan 3,2. Dalam praktek, SM
yang diharapkan adalah 2,2-2,4. Dengan harga SM yang tinggi Raw
Meal akan sulit dibakar dan membutuhkan lebih banyak energi untuk
mendapatkan terak yang bermutu.
Alumina Modulus
Modulus Alumina merupakanperbandingan antara kadar oksida
alumina dan oksida besi.
Al2 O3
=
Fe2 O3
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
510.000 metrik ton semen per tahun. Program optimalisasi Tonasa Unit II
dirampung pada tahun 1991 secara swa-kelola dan berhasil meningkatkan
kapasitas. Proses yang digunakan yaitu proses kering (proses ini umpan kiln
berupa serbuk tepung kering dengan kadar air 0.5-1%).
III.2.6.Unit Prasarana
Terdiri dari Pelabuhan Khusus Biringkassi ,Unit Pembangkit Tenaga
Listrik, Belt Conveyor, Unit Industri Pabrik dan Packing Plant.
a. Pelabuhan Khusus Biringkassi
Pelabuhan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk
transportasi bahan ataupun produk. Pendistribusian antar Pulau maupun
ekspor ataupun untuk disandari oleh kapal dengan muatan diatas 17.500
ton.
Pelabuhan ini juga digunakan untuk bongkar muat barang-barang
kebutuhan pabrik seperti: batu bara, gypsum, slag, kertas kraft, suku
cadang dan lain-lain. Untuk kelancaran operasi pelabuhan ini
dilengkapi dengan rambu-rambu laut dan mouring buoy.
Pelabuhan Biringkassi dilengkapi dengan lima Unit Packer dengan
kapasitas masing-masing 100 ton per jam serta tujuh unit shipouder,
empat unit digunakan untuk pengisian semen sak dengan kapasitas
masing-masing 100-120 ton/jam atau sekitar 4000 ton/hari, tiga unit
lainnya digunakan untuk pengisian semen curah dengan kapasitas
masing-masing 500 ton/jam atau 6000 ton per hari. Panjang dermaga
pelabuhan sekitar 2 km diukur dari garis pantai ke laut.
1. Dermaga I :
Sebelah utara 429 meter dengan kedalam 10,5 meter (LWL)
sebelah selatan 445,5 meter (LWL).
2. Dermaga II :
c. Belt Conveyor
Sebagai prasarana penunjang trasportasi bahan baku dan hasil
produksi terdapat ban berjalan (belt conveyor) yang menghubungkan
dermaga dengan packer serta pabrik-pabrik dengan unit produksi I, II
dan III dengan total bentang panjang sekitar 8 km.
Kapasitas 2 x
300.000 ton per Jalan Pelabuhan
tahun. Beroperasi Nusantara, Bitung
sejak tahun 1996
Kapasitas 2 x
Jl. Pelabuhan Soekarno
300.000 ton per
Hatta, Makassar,
tahun. Beroperasi
Sulawesi Selatan.
sejak tahun 1996
Kapasitas 175.000
Jalan Dr. Siwabessy,
ton per tahun.
Pelabuhan Gudang
Beroperasi sejak
Arang, Ambon, 97117
tahun 1999
Ambon (Maluku)
Kapasitas 2 x
300.000 ton per Jalan Pelabuhan Celukan
tahun. Beroperasi Bawang, Bali, 81155
sejak tahun 1998
Komplek Pelabuhan
Kapasitas 300.000
Trisakti, Jalan Barito
ton per tahun.
Hilir No. 9, Banjarmasin,
Beroperasi sejak
Kalimantan Selatan
tahun 1997
Banjarmasin (Kalimantan 70119
Selatan)
Kapasitas 300.000
Kecamatan Tawaeli,
ton per tahun.
Kabupaten Donggala,
Beroperasi sejak
Palu, Sulawesi Tengah.
tahun 2000
Biringkassi (Pangkep)
Kendari (Lapuko)
Seksi PPOP II
Seksi Pengendalian Mutu Air dan Batu Bara
b. Biro Pemeliharaan Mesin Pembangkit
Seksi Pemeliharaan Mesin Pembangkit I
Seksi Pemeliharaan Mesin Pembangkit II
c. Biro Distribusi Daya
SeksiPengaturan Beban
Seksi Pemeliharaan Jaringan dan Listrik Luar Pabrik
Seksi Pemeliharaan Jaringan dan Listrik Pabrik
d. Biro Pemeliharaan Ellins Pembangkit
Seksi Pemeliharaan Listrik Pembangkit
Seksi Pemeliharaan Instrumen Pembangkit
7) Departemen Jaminan Mutu dan Lingkungan/MR
a. Biro Jaminan Mutu
SeksiPengujian Bahan
Seksi Aplikasi Semen danPelayanan Teknik
b. Biro Pemantauan Lingkungan dan Properti
Seksi Pemantauan Lingkungan
c. Biro Pengembangan Sistem,Inovasi dan TPM
d. Biro Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Seksi K3 Pabrik
Seksi K3 Biringkassi dan Fasilitas lain
Seksi Kebersihan Pabrik
Seksi Pengolahan Air
4. Direktur Keuangan
1) Departemen Akuntansi dan Keuangan
a. Biro Pengelolaan Dana
Seksi Penerimaan dan Pembayaran
Seksi Pengeluaran dan Perencanaan
b. Biro Penel. Hutang dan Piutang
Seksi Administrasi Hutang Piutang
Seksi Penagihan
c. Biro Pajak dan Asuransi
Seksi Pajak
Seksi Asuransi dan Pengel. Aset
d. Biro Akuntansi Keuangan
Seksi Akuntansi Umum
Seksi Verifikasi
e. Biro Akuntansi Manajemen
Seksi Akuntansi Biaya
Staf Anggaran dan Evaluasi Kinerja
Staf Evaluasi KPI
2) Departemen SDM
a. Biro Personalia
Seksi Administrasi Karyawan
Seksi Hubungan Karyawan dan Outsoucing
b. Biro Diklat
Seksi Perencanaan dan Pelaksanaan Diklat
Seksi Evaluasi Diklat
Biro Pelayanan Kesehatan
Seksi Penunjang Kesehatan
Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan
Seksi Hyperkes
Seksi PO dan Perencanaan SDM
Seksi Penilaian Kinerja Prod Karyawan
c. Staf Medis
III.2.4.Anak Perusahaan
PT. Semen Tonasa pada saat ini memiliki beberapa anak perusahaan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. PT. TONASA LINE
PT Tonasa Line yang melaksanakan kegiatan mengangkut semen
curah ke seluruh packing plane milik PT. Semen Tonasa di wilayah
pemasarannya
2. PT. PRIMA KARYA MANUNGGAL (PKM)
PT Prima Karya Manunggal yang melaksanakan kegiatan angkutan
semen curah dari pabrik packing plane ke Pelabuhan Biringkasi serta
Pelabuhan Makassar
3. PT. BIRINGKASSI RAYA
PT Biringkasi Raya yang melaksanakan kegiatan menangani buruh
bongkar-muat di Pelabuhan Biringkasi, serta pengantongan semen di
pabrik dan beberapa packing plant
4. PT. TOPABIRING
PT Topabiring selaku perusahaan yang melaksanakan kegiatan
pengangkutan semen curah, pengangkutan bahan baku semen dari quari
ke pabrik Semen Tonasa.
III.2.5.Koperasi
Koperasi Karyawan Semen Tonasa didirikan pada tanggal 5 September
1987 sesuai pengesahan Badan Hukum no. 4815/BH/IV/1988 tanggal 30 April
1988. Hingga tahun 2012, Kopkar Semen Tonasa memiliki jumlah
keanggotaan 1,964 orang yang berasal dari Karyawan PT. Semen Tonasa,
Kopkar Semen Tonasa, PT Prima Karya Manunggal, YKST Pendidikan,
Pensiunan PT. Semen Tonasa, PT. Biringkassi Raya, PT. Topabiring, PT.
Tonasa Lines dan Dana Pensiun Semen Tonasa.
a. Visi Kopkar ST
Menjadi Koperasi yang terbaik dan terkenal khususnya di Sulawesi
Selatan dan Indonesia pada umumnya.
b. Misi Kopkar ST
III.2.6.Sistem Manajemen
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi, sistem manajemen
perusahaan yang terintegrasi dan terpadu menerapkan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3/OHSAS) yang disebut
sebagai Sistem Manajemen Semen Tonasa.
a. Sistem Manajemen Mutu
Memberikan jaminan mutu dan kepuasan kepada pelanggan
merupakan komitmen manajemen dalam memasuki era persaingan
global. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi komitmen tersebut
adalah dengan memberikan mutu produk sesuai dengan permintaan
pelanggan, penyerahan produk yang tepat waktu dan harga yang
bersaing.
Upaya tersebut diwujudkan dengan penerapan sistem manajemen
mutu ISO 9002 sejak tahun 1996 dan selanjutnya diupgrade dengan
sistem manajemen mutu baru ISO 9001:2000 pada tahun 2002.
b. Sistem Manajemen Lingkungan
Perlindungan Lingkungan merupakan kebijakan manajemen dalam
upaya menjamin pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, Kesadaran akan pentingnya pengelolahan
lingkungan telah dimulai sejak berdirinya pabrik PT. Semen Tonasa
dan senantiasa dikembangkan dan disempurnakan. Salah satu upaya
pengembangan dan penyempurnaan pengelolahan lingkungan adalah
dengan penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 yang telah
Gambar 3.11. Tata Letak Operasi Pabrik II, III, IV, dan V
Unit Produksi
Pada saat ini PT. Semen Tonasa memiliki 5 unit produksi, yaitu:
a. Unit Produksi I - Pabrik Semen Tonasa I (sudah dihentikan)
b. Unit Produksi II - Pabrik Semen Tonasa II
c. Unit Produksi III - Pabrik Semen Tonasa II
d. Unit Produksi IV - Pabrik Semen Tonasa IV
e. Unit Produksi V - Pabrik Semen Tonasa V
BAB IV
PROSES PRODUKSI
Fase : Padat
Warna : Cokelat kekuningan
Kadar air : 18-25 %
Kandungan oksida
Al2O3 : 18-22 %
SiO2 : 60-70 %
Fe2O3 : 5 -10 %
Bulk Density : 1.3 ton/m3
Spesific grafity : 2, 36
Ukuran Material : 0-30 mm
Silika rasio : 2,3
Aluminium ratio : 2,7
Sifat kimia:
Mengalami pelepasan Hidrat bila dipanaskan pada suhu 500-600C:
Al2Si2O7.xH2O Al2O3 + 2SiO2 + xH2O
2. Pasir Besi
Bahan digunakan sebagai pengoreksi kadar Fe2O3 atau pengoreksi
perbandingan antara Al2O3 dengan Fe2O3. Selain itu pasir besi juga
berfungsi sebagai penghantar panas dalam peluluhan terak semen. Pasir
besi juga disebut ironore yang depositnya terdapat disepanjang pantai
yang berkadar Fe3O3 15 % dan berwarna hitam. Pasir besi digunakan
karena mempunyai kandungan besi yang tinggi sehingga menyebabkan
material ini memiliki densitas yang tinggi dibandingkan pasir alam.
Sifat Fisika :
Fase : Padat
Warna : Putih
Bulk Density : 1,8 ton/m3
Ukuran material : 0 -50 mm
Kandungan Fe2O3 : 85-93 %
Alumina ratio : 2.37
Sifat kimia :
Reaksi :
4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (T = 1110 -1200 C).
3. Bauksit
Bauksit digunakan sebagai pengoreksi kadar Al2O3 yang rendah
dalam tanah liat.
c. Bahan Baku Pembantu
1. Gypsum
Salah satu bahan baku yang ditambahkan dalam pembuatan semen
adalah gypsum (CaSO4.2H2O). Gypsum merupakan sumber utama
2. Fly Ash
Sisa hasil pembakaran batu bara yang menghasilkan abu disebut
dengan fly ash. Fly ash merupakan bahan tambahan pada proses finish
mill. Berbagai penelitian dari sifat mekanik dari mortar semen portland
komposit telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Mahmuda (1993),
Mashlikha (1994), dan Fu et all (2000). Ketiga peneliti tersebut meneliti
tentang pengaruh penambahan fly ash dan slag difinish mill dalam
proses komposit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penambahan jumlah fly ash and slag yang akan menurunkan penggunaan
klinker di finish mill dan akan berpengaruh terhadap kuat tekan mortar
yang terbuat dari semen komposit portland.
Dengan mengurangi penggunaan klinker yang diganti dengan
material alternatif dalam produksi semen komposit memungkinkan
menurunkan emisi CO2. Semen komposit dapat digunakan untuk
keperluan konstruksi umum seperti rumah, gedung bertingkat, jembatan,
jalan beton, beton pre-cast dan beton prestress.
Tujuan dari proses pengeringan ini untuk mendapatkan material yang lebih
kering dan mudah dihaluskan. Pengeringan ini dilakukan oleh udara panas
yang dialirkan dari Rotary Kiln atau tanur putar.
a. Penggilingan Bahan Baku Unit II
Sebelum digiling di Raw Mill (tube mill), bahan mentah dikeringkan
terlebih dahulu dalam lime stone dryer (untuk batu kapur) dan clay dryer
(untuk tanah liat) dimana panas yang digunakan untuk mengeringkan
diperoleh dari gas panas kiln II.
Bahan mentah yang akan digiling terdiri dari batu kapur, tanah liat,
pasir silika, debu kapur dan debu tanah liat yang sebelumnya telah
diketahui beratnya masuk kedalam Raw Mill (Tube Mill). Setelah
setengah sampai satu jam operasi, bahan hasil gilingan keluar dari tengah-
tengah Tube Mill melalui penyaringan partikel yang kasar dan partikel
yang halus. Jenis separator yang digunakan adalah Rotary blade separator.
Hasil partikel yang kasar kembali ke Raw Mill melalui air slide untuk
digiling, sedangkan partikel yang halus dari separator dibawah dengan air
slide dan kemudian diterima air lift menuju bin blending untuk diadakan
homogenisasi. Material dalam bin-bin yang komposisinya tidak memenuhi
ditahan dalam bin dan dikalkulasi dengan produk selanjutnya. Material
kemudian dimasukkan ke dalam silo Raw Mill sebelum diumpankan ke
tanur putar/kiln.
b. Penggilingan Bahan Baku Unit III
Perbedaan utama dengan unit II adalah bahwa pada unit III
penggilingan bahan baku dilakukan dengan system drying during grinding
yaitu material digiling sambil dikeringkan. Tube Mill terdiri dari dua
kamar, kamar satu berfungsi sebagai pengering sedangkan kamar 2
berfungsi sebagai penghancur. Jadi hanya kamar dua yang berisi bola-bola
baja. Diameter bola yang digunakan berkisar antara 30 - 100 mm. Gas
panas dari rotary kiln III selain digunakan sebagai pengering juga
digunakan sebagai penghancur. Jadi material yang digiling oleh mill
disapu dan diangkut aliran gas panas. Apabila gas panas dari kiln III tidak
mencukupi maka dipakai pembangkit tenaga panas auxiliary burner.
Batu kapur, tanah liat dan pasir silika yang telah diketahui beratnya
masuk dalam keadaan basah ke Tube Mill. Bahan masuk ke kamar 1
bersama-sama gas panas dari kiln III yang suhunya rata-rata 300C,
kemudian masuk ke kamar 2 melalui screen. Di dalam kamar 2 melalui
screen. Di dalam kamar 2 bahan mengalami tumbukan dengan grinding
ball (bola-bola baja).
Setelah lembut, bahan ditransportasikan ke alat pemisah yang berupa
cone separator dengan cara hisapan udara mill fan. Pada cone
separator,material dipisahkan antara yang halus dan yang kasar. Bagian
yang kasar dikembalikan ke Tube Mill melalui air slide untuk digiling
kembali, sedangkan bagian yang halus masuk ke siklon melalui air slide
dan dipompakan silo Raw Mill dengan air Swept. Debu yang halus dari
siklon ditangkap oleh EP (Electrostatic Precipitator) Mill II, sedangkan
gas yang lolos dihembuskan ke angkasa lewat cerobong. Kadar air bahan
yang keluar dari Raw Mill III kurang dari 1%.
conveyor selain itu klinker yang panas mempunyai pengaruh yang kurang
baik bagi proses penggilingan.
Klinker yang keluar diakomodasikan oleh udara yang masuk secara
secara berlawanan oleh udara panas dengan klinker. Temperatur klinker
900 C, pendinginan klinker di Tonasa 2/3 dilakukan oleh planetary cooler
sejumlah 10 tabung yang dipasang melingkar pada ujung kiln terdapat
klinker crusher sebeum klinker keluar cooler. Sedangkan pada pabrik
Tonasa 4 dan 5 pendinginan dilakukan dalam grate cooler dengan sumber
udara dari luar lingkungan. Cooler terdapat crusher untuk reduksi ukuran
klinker. Klinker selanjutkan dalam silo klinker dengan menggunakan pan
conveyor. Selama pengangkutan terjadi pendinginan dengan udara luar
dan air yang disemprotkan. Klinker masuk ke silo pada 150 C.
Ada 3 kondisi pendinginan klinker yang mungkin terjadi di cooler dan
efeknya terhadap kualitas semen:
1. Pendinginan lambat
Pada sistem ini, kadar C3A kristal yang terbentuk relatif tinggi. Pada
sistem ini terdapat fllash set yang menyebabkan kekuatan semen
rendah.
2. Pendinginan sangat cepat
Pada cara ini terjadi flash set
3. Pendinginan sangat cepat
Semen yang dihasilkan dari terak yang didinginkan sangat cepat
umumnya kekuatan tekanannya rendah.
Cement mill terbagi atas dua ruang atau chamber. Kamar 1 berisi
gringding ball dengan diameter antara 50-100 mm berfungsi sebagai tempat
penghancur dengan berat media grinding ball kurang lebih 70 ton. Kamar 2
berisi grinding ball dengan diameter 17-25 mm dan berfungsi sebagai
penghalus dengan berat media grinding ball kurang lebih 135 ton. Suhu
material selama proses penggilingan dijaga sekitar 110-120 C untuk menjaga
agar air yang terikat pada gypsum tidak terurai. Setelah cement mill, maka
material akan masuk dalam finish mill dan alat separator unit III. Di dalam
unit II, separator dilengkapi dengan booster fun untuk mengangkut material ke
separator. Di separator dipisahkan yang kasar dan yang halus. Yang kasar tidak
terserap dan dikembalikan ke cement mill untuk melakukan penggilingan
ulang. Selain itu juga dilengkapi dengan dust colector untuk menangkap semen
sebagai produk. Jadi proses utama yang terjadi di finish mill adalah pengecilan
ukuran melalui penggilingan dan penghancuran.
a. Wilayah I
Sulawesi merupakan wilayah I yang terbagi menjdi 5 tempat yaitu
di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah dan SulawesiUtara.
b. Wilayah II
Terbagi menjadi 5 wilayah yang berada di daerah DKI jakarta,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur.
c. Wilayah III
Terbagi menjadi 8 tempat yang berada di Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor-Timur, Papua, Papua Barat
dan Maluku Utara.
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN PABRIK
V.1. Utilitas
Untuk menunjang kelancaran proses produksi dan melayani kebutuhan bagi
perumahan karyawan PT. Semen Tonasa terutama air dan listrik, PT. Semen Tonasa
memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
V.1.1. Penyediaan Listrik
Sumber energi listrik bagi PT. Semen Tonasa disuplai oleh sebuah BTG
(Boiler Turbin Generator) yang berlokasi di pelabuhan biringkassi. Kapasitas
daya yang dihasilkan adalah 2 x 25 MW 70 KV 3 fase dan utamanya untuk
melayani Tonasa 4. Sedangkan untuk Tonasa 5 maka dibangun pembangkit
listrik dengan kapasitas 2 x 35 MW. Penambahan kapasitas daya tersebut
diharapkan mampu menyuplai kebutuhan listrik PT. Semen Tonasa.
Disamping itu PT. Semen Tonasa juga memanfaatkan jaringan listrik dari PLN
terutama untuk melayani pabrik tonasa 2 dan tonasa 3.
ke sludge pit untuk selanjutnya dibuang. Sedangkan air yang sudah bebas dari
endapan akan diproses lebih lanjut dalam sand filter. Air yang sudah di filter
disimpan sementara dan siap didistribusikan sesuai keperluan. Khusus untuk
kebutuhan perumahan, air dari sand filter melewati proses klorinasi sehingga
layak dipakai untuk keperluan rumah tangga.
Fuel Oil (RFO). BCO di PT. Semen Tonasa digunakan pada Tonasa
unit II dan III pada saat pemanasan awal di rotary kiln.
C. Bahan Bakar Alternatif
Sejak tahun 2009 PT. Semen Tonasa telah merintis penggunaan
bahan bakar alternatif seperti sekam padi dan cangkang mente. Selain
untuk subtitusi batubara, pemakaian bahan bakar alternatif ini
merupakan bentuk tanggung jawab PT. Semen Tonasa dalam
mengurangi dampak pemasan global sejalan dengan program
pemerintah untuk mengurangi CO2 dari sektor industri. Bahan bakar
alternatif sekam padi di PT. Semen Tonasa diinjeksikan di sistem
preheater kiln 2, 3 dan 4. Sedangkan cangkang mente dibakar ditungku
untuk menghasilkan udara pengering di cool dryer coal mill system
Tonasa 2 dan 3. Injeksi sekam padi di kiln 4 dilakukan di kalsiner.
Sedangkan untuk kiln 2 dan 3 injeksi sekam padi sebagai bahan bakar
dilakukan di riser inlet kiln (sistem preheater tanpa kalsiner).
V.2.2. Limbah B3
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di PT Semen Tonasa,
tiga metode yang paling populer di antaranya ialah Chemical
Conditioning, Solidification / Stabilization, dan Incineration. Sebagian dari
limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang
tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan
akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug)
dan disposal well (sumur pembuangan).
Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah
setempat, lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang,
sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (leachate), dan lapisan pelindung.
Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem pengumpulan dan
pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup
terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran,
pelapis tudung drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi
penutup. Secured Landfill harus dilapisi sistem pemantauan kualitas air tanah
dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui apakah Secured
Landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi Secured Landfill tidak boleh
dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.
BAB VI
ANALISIS LABORATORIUM
besi, gypsum dan batu bara. Analisis basah merupakan penetapan kadar unsur
atau senyawa yang terkandung dalam suatu senyawa kimia tertentu dalam fase
cair. Penetapan yang dilakukan pada laboratorium ini adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Hilang Pijar (LOI / Lost of Ignition)
a. Prinsip: Kehilangan bobot saat dipijarkan dihitung sebagai hilang pijar.
Sample yang dianalisa adalah batu kapur, tanah liat, raw meal, kiln feed dan
semen.
b. Alat
- Neraca analitik - Cawan platina
- Eksikator - Furnace
- Spatula
c. Prosedur
Ditimbang dengan teliti 1 gr contoh ke dalam cawan platina yang telah
diketahui bobot kosongnya. Dipijarkan selama 15 menit dalam furnace
pada suhu 1100 C, kemudian didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang.
d. Hasil dihitung dengan rumus:
( a b)
LOI x100%
a
Dimana:
a = bobot cawan + bobot contoh sebelum dipijarkan
b = bobot cawan + contoh setelah dipijarkan
2. Penetapan SiO2
a. Prinsip: Endapan yang tidak larut dalam asam kuat dihitung sebagai
SiO2.
b. Alat:
- Beaker glass 100 ml - Neraca analitik
- Spatula - Standar Corong
- Kaca arloji - Hot plate
- Gegep - Furnace
- Corong - Kertas saring
- Cawan platina
c. Bahan:
- Cawan platina
c. Bahan:
- Sample - NaOH 5%
- HCl (1:1) - Indikator MM
d. Prosedur:
- Ditimbang 1 gr contoh ke dalam gelas piala 100 ml
- Ditambahkan aquadest 20 ml, diaduk lalu ditambahkan 10 ml HCl (1:1)
kemudian ditambahkan lagi aquadest hingga volume larutan menjadi
60 ml.
- Dipanaskan diatas hot plate hingga mendekati titik didih, diangkat
kemudian disaring dengan kertas saring No.41. Filtrat ditampung pada
gelas piala 250 ml untuk digunakan pada penetapan SO3. Kertas saring
yang berisi endapan dimasukkan ke dalam gelas piala semula yang
berisi 50 ml NaOH 5 % ditambahkan 1-2 tetes indikator MM (larutan
berwarna kuning) ditambahkan HCl 1:1 hingga larutan berwarna
merah.
- Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih, disaring dengan kertas
saring No.40. Endapan dicuci dengan aquadest panas, kertas saring
beserta endapan dimasukkan ke dalam cawan platina yang sudah
diketahui bobot kosongnya. Dipijarkan dalam furnance pada suhu 1100
C, didinginkan dan ditimbang hingga bobot tetap.
e. Hasil: Dimana:
BSP
BTL x100% BSP = Berat sisa pijar
BC
BC = Berat contoh
4. Penetapan SO3
a. Prinsip: Senyawa-senyawa SO3 yang akan mengendap dalam suasana
sama, dengan adanya penambahan klorida BaCl2 akan membentuk
endapan BaSO4 yang berwarna putih.
b. Alat:
- Beaker glass 100 ml - Neraca analitik
- Spatula - Standar Corong
- Kaca arloji - Hot plate
- Gegep - Furnace
- Corong - Kertas saring
- Cawan platina
c. Bahan:
- Sample
- BaCl2 10 %
- Aquadest panas
d. Prosedur:
Filtrat dari penetapan BTL ditambahkan BaCl2 hingga pengendapan
sempurna. Endapan disaring dengan kertas saring No.42. Endapan
dicuci dengan air panas hingga bebas klorida. Endapan beserta kertas
saring dimasukkan ke dalam cawan platina yang telah diketahui bobot
kosongnya. Dipijarkan dalam tanur pada suhu 1100 C selama 15 menit,
didinginkan dan ditimbang hingga bobot tetap.
e. Hasil: Dimana: 0,343 = faktor kimia
a
% SO3 x0.343x100%
b
5. Penetapan Fe2O3 dan Al2O3
a. Prinsip: Ion Fe+3 dan Al+3 dalam larutan EDTA membentuk senyawa
kompleks, penentuan senyawa ini berdasarkan pH larutan. Ion Fe+3
pada suhu kamar (pH = 2). Ion Al+3 pada keadaan mendidih (pH = 3)
b. Alat:
- Beaker glass 100 ml - Standar corong
- Labu semprot - Hot plate
- Gegep - Pipet volume 100 ml
- Corong - Magnetic stirrer
- pH meter - Buret otomatis
- Pengaduk
c. Bahan:
- Sample - Indikator PAN
- Aquadest panas - HCl 5%
- Buffer Fe2O3 dan Al2O3 - Kompleksonat tembaga
- NH4SCN - EDTA 0,02 M
d. Prosedur:
Penetapan Fe2O3
Dipipet 200 ml filtrate dari penetapan SiO2 kedalam beaker glass
yang berisi magnetic stirrer. Ditambahkan buffer Fe2O3 hingga pH
kecoklatan. Diletakkan diatas magnetic stirrer dan dititrasi dengan
EDTA 0,02 M sampai terjadi perubahan warna kembali berwarna
semula (kuning). Catat volume penitaran.
Penetapan Al2O3
Larutan hasil titrasi dari penetapan Fe2O3 ditambahkan buffer Al2O3
hingga pH 3. Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih.
Ditambahkan 3 tetes kompleksonat tembaga dan 8 tetes indikator
PAN hingga larutan berwarna merah muda. Selanjutnya dititrasi
dengan EDTA 0,02 M hingga terjadi perubahan warna menjadi
kuning (tidak terjadi lagi perubahan warna setelah dipanaskan
selama 5 menit).
e. Hasil:
FP x V EDTA x BM Fe2O3
% Fe2O3 x100%
Bobot Contoh
FP x V EDTA x BM Al2O3
% Al 2O3 x100%
Bobot Contoh
6. Penetapan CaO
a. Prinsip: Ion Ca+2 akan membentuk senyawa kompleks dengan EDTA
pada pH larutan 12-13. Larutan NaOH 2 N berfungsi untuk menaikkan
pH larutan dengan menggunakan kalsein sebagai indicator.
b. Alat:
- Beaker glass 100 ml - Magnetic stirrer
- Labu semprot - Buret otomatis
- Pipet volume 25 ml
c. Bahan:
- Sample - TEA
- Aquadest - Indicator Calsein
- EDTA 0,02 M
d. Prosedur:
Dipipet 25 ml filtrate dari penetapan SiO2 kedalam beaker glass yang
berisi 200 ml aquadest dan macnetic stirrer. Ditambahkan 2 ml TEA,
25 ml NaOH 2 N dan indikator kalsein (larutan berwarna hijau).
Diletakkan diatas magnetic stirrer kemudian dititrasi dengan EDTA
0,02 M hingga titik akhir (larutan berwarna ungu), catat volume
penitran.
e. Hasil:
Fp x V EDTA x M EDTA x BM CaO
%CaO x100%
Bobot Contoh
7. Penetapan MgO
a. Prinsip: Ion Mg2+ akan membentuk senyawa kompleks dengan EDTA
pada pH larutan sekitar 10. Sebagai indikator digunakan EBT (Erio
Chrom Black-T).
b. Alat:
- Beaker glass 100 ml - Magnetic stirrer
- Labu semprot - Buret otomatis
- Pipet volume 25 ml
c. Bahan:
- Sample - Indikator EBT
- Aquadest - Buffer MgO
- EDTA 0,02 M - Asam Askorbat
- TEA - KCN
d. Prosedur:
Dipipet 25 ml filtrat dari penetapan SiO2 kedalam beaker glass yang
berisi 200 ml aquadest dan macnetic stirrer. Ditambahkan 2 ml TEA,
20 ml buffer MgO, seujung sudip asam askorbat, seujung sudip KCN
dan indikator EBT (larutan berwarna ungu). Diletakkan diatas magnetic
stirrer kemudian dititrasi dengan EDTA 0,02 M hingga titik akhir
(larutan berwarna biru), catat volume penitran.
e. Hasil:
Fp x (b - a) x M EDTA x BM MgO
% MgO x100%
Bobot Contoh
Dimana:
a = ml penitaran CaO b = ml penitaran MgO
tidak terlalu penting disebut setting normal. Jumlah SO3 yang dibutuhkan
untuk mencapai waktu setting untuk semen yang normal biasanya pada range
1-3 % dan waktu setting normal adalah range 2-5 jam untuk setting awal dan
3-6 jam untuk setting akhir (beda waktu antara setting awal dan setting akhir
biasanya kurang lebih satu jam). Adapun beberapa faktor yang berpengaruh
dalam hal ini, yaitu kondisi sekitar, komposisi klinker dan karakteristik
semen.
2. Kuat Tekan
Sifat yang sangat penting dari semen Portland adalah karakteristik
perkembangan kuat tekan. Sifat ini tergantung pada beberapa faktor termasuk
proporsi campuran, suhu, kondisi humidity, ukuran dan bentuk dari benda uji.
Waktu curing dipilih sebelum pengujian yang biasanya adalah 1, 3, 7 dan 28
hari tergantung pada spesifikasi nasionalnya.
Perhatian utama dari produsen semen adalah untuk menjamin bahwa
semen yang dihasilkan memenuhi kebutuhan dari spesifikasi standar, yang
menyatakan persyaratan minimum atau maksimum dari kuat tekan untuk
kategori khusus dari semen dan untuk menjamin variasi yang minimum pada
karakteristik kuat tekan. 1,5 % (ekuivalen K2O) karena dapat menaikkan kuat
tekan awal (1 dan 3 hari) tetapi menurunkan kuat tekan pada umur-umur
selanjutnya (7 hari ke atas). Sejumlah CaO bebas yang biasanya ada dalam
klinker akan berpengaruh secara langsung pada perkembangan kuat tekan
semen, karena menurunkan kandungan C3 dalam klinker, kandungan CaO
bebas yang cukup tinggi mengindikasikan pembakaran klinker yang tidak
sempurna.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kuat tekan
adalah sebagai berikut:
A. Kehalusan
Faktor ini pada umunya digunakan untuk mengatur kuat tekan
semen pada level yang diinginkan dan biasanya ditunjukkan dengan
karakteristik luas permukaan yang ditentukan dengan metode air
permeabilitas Blaine (250 450 m2/kg). Pada area ini kenaikan
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BAB VIII
PENUTUP
VIII.1. Kesimpulan
Program kegiatan Kerja Praktek yang telah kami laksanakan kurang lebih
selama 30 hari, terdapat persamaan dan juga perbedaan antara aspek-aspek
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan secara teoritis yang telah diperoleh
selama di bangku kuliah, dengan kenyataan yang ada di lapangan. Semoga dengan
kerja praktek ini dapat tercipta kesatian wawasan, pengertian, dan gerak langkah
antara semua pihak yang terlibat sehingga memungkinkan terjadinya kemunikatif
dan dinamis dalam pelaksanaan kerja praktek sesungguhnya.
Setelah beberapa waktu mengamati secra langsung proses produksi semen
pada PT. Semen Tonasa Pangkep, maka kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1. PT. Semen Tonasa adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran semen kapasitas unit
II yaitu 510.000 metrik ton semen pertahun, unit III yaitu 590.000 metrik
ton pertahun, unit IV yaitu 2.300.000 metrik ton semen pertahun dan unit
V yaitu 2.500.000 metrik ton semen pertahun dengan tujuan memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
2. Proses pembuatan semen PT. Semen Tonasa unit II,III,IV dan V adalah
proses kering, yang menggunakan bahan baku utama, bahan baku koreksi,
dan bahan baku pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah
tanah liat dan batu kapur. Bahan baku koreksi adalah pasir silica dan pasir
besi. Bahan baku pembantu adalah gypsum, lime stone, fly ash, dan trass.
3. Jenis-jenis semen yang diproduksi oleh PT. Semen Tonasa adalah OPC,
PCC, PPC.
4. Pada prinsipnya, pembuatan semen di bagi menjadi beberapa tahap proses:
a. Mining g. Calciner
b. Crusher h. Kiln
c. Storage i. Cooler
d. Raw Mill j. Klinker Silo