Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial

baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang

diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam

praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara

professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan

sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar

manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan

keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

Pada peran ini perawat diharapkan mampu :

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau

masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana

sampai pada masalah yang kompleks.

2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus

memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

b. Sebagai advokat klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Tugas

perawat antara lain :

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi

dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan

untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan

kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit

dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat

adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan

perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk

didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi

dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

c. Sebagai educator.

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Sebagai koordinator.

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah

serta sesuai dengan kebutuhan klien.


e. Sebagai kolaborator.

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari

dokter, fisioterapi, ahli gizi dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan.

f. Sebagai Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan

psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan

untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional

dan intelektual. Peran perawat antara lain :

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

2. Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk

meningkatkan kemampuan adaptasinya.

3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan.

g. Sebagai pembaharu.

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematisdan terarah

sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.2 Fungsi Perawat ( PK ST. Carolus 1983 )

a. Fungsi Pokok

Membantu individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan

kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi kematian dengan tenang

sesuai dengan martabat manusia yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa

bantuan.
b. Fungsi Tambahan

Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang

ditentukan oleh dokter.

c. Fungsi Kolaboratif

Sebagai anggota tim kesehatan, bekerja sama saling membantu dalam merencanakan dan

melaksanakan program kesehatan secara keseluruhan yang meliputi pencegahan penyakit,

peningkatkan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

Didalam menjalankan fungsinya maka seorang perawat kesehtan kerja

melakukan 2 kelompok pekerjaan yang besar yaitu :

Penatalaksanaan kasus adalah dalam menerapkan proses keperawatan dan prinsip-prinsip

kesehatan masyarakat pada pekerja dan tempat kerja. Dengan kata lain penatalaksanaan kasus

adalah penerapan standar pelayanan klinis keperawatan pada tenaga kerja.

Penatalaksanaan program adalah penerapan fungsi-fungsi administrasi pada program-

program kesehatan dan keselamatan kerja.

Menurut kozier (1991) mengemukakan fungsi perawat :

1. Fungsi Mandiri (Independen)

Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

tindakan untuk memenuhi KDM.

2. Fungsi Ketergantungan (Dependen)


Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi

dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh

perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Kolaboratif (Interdependen)

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan

diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan

membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi

dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

2.3 Peran perawat dalam pemberian obat

A. Peran perawat dalam pemberian obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil

untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga

mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat

dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang

utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien

untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam

membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap

obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang

pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga

harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis

yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:

1. Benar Klien

Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi
dan meminta menyebutkan namanya sendiri.

Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat

Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat

Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan

Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat

Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali:

1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,

2. Sebelum menuang/menghisap obat

3. Setelah menuang/ mengisap obat

Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah

Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut

Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat

Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.

Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan,

dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang

diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi

obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.

Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.


4. Benar Waktu Pemberian

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali

sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma

tubuh dapat dipertimbangkan.

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ). Obat yang mempunyai waktu

paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek

diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.

Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama

makanan

Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa

lambung bersama-sama dengan makanan.

Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk

memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan

obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)

Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.

Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat peroral

Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral

Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral

telah ditelan.

rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

1. oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;

2. sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;

3. bukal (diantara gusi dan pipi)


4. topikal ( dipakai pada kulit ) ;

5. inhalasi ( semprot aerosol ) ;

6. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;

7. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasikan.

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan

selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien

terhadap pengobatan.

7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada

pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat

obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan

yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi

yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-

perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb.

8. Hak klien untuk menolak

Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan

Inform consent dalam pemberian obat.

9. Benar pengkajianiksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.

Perawat selalu memer

10. Benar evaluasi

Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

11. Benar reaksi terhadap makanan

Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan

harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus

diminum setelah makan misalnya indometasin.

12. Benar reaksi dengan obat lain

Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol

penggunaan pada penyakit kronis

Hak Hak Klien dalam Pemberian Obat

1. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi (

Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat

suatu keputusan .

2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat

untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah

langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu

pengobatan ditolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang

bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian

obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga

diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada

pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan

fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap

perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan

mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.
Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh

darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.

Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan

mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.

Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas

tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung

jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.

Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi

mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk

tujuan terapeutik / menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara

lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam

laboratorium maupun tubuh manusia.

B. Peran Dalam Mendukung Keefektifitasan Obat

Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik obat,

perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus

melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak boleh

dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana

dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan.

Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasan obat yang

diberikan kepada pasien. Namun, laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat

digunakan pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya langsung

kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.

C. Peran dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat


Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap

kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus

mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang dapat

terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan memerlukan

tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi, menghentikan obat

yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter. Perawat harus memberitahu pasien yang

memakai/ minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang

harus dilaporkan pada dokter atau perawat. Setiap pasien mempunyai ketahanan yang

berbeda terhadap obat. Beberapa pasien dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu.

Perawat mempunyai peran penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat

pemberian obat. Data tentang alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan

pengumpulan data riwayat kesehatan.

D. Peran Perawat dalam Menyimpan, Menyiapkan, dan, Pencatatan

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil

(rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing

obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15C (tapi

tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 - 10C, vaksin cacar air harus < 5C.

2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan

terkunci.

3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan

dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi

keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

Persiapan :
Cuci tangan sebelum menyiapkan obat

Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat

Periksa perintah pengobatan

Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali

Periksa tanggal kadaluarsa

Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain

Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atauahli Farmasi

uang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit,buka obat disisi

tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien

Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus berada pada

garis dosis yang diminta

Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan

bersama-sama dengan makanan

Pencatatan :

Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat supervisor. Lengkapi

laporan peristiwa

Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute, dan inisial Anda.

Catat obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat

Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.

E. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada

pasien, keluarga, dan masyarakat luas. Hal ini termasuk pendidikan yang berkaitan dengan

obat. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat secara umum, sedangkan

informasi yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung jawab perawat tetapi tanggung

jawab dokter.
Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Keperawatan

Definisi tanggung jawab perawat


Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati hati, teliti dan
kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.(Koziers 1983:25) Klien merasa yakin bahwa
perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang
relevan dengan disiplin ilmunya. Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam
Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).
Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan
ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar.Misalnya
hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah,
melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap
menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau
melanggar hukum.
Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak.mengelak serta
memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif (Bertens,
1993:133). Berdasarkan pengertian di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan
memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu
atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan
sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa
depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua
manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun
tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

Jenis-jenis tanggung jawab perawat


1. Tanggung jawab utama terhadap Tuhannya.
Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalah
tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati
akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik
pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut
ini :

Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Tuhan ?
Apakah perawat mendoakan klien selama dirawat dan memohon kepada Tuhan untuk
kesembuhannya ?
Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?
Apakah perawat menjelaskan mafaat doa untuk kesembuhannya ?
Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama diRS?
Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?

2. Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat.


Tanggung jawab merupakan aspek terpenting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah
kesediaan seseorang dalam menghadapi kemungkinan paling buruk sekalipun, memberikan
kompensasi dan informasi terhadap apa yang dilaksanakannya dalam melaksanakan tugas.
Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus terhadap apa yang dilakukannya terhadap
klien. Contoh bentuk tanggung jawab perawat terhadap klien: mengenal kondisi klien,
merawat klien selama jam dinas, tanggung jawab dalam pendokumentasian, menjaga
keselamatan klien, bertanggung jawab bila terjadi penurunan kondisi klien, dan sebagainya.
Tanggung jawab perawat juga erat hubungannya dengan tugas utama perawat yaitu care.
Seperti dalam tugas tugas yang didelegasikan misalnya dalam pemberian obat. Meskipun
ini adalah tugas yang didelegasikan, perawat harus turut bertanggung jawab meskipung
kesalahan utama terkadang terletak pada atasan yang member delegasi. Etika perawat juga
melandasi perawat untuk memiliki tanggung jawab, terutama memandang manusia sebagai
makhluk yang unik dan utuh. Unik artinya individu bersifat khas dan tidak bisa disamakan
dengan individu lain. Utuh artinya manusia memiliki kebutuhan yang kompleks dan saling
berkaitan. Berbagai tanggung jawab lainnya dari perawat terhadap kliennya seperti
bertanggung jawab dalam memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya
dan agama dari individu selama melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan serta
bertanggung jawab dalam menjalin kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat
khususnya dalam mengadakan upaya kesehatan dan kesejahteraan.
3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat
atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan


tindakan.
keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis ,
dan pemberian cairan RL sebanyak 5 kolf, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni
2007 jam 21.00. Kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.
Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau
belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar
oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan,
perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara
akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan
seringkali menuntut adaptasi khusus.
Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut
uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar,
misalnya memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.
Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila
terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial,
kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi,
keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan
menyertakan bukti-bukti yang memadai.

4. Tanggung jawab terhadap profesi.


Berikut tanggung jawab perawat terhadap profesi adalah :

Perawat bertanggung jawab dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan


profesionalnya secara individu ataupun berkelompok melaui penambahan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.
Perawat bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan sikap dan pribadi yang terpuji.
Perawat bertanggung jawab dalam menentukan pelayanan keperawatan yang
professional dan menerapkannya dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
Perawat bertanggung jawab secara bersama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian.

5. Tanggung jawab terhadap negara.


Berikut tanggung jawab perawat terhadap negara adalah :

Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah digarikan oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan peran aktif menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepara
masyarakat.

6. Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas

Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran


profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan
tugas yang diprcayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak yang
berwenang sesuai denagan ketentuan hokum yang berlaku.
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusian.
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan
sosial.
Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau klien dalam
melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemempuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan kaperawatan

Definisi Tanggung Gugat (Akuntability)


Barbara kozier (dalam Fundamental of nursing 1983:7, 25)
Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya.
Kuntability dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi konsekuensinya. Perawat
hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia mengatakan
siap dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan segala
tindakannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan menjelaskan tiga pertanyaan berikut:
1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan
sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung gugat terhadap direktur, sebagai
profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota
team kesehatan perawat memiliki tanggung gu gat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai
contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan petunjuk
dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan
yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat
memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai
dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau
diukur kinerjanya.
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun
standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang
dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau
outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu.
Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali
dan sebagiannya.

Jenis atau macam-macam tanggung gugat perawat


Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta pertanggung
jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Di bidang
pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya hubungan
hukum antara tenaga medis ( dokter, bidan, perawat) dengan pengguna jasa ( pasien) yang
diatur dalam perjanjian. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang
menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau
tindakan yang dilakukannya.

Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat


1. Contractual Liability.
Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak dilaksanakannya
sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu hak pihak lain sebagai akibat
adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan terapetik, kewajiban atau
prestasi yang harus dilaksanakan oleh health care provider adalah berupa upaya (effort),
bukan hasil (result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain hanya bertanggunggugat
atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya medik yang
dapat dikatagorikan sebagai civil malpractice
2. Liability in Tort
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan atas adanya
contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum . Pengertian melawan hukum
tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum diri
sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang berlawanan dengan kesusilaan
yang baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup
terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).
3. Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability whitout
fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak melakukan kesalahan
apa-apa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence. Tanggung gugat
seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce, dimana produsen
harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya,
kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
4. Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh bawahannya
(subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai employer) dapat
bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam
kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).

Kasus tanggung jawab perawat dengan pasien


Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit AA, tn.T
dirawat memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa
medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD:
170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan
Kesadaran compos mentis, TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak
dextra atas dan bawah, bicara pelo, mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak
bicara dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo).
Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 WIB terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah
itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang 206 dimana tempat Tn.T
dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi dan masuk ruang
206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai dibawah tempat tidurnya dengan
barang-barang disekitarnya berantakan.
Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya
peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi Tn.T, keluarga juga terkejut dengan
peristiwa itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak
kesal dengan kejadian itu. Perawat dan keluarga menanyakan kepada Tn.T kenapa bapak
jatuh, Tn.T mengatakan saya akan mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada
pengangan pada tempat tidurnya, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong
kami kata Tn.T saya pikir kan hanya mengambil air minum aja.
Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur Tn.T dan perawat memberikan
obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill
tempat tidur Tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan
keluarga, bila butuh sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.
1. Analisa Kasus
Contoh kasus di atas merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin bahwa Tn.T
tidak akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota
gerak kanan, sehingga mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini lupa atau tidak
memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan obat injeksi captopril,
sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur membuat Tn.T merasa leluasa
bergerak dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah yang menyebabkan Tn.T terjatuh.
Bila melihat dari hubungan perawat pasien dan juga tenaga kesehatan lain tergambar pada
bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode etik dan standar praktek atau ilmu
keperawatan. Pada praktek keperawatan, perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab
baik etik, disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan,
perawat harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek keperawatan dengan
ketelitian dan kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan, melakukan kegiatan sesuai
kompetensinya, dan mempunyai upaya peningkatan kesejaterahan serta kesembuhan pasien
sebagai tujuan praktek.
Kelalaian implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum, bila penyelesaiannya dari segi
etik maka penyelesaiannya diserahkan dan ditangani oleh profesinya sendiri dalam hal ini
dewan kode etik profesi yang ada diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum
maka harus dilihat apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau
keduannya dan ini membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang berkompeten
dibidang hukum.
Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan kelalaian dengan alasan
Kasus kelalaian Tn.T terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan
tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini
termasuk dalam bentuk Nonfeasance.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan keperawatan
dengan benar, diantaranya sebagai berikut:

Perawat tidak kompeten (tidak sesuai denga


kompetensinya)
Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP.
Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan
Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap
Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak dijalankan dengan
baik
Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan
Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien dan keluarga
merupakan hal yang penting.
Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan keperawatan.

2. Dampak dampak kelalaian


Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran etik dan
pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku, penerima, dan organisasi
profesi dan administrasi.
a. Terhadap Pasien

Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah keperawatan baru
Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah kesehatan/keperawatan lainnya.
Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan sesuai dengan
standar yang benar.
Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah Sakit atau perawat
secara peroangan sesuai dengan ketententuan yang berlaku, yaitu KUHP.

b. Perawat sebagai individu/pribadi


1) perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendiri, karena telah
melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan, antara lain:

Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan merugikan pasien
Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-tindakan yang harus
dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat mencegah pasien jatuh dari tempat
tidur
Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan manusia, jatuhnya pasien
akan menambah penderitaan pasien dan keluarga.
Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya karena perawat tidak mempunyai
rasa caring terhadap pasien dan keluarga, yang seharusnya sifat caring ini selalu
menjadi dasar dari pemberian bantuan kepada pasien.
2) Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien dan ganti rugi atas
kelalaiannya. Sesuai KUHP.
3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat peringatan baik dari
atasannya (Kepala ruang Direktur RS) dan juga organisasi profesinya.

Bagi Rumah Sakit

Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan


kesehatan RS
Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi Rumah
Sakit
Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata karena
melakukan kelalaian terhadap pasien
Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara administrasi dan
procedural

Bagi profesi

Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang, karena


menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada masyarakat bahwa
perawat yang melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah kompeten
dan memenuhi standar keperawatan.
Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan standarisasi
perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan

Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :

Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/praktek


keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh.
Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh organisasi profesi
dengan jelas dan tegas.
Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang
sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan.
Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi
keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan baik secara administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan
dengan sudah melewati proses-proses tertentu.

Kasus tanggung gugat perawat


Solusi dan pembahasan: sebagai tenaga perawat kersehatan, Klien meminta untuk diaborsi
demi keselamatan ibunya, suaminya setuju tetap ia mengatakan pada perawat bahwa ia kan
selalu tersiksa dengan pikiran-pikiran bahwa ia setuju membinasakan makhluk yang ia
bantu pembentukannya. Si istri juga mengatakan kepada perawat itu bahwa ia juga setuju
untuk melakukan aborsi tersebut demi keselamatanya.
seorang perawat harus mempunyai tunggung gugat terhadap kliennya. Perawat melakukan
perannya sebagai advokasi, edukasi, dan kolaborasi, jadi seorang perawat juga harus
melindungi hak-hak pasien tentang masalah aborsi ini sehingga perawat tidak bertindak
sendiri melainkan membutukan kerjasama dari tim lain.
Dan masalah tentang edukasinya perawat memberikan informasi tentang bahayanya aborsi
bagi kesehatan klien dan tidak hanya kepentingan kesehatannya saja tetapi seorang perawat
juga har us mampu membangkitkan spiritual si klien tentang aborsi ini.

Daftar Pustaka

www.google.com/search?q=tanggung jawab dan tangggun gugat dalam keperawatan.


Di akses pada rabu,4 februari 2015
http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-
gugat.html Di akses pada rabu,4 februari 2015
http://sukaryat.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-tanggung-jawab-perawat.html
Di akses pada rabu,4 februari 2015
http://addy1571.files.wordpress.com/2008/12/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat-
perawat-dalam-sudut-pandan.pdf

Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2016/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-


gugat-dalam.html#ixzz4aW50heA5

Anda mungkin juga menyukai