Pergerakkan Nasional
A. PARTINDO
Asas dan tujuan serta garis-garis perjuangan PNI masih diteruskan oleh
Partindo.Selanjutnya dilakukan upaya menghimpun kembali anggota-anggota
PNI yang sudah terlanjur tercerai-berai sehingga pada tahun 1931 berhasil
dibentuk 12 cabang Partindo.Kemudian berkembang lagi menjadi 24 cabang
dengan anggota sebanyak 7000 orang.
Setelah bebas pada bulan Desember 1931, Ir. Soekarno berupaya menyatukan
kembali PNI yang terpecah.Akan tetapi, upaya tersebut tidak berhasil karena
terdapat perbedaan pendapat antara Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta sebagai
pemimpin PNI Baru.Akhirnya, Ir. Soekarno memutuskan dirinya untuk masuk
dan bergabung ke dalam Partindo.Partai Indonesia ini kemudian berkembang
pesat setelah pemimpin tertinggi dipegang oleh Ir. Soekarno.Pada tahun
berikutnya, Partindo telah memiliki 71 cabang dan anggota sebanyak 20.000
orang. Ide-idenya banyak dimuat dalam harian Pikiran Rakyat, antara lain yang
penting adalah Mencapai Indonesia Merdeka pada tahun 1933.
Ketika Sartono membubarkan PNI pada tahun 1930, banyak anggotanya yang
tidak setuju.Mereka menyebut dirinya sebagai Golongan Merdeka.Dengan giat
mereka mendirikan studie club-studie club baru, seperti Studie Club Nasional
Indonesia di Jakarta dan Studie Club Rakyat Indonesia di Bandung.Selanjutnya,
mereka mendirikan Komite Perikatan Golongan Merdeka untuk menarik
anggota-anggota PNI dan untuk menghadapi Partindo.
C. PARINDRA (1935)
D. GERINDO
Petisi itu juga ditandatangani oleh I.J. Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk
Tumenggung, dan Kwo Kwat Tiong, Sebagian besar dari partai-partai dan
toloh-tokoh pergerakan juga mendukung Petisi Sutardjo. Setelah mendapatkan
dukungan mayoritas anggota Volksraad, petisi itu kemudian disampaikan
kepada pemerintahan kerajaan dan parlemen Belanda.
Kalangan Fraksi Nasional dan partai-partai besar ketika itu, seperti Parindra,
Gerindo, PSII, dan PNI Baru memperingatkan bahwa usaha Petisi Sutardjo akan
sia-sia. Oleh karena itu, para pendukung petisi tersebut kemudian membentuk
suatu panitia untuk menghimpun dukungan dari masyarakat di dalam maupun di
luar negeri.Dukungan pun diperoleh bahkan ada pula orang-orang Belanda yang
mendukung pertisi tersebut.
Golongan yang tidak setuju adalah golongan konservatif Belanda dan para
pengusaha perkebunan Belanda, termasuk kelompok Vanderlandche Club (VC).
Mereka menganggap petisi tersebut terlalu premature, secara ekonomi dan
social Hindia Belanda (Indonesia) masih belum cukup untuk dapat berdiri
sendiri Katanya mereka sih Selain itu, dipermasalahkan pula tentang dapat
dipertahankannya kesatuan wilayah Nusantara dalam lingkungan Pax
Neederlandica karena pada kenyataannya kondisi politik Hindia Belanda belum
mantap dari segi manapun.
Pada tanggal 16 November 1938, pemerintah Belanda memberikan jawaban
bahwa petisi tersebut ditolak dengan alasan-alasan sebagai berikut.
Akibat yang tampak dari penolakan petisi tersebut adalah semakin jauhnya jarak
antara pemerintah dengan yang diperintah. Tidak ada jalan lain bagi kaum
pergerakkan untuk memperkuat barisan terkecuali dengan memperkuat
organisasi dan persatuan bangsa. Usaha kea rah persatuan itu juga didorong oleh
keadaan internasional yang sejak tahun 1939 menjadi genting dengan adanya
penyerangan negara Jerman ke wilayah kota Danzig, di Polandia yang
mengawali terjadinya Perang Dunia II.
F. PERJUANGAN GAPI Indonesia Berparlemen
Satu-satunya hasil dari berbagai upaya kaum pergerakan melalui Dewan Rakyat
adalah pembentukan Komisi Visman (Commissie Visman) pada bulan Maret
1941.Komisi tersebut bertugas meneliti keinginan, cita-cita, serta pendapat yang
ada pada berbagai golongan masyarakat mengenai perbaikan
pemerintahan.Hasilnya diumumkan pada bulan Desember 1941 yang
menyatakan bahwa penduduk sangat puas dengan pemerintah Belanda.
Karena kancah Perang Pasifik sudah sangat dekat, hasil Komisi Visman itu
tidak ada lagi pengaruhnya terhadap perkembangan politik di Hindia
Belanda.Suasana pada saat-saat terakhir pemerintahan Hindia Belanda diliputi
oleh sikap rakyat yang apatis bercampur tidak percaya lagi dan pada akhirnya
berubah menjadi sikap anti-Belanda.Hal ini juga disebabkan oleh propaganda
Jepang, yang dinamakan dengan Gerakan 3 A.