Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INTREPRETASI DATA KLINIK

TUGAS MANDIRI
ARTIKEL HIPERPARATIROID

Disusun Oleh : Marita Suzia Latulifa


066114196

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2017
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan
ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak
adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat
diketahui. Hiperparatiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar paratiroid yang terletak di leher
memproduksi terlalu banyak hormon paratiroid. Tingginya kadar hormon paratiroid ikut
menyebabkan kadar kalsium dalam darah meningkat, namun di sisi lain, kadar fosfor menjadi turun.

Hiperparatiroidisme merupakan jenis gangguan hormon yang langka terjadi. Wanita lebih berisiko
terkena kondisi ini seiring pertambahan usia mereka dibandingkan dengan pria. Wanita yang telah
memasuki masa menopause adalah kelompok yang paling sering menderita kondisi ini.

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme
kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni
hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik belum
diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan
karsinoma paratiroid. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal
menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan
peningkatan sekresi kalsium sehingga manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang
dan ginjal.Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus
dalam.

Setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat penderita
penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada
Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit
hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun
keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang
diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding
1 Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.

Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia;


penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering
adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya
mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati
genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.

Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu


memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting
hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang. Dengan
mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan pada kelenjar
paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data
pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kelainan
pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.

Sebenarnya hiperparatiroidisme sendiri jarang menimbulkan gejala pada orang-orang yang


mengalaminya. Gejala biasanya muncul akibat peningkatan kadar kalsium dalam darah. Gejala
tersebut berupa rasa lelah, otot terasa lemas, tampak sedikit bingung, hilang konsentrasi, hilang nafsu
makan, selalu merasa haus, sering buang air kecil, konstipasi, mual, dan sakit perut. Selain itu, gejala
depresi juga bisa terjadi.
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas segera periksakan diri ke dokter. Peningkatan kadar
kalsium yang diabaikan atau tidak diobati bisa menimbulkan gejala-gejala lanjutan, seperti sering
mengantuk, kebingungan meningkat, dehidrasi, muntah-muntah, nyeri tulang, hipertensi, detak
jantung tidak teratur, dan kejang otot. Bahkan pada kasus yang tergolong parah, kondisi ini bisa
menyebabkan pingsan dan koma.

Berdasarkan penyebabnya, hiperparatiroidisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder.
Hiperparatiroidisme primer terjadi ketika adanya kondisi lain yang langsung menyerang kelenjar
paratiroid sehingga kelenjar tersebut menjadi bengkak dan menjadi overaktif. Kondisi-kondisi
tersebut di antaranya adalah hiperplasia, tumor jinak kelenjar paratiroid, dan kanker pada kelenjar
paratiroid. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain
yang menyebabkan kadar kalsium dalam darah menurun secara berkepanjangan. Akibatnya,kelenjar
paratiroid terstimulasi untuk terus-menerus memproduksi hormon paratiroid. Kondisi-kondisi tersebut
di antaranya adalah penyakit ginjal kronis, gangguan penyerapan di usus, dan defisiensi vitamin D.

Diagnosis Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme umumnya dapat terdiagnosis melalui pemeriksaan darah rutin. Hasil dari tes
tersebut menunjukkan kadar kalsium yang tinggi. Untuk mengukuhkan diagnosis, biasanya
pemeriksaan darah tambahan akan dilakukan oleh dokter. Lewat metode ini, peningkatan kadar
fosfatase alkali dan penurunan kadar fosfor juga akan dicek.
Selain melalui pemeriksaan darah, kadar kalsium yang tinggi juga bisa terdeteksi lewat pemeriksaan
urine. Metode ini juga bisa dilakukan untuk mengukur tingkat keparahan hiperparatiroidisme. Selain
itu, kerusakan yang mungkin sudah mengenai ginjal bisa terdeteksi melalui tes ini.
Jika dokter menduga hiperparatiroidisme menyebabkan kerusakan ginjal, maka selain dengan
pemeriksaan urine, pemeriksaan X-ray juga bisa dilakukan untuk memastikannya.

Pengobatan Hiperparatiroidisme
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan untuk menunggu dan melihat kondisi
pasien selama beberapa waktu. Hal ini terutama dilakukan jika kadar kalsium hanya meningkat
sedikit, tidak ada kerusakan pada ginjal, dan tidak ada gejala lain yang perlu diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya. Pada kasus hiperparatiroidisme primer yang
sebagian besar kasusnya disebabkan oleh tumor jinak adenoma, pengobatan yang paling efektif adalah
melalui operasi pengangkatan tumor tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu, dokter juga kadang-
kadang akan memberikan obat penurun kadar kalsium yang disebut bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan berarti Anda harus menghindari makanan yang
mengandung kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda hindari adalah makanan-makanan berkadar
kalsium tinggi. Tidak mengonsumsi kalsium justru bisa menyebabkan tulang mengalami defisiensi
kalsium dan akhirnya memicu osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk minum air putih
dalam jumlah yang cukup agar tubuh tidak dehidrasi.

Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme sekunder, pengobatan akan difokuskan kepada kondisi
yang mendasari. Sebagai contoh, jika hiperparatiroidisme terjadi akibat penyakit ginjal yang
sebelumnya telah diderita pasien, maka dokter akan fokus untuk mengobati penyakit ginjal tersebut.

Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) yang


bersama-sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium
dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, hormon tidak akan di sintesis bila
kadar kalsium tinggi dan akan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya
mengurangkan reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja
pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium iaitu di ginjal, tulang dan
usus.
Hiperparatiroid primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH, biasanya adanya suatu edema
paratiroid. Normalnya, kadar kalsium yang rendah menstimulasi sekresi PTH, sedangkan kadar
kalsium yang tinggi menghambat sekresi PTH. Pada hiperparatiroid primer, PTH tidak tertekan
dengan meningkatnya kadar kalsium, hal ini menimbulkan keadaan hiperkalsemia. Dalam beberapa
hal, peningkatan kalsium serum merupakan satu satunya tanda disfungsi paratiroid dan terdeteksi
dengan pemeriksaan rutin. Akibat peningkatan kalsium pada otot menimbulkan hipotonusitas otot
otot kerangka, reflek tendon dan otot otot gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya
kelemahan sering dijumpai. Jika kadar kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl, krisis
hiperkalsemia akut terjadi. Muntah muntah dengan hebat menyebabkan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit.

Hiperparatiroid sekunder timbul karena suatu keadaan hipokalsemi kronik, seperti pada gagal
ginjal. Hiperplasi kelenjar paratiroid terjadi dengan meningkatnya PTH. Pada beberapa pasien dengan
keadaan ini, kelenjar paratiroid memiliki sifat otonom dan kehilangan sifat responsivitasnya terhadap
kadar kalsium serum (hiperparatiroid tersier).

Tanda dan gejala


Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa sistem
organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan
aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah.
Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga
keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem saraf.
Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.

Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan ekskresi
kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal
terjadi akibat presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu
ginjal (rena calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.

Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme dapat terjadi akibat demineralisasi


tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel-sel raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklast
yang berlebihan. Pasien dapat mengalami nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah
punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan
pemendekkan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme merupakan faktor
risiko terjadinya fraktur. Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada hiperparatiroidisme
dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal.

Komplikasi
Krisis hiperkalsemia akut dapat terjadi pada hiperparatiroidisme. Keadaan ini terjadi pada
kenaikan kadar kalsium serum yang ekstrim. Kadar yang melebihi 15 mg/dl (3,7 mmol/L) akan
mengakibatkan gejala neurologi, kardiovaskuler dan ginjal yang dapat membawa kematian.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan ekskresi
kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme yang penting dan terjadi
pada 55% penderita hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium
fosfat dalam pelvis dan ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (renal calculi), obstruksi,
pielonefritis serta gagal ginjal.

Pemeriksaan diagnostik
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah
disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan tingginya kadar
kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu
banyak hormon paratiroid.
Pemeriksaan radiommunoassay untuk parathormon sangat sensitive dan dapat menbedakan
Hiperparatiroidisme primer dengan penyebab hiperkalsemia lainnya pada lebih dari 90% pasien yang
mengalami kenaikan kadar kalsium serum saja merupakan gambaran yang nonspesifik karena kadar
dalam serum ini dapat berubah akibat diet, obat-obatan dan perubahan pada ginjal serta tulang.
Perubahan tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar X atau pemindai tulang pada kasus-kasus
penyakit yang sudah lanjut. Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid digunakan untuk
membedakan Hiperparatiroidisme perimer dengan keganasan, yang dapat menjadi penyebab
hiperkalsemia. Pemeriksaan USG, MRI , pemindai thallium serta biopsi jarum halus telah digunakan
untuk menentukan lokasi kista, adenoma serta hiperplasia pada kelenjar paratiroid.

Penatalaksanaan

a. Hidrasi.
Karena gangguan pada ginjal mungkin terjadi maka penderita Hiperparatiroidisme dapat
menderita penyakit batu ginjal. Di samping itu, pasien harus mengambil tindakan untuk menghindari
dehidrasi. Karena adanya risiko krisis hiperkalsemia, kepada pasien harus diberitahukan untuk
segeramencari bantuan media jika terjadi kondiso yang menimbulkan dehidrasi ( muntah,diare ).
b. Mobilitas
Mobilitas pasien dengan banyak berjalan atau penggunaan kursi goyang harus diupayakan
sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stress normal akan melepaskan kalsium dalam
jumlah sedikit.
c. Diet dan obat-obatan.
Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari diet
kalsium-terbatas atau kalium-berlebih.

PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup :
a. Riwayat kesehatan klien.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga.
c. Keluhan utama, antara lain : Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot ,Gangguan
pencernaan seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai
penurunan berat badan, depresi, nyeri tulang dan sendi.
d. Riwayat trauma/fraktur tulang.
e. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala.
f. Pemeriksaan fisik yang mencakup : Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang, amati warna
kulit, apakah tampak pucat.Perubahan tingkat kesadaran.
g. Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik seperti bingung bahkan
koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.
h. Pemeriksaan diagnostik, termasuk :
1. Pemeriksaan laboratorium : dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam plasma yang
merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi hiperparatiroidisme. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroidisme primer akan ditemukan peningkatan kadar
kalsium serum; kadar serum posfat anorganik menurun sementara kadar kalsium dan posfat urine
meningkat.
2. Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.

2. Diagnosa keperawatan
1. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
2. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia,
dan hiperfosfatemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual
4. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal

Perencanaan keperawatan

Diagnosa I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur
patologi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami cedera.
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil :
Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
Mempersiapkan lingkungan yang aman
Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan risiko cedera
Menghindari cedera fisik
NIC : Mencegah jatuh
Intervensi :
Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan.
Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh
Periksa pasien apakah mengalami /terkena kontriksi karena bekuan darah tersayat, luka bakar, atau
memar.

Diagnosa II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan kembali pada haluaran
urine normal, seperti yang ditunjukan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 60 ml/jam
NOC: Eliminasi urine
Kriteria hasil:
Mampu ke toilet secara mandiri
Tidak ada infeksi saluran kemih
Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan
Eliminasi urine tidak terganggu
NIC : Penatalaksanaan eliminasi urine
Intervensi :
Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi,konsistensi, bau, volume, dan warna yang tepat.
Dapatkan spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis dengan tepat
Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi urine.
Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan diantara waktu makan dan diawal petang.
Informasikan pada pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.

Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mendapat asupan makanan
yang adekuat, seperti yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat
mempertahankan berat badan ideal.
NOC : Nutritional status : food and fluid intake
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
NIC : Nutrition management
Intervensi :
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi (diit rendah kalsium untuk
memperbaiki hiperkalsemia)

Diagnosa IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mempertahankan pola BAB
normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan pasien).
NOC : Eliminasi defekasi
Kriteria hasil :
Mengeluarkan feses tanpa bantuan
Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat
Latihan dalam jumlah yang adekuat
Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri.
NIC : Penatalaksanaan konstipasi
Intervensi :
Kaji warna dan konsistensi feses
Kaji adanya inpaksi
Pantau adanya tanda dan gejala ruptur usus
Ajarkan pada pasien tentang efek diet (misal : cairan dan serat ) pada eliminasi.
Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital.

Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementtasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

Evaluasi

Diagnosa I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur
patologi.
Kriteria hasil :
Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian risiko
Mempersiapkan lingkungan yang aman
Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera
Menghindari cedera fisik
Diagnosa II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
Kriteria hasil:
Mampu ke toilet secara mandiri
Tidak ada infeksi saluran kemih
Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan
Eliminasi urine tidak terganggu
Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Diagnosa IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
Kriteria hasil :
Mengeluarkan feses tanpa bantuan
Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat
Latihan dalam jumlah yang adekuat
Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri

Pembahasan Jurnal
Hipokalsemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana konsentrasi ion kalsium serum atau
kalsium serum total setelah dikoreksi oleh nilai albumin serum di bawah normal.1-3 Secara umum,
kalsium berperan penting dalam mempertahankan fungsi normal sel, khususnya pada transmisi impuls
saraf, stabilitas membran sel dan intracellular signaling, mempertahankan struktur jaringan tulang
serta pembekuan darah.4 Hipokalsemia diperkirakan terjadi pada 1-2% paska tiroidektomi dan sekitar
15-50% kasus perawatan intensif yang meliputi semua kelompok umur dan jenis kelamin.
Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh interaksi antara hormon paratiroid (PTH), vitamin D dan
kalsitonin melalui mekanisme complex feedback loops yang bekerja di tulang, ginjal dan usus,
dimana PTH bertanggung jawab sebagai pengendali utama.4 Dalam klasifikasinya, hipokalsemia
dibagi menjadi dua kriteria. Berdasarkan onsetnya, hipokalsemia dibedakan menjadi hipokalsemia
akut atau kronik sedangkan berdasar peranan PTH di dalamnya, hipokalsemia dikelompokkan
sebagai hipokalsemia dengan kadar PTH rendah, PTHtak efektif, atau PTH-overwhelmed.
Hipokalsemia kronik umumnya bersifat ringan sehingga jarang memerlukan koreksi.4-7
Hipokalsemia akut dapat menyebabkan gejala klinis yang berat seperti kejang, hipotensi refrakter,
aritmia, gagal jantung, spasme laring dan saluran napas yang dapat menyebabkan kematian.4,6
Kegagalan dalam menegakkan diagnosis dan menangani hipokalsemia berat dapat menyebabkan
morbiditas dan kematian.

KASUS

Telah dilaporkan seorang wanita berusia 24 tahun, suku Bali dengan kejang menyeluruh
(hypocalcemic seizure) dan pemanjangan interval QT, et causa
hipokalsemia berat sebagai akibat hipoparatiroidisme didapat paska tiroidektomi total yang disertai
hipertiroidisme didapat dan observasi kalsifikasi korteks serebri. Kesimpulan ini didukung oleh
adanya serangan kejang menyeluruh yang mendadak dan berulang disertai penurunan kesadaran
sesaat, dibuktikan dengan adanya hipokalsemia berulang, hipoparatiroidism, riwayat paska
tiroidektomi total. Klasifikasi hipokalsemia dilakukan berdasarkan status hormon PTH.
Hipoparatiroidism paska tiroidektomi dapat berlangsung sementara atau permanen (> 6 bulan), faktor
risiko yang mendasarinya, seperti: kondisi tirotoksikosis prabedah, jenis tindakan (tiroidektomi total),
tiroidektomi ulangan, serta ketrampilan operator, dimana faktor operator menduduki posisi paling
dominan. Kejang menyeluruh dengan penurunan kesadaran adalah manifestasi hipokalsemia akut dan
berat yang jarang terjadi. Diagnosis pasti hipokalsemia-hipoparatiroidism paska tiroidektomi adalah
pengukuran kalsium ion serum atau kalsium total dengan koreksi albumin serum dan PTH intak yang
rendah, serta magnesium serum dalam kisaran normal. Penatalaksanaan hipokalsemia dibagi menjadi
penanganan akut dengan pemberian preparat kalsium intravena dan kronis dengan preparat
kalsium dan vitamin D oral. Penatalaksanaan hipoparatiroidism paska tiroidektomi meliputi
pemberian vitamin D, auto dan xeno-transplantasi kelenjar paratiroid sampai preparat PTH subkutan
(teriparatide). Pemantauan kadar PTH intra-operatif atau segera setelah tiroidektomi yang disertai
pemberian preparat kalsium dini dapat memprediksi dan mengurangi insiden dan tingkat keparahan
hipokalsemia paska tiroiddektomi.

KESIMPULAN

Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek utama mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid carsinoma, dan hiperplasia pada sel
kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperparatiroidisme. Dikatakan
hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi hormon paratiroid lebih banyak dari
biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri merupakan kebalikan dari hiperparatiroidisme.

Adapun klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid sekunder, dan
hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada hasil laboratoriumnya.
Pada hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia dan kadar PTH juga menigkat,
sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya hipersekresi hormon paratiroid sebagai
respon terhadap penurunan kadar kalsium yang terionisasi dalam darah. Keadaan hipokalsemia yang
lama akan menyebabkan perubahan pada kelenjar paratiroid menjadi otonom dan berkembang
menjadi keadaan sepertri hiperparatiroidisme primer, dan pada keadaan ini disebut
hiperparatiroidisme tersier.

Anda mungkin juga menyukai