Email : rizkisitifitria@gmail.com
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061. Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Tindakan anamnesis adalah sebuah bentuk komunikasi atau wawancara dimana dokter
berusaha memperoleh informasi menyangkut keluhan dan penyakit pasien.1 Anamnesis
merupakan wawancara terarah antara dokter dan pasien. Tujuan utama anamnesis adalah dokter
dapat memperoleh informasi mengenai keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan oleh
pasien,hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit dan hal-hal lain yang akan
mempengaruhi perjalanan penyakit dan proses pengobatan.
Deep venous thrombosis (DVT) merupakan Pembekuan pembuluh darah balik, sebagai
akibatnya muncul pembengkakan pada kaki kiri, akibatnya darah yang turun sukar untuk naik
kembali ke jantung. Gejala yang biasanya dialami oleh Deep vein Thrombus adalah nyeri dan
bengkak pada betis, oedem dan kemerahan. 2 Faktor risiko Deep Vein Thrombosis (DVT) antara
lain meningkatkan umur, stroke, kelumpuhan, kanker , Operasi besar (terutama operasi
melibatkan perut, panggul dan ekstremitas bawah), kegagalan pernapasan, trauma (terutama
fraktur panggul, hip atau kaki), obesitas, varises, jantung Congestive kegagalan dan infark
miokard, berdiamnya kateter vena sentral, duduk dalam waktu yang lama, contohnya ketika
melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan, hamil, dan meroko
Pembahasan
Anamnesis
Tindakan anamnesis adalah sebuah bentuk komunikasi atau wawancara dimana dokter
berusaha memperoleh informasi menyangkut keluhan dan penyakit pasien.1Anamnesis
merupakan wawancara terarah antara dokter dan pasien. Tujuan utama anamnesis adalah dokter
dapat memperoleh informasi mengenai keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan oleh
1
pasien,hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit dan hal-hal lain yang akan
mempengaruhi perjalanan penyakit dan proses pengobatan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
melihat dan menilai adanya kelainan dan gangguan pada tubuh pasien, baik terlihat keluhannya
ataupun tidak.
Anamnesis antara dokter dan pasien harus membina hubungan yang baik dapat dilakukan
dengan cara menyampaikan ucapan selamat datang dan mempersilahkan pasien duduk dengan
sopan, serta menampilkan sikap dan wajah yang ramah. Anamnesis dapat dilakukan dengan
menanyakan;1 (1) menanyakan identitas pasien, (2) keluhan utama dan lamanya sakit, (3) riwayat
penyakit sekarang dengan menanyakan karakter keluhan utama,perkembangan keluhan utama
seperti obat-obat yang telah diminum dan hasilnya, (4) riwayat penyakit dahulu, (5) riwayat
pribadi seperti kebiasaan makan, kebiasaan merokok, alkohol, dan penggunaan narkoba, serta
riwayat imunisasi, (6) riwayat sosial ekonomi seperti lingkungan tempat tinggal dan hygiene, (7)
riwayat kesehatan keluarga, dan (8) riwayat penyakit menahun keluarga seperti alergi, asma,
hipertensi, kencing manis, dll.
Identitas Pasien
Nama lengkap pasien, jenis kelamin, umur pasien, tempat dan tanggal lahir pasien, status
perkawinan, agama, suku bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan dan riwayat keluarga
yang meliputi kakek dan nenek sebelah ayah, kakek dan nenek sebelah ibu, ayah, ibu,
saudara kandung dan anak-anak
Keluhan utama
keluhan utamanya apa ya? (pada kasus keluhan utamanaya adalah laki-laki usia 65
tahun dengan keluhan betis kirinya sakit,bengkak, dan kemerahan )
Riwayat penyakit sekarang
sudah berapa lama? (pada kasus sejak 4 jam yang lalu)
betisnya kiri kanan atau tidak/
nyerinya seperti gimana pa?
Pada saat dibawa jalan sakit? pada saat diam ?
apakah ada keluhan lain ? ( pusing, demam, mual, muntah, sesak nafas dll)
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah bapak pernah sakit seperti ini atau ga?
sebelumnya sudah pernah ke dokter atau minum obat? Kalau sudah, minum obat apa
aja? Bagaimana perkembangannya?
2
Riwayat pribadi
Yang biasanya ditanyakan adalah apakah ada riwayat vaksin yang pernah dilakukan oleh
pasien
Riwayat sosial
Penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit yang mereka derita
terhadap hidup dan keluarga mereka. Pekerjaan tertentu berisiko menimbulkan penyakit tertentu
jadi penting untuk mendapatkan riwayat pekerjaan yang lengkap.1
Riwayat Keluarga
Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena terdapat
konstribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat dan menilai adanya kelainan dan gangguan
pada tubuh pasien, baik terlihat keluhannya ataupun tidak. Pada pemeriksaan fisik yang perlu
kita ketahui adalah keadaan umum pasien dan memeriksa tanda-tanda vital pada pasien. Keadaan
umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan
posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis,
apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi
(frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola
pernafasan) dan suhu tubuh. Pada pemeriksaan fisik jangan lupa untuk memeriksa betis pasien
apakah ada bengkak, nyeri ataupun kemerahan. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah :
a) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat, antara lain :2
- Cicatrix (jaringan parut baik yang alamiah maupun yang buatan-bekas pembedahan)
- Fistulae
- Warna kemerahan/ kebiruan (livide) atau hiperpigmentasi
- Benjol/ pembengkakan/ cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
- Posisi serta bentuk dari extremitas (deformitas)
- Jalannya waktu masuk kamar periksa
b. Feel (palpasi)
Pada waktu mau meraba, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari
posisi netral atau posisi anatomi. Pada dasarnya, ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun pasien yang diperiksa; karena itu perlu selalu
diperhatikan wajah pasien atau menanyakan perasaan pasien.2
Yang dicatat dalam pemeriksaan palpasi ini adalah :2
3
- Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema, terutama daerah
persendian
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi
- Pada otot : tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi; benjolan yang terdapat di permukaan
tulang atau melekat pada tulang . Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu ditentukan
permukaannya, konsistensinya dan pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau
tidak dan ukurannya.
c. Move (gerak)
Setelah pemeriksaan palpasi, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota
gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Krepitasi dan gerakan
abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat
menggerakan sendi sendi. Gerakan sendi dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik. Pencatatan ini penting
untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak. Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan
aktif (apabila penderita sendiri disuruh menggerakkan) dan gerakan pasif (dilakukan pemeriksa).
Selain pencatatan pemeriksaan, penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini juga penting
untuk melihat kemajuan/ kemunduran pengobatan.2
Biasanya pada DVT akan ditemukan tanda-tanda klinis yaitu edema tungkai yang
unilateral, eritema, hangat, nyeri dan dapat pula diraba pembuluh darah superficial. Pada pasien
tersebut ditemukan kemerahan dan bengkak pada betis kiri nya.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien dengan DVT dapat memiliki gejala dan tanda yang minimal dan tidak khas
karenanya pemeriksaan tambahan seringkali diperlukan untuk menegakkan diagnosa.
1. Pemeriksaan darah
4
Plasma D-dimer adalah spesifik turunan dari fibrin, yang dihasilkan ketika fibrin
terdegradasi oleh plasmin. Pada pemeriksaan laboratorium hemostatis didapatkan
peningkatan D-dimer dan penurunan antitrombin.4 Pada pemeriksaan ini sensitif walaupun
tidak spesifik, pemeriksaan ini berguna sebagai indikator adanya trombosis yang aktif atau
menyingkirkan adanya trombosis jika hasilnya negatif. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas
93%, spesifitas 77% dan nilai predilksi negatif 98 % pada DVT proksimal, sedangkan pada
DVT daerah betis sensitivitasnya 70%.4 Pemeriksaan laboratorium lainnya tidak dapat
mendiagnosis penyakit, namun dapat digunakan untuk menentukan faktor resiko. Adanya
kenaikan d-dimer harus dilanjutkan dengan pemeriksaan (pencitraan) penunjang berupa:
venografi (nyeri tetapi menegakan diagnosis pasti atau ultrasanografi (kurang bisa
diandalkan untuk DVT pada tungkai bawah).5
2. Venografi (flebografi)
Merupakan suatu pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnose
trombosis vena dalam dengan menggunakan kontras. Prosedur ini invasif tetapi resikonya
kecil terhadap suatu reaksi alergi atau trombosis vena. Pada pemeriksaan ini, diperlukan
pemasukan zat warna khusus dan dapat menginduksi pembentukan DVT pada ekstrimitas
yang normal.5Kontras disuntikan ke dalam vena kaki untuk memvisualisasikan sirkulasi
tungkai bawah. Tourniquet yang dipasangkan pada pergelangan kaki dan diatas lutut akan
mendorong kontras ke vena dalam, sehingga trombus akan terlihat sebagai defek pengisian
pada lumen vena. Pembentukan trombus yang luas dapat menyebabkan hilangnya seluruh
atau sebagian pangisian vena.3
3. Ultrasonografi
Merupakan suatu pemeriksaan yang non invasif, tetapi ultrasonografi bukan suatu
pemeriksaan yang memuaskan untuk menegakkan diagnosis trombosis vena pada tungkai.
Ultrasonografi mempunyai tiga teknik dalam penggunaannya sebagai berikut:
Kompresi ultrasound : dengan memberikan tekanan pada lumen pembuluh darah jika
tidak ada sisa lumen saat dilakukan tekanan ini mengindikasikan bahwa tidak adanya
trombosis pada vena.
Dupleks ultrasonografi : karakteristik aliran darah dinilai dengan menggunakan
pulsasi signal Doppler. Aliran darah yang normal terjadi secara spontan dan fasik
dengan pernapasan. Ketika pola fasik tidak ada, ini mengindikasikan adanya
obstruksi dari aliran vena.
5
Colour flow duplex : menggunakan teknik dupleks ultrasonografi tetapi dengan
tambahan warna pada Doppler sehingga dengan mudah mengidentifikasi pembuluh
darah.
Usia tua
Stroke
Kelumpuhan
Kanker
Operasi besar (terutama operasi melibatkan perut, panggul dan ekstremitas bawah)
7
Kegagalan pernapasan
Obesitas
Varises
Duduk dalam waktu yang lama, contohnya ketika melakukan perjalanan jauh dengan
kendaraan.
Hamil
Meroko
Penyakit arteri perifer adalah gangguan sirkulasi umum di mana arteri yang
menyempit mengurangi aliran darah ke anggota badan. Penyakit vaskuler perifer biasanya
timbul pada tungkai disertai nyeri saat berjalan, namun jika lebih berat bisa menimbulkan
nyeri saat istirahat, akhirnya ulserasi kulit serta ganggren.1
Gejala klinis yang tersering dialami adalah klaudikasio intermiten pada tungkai yang
ditandai dengan rasa pegal, nyeri, kram otot, rasa lelah otot. Biasanya timbul saat aktivitas
dan berkurang setelah istirahat. Banyak pasien dengan penyakit vaskuler perifer tidak
memperlihatkan gejala. Apabila menimbulkan gejala, penyakit vaskuler menyebabkan:
nyeri, perubahan suhu dan warna kulit, oedem, ulserasi, emboli, stroke, pusing. 4 Terapi yang
digunakan untuk pengobatan pada penyakit ini adalah Angioplasti balon, pemasangan stent
logam dibawah kontrol radiologis, dan operasi graft bypass:aorto iliaka, femoropoplitea, dan
femorofemoral.3 Penyebab tersering penyakit ini adalah merokok dan diabetes mellitus,
namun dislipidemia, hipertensi, obesitas , serangan jantung , dan stroke juga merupakan
penyebab dari penyakit vesikuler perifer.
8
3. Superficial thrombophlebitis
4. Lympedema
Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika trombosis
menyebabkan peradangan hebat dan penyumbatan aliran darah, otot betis akan membengkak dan
dapat timbul rasa nyeri, terutama ketika berdiri maupun berjalan, nyeri tumpul jika disentuh,
9
eritema dan teraba hangat. Pergelangan kaki, kaki atau paha juga bisa membengkak, tergantung
kepada vena yang terkena. Nyeri pada betis yang dirasakan ketika posisi dorsofleksi kaki
merupakan tanda nonspesifik trombosis vena dalam.
Beberapa trombus mengalami penyembuhan dan berubah menjadi jaringan parut, yang
bisa merusak katup dalam vena. Sebagai akibatnya terjadi pengumpulan cairan (edema) yang
menyebabkan pembengkakan pada pergelangan kaki.Jika penyumbatannya tinggi, edema dapat
menjalar ke tungkai dan bahkan sampai ke paha. Pagi sampai sore hari edema akan memburuk
karena efek dari gaya gravitasi ketika duduk atau berdiri. Sepanjang malam edema akan
menghilang karena jika kaki berada dalam posisi mendatar, maka pengosongan vena akan
berjalan dengan baik.
Gejala lanjut dari trombosis adalah pewarnaan coklat pada kulit, biasanya diatas
pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh keluarnya sel darah merah dari vena yang teregang ke
dalam kulit. Kulit yang berubah warnanya ini sangat peka, cedera ringanpun (misalnya garukan
atau benturan), bisa merobek kulit dan menyebabkan timbulnya luka terbuka (ulkus, borok).
Etiologi
Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam, yaitu :
Hal ini dapat terjadi pada keadaan seperti perawatan lama di rumah sakit atau
pada penerbangan jarak jauh. Pada keadaan-keadaan tersebut otot-otot pada daerah
tungkai bawah tidak berkontraksi sehingga aliran darah dari kaki menuju ke jantung
berkurang. Akibatnya aliran darah pada vena melambat dan memudahkan terjadinya
trombosis pada vena dalam
Epidemiologi
10
Trombosis vena dalam terjadi kira-kira 1 per 1000 orang per tahun. Kira-kira 1-5%
menyebabkan kematian akibat komplikasi. Trombosis vena dalam sangat sedikit dijumpai pada
anak-anak. Ratio laki-laki dan perempuan yaitu 1:1,2. Trombosis vena dalam biasanya terjadi
pada umur lebih dari 40 tahun. Di amerika Serikat trombosis merupakan penyebab utama
kematian dengan anka kematian sekitar 2 juta penduduk setiap tahun akibat trombosis arteri,
vena atau komplikasinya. Anka kejadian trombosis vena dalam yang baru berkisar 50 per 100000
penduduk, sedangkan pada usia diatas 70 tahun diperkirakan 200 per 100000 penduduk.4
Patofisiologi
Statis atau lambatnya aliran darah merupakan predisposisi untuk terjadinya thrombosis
dan tampaknya menjadi factor pendukung pada keadaan imobilisasi atau saat anggota gerak
tidak dapat dipakai untuk jangka waktu lama. Imobilisasi (seperti yang timbul selama masa
perioperasi atau pada paralisis) menghilangkan pengaruh pompa vena perifer, meningkatkan
stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas bawah. statis darah dibelakang daun katup dapat
menyebabkan penumpukan trombosit dan fibrin, yang mencetuskan perkembangan thrombosis
vena. Trombosis sendiri terjadi jika keseimbangan antara faktor trombogenik dan mekanisme
protektif terganggu, faktor-faktoryang dapat mempengaruhi trombogenik itu sendiri meliputi
gangguan sel endotel, terpaparnya subendotel akibat hilangnya sel endotel, aktivasi trombosit
atau interaksinya dengan kolagen subendotel atau faktor von willebrand, aktivasi koagulasi, dan
terganggunya fibrinolisis.
Trombosis vena akan meningkatkan resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah.
Dengan meningkatnya resistensi, pengosongan vena akan terganggu, menyebabkan peningkatan
volume dan tekanan darah vena. Thrombosis dapat melibatkan kantong katup dan merusak
fungsi katup. Katup yang tidak berfungsi atau inkomptemen mempermudah terjadinya statis dan
penimbunan darah di ekstremitas.
Thrombus akan menjadi semakin terorganisir dan melekat pada dinding pembuluh darah
apabila thrombus semakin matang. Sebagian akibatnya, risiko embolisasi menjadi lebih besar
pada fase-fase awal thrombosis, namun demikian juga bekuan tetap dan dapat terlepas menjadi
emboli yang menuju sirkulasi paru. Perluasan progesif juga meningkatkan derajat obstruksi vena
dan melibatkan daerah-daerah tambahan dari system vena. Pada akhirnya, patensi lumen
mungkin dapat distabilkan dalam derajat tertentu (rekanalisasi) dengan retraksi bekuan dan lisis
melalui system fibrinolitik endogen. Sebagian besar pasien memiliki lumen yang terbuka tapi
dengan daun katup terbuka dan jaringan parut, yang menyebabkan aliran vena dua arah.
11
Kerusakan lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan pembekuan
darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi, penyakit vena
dan iritasi bahan kimia terhadap vena, semua dapat merusak vena.
Kenaikan Koagubilitas terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat anti koagulan
secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan
hiperkoagulabilitas.
Sedangkan Virchow mengungkapkan suatu triad yang merupakan dasar terbentuknya
trombus, yang lebih dikenal dengan triad virchow, yang terdiri dari :4
1. Gangguan pada aliran darah yang mengakibatkan statis
2. Gangguan antara keseimbangan prokoagulan dan antikoagulan yang menyebabkan
aktivasi faktor pembekuan
3. Gangguan pada dinding pembuluh darah.
Penatalaksanaa
1. Kaus kaki kompresi (stoking)
Penggunaan kaus kaki dapat meringankan rasa nyeri dan bengkak, serta dengan
digunakannya kaus kaki dapat menurunkan angka kejadian terjadinya sindrom post
trombotik. Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik
pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema. Kaus kaki dengan tekanan 20-30
mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal. Pada penelitian didapatkan sekitar 37-
47 % pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama 1 tahun setelah menderita DVT
mencegah terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi
harga yang relatif mahal, kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang baik.
Pada penelitian randomize controlled trial compression menggunakan stoking (grade I dan
II) dibandingkan dengan kontrol penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks
VSM dan mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak ada
perbedaan terhadap pembentukan varises vena.
2. Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) merupakan antikoagulan yang telah lama digunakan
untuk penatalaksanaan DVT (deep vein thrombus) pada saat awal. Mekanisme kerja utama
heparin adalah meningkatkan kerja antitrombin III sebagai inhibitor faktor pembekuan dan
melepaskan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dari dinding pembuluh darah. Akhir-akhir
ini telah dikembangkan normogram berdasarkan berat badan yang lebih mungkin
menyebabkan antikoagulasi terapeutik. Mulailah dengan bolus 80 U/kg yang diikuti dengan
tetesan 18 U/kg/jam.5Periksa PTT dalam 4 jam dan sesuaikan tetes heparin untuk
12
mempertahankan PTT sekitar 1,5 jam sampai 2 kali normal. Sebelum memulai terapi
heparin, APTT (Activated Partial Thromboplastin Time), massa protrombin, dan jumlah
trombosit harus diperiksa, terutama pada pasien dengan resiko perdarahan yang tinggi atau
dengan hati atau ginjal.
Heparin berat molekul rendah ( low molecular weight heparin/LMWH) dapat
diberikan satu atau dua kali sehari secara subkutan dan mempunyai efikasi yang baik.
Keuntungan LMWH adalah resiko perdarahan mayor yang lebih kecil dan tidak memerlukan
pemantauan laboratorium yang sering dibandingkan dengan UFH, kecuali pada pasien-
pasien tertentu sebagai gagal ginjal atau sangat gemuk. Heparin LMW yang paling baik
diteliti sampai sekarang dan tersedia saat ini adalah enoksaprin, dosis 1 mg/ kg subkutan 12
jam untuk antikoagulasi. Namun pemberian obat ini tidak disetujui oleh FDA.
Pemberian antikoagulan diatas dilanjutkan dengan pemberian antikoagulan oral
yang kerjanya menghambat faktor pembekuan yang memerlukan vitamin K, antikoagulan
yang sering digunakan adalah walfarin/coumarin/derivatnya yang diberikan secara
bersamaan dengan pemantauan INR (International Normalized Ratio). Heparin diberikan
selama 5 hari dan dapat dihentikan bila koagulan oral mencapai target INR yaitu 2-3 selama
2 hari berturutan. Pemberian antikoagulan tergantung dari faktor resiko, tapi normalnya
adalah 6 minggu hingga 3 bulan.
3. Terapi trombolitik
Trombolitik memecah bekuan darah yang baru terbentuk dan mengembalikan patensi
vena lebih cepat daripada antikoagulan. Trombolitik dapat diberikan secara sistemik atau
lokal dengan catheter-directed thrombolysis (CDT). Terapi trombolitik pada episode akut
DVT dapat menurunkan resiko terjadinya rekurensi dan post thrombotic
syndrome (PTS).Terapi ini bertujuan untuk melisiskan trombus secara cepat dengan cara
melepaskan plasminogen menjadi plasmin. Terapi ini umumnya hanya efektif pada fase awal
dan penggunaanya harus benar-benar dipertimbangkan secara baik-baik karena mempunyai
resiko perdarahan tiga kali lipat dibandingkan terapi antikoagulan saja.4 Pada umumnya
terapi ini hanya dilakukan pada DVT dengan oklusi total, terutama pada illiofemoral.
4. Trombektomi
Trombektomi, terutama dengan fistula arteriovena sementara, harus dipertimbangkan
pada trombosis vena iliofemoral akut yang kurang dari 7 haridengan harapan hidup lebih
dari 10 tahun.
5. Filter vena kava inferior
13
Filter ini digunakan pada trombosis diatas lutut pada kasus dimana antikoagulan
merupakan kontraindikasi atau gagal mencegah emboli berulang
KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi dari trombosis vena dalam antara lain :
1. Perdarahan
Perdarahan diakibatkan oleh penggunaan terapi antikoagulan.
2. Emboli paru
Terjadi akibat terlepasnya trombus dari dinding pembuluh darah kemudian
trombus ini terbawa aliran darah hingga akhirnya berhenti di pembuluh darah paru dan
mengakibatkan bendungan aliran darah. Ini dapat terjadi beberapa jam maupun hari
setelah terbentuknya suatu bekuan darah pada pembuluh darah di daerah tungkai.
Gejalanya berupa nyeri dada , sesak nafas, hemoptisis, bayak berkeringat dan gelisah.3
Persentasi emboli paru ini sendiri bergantung dari ukuran emboli, emboli kecil
menyebabkan pingsan sementara dan sesak, disertai sedikit pireksia; medium biasanya
menyebabkan infark, hemoptosis, pleuritis dan kadang-kadang efusi pleura;besar dapat
menyebabkan cor pulmonale akut disertai sesakmendadak dan syok.8
3. Sindrom post trombotik
Terjadi akibat kerusakan katup pada vena sehingga seharusnya darah mengalir
keatas yang dibawa oleh vena menjadi terkumpul pada tungkai bawah. Ini
mengakibatkan nyeri, pembengkakan dan ulkus pada kaki.
Pencegahan
Selain penggunaan stoking kompresi, terdapat beberapa cara lain untuk mencegah terjadinya
DVT, yaitu:
Turunkan berat badan anda bila berat badan anda berlebih agar mencegah resiko
imobilisasi
Berhenti merokok
Jika anda harus duduk dalam waktu lama, maka usahakanlah untuk berjalan-jalan
setiap 1 atau 2 jam
Jika anda duduk lama dan tidak dapat berjalan-jalan, maka tekuklah betis dan bagian
bawah kaki anda sehingga sirkulasi darah di kaki anda tetap lancar
14
Hindari konsumsi hormon estrogen jika ada anggota keluarga anda yang menderita
DVT
Jika anda mengalami kecelakaan atau cedera yang membuat anda harus terus terbaring
di ranjang atau kursi roda, bergeraklah sebanyak mungkin.
Prognosis
Sebagian besar kasus DVT dapat hilang tanpa adanya masalah apapun, namun penyakit
ini dapat kambuh. Beberapa orang dapat mengalami nyeri dan bengkak berkepanjangan pada
salah satu kakinya yang dikenal sebagai post phlebitic syndrome. Hal ini dapat dicegah atau
dikurangi kemungkinan terjadinya dengan penggunaan compression stocking saat dan sesudah
episode DVT terjadi. Pada pasien dengan riwayat terjaid emboli paru, maka pengawasan harus
dilakukan secara lebih ketat dan teratur.
Kesimpulan
Deep venous thrombosis (DVT) merupakan Pembekuan pembuluh darah balik, sebagai
akibatnya muncul pembengkakan pada kaki kiri, akibatnya darah yang turun sukar untuk naik
kembali ke jantung. Gejala yang biasanya dialami oleh Deep vein Thrombus adalah nyeri dan
bengkak pada betis, oedem dan kemerahan. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah dengan
pemeriksaan darah, venografi, ultrasanografi, CT scan dan MRI. Maka hipotesis diterima, pasien
menderita Deep vein Thrombosis.
Daftar Pustaka
1. Mochtar I. Dokter juga manusia. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 2009.h 61
2. Frans D. David P. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009.h 24-6
15
8. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes:kedokteran klinis. Jakarta:
Erlangga;2006.h 295
16