TERUMBU KARANG
OLEH :
KELOMPOK V
KELAS VII/E
2.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksistensi Indonesia sebagai salah satu pusat terumbu karang diyakini terus mengalami degradasi.
Tentunya masalah itu, akan semakin meluas jika tidak segera diambil langkah-langkah untuk
melestarikannya. Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia juga dikenal sebagai
salah satu pusat keanekaragaman hayati laut dunia dengan kekayaan terumbu karangnya.
Namun sayangnya, saat ini kekayaan terumbu karang Indonesia justru terancam rusak akibat berbagai hal,
baik karena faktor alam seperti perubahan iklim maupun akibat ulah manusia sendiri. Indonesia sendiri
memiliki luas total terumbu karang sekitar 85.200 Km2 atau sekitar 18% luas total terumbu karang dunia
dan 65% luas total di coral triangle, yang meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua
Keberadaan terumbu karang pada 6 negara itu mendapat julukan coral triangle (segi tiga karang
dunia) karena jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang pada negara-negara
tersebut maka akan menyerupai segitiga dengan total luas sekitar 75.000 Km2.
Beberapa kepulauan di Indonesia selama ini diketahui memiliki jenis karang cukup tinggi seperti Nusa
Penida (Bali), Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Derawan (Kaltim), Kepulauan Wakatobi
(Sultra), dan Teluk Cendrawasih (Papua). Namun sayangnya, lagi-lagi kekayaan keanekaragaman hayati
yang dimiliki bangsa Indonesia itu tidak dapat terpelihara, baik akibat perubahan iklim maupun masalah
lokal seperti ketidaktahuan, bahkan keserakahan dalam mengeksploitasi kekayaan alam demi mendapat
Maka dari itu, saat ini sebanyak 22% terumbu karang di wilayah Indonesia Bagian Timur dan Papua
Nugini mengalami rusak. Angka ini lebih kecil dibandingkan kerusakan di wilayah Indonesia Bagian
B. Rumusan Masalah
2. Apa Saja Faktor Penyebab Kerusakan ,Jenis Pencemar,dan Pengaruh Pencemaran Lingkungan
3. Apa Akibat yang Akan ditimbulkan dari Pencemaran Terhadap Terumbu Karang?
2
4. Bagaimana Cara Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Terhadap Terumbu Karang?
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode/cara pengumpulan data atau
informasi melalui :
Penelitian kepustakaan (Library Research); yaitu penelitian yang dilakukan melalui studi
literature, dokumen, dan sebagainya yang sesuai atau yang ada relevansinya (berkaitan) dengan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa
yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau
Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya,
karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentu.Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu
polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk
unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi
berbagai spesiestumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang
menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi(biogenik)
yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur
batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi
ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas
koral.
Dalam peristilahan terumbu karang, karang yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan
dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah
batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada
batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara
fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang Di Indonesia
semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral Kerangka karang mengalami erosi
Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya
matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di
4
dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan
kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan
global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral
bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut,
rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 C di atas suhu normal.
Kondisi optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi
lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga
memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi.Hal ini dapat berpengaruh pada
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis.
Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap
makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil
fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.Hewan karang sebagai
pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam
Fotosintesis
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan
deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang
Di Indonesia dan Indo Pasifik terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya
pesisir dan laut, disamping hutan bakau atau hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan
segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa
Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan
5
Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai
Kawasan Timur Indonesia. Contohnya adalah ekosistem terumbu karang di perairan Maluku dan Nusa
Tenggara.
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia dan merupakan negara
yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska
terdapat pada regional Indo-Pasifik yang terbentang mulai dari Indonesia sampai ke Polinesia dan
Australia lalu ke bagian barat yaitu Samudera Pasifik sampai Afrika Timur.
Karang hermatipik
Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal
zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan
nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae Hasil samping dari
aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas.
Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.
Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan
tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis
karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya
matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang
Karang ahermatipik
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar
6
2. Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh
Terumbu (reef)
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya
dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi
kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi
struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah
punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di
laut dangkal.
Karang (koral)
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu
mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum
karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan
karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau
jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang
Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik
(hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari
karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang
Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
(CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota
Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
3. Berdasarkan letak
Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang
paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis.
7
Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk
melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara
vertikal.
Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang
tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak
sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75
meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya
mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat
besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.
Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan
berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di
Samudra Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari
pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang disebut juga
sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke
permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar.
Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman
relatif dangkal.
8
4. Berdasarkan zonasi
Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward
merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng
terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang
melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak.
Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki
kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat
penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh
gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward
Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi
arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih
sempit daripadawindward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar.[1]
Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk
pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta
Terumbu karang bagi kehidupan manusia sangatlah berarti. Banyak potensi-potensi yang dihasilkan
oleh terumbu karang bagi kehidupan laut maupun manusia. Berikut merupakan fungsi-fungsi dari
terumbu karang.
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur
karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan
mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan magrove.
Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan
tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan
9
berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat
besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu
karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia
menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung
Sumber obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat
bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk
Objek wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif
pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam, menyelam dan
Daerah Penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih
baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di
kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting, Laut yang terjaga
karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.
Banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang. Tentu saja mnjadikan
terumbu karang sebagai sumber mata pencarian harus di ikuti dengan rasa tanggung jawab
sehingga tidak terjadi eksploitasi yang terlalu berlebihan. Selain itu terumbu karang juga dapat
menjadi objek wisata yang tentunya dapat menambah pundi-pundi rupiah dari wisatawan.
Pengrusakan terumbu karang tersebut khususnya yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
merupakan tindakan inkonstitusional alias melanggar hukum. Dalam UU 1945 pasal 33 ayat 3
10
dinayatakan, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasarn yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi pengaturan
terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah satu tujuan dari Strategi
Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang sebagai sistem ekologi dan penyangga
kehidupan yang penting untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan. Karena itu,
terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di
pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Laut
7. Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan pengambilan batu
karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut, situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah,
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang penangkapan ikan
dengan bahan/alat terlarang ditujukan kepada Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat
I di seluruh Indonesia
11
BAB III
PEMBAHASAN
Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang saling bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga. Kumpulan karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip, polip ini
kemudian berkembang hingga jutaan dan terbentuklah struktur dasar dari terumbu karang. Di perairan
indonesia yang notabene merupakan perairan tropis, karang dapat tumbuh subur karena suhu perairannya
berkisar antara 21 29 derajat celcius, sementara bila di perairan yang suhunya lebih rendah pertumbuhan
karang akan lebih lambat. Selain di perairan tropis, karang pun dapat tumbuh subur di perairan subtropis
Sebagai negara maritim, indonesia memiliki kekayaan biota laut yang sangat beragam. salah satu
kekayaan biota laut yang terdapat di indonesia adalah terumbu karang. Bahkan indonesia merupakan
negara yang memiliki terumbu karang terkaya di dunia. Sekitar 85.200 km2 atau 18% dari seluruh
terumbu karang di dunia yang jumlahnya 284.300 km2 berada di hamparan dalam samudra di indonesia.
Negara kita ini memiliki 93 ribu km2 wilayah perairan yang di dalamnya terdapat 4000 jenis
hewan laut (ikan dan udang-udangan), 600 jenis batu karang,dan 2500 jenis moluska.
Kita sebagai warga negara indonesia patut berbangga karena indonesia juga termasuk wilayah Coral
triangel atau segitiga karang dunia yang menjadi pusat ekosistem keragaman laut di dunia. Raja ampat,
papua barat merupakan kawasan penyumbang terumbu karang terbesar di indonesia dan sekaligus
menjadi kepulawan dengan jenis terumbu karang terbanyak di dunia, yang memiliki hampir 500 lebih
jenis karang dan 100 spesies ikan laut. Selain itu masih ada wilayah yang memiliki jenis terumbu karang
yang banyak antara lain, Kepulawan derawan, kalimantan timur; Kep.wakatobi, Sultra; nusa penida,bali;
yang masing-masing memiliki kekayaan terumbu karang yang tidak kalah bagus.
Sayangnya, keberadaan terumbu karang di dunia khususnya di indonesia mulai teancam. Di indonesia
saja persentase perusakan terumbu karang tiap tahunnya menunjukan kenaikan yang signifikan, dalam
kurun waktu 4 tahun (2004-2008) 34% terumbu karang di indonesia berkondisi sangat buruk, dan
ironisnya hanya 3 % terumbu karang yang dalam keadaan sangat baik.Data yang muncul mengisyaratkan
apabila tidak diambil langkah-langkah progresif, dapat dipastikan laju degradasi terumbu karang di
negara kita akan semakin menghawatirkan, bila tidak ingin dikatakan mengarah punah. Artinya, harus ada
upaya nasional untuk mengentikan laju kerusakannya. Jika tidak, degradasi terumbu karang dikuatirkan
12
akan semakin luas dan besar yang konsekuensinya juga akan berdampak secara ekologis maupun
Karenanya seluruh elemen harus menyadari bahwa menjaga kelestarian sumber daya kelautan
berarti merupakan suatu upaya penting dalam menjamin produktivitas sumber daya perikanan. Sekali lagi
harus disadari, manfaat terumbu karang bagi manusia amat menakjubkan. Selain merupakan aset wisata
bahari, juga berfungsi benteng alami pantai dari gempuran ombak, bahkan sumber makanan dan obat-
obatan. Tak heran, jika ratusan juta orang hidupnya sangat bergantung pada terumbu karang di coral
triangle. Di Indonesia saja, nilai ekonomis terumbu karang tak bergeser dari angka US$1,6 miliar per
tahun. Memang, angka ini masih rendah ketimbang nilai ekonomis terumbu karang di dunia sebesar
US$29,8 miliar dari makanan, perikanan, keanekaragaman, dan wisata bahari. Namun, angka ekonomis
terumbu karang di Indonesia lebih besar dibandingkan di Hawai yang sebesar US$361 juta bagi
Jadi, bisa dibayangkan berapa kerugian material yang timbul akibat rusaknya terumbu karang
yang merupakan tempat vital bagi ekosistem perikanan, begitu juga kerugian non material berupa
rusaknya ekosistem laut yang tentunya amat berdampak bagi kehidupan kita.
B. Faktor Penyebab Kerusakan ,Jenis Pencemar,dan Pengaruh Pencemaran Terhadap Terumbu Karang
Lingkungan terhadap Keberadaan Terumbu Karang Kerusakan terumbu karang bisa terjadi
karena faktor alam dan faktor manusia. Berikut penyebab kerusakan karang meliputi :
Faktor alam
Misalnya hempasan ombak yang mematahkan karang atau ikan dan hewan laut lainya yang
menjadikan karang sebagai mangsanya. Akan tetapi, regenerasi dan pertumbuhan karang
Pengendapan sedimen
Pengendapan yang berasal dari sedimen tanah yang tererosi karena penebangan hutan, sehingga tanah
Aliran air yang sudah dicemari oleh limbah sisa pembuangan dapat lambat laun akan membuat
karang mati. Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian,
13
Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2
diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut
sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan
kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
Latihan militer yang dilakukan sering tidak memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Pengujian
bahan peledak dan radiasi nuklir memiliki potensi meningkatkan kerusakan terumbu karang serta
Kebanyakan nelayan tidak mengerti pentingnya karan bagi kehidupan, sehingga eksploitasi besar-
rena dampaknya yang bisa menghancurkan bahkan menghilangkan spesies terumbu karang.
Para nelayan bahkan perahu sewaan terkadang menambatkan jangkar di sembarang tempat. Jangkar
Indonesia telah berkembang ke arah tercapainya tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi,
sehingga sektor industri dapat menjadi lebih efektif sebagai sarana utama untuk mendorong pembangunan
Di samping itu, hal tersebut juga ditujukan pada peningkatan persaingan industri dan kemampuan untuk
menghasilkan produk yang bermutu tinggi, yang mampu menembus pasar internasional, menggalakkan
pertumbuhan industri kecil dan menengah, termasuk industri pedesaan; dan memperluas pembagian
industri daerah, terutama di Indonesia Timur, sehingga pusat pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan
pertambangan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan sumberdaya energi primer, peningkatan
ekspor, dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat lainnya. Produksi tahunan minyak bumi (minyak mentah
dan kondensat) adalah sekitar 600 juta barel, dengan ekspor sekitar 300 juta. Ekspor minyak murni adalah
sekitar 80 juta barel per tahun. Produksi tahunan gas alam adalah sekitar 3.000 milyar kaki kubik dengan
14
konsumsi lokal sebesar sekitar 2.800 milyar kaki kubik. Produksi Gas Alam Cair (LNG) adalah sekitar
1,4 milyar MMBTL, sebagian besar diekspor. Produksi LPG adalah sekitar 2,9 juta ton dan sekitar 2,6
juta diekspor.
Sayangnya kemajuan industri dan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga
mampu menimbulkan efek negatif khususnya pada lingkungan. Efek negatif yang kerap kali menurunkan
kuantitas dan kualitas lingkungan adalah pencemaran dimana hal tersebut berpengaruh pula pada
eksistensi ekosistem terumbu karang. Pencemaran laut karena minyak bumi tumpah ke laut dapat terjadi
karena pemindahan minyak bumi dari kapal ke kapal, dari kapal ke pelabuhan atau sebaliknya, dari
Minyak yang tertumpah di laut akan mengalami absorbsi, pertukaran ion, penguapan dan
pengendapan. Selain itu, tumpahan minyak akan tersebar di permukaan air laut. Ikawati (2001)
mengemukakan bahwa sebagian tumpahan minyak di permukaan akan terseret ke pantai saat ada arus
angin sedangkan yang melekat pada sedimen akan tenggelam ke dasar laut dan mengenai karang.
Tumpahan tersebut dapat merusak atau menyebabkan kematian karang. Sebenarnya tumpahan minyak ini
tidak dapat melekat begitu saja pada karang, tetapi tergantung efektifitas reaksi pembersihan karang (jenis
Sebagai contoh, pada sebuah percobaan di laboratorium, Thompson dan Bright (1977)
membandingkan kemampuan tiga spesies karang (Diploria strigosa, Montastrea annularis, M.cavernosa)
dengan memindahkan empat tipe sedimen dari permukaan mereka. Empat tipe sedimen yang digunakan
pada perlakuan tersebut adalah lumpur pengeboran, barite, bentonite, dan CaCO3. Percobaan dilakukan
dengan menambahkan 25 ml adukan sedimen pada permukaan karang. Meskipun hasil mengindikasikan
adanya tingkatan variasi pada pembersihan karang, tetapi semua karang yang diujikan dapat
membersihkan barite, bentonite dan CaCO3 secara efektif dan tidak satupun spesies dapat membersihkan
Bahan pencemar lain yang dikenal berpengaruh terhadap kehidupan terumbu karang adalah
tailing. Limbah tailing berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah dihancurkan hingga menyerupai
bubur kental. Proses itu dikenal dengan sebutan proses penggerusan. Batuan yang mengandung mineral
seperti emas, perak, tembaga dan lainnya, diangkut dari lokasi galian menuju tempat pengolahan yang
disebut processing plant. Di tempat itu proses penggerusan dilakukan. Setelah bebatuan hancur
menyerupai bubur biasanya dimasukkan bahan kimia tertentu seperti sianida atau merkuri, agar mineral
yang dicari mudah terpisah. Mineral yang berhasil diperoleh biasanya berkisar antara 2% sampai 5% dari
15
total batuan yang dihancurkan. Sisanya sekitar 95% sampai 98% menjadi tailing, dan dibuang ke tempat
pembuangan.
Logam-logam yang berada dalam tailing sebagian adalah logam berat yang masuk dalam kategori
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sembiring (2010) mengemukakan bahwa tailing menyebar ke
daerah yang lebih dangkal dan produktif secara biologis sehingga mendatangkan lebih banyak masalah
dari yang diperkirakan yaitu mengusir spesies ikan yang berpindah-pindah, menyebabkan kerusakan
permanen di dasar laut, memusnahkan spesies asli, menghilangkan organisme langka dan mengurangi
Limbah merupakan polutan utama yang berasal dari anak sungai. Limbah pencemar tersebut
dapat mengandung pestisida, herbisida, klhorin, logam berat dan limbah organik lainnya. Materi-materi
tersebut dapat menyebabkan tingginya nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan meracuni ekosistem
pesisir termasuk terumbu karang (Nganro, 2009). Melalui penelitiannya, Yudha (2007) mengemukakan
bahwa kandungan fosfat, sulfida, dan logam berat seperti Pb, Hg, Cu dan Cd di perairan laut Bandar
Lampung, yang dekat dengan pabrik-pabrik dan industri rumah tangga, terdapat dalam jumlah yang
melebihi baku mutu yang ditetapkan untuk kehidupan biota laut. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa
Wilkinson (1993) menduga bahwa sekitar 10 % dari terumbu karang dunia telah hancur dan saat
ini kondisi terumbu karang dunia dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) katagori :
1. Kritis (critical). Sekitar 30 % dari terumbu karang berada pada tingkat kritis dan akan hilang dalam
waktu 10 -20 tahun kemudian jika tekanan antropogenik tidak berkurang atau dihilangkan
2. Terancam (threatened). Sekitar 30% te rumbu karang dikategorikan terancam dan akan tampak pada
20-40 tahun, jika populasi dan tekanan yang ditimbulkannya terus bertambah
3. Stabil (stable). Hanya sekitar 30 % dari terumbu karang dunia berada dalam kondisi stabil dan
Menurut Nybakken (1988), untuk dapat memulihkan habitat terumbu karang dibutuhkan waktu
yang cukup lama, yaitu antara 50 hingga 100 tahun, tergantung dari kualitas perairan, tingkat tekanan
terhadap lingkungan, letak terumbu karang yang akan menjadi sumber penghasil individu karang baru,
dan lain-lain. Kerusakan habitat terumbu karang dapat menyebabkan inhibisi pertumbuhan jaringan dan
rangka batu kapur karang, metabolisme tubuh menurun, respon perilaku termodifikasi, produksi mukus
16
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa keberadaan herbivora dan vertebrata laut
mempengaruhi kesehatan terumbu karang. Vertebrata laut sangat penting dalam hal pendegradasian
biomassa suatu spesies (Aronson, 2007). Akan tetapi, meningkatnya polutan organik merupakan tanda
bahwa lokasi tersebut kaya akan unsur hara (nutrien) dan kelimpahan nutrien yang tidak terkendali akan
menyebabkan peristiwa eutrofikasi yaitu ledakan populasi dari suatu jenis fitoplankton sehingga
vertebrata pendegradasi tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya karena kelimpahan fitoplankton yang
begitu tinggi (Ikawati, 2001). Hal ini juga menyebabkan adanya kompetisi antara karang dengan
Seperti kita ketahui bahwa karang hidup bersimbiosis dengan zooxanthellae yang merupakan spesies
algae uniseluler. Selama fotosisntesis berlangsung, zooxanthellae memfiksasi sejumlah besar karbon yang
dilewatkan pada polip inangnya. Karbon ini sebagian besar berbentuk gliserol termasuk glukosa dan
alanin. Produk kimia ini digunakan oleh polip karang untuk menjalankan fungsi metaboliknya atau
sebagai pembangun blok-blok dalam rangkaian protein, lemak dan karbohidrat. Apabila terjadi ledakan
satu jenis fitoplankton maka kesempatan zooxanthellae untuk berfotosintesis semakin kecil sehingga tidak
ada materi organik (nutrisi) yang dapat digunakan spesies karang untuk menjalankan hidupnya yang pada
lain yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama
lain. Keterkaitan antar komponen-komponen tersebut sangat erat sehingga perubahan salah satu
komponen dapat berakibat pada berubahnya kondisi ekosistem. Berkaca pada pencemaran yang telah
dijelaskan sebelumnya maka kematian terumbu karang dapat diasumsikan hilangnya salah satu komponen
biotik di suatu ekosistem. Berkurang atau punahnya salah satu spesies tersebut dapat berakibat terjadinya
alur tropik dalam jaring makanan yang tidak konsisten sehingga memicu terjadinya kelabilan ekosistem.
Adanya rantai makanan yang terputus (missing link) dapat memicu munculnya spesies-spesies asing
Peristawa algae blooms (eutrofikasi) juga dapat menyebabkan kematian pada spesies ikan. Pada
1979-1982 di Skotlandia, kematian ikan salmon meningkat karena adanya ledakan spesies Olisthodiscus
sp. dan Chattonella sp. Selain itu, tahun 1978 di Inggris terjadi peningkatan kematian biota laut akibat
melimpahnya Gyrodinium aureolum. Jenis ikan karang yang ada di Indonesia diperkirakan sebanyak 592
spesies. Sejumlah 736 spesies ikan karang dari 254 genera di temukan di perairan Pulau Komoodo.
Sementara itu di Kepulauan Raja Ampat terdapat kenaekaragaman spesies ikan karang tertinggi di dunia,
17
sedikitnya terdapat 970 spesies. Akan tetapi, jumlah spesies ikan karang mulai menurun seiring dengan
menurunnya angka produktivitas ekosistem terumbu karang. Suatu penelitian mengenai eutrofikasi di
pantai terluar Long Island pada tahun 1986 menyebutkan bahwa setiap liter air mengandung
1.000.000.000 sel alga jenis Aurecoccus anophogefferens selama musim panas sehingga terjadi
Secara kumulatif, ancaman-ancaman dari eskploitasi berlebihan, perubahan tata guna lahan,
pencemaran, dan pembangunan pesisir, bersama dengan efek perubahan iklim global, memberi gambaran
ketidakpastian masa depan ekosistem terumbu karang. Walaupun sudah diketahui secara luas bahwa
terumbu karang sudah sangat terancam, informasi yang berkenaan dengan ancaman-ancaman tertentu di
area yang spesifik sangatlah terbatas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas serta dana yang memadai untuk melakukan pengelolaan efektif pada
ekosistem terumbu karang. Karena banyak tekanan pada terumbu karang yang berakar dari masalah sosial
dan ekonomi, pengelolaan juga harus melihat aspek lain selain aspek biologi dimana upaya yang perlu
ditekankan adalah pengentasan kemiskinan, mata pencaharian alternatif, perbaikan pemerintahan, dan
peningkatan kepedulian masyarakat akan nilai terumbu karang serta ancaman yang dihadapinya.
Berkurang atau punahnya salah satu spesies tersebut dapat berakibat terjadinya alur tropik dalam
jaring makanan yang tidak konsisten sehingga memicu terjadinya kelabilan ekosistem. Adanya rantai
makanan yang terputus (missing link) dapat memicu munculnya spesies-spesies asing (exotic species)
Peristawa algae blooms (eutrofikasi) juga dapat menyebabkan kematian pada spesies ikan. Pada
1979-1982 di Skotlandia, kematian ikan salmon meningkat karena adanya ledakan spesiesOlisthodiscus
sp. dan Chattonella sp. Selain itu, tahun 1978 di Inggris terjadi peningkatan kematian biota laut akibat
melimpahnya Gyrodinium aureolum (Sindermann, 2006). Jenis ikan karang yang ada di Indonesia
diperkirakan sebanyak 592 spesies. Sejumlah 736 spesies ikan karang dari 254 genera di temukan di
perairan Pulau Komoodo. Sementara itu di Kepulauan Raja Ampat terdapat kenaekaragaman spesies ikan
karang tertinggi di dunia, sedikitnya terdapat 970 spesies (Sunarto, 2006). Akan tetapi, jumlah spesies
ikan karang mulai menurun seiring dengan menurunnya angka produktivitas ekosistem terumbu karang.
Suatu penelitian mengenai eutrofikasi di pantai terluar Long Island pada tahun 1986 menyebutkan bahwa
18
setiap liter air mengandung 1.000.000.000 sel alga jenisAurecoccus anophogefferens selama musim panas
Kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh aktivitas manusia harus sedapat mungkin di
cegah, karena akan sangat berdampak pada terganggunya ekosistem lainnya dan menurunnya produksi
ikan yang merupakan sumber protein hewani bagi kemaslahatan umat manusia. Untuk maksud tersebut
masyarakat maupun stakeholders perlu diajak untuk duduk bersama dengan menyatukan visi dan misi
sehingga wilayah pesisir dan lautan dapat dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.
Visi pengelolaan terumbu karang yaitu terumbu karang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang
harus dikelola dengan bijaksana, terpadu dan berkelanjutan dengan memelihara daya dukung dan kualitas
lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan stakeholders (pengguna) guna memenuhi kebutuhan
Dalam upaya untuk mewujudkan visi tersebut maka ada empat tujuan pokok (1) tujuan sosial, yaitu
meningkatkan kesadaran masyarakat dan stakeholders mengenai pentingnya pengelolaan terumbu karang
secara terpadu dan berkelanjutan (2) tujuan konservasi ekologi yaitu melindungi dan memelihara
ekosistem terumbu karang untuk menjamin pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan, (3) tujuan
ekonomi yaitu meningkatkan pemanfaatan ekosistem terumbu karang secara efisien dan berkelanjutan
untuk memperbaiki kesejateraan masyarakat dan stakeholders serrta pembangunan ekonomi, (4) tujuan
kelembagaan yaitu menciptakan sistem dan mekanisme kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien
dalam merencanakan dan mengelola terumbu karang secara terpadu dan optimal.
Pemulihan kerusakan terumbu karang merupakan upaya yang paling sulit untuk dilakukan, serta
memakan biaya tinggi dan waktu yang cukup lama. Upaya pemulihan yang bisa dilakukan adalah zonasi
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak.
Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian direncanakan strategi pemulihan dan
prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian zonasi pesisir dapat berupa zona penangkapan
ikan, zona konservasi maupun lainnya sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut,
disertai dengan zona penyangga karena sulit untuk membatasi zona-zona yang telah ditetapkan di
laut. Ekosistem terumbu karang dapat dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona
19
konservasi yang tidak dapat diganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih
secara alami.
2. Rehabilitasi
Pemulihan kerusakan terumbu karang dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi aktif,
seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi algae yang hidup bebas, serta meningkatkan
ikan-ikan karang.
membiarkan benih karang yang hidup menempel pada permukaan benda yang bersih dan
halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung; menambah migrasi melalui
Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari alga dan
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan
meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai pelindung bagi ikan-
ikan kecil; meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persentase perusakan terumbu karang tiap tahunnya menunjukan kenaikan yang signifikan, dalam
kurun waktu 4 tahun (2004-2008) 34% terumbu karang di indonesia berkondisi sangat buruk, dan
1) Faktor alam
2) Pengendapan sedimen
Ancaman utama terhadap terumbu karang adalah pembangunan daerah pesisir, polusi laut,
destruktif fishing (penangkapan ikan dengan cara merusak), dan pemutihan karang ( coral
Cara pencegahan untuk mengurangi pencemaran terhadap terumbu karang dapat dilakuakn
B. Saran
a. Sebagai mahasiswa diharapkan kita dapat peduli terhadap lingkungan diantaranya yaitu dengan
melestarikan terumbu karang dan tidak merusaknya hanya untuk kepentingan semata sehingga
DAFTAR PUSTAKA
21
Anonim. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu Karang (Coral
Reef).http://www.ubb.ac.id (1 Oktober 2013 pukul 14.25 WIB)
Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang, Lokakarya Pengelolaan dan
IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.
Suharsono. 1996.Jenis-Jenis Karang Yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia. Jakarta: LIPI
Anonim. 2012. http://nikitakelautan2010.wordpress.com/2012/04/01/ekosistem-terumbu-karang/. Htm, (
4 oktober 2013 pukul 09.24 WIB)
22