Anda di halaman 1dari 706
Buku Saku PATOFISIOLOGI Elizabeth J. Corwin PENERBIT BUKU KEDOKTERAN ¢ EGC BUKU ASL| BERSTIKER HOLOGRAM 3 DIMENSI EGC 1795 This is a translation of HANDBOOK OF PATHOPHYSIOLOGY, 3 Ed. by Elizabeth J. Corwin Published by arrangement with Lippincott Williams & Wilkins, USA Copyright © 2008 by Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business. BUKU SAKU PATOFISIOLOGI, Ed. 3 Alih bahasa: Nike Budhi Subekti Editor edisi bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti, & Pamilih Eko Karyuni Hak cipta terjemahan Indonesia © 2007 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Isanto Penata letak: Rio Nugroho Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2009 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi : buku saku / Elizabeth J. Corwin ; alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha... [et al.]. — Ed. 3. — Jakarta : EGC, 2009. xiv, 842 him. ; 15,5 x 24cm. Judul asli: Handbook of pathophysiology. ISBN 978-979-448-988-8 1. Fisiologi patologis. 1. Judul. I. Nike Budhi Subekti. III. Egi Komara Yudha. 616.07 Indikasi akurat, reaksi merugikan, dan jadwal dosis untuk obat disajikan pada buku ini, tetapi hal ini dapat soja berubah Pembaca disarankan mengacu data informasi dari pabrik tentang obat yang ditulis pada kemasannya. isidi war tanggung jawab percetakan UNIT IV KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN 3005 Bab 12 Sistem Hematologi 397 Bab 13 Si : Bab 14 Sistem Pernapasan 521 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKS}) 0B b 15 Sistem Pe ni Bab 16 P Di : 6 Bab 17 Hati 646 Bab 18 Sistem Genitourini Bab 19 Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa 735 Bab 20 Sistem Reproduksi 764 Indeks 809 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Struktur dan Fungsi Sel St adalah unit pembentuk semua makhluk hidup. Setiap sel adalah suatu sistem lengkap (self contained) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan menggunakan energi, melaku- kan respirasi, reproduksi, dan ekskresi. Sel-sel bergabung untuk membentuk jaringan, jaringan-jaringan bersatu untuk membentuk organ, dan organ-organ membentuk sistem tubuh. Untuk memahami bagaimana berbagai organ dan sistem tubuh bekerja, maka ter- lebih dahulu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan sel. Pemahaman ini memerlukan investigasi tentang struktur individual yang menyusun sel dan fungsi tersendiri dari setiap struktur yang dilaksanakan untuk memberikan fungsi secara menyeluruh. KONSEP FISIOLOGIS STRUKTUR SEL Sel terdiri dari struktur-struktur internal yang masing-masing di- pisahkan oleh membran semipermeabel. Berbagai struktur internal tersebut dibungkus bersama sama menjadi satu oleh sebuah mem- bran sel sehingga membentuk sebuah unit tunggal. Meskipun fungsi setiap sel berbeda-beda dalam tubuh, semua sel memiliki struktur internal yang sama (Gambar 1.1). Bagian dalam sctiap sel dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu sitoplasma dan nukleus. Semua struktur internal didalam sitoplasma atau nekleus. Sitoplasma Sitoplasma meliputi semua yang terletak di dalam sel tetapi di luar inti sel. Mitokondria adalah sumber energi sel, sedangkan retikulum 3 4 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT endoplasma dan ribosom adalah struktur sitoplasmik (organel) yang penting untuk mensintesis protein. Aparatus Golgi adalah suatu kompleks membran dan vesikel yang berperan dalam sekresi berbagai protein yang disintesis di ribosom. Lisosom intrasel adalah vesike! yang mengandung enzim pencernaan yang kuat. Kerangka internal sel, yang disebut sitoskeleton, terdiri dari berbagai mikrotubulus dan mikrofilamen. Sitoskeleton menyokong sel dari bagian dalam dan memungkinkan terjadinya pergerakan berbagai bahan di dalam sel. Sitoskeleton ini juga memungkinkan terjadinya gerakan tonjolan tonjolan ke bagian luar sel, misalnya tonjolan mirip rambut yang disebut silia. Mikrotubulus berperan penting dalam pemisahan kromosom selama pembelahan sel dan membantu mempertahankan integritas struktual. Nekleus Nekleus adalah suatu organel besar terbungkus membran yang me- ngandung asam deoksiribonukleat (DNA, deoxyribonucleic acid), yaitu bahan genetik sel. DNA mengalami pelipatan pelipatan di dalam nekleus yang bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan. Jenis protein yang berperan dalam pelipatan dan proteksi DNA tersebut Silia dengan mikrotubulus Mikrotubulus Perioksom Lisosom Membran sal Retikulum Nukleolus: figcplasme Retikulum endoplasma halus Kompleks golgi Poliribosom Sentriol Mitokondria GAMBAR 1.1. Struktur umum sel dengan organelnya. (Dari Bullock, BA., & Henze, R.L [2000]. Focus on pathopkysiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.) BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 5 disebut histon. Histon dan DNA ditemukan di bagian nekleus yang disebut nukleolus. Di dalam nukleolus inilah terjadi replikasi DNA, pembelahan sel, dan transkripsi DNA. Membran Sel Setiap sel dibungkus oleh sebuah membran sel. Membran sel adalah suatu sawar semipermeabel dan tersusun dari sebuah lapisan ganda (bilayer) fosfolipid yang mengambang dan di dalamnya mengandung molekul-molekul protein yang berpencar dan dapat bergerak bebas. Molekul-molekul protein tersebut memanjang menembus membran secara total atau parsial. Lapisan Ganda Fosfolipid Molekul fosfolipid terdiri dari sebuah molekul fosfolipid polar (ber- muatan) yang digabungkan dengan sebuah rantai lemak atau lipid yang nonpolar. Ujung polar, yang mengandung fosfat, mengarah ke dalam atau ke luar sel, tempat ujung polar tersebut berinteraksi de- ngan molekul polar yang lain, termasuk air. Sedangkan rantai non- polarnya membentuk badan lapisan membran sel itu sendiri (Gambar 1.2). Karena terdapat dua lapis lipid dalam membran, maka disebut lapis ganda lipid. Difusi melalui lapis ganda lipid terbatas pada sub- stansi larut lipid. Agar dapat memasuki sel, substansi nonlipid harus memanfaatkan situasi dari protein integral yang berpencar. Protein Integral Protein yang menembus membran secara total disebut protein integral. Protein integral biasanya mengalami glikosilasi (terikat ke glukosa) ruangan ekstraseluler org Lipps ujung polar Yon a ruangan intraseluler GAMBAR 1.2. Diagram skematik membran sel yang menunjukkan lapis gandg lipid dan protein integral. 6 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT atau terikat oleh lemak di sisi ekstraselnya (Gambar 1.3). Kompleks protein karbohidrat atau protein lemak ini sering berfungsi sebagai molekul reseptor untuk hormon-hormon protein, atau berfungsi un- tuk memungkinkan sel berkomunikasi antara satu sama lain. Protein integral juga dapat berfungsi sebagai saluran di membran, mem- bentuk pori-pori untuk pergerakan ion-ion kecil ke dalam sel, atau sebagai pengangkut (karier) zat-zat polar yang ukurannya terlalu be- sar untuk melewati pori-pori sel. Beberapa protein integral adalah enzim-enzim yang berikatan dengan membran yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi kimia. Misfolding atau mutasi dalam protein in- tegral dapat menimbulkan penyakit. Sebagai contoh, sebuah penyakit neurodegeneratif yang dapat disebabkan oleh misfolding protein mem- bran integral adalah penyakit Alzheimer. Pada penyakit ini, protein integral yang dikenal sebagai presenilin dapat mengalami mutasi yang memengaruhi fungsinya. Presenilin secara langsung atau tidak lang- sung mengendalikan pemrosesan protein lain, amiloid beta. Pem- rosesan amiloid beta secara abnormal diyakini berperan terhadap terjadinya penyakit Alzheimer. PERGERAKAN MELINTAS!I MEMBRAN Zat-zat larut lemak seperti oksigen, karbon dioksida, alkohol, dan urea bergerak melintasi lapisan ganda lipid melalui proses difusi Molekul protein Permukaan dalam Kolesterol Ujung yang tidak larut air Ujung yang larut air Gambar 1.3. Membran sel. Ujung sebelah kanan masih utuh, tetapi ujung sebelah kiri telah dibelah di sepanjang bidang ujung leak (bagian yang tidak larut air). BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 7 sederhana. Zat lain yang tidak larut lemak, misalnya sebagian besar ion kecil, glukosa, asam amino, dan protein, bergerak di antara cairan ekstrasel dan ruangan intrasel melalui pori-pori yang dibentuk oleh protein integral atau melalui sistem transpor yang diperantarai oleh karier. Transpor yang diperantarai oleh karier tersebut juga berawal dari dalam protein integral. Cairan ekstraselular terdiri dari darah dan cairan yang terdapat di antara sel, yaitu cairan interstisial. Cairan di dalam sel disebut cairan intraselular. Difusi Sederhana Melintasi Membran Sel Difusi sederhana melintasi membran sel terjadi melalui gerakan molekul secara acak. Proses ini tidak memerlukan energi, tetapi pada akhirnya dapat menghasilkan gerakan menembus membran. Sub- stansi yang bersifat permeabel terhadap membran sel akan berdifusi baik itu ke dalam maupun keluar sel sampai terjadi keseimbangan konsentrasi di antara kedua ruangan tersebut. Oleh karena itu tidak akan terjadi peningkatan konsentrasi suatu zat pada salah satu sisi membran sel dibandingkan dengan sisi lain. (Gambar 1.4). GAMBAR 1.4. Difusi sederhana melintasi membran. Substansi permeabel secara acak berdifusi dari area berkonsentrasi tinggi ke area berkonsentrasi rendah (A) sampai konsentrasi seimbang (B). 8 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Osmosis Difusi air ke dalam sel disebut osmosis. Osmosis terjadi secara terus- menerus diantara ruang intrasel dan ekstrasel, seiring dengan pergerakan air ke gradien konsentrasi yang lebih rendah (yaitu dari konsentrasi tinggi ke rendah). Dorongan yang menggerakan air ke satu arah atau ke arah lain disebut Tekanan osmotik. Tekanan os- motik suatu larutan bergantung pada jumlah partikel atau ion yang terdapat di dalam larutan air tersebut. Semakin banyak ion dalam larutan semakin sedikit konsentrasi airnya dan semakin besar tekan- an osmotiknya (yaitu, tekanan yang mendorong air untuk berdifusi ke dalam larutan). Sebuah sel juga memiliki tekanan osmotik. Sebuah sel yang meng- alami dehidrasi memiliki tekanan osmotik yang tinggi, yaitu konsen- trasi air rendah dan konsentrasi partikel tinggi. Pada kondisi demiki- an maka air akan berdifusi ke dalam sel tersebut jika memungkinkan. Sel yang mengalami hidrasi berlebihan (overhydrated) memiliki tekan- an osmotik yang rendah yaitu konsentrasi air tinggi dan konsentrasi partikel rendah. Air akan berdifusi keluar dari sel ini, jika me- mungkinkan. Difusi Sederhana Melalui Pori-pori Protein lon-ion kecil, seperti hidrogen, natrium, kalium, dan kalsium memiliki muatan listrik yang terlalu besar untuk dapat berdifusi menembus membran lipid sel. Sebagai gantinya, ion-ion tersebut akan berdifusi melalui pori-pori yang disediakan oleh protein integral. Saluran pro- tein ini biasanya selektif terhadap ion-ion yang akan melaluinya. Selektivitas tersebut didasarkan pada bentuk dan ukuran saluran serta sifat muatan listrik ion yang bersangkutan. Banyak saluran protein yang memiliki pintu/gerbang; saluran- saluran tersebut dapat terbuka atau tertutup terhadap suatu ion. Terbuka atau tertutupnya pintu tersebut biasanya bergantung pada potensial listrik yang melintasinya (yaitu, voltase di pintu saluran natrium), atau pada pengikatan pintu oleh suatu ligan. Salah satu contoh pengikatan ligan ke pintu saluran protein adalah saat asetilko- lin berikatan dengan protein-protein di pertautan neuromuskular, se- hingga membuka pintu bagi banyak molekul kecil, terutama ion natrium dan dalam jumlah yang lebih sedikit, ion kalsium. Seperti semua jenis difusi sederhana, difusi melalui suatu pintu akan terus berlangsung sampai konsentrasi di kedua sisi membran setara atau pintunya tertutup. Beberapa penyakit pada manusia berhubungan dengan disfungsi saluran protein transmembran. Fibrosis kistik adalah contoh penyakit yang disebabkan oleh protein transmembran yang defektif yang paling terkenal yang menghasilkan abnormalitas pergerakan ion melalui pori-pori sel. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 9 Transpor dengan Perantara Bagi banyak zat misalnya glukosa dan berbagai asam amino, difusi sederhana tidak mungkin terjadi. Molekul-molekul ini terlalu besar untuk melewati bagian lipid membran dan/atau terlalu besar untuk melintasi pori-pori sel. Sebagai gantinya zat-zat ini, yang disebut substrat, dibawa menembus membran dengan bantuan sebuah peng- angkut karier. Jenis pergerakan ini disebut transpor dengan perantara (mediated transport), dan mungkin memerlukan energi yang berasal dari pemecahan adenosin trifosfat (ATP) (lihat Pembentukan Energi di halaman selanjutnya). Transpor aktif adalah transpor dengan perantara yang memerlu- kan energi (Gambar 1.5A). Pada transpor aktif, energi digunakan oleh sel untuk mempertahankan konsentrasi suatu zat agar lebih tinggi di salah satu sisi membran dibandingkan konsentrasi di sisi lain. Contoh-contoh zat yang dipindahkan dengan transpor aktif ini adalah natrium, kalium, kalsium, dan asam amino. Masing-masing zat ter- sebut ditransportasikan secara aktif, dengan bantuan sebuah karier, dalam sebuah arah yang melawan gradien konsentrasi. Zat-zat terse- but kemudian menurunkan gradien konsentrasinya melalui proses difusi sederhana dalam arah yang berlawanan. Difusi terfasilitasi adalah transpor dengan perantara yang tidak memerlukan energi (Gambar 1.5B). Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) serupa dengan difusi sederhana dalam hal bahwa tidak ada energi yang digunakan oleh sel untuk mentransportasikan suatu zat; dengan demikian, zat tidak dapat ditransportasikan melawan gradien konsentrasinya. Difusi terfasilitasi berbeda dengan difusi sederhana, dalam hal bahwa suatu molekul yang kemampuannya terbatas untuk melintasi membran scl dibantu (difasilitasi) oleh sebuah karier sehingga kemudian dapat melintasi membran. Glukosa berpindah masuk ke sebagian besar sel melalui difusi terfasilitasi. Karakteristik Karier Transpor aktif dan difusi terfasilitasi memerlukan karier (zat peng- angkut). Semua karier dipengaruhi oleh sifat spesifisitas, saturasi, dan kompetisi. Spesifisitas karier berarti bahwa hanya subtrat tertentu yang dapat dipindahkan oleh sebuah karier tertentu. Tampaknya karier dan sub- stratnya memiliki konfigurasi yang cocok satu sama lain seperti gem- bok dan anak kuncinya. Saturasi karier berarti bahwa pada substrat dengan konsentrasi tertentu, semua karier akan berpasangan dengan subtrat tersebut dan transpor akan stabil. Penambahan substrat tidak akan meningkat- kan transpor melintasi membran. 10 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT ‘Transpor aktif Difusi terfasilitasi GAMBAR L5. Transpor suatu substrat dengan menggunakan sebuah pengangkut (karier). Transpor aktif (A) memerlukan energi untuk menciptakan konsentrasi yang berbeda; difusi terfasilitasi (B) Transpor substrat tanpa energi, namun tidak dapat mengonsentrasikan suatu zat. Difusi sederhana berlangsung pada beberapa tingkat dalam semua sistem yang diperantarai oleh kari Kompetisi karier terjadi ketika terdapat lebih dari satu subtrat yang dipindahkan oleh karier yang sama. Substrat tersebut bersaing satu sama lain untuk menempati karier yang terbatas jumlahnya. Banyak obat, baik yang alamiah atau sintetik, berkompetisi dengan hormon endogen dan neurotransmiter untuk menempati berbagai molekul karier. Endositosis Apabila terdapat suatu zat yang sangat besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel melalui difusi atau transpor dengan perantara, maka akan terjadi endositosis (pencaplokan, engulfment) oleh membran sel. Pinositosis adalah endositosis suatu makromolekul, misalnya protein, oleh vesikel. Fagositosis adalah endositosis bakteri atau sel mati. Kedua proses tersebut memerlukan energi. Hanya sel- sel dari sistem imun (yi., makrofag dan neutrofil) yang melakukan fagositosis. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 1 PEMBENTUKAN ENERGI Sel dituntut untuk menghasilkan energi untuk mereka gunakan sendi- ri. Energi tersebut didapat dari hasil ekstraksi energi yang terkandung di dalam ikatan-ikatan kimia pada molekul makanan dengan cara mengombinasikan molekul makanan dengan oksigen di dalam mito- kondria sel. Molekul-molekul makanan yang digunakan adalah glu- kosa dari metabolisme karbohidrat, asam amino dari metabolisme protein, dan asam lemak dan gliserol dari metabolisme lemak. Proses ketika molekul makanan dikombinasikan dengan oksigen, yang kemudian menghasilkan energi, disebut fosforilasi oksidatif. Proses ini memerlukan beberapa enzim, yang bekerja secara berurut- an di dalam mitokondria. Hasil akhirnya adalah pembentukan molekul adenosin trifosfat (ATP) yang kaya energi. ATP tersusun atas basa nitrogen adenosin, gula ribosa, dan tiga molekul fosfat yang terikat menjadi satu. Dua fosfat terakhir diikat oleh suatu ikatan berenergi tinggi, yang apabila diputus akan membebaskan sekitar 7 kkal per mol energi yang dapat digunakan oleh sel. Fosforilasi Oksidatif Glukosa Walaupun fosforilasi oksidatif glukosa terjadi di mitokondria, namun harus ada langkah awal dalam penanganan glukosa sebelum fosfori- lasi oksidatif terjadi. Langkah ini disebut glikolisis dan berlangsung di sitoplasma di luar mitokondria. Proses ini bersifat anaerob, yang berarti bahwa glikolisis terjadi tampa memerlukan oksigen. Selama glikolisis enzim-enzim sitoplasma mengubah glukosa menjadi asam piruvat. Proses ini memerlukan dua molekul ATP dan menghasilkan empat molekul ATP: hasil dari dua molekul. Pada saat terjadi kekurang- an oksigen, glikolisis berperan penting tctapi terbatas dalam menyu- plai ATP ke sel. (Lihat bagian Glikolisis Anaerob). Apabila tersedia oksigen (aerob), maka molekul asam piruvat akan bergerak ke dalam mitokondria, memasuki siklus asam sitrat atau siklus Krebs dan diubah oleh enzim-enzim yang terdapat di sana men- jadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A (asetil KoA). Proses ini menghasilkan tambahan dua molekul ATP. Asetil KoA kemudian secara enzimatis diubah menjadi karbon dioksida dan hidrogen. Karbon dioksida berdifusi keluar dari mitokondria dan dari sel, yang kemudian diserap oleh darah yang menyuplai sel tersebut, dibawa ke paru paru dan dikeluarkan dari tubuh. Atom hidrogen yang tertinggal di mitokondria memulai proses fosforilasi oksidatif dan selama proses itu, mereka berikatan dengan molekul-molekul oksigen melalui suatu rantai transpor elektron yang terdapat di membran mitokondria. Hasil dari proses ini adalah pembentukan energi dalam jumlah yang sangat besar, dalam bentuk 36 molekul ATP. Oleh karena itu dari metabo- lisme satu buah molekul glukosa, total dibentuk 38 molekul ATP (36 dari fosforilasi oksidatif dan 2 dari glikolisis}. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 15 natrium, atau dengan transpor aktif primer melalui pompa kalsium. Terdapat dua pompa kalsium. Salah satunya adalah bagian dari pro- tein integral yang terdapat di membran sel, yang memindahkan kal- sium keluar sel. Pompa lain adalah pompa intrasel, yang memompa kalsium keluar dari sitoplasma, masuk ke dalam ruangan intrasel misalnya retikulum sarkoplasma, yang menyebabkan kalsium ter- isolasi di dalam sel. Kedua pompa ini menyebabkan konsentrasi kalsium bebas di intraselular tetap rendah. Pompa kalsium berperan sebagai ATPase, yang memperoleh energi dari pemecahan ATP, untuk memompa kalsium melawan gradien konsentrasinya. GENETIK SEL Materi genetik pada setiap manusia terkandung dalam 46 kromosom atau 23 pasang kromosom, dan pada setiap pasang salah satunya berasal dari Masing-masing orang tua. Setiap sel di dalam tubuh memiliki 46 kromosom yang sama jenisnya. Duapuluhdua pasang di antaranya mempunyai jenis yang sama baik pada laki laki maupun perempuan. Pasangan kromosom ke-23 adalah kromosom seks, X atau Y. Wanita mempunyai 2 kromosom X, sedangkan laki laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. DNA Setiap kromosom terdiri atas ratusan ribu molekul DNA. DNA terbentuk dari asam fosforat, sebuah molekul gula yang disebut deoksiribosa, dan salah satu dari empat basa nitrogen: adenin, guanin, timin, atau sitosin. Molekul DNA berjajar di dalam sel dalam bentuk heliks ganda (Gambar 1.7), dengan asam fosforat dan gula deoksiri- bosa yang membentuk rangka utama heliks. Pasangan basa dari dua molekul DNA terletak di antara dua untai heliks, berhadapan satu sama lain. Adenin selalu berikatan dengan timin, dan sitosin selalu berikatan dengan guanin. Ikatan tersebut longgar, sehingga heliks dapat memisah sewaktu terjadi pembelahan sel atau sewaktu sintesis protein dimulai. REPRODUKSI SEL Banyak sel tubuh bereproduksi dan menggandakan diri di sepanjang kehidupan makhluk hidup. Untuk bereproduksi, sel harus melaku- kan replikasi bahan genetiknya dan kemudian membelah menjadi dua. Replikasi dan pembelahan sel terjadi selama siklus sel (lihat Bab 2). aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 19 dengan menghubungkan basa basa sesuai bayangan cermin (disebut antikodon) untuk setiap triplet basa mRNA. Di bagian ujung antikodon terletak asam amino yang telah diberi kode oleh ketiga basa tersebut. Terdapat paling sedikit 20 jenis tRNA, masing-masing membawa satu asam amino di salah satu ujungnya dan antikodon untuk asam amino tersebut di ujung yang lain. Translasi RNA Messenger Menjadi Protein Setelah mRNA menemukan tRNA pasangannya, kedua molekul ter- sebut berikatan menuju ribosom, yang menyusun setengah bagian dari jenis RNA ketiga yaitu, RNA ribosom. Asam amino yang diangkut oleh tRNA ditambahkan ke rantai asam amino yang sedang tumbuh di ribosom, sampai ribosom diberi sinyal agar asam amino berhenti ditambahkan ke rantai, oleh suatu kodon khusus yang disebut kodon stop. Protein kemudian selesai dibentuk dan dibebaskan dari ribo- som. Proses ini disebut translasi. Proses transkripsi dan translasi ditunjukkan dalam Gambar 1.8. Kontrol Atas Sintesis Protein Protein pengatur (regulatory proteins) menghambat atau mengaktifkan bagian promotor dari Masing-masing gen di dalam sel, menentukan gen-gen mana yang akan diaktifkan, ditranskripsikan menjadi mRNA, dan dibuat menjadi sebuah protein. Apabila protein pengatur meng- hambat bagian promotor dari suatu gen, maka dari gen tersebut tidak akan mensitesis protein, Apabila suatu protein pengatur berikatan atau dekat dengan daerah promotor, sehingga dapat dicapai oleh RNA polimerase, maka terjadi pengaktifan transkripsi gen tersebut men- jadi mRNA. Jenis protein ini dipertimbangkan sebagai suatu faktor transkripsi atau pemacu; sebaliknya, jika protein pengatur mengham- bat area promotor suatu gen sehingga tidak terjadi transkripsi gen menjadi mRNA, protein pengatur akan bertindak sebagai represor. Pembentukan dan pengaktifan protein pengatur tampaknya berkait- an dengan gen-gen yang berespons terhadap sinyal umpan balik, isyarat kimiawi, dan berbagai hormon misalnya hormon tiroid dan hormon pertumbuhan. Sinyal-sinyal ini menyebabkan pembentukan protein dengan fungsi represi atau aktivator. Faktor lain yang meng- ubah fungsi histon yang merupakan penentu pelipatan dan pem- bukaan bagian berbeda dalam DNA juga dapat memengaruhi tran- skripsi DNA. Metilasi (menambahkan kompleks CH,) atau asetilasi histon yang berhubungan dengan suatu gen, atau metilasi area pro- motor gen tertentu; dapat menghambat transkripsi gen tersebut. Penghambatan transkripsi tersebut “menonaktifkan” gen dan merupa- kan suatu contoh “epigenetik”, istilah yang digunakan untuk men- deskripsikan perubahan reversibel dalam material genetik yang me- micu perubahan ekspresi gen. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1STRUKTUR DAN FUNGSISEL | 23 bagai contoh, aplikasi terapi sel stem yang baru-baru ini sedang diteliti adalah untuk mengatasi infark jantung. Terapi ini dilakukan dengan menanam (transplant) sel stem ke dalam area jantung yang mengalami infark. Tujuannya adalah meningkatkan atau memelihara jumiah sel otot jantung, memperbaiki suplai darah, dan memperbaiki fungsi kontraktil miokardium yang mengalami cedera. Hambatan dalam penggunaan terapi sel stem meliputi potensi berkembangnya tumor (tumorigenicity), rejeksi imunologis terhadap sel yang ditanam, dan risiko penularan infeksi. Pengambilan sel stem embrionik masih menjadi masalah etis bagi beberapa orang dan be- lum bisa diterapkan di AS pada saat ini. KONSEP PATOFISIOLOGIS — Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang terus-menerus berubah dan terhadap rangsangan yang berpotensi merusak. Apabila perubahan dan rangsangan bersifat ringan atau singkat, maka sel akan mudah beradaptasi. Rangsangan yang lebih lama atau lebih kuat dapat menyebabkan cedera pada sel atau bahkan kematian. ATROFI Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat menjadi suatu respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan. Dengan menurunnya beban kerja, maka kebutuhan akan oksigen dan gizi juga berkurang. Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil, menyusut. Atrofi dapat terjadi akibat sel/jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi nol). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan. Hal ini tampak pada payudara wanita pascamenopause atau atrofi pada otot rangka setelah pemotongan korda spinalis. Atrofi lemak dan otot terjadi sebagai respons terhadap defisiensi nutrisi dan dijumpai pada orang yang mengalami malnutrisi atau kelaparan. Atrofi dapat juga terjadi akibat insufisiensi suplai darah ke sel, sehingga pemberian zat gizi vital dan oksigen terhambat. HIPERTROFI Hipertrofi adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 27 dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembang- kan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus ter- tentu (mis., virus EpsteinBarr yang bertanggung jawab terhadap mononukleosis) pada gilirannya menghasilkan protein khusus yang menginaktifkan respons apoptosis. Defisiensi apoptosis telah ber- pengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit Alzheimer dan sklerosis lateral amiotrofik (penyakit Lou Gehrig). Apoptosis yang dirangsang-antigen dari sel imun (sel T dan B) sangat penting dalam meriimbulkan dan mempertahankan toleransi-diri imun. Akibat Kematian Sel Sel-sel yang mati akan mengalami pencairan atau koagulasi kemudian dibuang atau diisolasi dari jaringan yang masih baik oleh sel imun dalam proses fagositosis. Apabila mitosis memungkinkan dan daerah nekrosis tidak terlalu luas, maka sel-sel baru dengan jenis yang sama akan mengisi kekosongan ruang yang ditinggalkan oleh sel mati. Pada ruang yang kosong tersebut akan timbul jaringan parut apabila pem- belahan sel tidak terjadi atau apabila daerah nekrosis terlalu luas. Gangren dapat diartikan sebagai kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area kemati- an jaringan yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ-or- gan dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut klostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma hebat. Gangren gas cepat meluas ke ja- ringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang me- matikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan. PENYEMBUHAN LUKA Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui re- generasi sel atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari kedua jenis perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah kerusakan agar integritas struktural jaringan pulih kembali. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL. 31 * Untuk keracunan sianida, digunakan terapi nitrat dan natrium tiosulfat. * Untuk keracunan karbon monoksida, digunakan terapi oksigen hiperbarik (tekanan tinggi). * Untuk keracunan timah, emetik digunakan untuk merangsang muntah pada keracunan akut. ¢ Untuk keracunan kronis, digunakan chelating agents (untuk me- nyingkirkan timah dari sirkulasi). PeRTimeA NGAN PEDIATRIK Anak-anak berisiko tinggi mengalami keracunan timah -karena timah lebih cepat diserap melalui usus mereka dan mereka cenderung tertarik dengan fasa manis timah dalam cat. Anak-anak juga sering duduk di tanah tempat timah yang cenderung terkonsentrasi di tanah dan debu. Anak yang terpajan timah dapat mengalami kesulitan belajar dan masalah perilaku. SUHU YANG BERLEBIHAN Suhu yang terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan cedera atau kematian sel. Pajanan terhadap suhu yang sangat tinggi dapat me- nyebabkan luka bakar, yang secara langsung mematikan sel, atau secara tidak langsung mencederai atau mematikan sel melalui koagulasi pembuluh darah atau penguraian membran sel (lihat Bab 4), Pajanan terhadap suhu yang sangat dingin mencederai sel melalui dua cara. Pertama, terjadi konstriksi pembuluh darah yang me- nyalurkan makanan dan oksigen ke ekstremitas. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha untuk mempertahankan suhu_ sentral (core temperature), yang diawali dengan konstriksi pembuluh darah pada jari tangan, kaki, telinga, dan hidung. Penurunan aliran darah me- nyebabkan iskemia sel dan jaringan. Aliran darah yang lambat juga meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, yang semakin menghambat oksigenasi jaringan. Efek kedua dari pajanan terhadap suhu yang sangat dingin adalah pembentukan kristal-kristal es di dalam sel. Kristal ini secara langsung menghancurkan sel dan dapat menyebabkan lisis sel (pecah). Pajanan yang lama terhadap dingin dapat menyebabkan hipotermia. Gambaran Klinis Pajanan Dingin dan Hipotermia * Rasa baal atau kesemutan di kulit atau ekstremitas. + Kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba. + Menggigil pada awalnya; kemudian kaku pada kondisi yang memburuk. + Penurunan tingkat kesadaran, mengantuk, dan konfusi. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 35 atau secara tidak langsung akibat reaksi imun dan peradangan yang muncul sebagai respons terhadap mikroorganisme (lihat Bab 4). Se- lain itu, seperti telah dibahas sebelumnya, infeksi sel oleh mikro- organisme dapat menurunkan kestabilan sel sehingga terjadi apopto- sis. Bakteri Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk mendapatkan makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Di dalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang diperlukan untuk metabolisme energi. Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pem- belahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang. mengelilingi dinding sel sehingga bakteri tersebut lebih tahan terhadap serangan sistem imun pejamu. Bakteri lain mensekresi protein yang menurunkan kerentanan terhadap antibiotik standar. Bakteri dapat bersifat aerob atau anaerob. Seringkali bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu. Laboratorium sering mengklasifikasikan bakteri sebagai gram negatif atau positif. Bakteri positif-gram mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu. Bakteri gram negatif me- ngandung protein di dinding selnya yang merangsang respons peradangan (endotoksin). Bakteri gram negatif juga mensekresi eksotoksin. Bakteri gram positif memberikan warna ungu pada pewarnaan standar laboratorium. Bakteri gram negatif berwarna merah pada pewarnaan laboratorium yang kedua. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi stafilokokus atau streptokokus, gonore, sifilis, kolera, sampar, salmonelosis, sigelosis, demam tifoid, penyakit Legionnaire, difteri, Haemophilus influenzae, pertusis, tetanus, dan penyakit Lyme. Suatu subset bakteri yang sulit diterapi adalah mikobakteri. Mikro- organisme golongan ini merupakan penyebab penyakit tuberkulosis dan lepra. Menurut hasil penelitian, individu yang rentan terhadap infeksi beberapa bakteri, termasuk yang disebabkan oleh Mycobacte- rium dan Salmonella, dikendalikan secara genetik. Variabel lain yang memengaruhi kemampuan infeksius bakteri meliputi status nutrisi pejamu, ko-infeksi, terpajan pada lingkungan yang terinfeksi mikro- ba, dan riwayat vaksinasi. Virus Virus, tidak seperti bakteri, memerlukan pejamu untuk bereproduksi. Virus terdiri atas satu untai DNA atau RNA, yang terkandung dalam aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 39 * Demam pada malaria. * Gatal dan ruam pada infeksi kulit. Penatalaksanaan * Bakteri dan mikoplasma diobati dengan pemberian antibiotik, se- baiknya setelah dilakukan pembiakan kuman untuk menentukan mikroorganisme apa yang menyebabkan infeksi dan terhadap antibiotik mana kuman tersebut rentan. + Infeksi virus tertentu dapat diterapi dengan obat antivirus. Infeksi virus lainnya biasanya dibiarkan sembuh sendiri, dengan pe- rawatan untuk mencegah agar bakteri sekunder tidak menginfeksi daerah infeksi awal atau daerah lain. + Riketsia biasanya diterapi dengan pemberian antibiotik tetrasik- lin. + Jamur diobati dengan antijamur topikal, seperti nistatin untuk in- feksi kulit superfisial, amfoterisin B untuk infeksi sistemik. Obat antijamur oral diberikan untuk mengatasi infeksi kuku, yang sebe- lumnya resisten terhadap obat. Obat baru ini, termasuk terbinafin dan itrakonazol memiliki tingkat penyembuhan yang tinggi bahkan bila diberikan dengan dosis sporadik. Pentamidin digunakan un- tuk Pneumocystis carinii. * Infeksi parasit pada saluran cerna (GI) diobati dengan obat spesi- fik, antara lain metronidazol (Flagyl) untuk giardiasis. Malaria diterapi dengan berbagai obat antimalaria. Terapi profilaktik (pen- cegahan) dianjurkan untuk orang yang bepergian ke daerah yang sering dijangkiti malaria. Pes diterapi dengan berbagai antibiotik, termasuk tetrasiklin. Infeksi kulit diterapi dengan berbagai obat topikal. KEPUSTAKAAN PILIHAN Akerstrom, T., Steensberg, A., Keller, P., Keller, C., Penkowa, M., & Pedersen, B.K. (2005). Exercise induces interleukin-8-expression in human skeletal muscle. Journal of Physiology 563, 507.516 Bradley, J.A., Bolton, E.M., & Pedersen, R.A. (2002). Stem cell medicine encounters the immune system. Nature Reviews Immunology 2, 859-87 1. Brain, J.D., Kavet, R., McCormick, D.L., Poole, C., Silverman, L., et al. (2003). Childhood leukemia: Electrical and magnetic fields as possible risk factors. En- vironment Health Perspectives 111, 962-970. Corwin, E.J. (2004). The concept of epigenetics and its role in the development of cardiovascular disease. Biological Research for Nursing 6, 11-16 : Davani, S., Deschaseaux, F., Chalmers, D., Tiberghien, P., & Kantelip, J.P. (2005). Can stem cells mend a broken heart? Cardiovascular Research 65, 305-316. De Wardener, H.E., He, F.J., Macgregor, G.A. (2004). Plasma sodium and hypertension. Kidney International 66, 2454-2466. Guyton, A.C., & Hall, J.B. (2005). Textbook of medical physiology (11th ed). Philadelphia: W.B. Saunders. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 43 dewasa, banyak sel yang terus bereproduksi. Sel-sel yang bereproduksi seumur hidup adalah sel-sel di sumsum tulang, kulit, dan saluran cerna. Sel-sel hati dan ginjal akan bereproduksi apabila diperlukan untuk mengganti sel yang hilang atau rusak. Sel-sel khusus, yang disebut sel stem, memiliki kemampuan untuk bereproduksi tanpa batas. Sel lain, misalnya sel saraf, otot rangka, dan otot jantung, tidak reproduksi secara bermakna beberapa bulan pertama setelah lahir. Dengan demikian, kerusakan pada jaringan jaringan tersebut umum- nya tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan sel baru (meskipun sel stem terdekatnya dapat berdiferensiasi menjadi sel pengganti). Siklus Sel Siklus sel merupakan serangkaian tahap perkembangan sel sepanjang hidup sel tersebut (Gambar 2.1). Selama embriogenesis, semua sel melewati semua tahapan siklus sel, seperti halnya sel dewasa yang terus bereproduksi. Kecepatan sel melalui siklus sel bergantung pada sel itu sendiri dan faktor pertumbuhan, hormonal, dan kimiawi yang terpajan pada sel tersebut. Sel-sel yang tidak lagi bereproduksi setelah embriogenesis tetap berada pada tahap istirahat (resting stage) dan tidak menjalani tahap berikutnya. Siklus sel terdiri atas dua fase ya- itu interfase dan mitosis. Interfase Dalam keadaan tidak aktif membelah, sel dikatakan berada pada tahap interfase. Terdapat 3 tahap standar interfase: G1, S, dan G2. Tahap keempat, Go, adalah tahap istirahat khusus. Pada tahap ini, G berfungsi sebagai gap, yaitu mengacu pada waktu yang dihabiskan sel untuk memeriksa dan meninjau kembali langkah sebelumnya. Go telofase al inafase-metafase GAMBAR 2.1. Siklus sel. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 47 GENOTIPE DAN FENOTIPE Informasi genetik' yang dibawa dalam kromosom sel anak disebut genotipe. Gambaran fisik dari informasi genetik tersebut, tinggi atau pendek, gelap atau terang, disebut fenotipe. Pewarisan Gen-Tunggal Sebagian sifat fenotipe, misalnya warna mata, ditentukan oleh sebuah gen. Sebuah gen yang menentukan sebuah sifat spesifik disebut alel. Untuk setiap sifat pada gen tunggal memiliki dua alel pengontrol: satu pada kromosom yang berasal dari ibu dan satu pada kromosom yang berasal dari ayah. Alel Heterozigot dan Homozigot Apabila seseorang memiliki dua alel identik, misalnya dua alel yang mengkode warna mata cokelat, maka orang tersebut dikatakan memi- liki sifat homozigot untuk sifat tersebut. Apabila seseorang memiliki alel yang berlainan yang mengkode satu sifat, misalnya satu alel untuk mata cokelat dan satu untuk mata biru, maka orang tersebut dikatakan memiliki sifat heterozigot untuk sifat tersebut. Satu alel biasanya dominan terhadap alel yang lain, misalnya mata cokelat ter- hadap mata biru, tetapi alel kadang-kadang bersifat kodominan (sama-sama dimunculkan). Fenotipe seseorang yang heterozigot un- tuk suatu sifat gen tunggal akan bergantung pada alel mana yang dominan. Apabila alel-aleInya kodominan, misalnya alel yang meng- kode antigen A dan B pada sel darah merah, maka orang tersebut akan mengekspresikan kedua alel (yi., golongan darah AB). Pewarisan Multifaktor Sebagian besar karakteristik fenotipe dipengaruhi oleh beberapa gen. Tinggi, inteligensi, dan karakteristik kepribadian adalah contoh sifat sifat yang disebut multifaktor. Sifat-sifat tersebut diwariskan dengan cara yang lebih rumit dan biasanya melibatkan banyak gen yang terdapat di kromosom yang sama atau berlainan. Ekspresi gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor nongenetik, misalnya gizi, dukungan keluarga, dan pajanan terhadap berbagai tokein atau mikro- organisme. Bagaimanapun pada akhirnya semua karakteristik manu- sia, seperti kerentanan terhadap penyakit, dalam beberapa hal dipe- ngaruhi oleh gen, bahkan karakteristik yang jelas dipengaruhi oleh lingkungan. UJI GENETIK Uji (pemeriksaan) genetik, yang disebut sitogenetik, meliputi pe- meriksaan terhadap struktur keseluruhan dan jumlah kromosom. Uji aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 51 kit di masa mendatang. Hal yang sangat mengganggu adalah apabila penyakit yang teridentifikasi tersebut ternyata adalah penyakit yang belum ada penyembuhannya atau jika uji melibatkan anak-anak. Pada orang dewasa dan anak-anak yang mengalami mutasi gen yang mengakibatkan penyakit, keputusan kehamilan di masa depan, ke- mampuan mendapatkan asuransi kesehatan atau asuransi jiwa, dan kemampuan mendapatkan pekerjaan dimasa depan merupakan hal- hal yang perlu dipertimbangkan. Human Genome Project telah me- nyumbangkan dana dan waktu untuk menelaah faktor-faktor etis yang terlibat dalam pemetaan genetik. Pada akhir tahun 2005, the National Human Genome Research Institute mengadakan studi yang melibatkan sampel orang dewasa sehat pada sekuens 100 sampai 300 gen yang telah dihubungkan dengan berbagai fenotipe penyakit. Tujuannya adalah memberi informasi kepada individu mengenai po- tensial faktor risiko genetik dan mengevaluasi bagaimana pasien dan keluarge dapat menampung informasi yang banyak ini. KONSEP PATOFISIOLOGIS MUTASI Mutasi adalah kesalahan dalam sekuens DNA. Mutasi dapat terjadi secara spontan, atau setelah suatu sel terpajan radiasi, bahan kimia tertentu, atau berbagai virus. Sebagian besar mutasi akan teridentifikasi dan diperbaiki oleh enzim-enzim yang bekerja di dalam sel. Terkadang mutasi dapat me- nyebabkan apoptosis. Apabila tidak terdeteksi atau diperbaiki, atau jika sel tidak mengalami kematian, maka mutasi akan diteruskan ke semua pembekahan sel-selanjutnya. Mutasi dapat menyebabkan sel normal menjadi sel kanker. Mutasi pada gamet (sel telur atau sperma) dapat menyebabkan cacat kongenital pada keturunan. CACAT KONGENITAL Cacat atau defek kongenital, yang juga disebut defek/cacat lahir, mencakup kesalahan genotipe dan fenotipe selama embriogenesis dan pertumbuhan janin. Cacat kongenital tertentu seperti bibir sumbing dan kelainan ekstremitas, dapat dengan jelas diketahui ketika lahir, sedangkan defek kongenital lain seperti abnormalitas atau ketiadaan ginjal dan beberapa penyakit jantung, tidak dapat dikenali segera. Cacat kongenital dapat disebabkan oleh kesalahan genctik yang terjadi selama meiosis sel sperma atau sel telur, atau dari gangguan lingkungan yang dialami janin selama dalam kandungan. Contoh ke- salahan genetik adalah pemutusan kromosom, ketidakstabilan DNA, dan kesalahan jumlah kromosom. Gangguan lingkungan selama ke-

Anda mungkin juga menyukai