Buku Status Riset Tambang
Buku Status Riset Tambang
CITATIONS READS
0 4,391
5 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Maharani Rizki on 17 April 2016.
Editor :
Prof. Ris. Dr.
D Ir. Pratiw
wi, M.Sc
Dr. Eny Wiidyati
Dr. Chandrradewana Bo oer
BalaiB
BesarPenelitiaanDipterokarpa
B
BadanPenelittiandanPeng
gembanganK Kehutanan
KementerianK
K Kehutanan
Status Riset
REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA
Penyusun :
Adi Susilo
Suryanto
Sri Sugiarto
Rizki Maharani
ISBN : 978-979-17183-9-4
Diterbitkan Oleh :
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Desain dan Tata Letak :
Rahmat Setiyono, S.Hut.
Alamat :
Jl. A. Wahab Syahranie No. 48, Sempaja Samarinda 75119
Telp. +62-541-206364 ; Faks. +62-541-742298
Email : admin@diptero.or.id
Website : http://www.diptero.or.id
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara
Daftar Isi
PENDAHULUAN ................... 1
v
Daftar Isi
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara
vi
Daftar Isi
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara
Daftar Gambar
vii
Daftar Gambar
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara
Daftar Tabel
viii
Daftar Isi
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara
Pendahuluan
Pusat Data dan Informasi Kementerian ESDM menyebutkan bahwa
produksi batubara nasional sejak tahun 2006 hingga 2009 mengalami
peningkatan dari 179.580.407,15 ton menjadi 226.170.443,14 ton. Sebagian
besar produksi batubara diekspor ke luar negeri, dengan volume ekspor
103.564.022,73 ton pada tahun 2006, meningkat menjadi 152.924.098,30 ton
pada tahun 2009. Provinsi Kalimantan Timur memberikan kontribusi yang besar
bagi produksi batubara nasional, tercatat sebesar 96.841.688,17 ton selaras
dengan 53,92% pada tahun 2006 dan meningkat menjadi 127.081.633,73 ton
atau sebesar 56,19% pada tahun 2009.
Tingginya produksi batubara di Kalimantan Timur didukung oleh
kekayaan alam yang terpendam dalam bumi Etam, sehingga bermunculan
tambang batubara. Dengan dibukanya tanah untuk tambang batubara akan
menimbulkan berbagai implikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Permasalahan yang sering timbul dalam pengelolaan tambang batubara adalah
reklamasi tambang batubara.
Dalam buku Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara dibahas
tentang dampak dan cara mereklamasi tambang batubara. Fokus
pembahasannya antara lain air asam tambang, pembenahan tanah pada bekas
tambang batubara,revegetasi lahan bekas tambang batubara, dan sosial
ekonomi reklamasi tambang.
Bab 1, membahas tentang air asam tambang (AAT). AAT sebagai efek
dari penambangan perlu mendapat perhatian serius, karena berdampak negatif
terhadap lingkungan. Pengelolaan AAT dapat dimulai dengan cara pemilihan
lokasi pembuatan kolam penampungan, penutupan lapisan tanah yang
berpotensi membentuk AAT, dilanjutkan dengan penanaman tumbuhan
penyerap logam, serta pengunaan mikroorganisme yang membantu dalam
penguraian komponen AAT.
Bab 2, membahas tentang pembenah tanah pada bekas tambang
batubara. Pada lahan bekas tambang, reklamasi adalah usaha/upaya
menciptakan suatu kondisi agar permukaan tanah dapat stabil, dapat
menopang sendiri secara berkelanjutan (self-sustaining) dan dapat digunakan
untuk berproduksi, dimulai dari hubungan antara tanah dan vegetasi, sebagai
titik awal membangun ekosistem baru. Upaya pembenahan tanah diawali
dengan pengatasan air asam tambang (AAT), memperbaiki kemasaman (pH)
tanah, memperbaiki KTK, pengurangan kontaminan khususnya logam-logam
berat, memperbaiki BD, porositas dan permeabilitas tanah, penambahan unsur
hara dan bahan organik tanah. Aktifitas pembenahan tanah mutlak diperlukan
untuk menciptakan prakondisi lahan yang dapat ditanami.
1
Pendahuluan
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara
2
Pendahuluan
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Bab 1
Air Asam Tambang (AAT)
Oleh : Andrian Fernandes, Adi Susilo, Sri Sugiharto dan Rizki Maharani
Pembentukan air asam tambang (AAT) yang berasal dari reaksi oksidasi pirit
dan kontaminan pasca tambang mendapatkan perhatian serius di bidang
industri dan pemerhati lingkungan di seluruh dunia (Ali, 2011). Sebagai
contoh, di tingkat internasional dibentuk organisasi MWA (International
Mine Water Association) yang secara berkala mengadakan seminar
membahas pengelolaan AAT. Di Indonesia, pengelolaan AAT juga
mendapat perhatian, diantaranya oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM dan juga pihak
universitas, misalnya IPB dan ITB, serta berbagai organisasi lainnya.
AAT merupakan dampak negatif dari adanya tambang batubara, bijih emas
dan tembaga. Buzzi, et al (2011) menyatakan bahwa AAT dari tambang
batubara merupakan hasil oksidasi secara alami dari mineral sulfida,
khususnya senyawa pirit. Proses oksidasi pirit dimulai ketika pirit dari dalam
tanah terangkat ke permukaan tanah dan bereaksi dengan air dan oksigen.
Pernyataan yang senada disampaikan oleh Hillel, et al (2004) bahwa ada
hubungan yang kuat antara AAT dengan kadar pirit dan sulfat dalam tanah.
Reaksi pembentukan AAT juga dipengaruhi oleh adanya mikroorganisme,
salah satunya adalah bakteri Thiobacillus ferrooxidans. Terjadinya oksidasi
ion Fe2+ menjadi Fe3+ menyebabkan terjadinya pelepasan asam. Reaksi
oksidasi dapat dilihat sebagai berikut ini.
Oleh karena itu AAT memiliki ciri pH yang rendah dan konsentrasi senyawa
ion logam yang tinggi. Apabila secara langsung dialirkan ke sungai, rawa
atau perairan lainnya akan berbahaya bahkan dapat merusak ekosistem
yang ada.
3
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Di Kaltim, salah satu contoh AAT akibat tambang batubara dapat dilihat di
sungai Ukud, Lati, Berau. Abfertiawan dan Gautama (2011) menyebutkan
bahwa sungai Ukud mengalami masalah AAT dan pembuangan limbah
galian yang tidak dipergunakan lagi. Laju pembuangan limbah maksimum
sebesar 13,38 m3/s dengan pH sebesar 4,3 dan areal pembuangannya
seluas 1738,67 Ha.
Efek selanjutnya akan dirasakan oleh manusia bila memanfaatkan air sungai
dan makhluk hidup di sungai yang tercemar oleh AAT. Ikan yang hidup di
sungai yang tercemar AAT dan tanaman sayuran atau buah yang tumbuh di
areal yang tercemar oleh AAT tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Harfani
(2007) menyatakan bahwa apabila manusia mengkonsumsi tanaman atau
ikan yang tercemar oleh AAT dalam jangka panjang dapat menyebabkan
berbagai penyakit seperti menurunnya IQ pada anak, kelahiran anak idiot
serta dapat menyebabkan penyakit kanker.
Untung dan Rosnia (2009) menyatakan bahwa salah satu cara yang cukup
efektif untuk mengatasi adanya pembentukan AAT akibat aktifitas mikroba
4
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Sejak tahun 1990, bakteri pereduksi sulfat telah diisolasi dan digunakan
secara spesifik untuk pengolahan limbah, termasuk dalam penanganan AAT
(Barton dan Hamilton, 2007). Wahyuni (2008) menggunakan bioreactor
dalam mengolah limbah AAT dari lokasi penambangan Pit 1 Banko Barat PT.
Tambang Batubara Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Bioreactor
yang dibuat menggunakan mikroorganisme pereduksi sulfat
Desulfotomaculum orientis ICBB 1220. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
waktu pembentukan biofilm selama 14 hari, serta waktu tingggal 5 jam
merupakan kondisi paling optimum untuk meningkatkan pH dari 2,85
menjadi 6,98, mereduksi sulfat dari 721,75 menjadi 226,679 atau terjadi
pengurangan sebesar 68,59%. Selain itu sela pengujian dalam bioreactor
juga terjadi proses reduksi logam Fe terlarut sebanyak 98,43% dari 10,82
menjadi 0,17, dan mereduksi Mn terlarut sebesar 73,52% dari 13,79 menjadi
3,65.
5
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Cara lain dalam pengelolaan AAT bisa dilakukan dengan cara penimbunan
lapisan tanah. Daru (2009) menyebutkan bahwa dalam mengendalikan AAT,
PT KPC di Sangatta, Kutai Timur, melakukan strategi melalui penempatan
material-material pembentuk asam secara selektif dan pembebasan sulfide
overburden dari oksigen, sehingga menghambat oksidasi pirit. Secara teknis
strategi ini dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
6
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
pH
7
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
dalam menangani AAT, diantaranya dapat hidup pada tanah yang asam,
basa dan memiliki salinitas tinggi, mampu bertahan hidup pada iklim yang
panas (50oC) dan salju (-10oC), dan tahan terhadap serangan hama, penyakit
serta kebakaran.
Ada juga cara penanganan AAT secara laboratorium, namun perlu dikaji bila
hendak dikembangkan di lapangan dengan skala besar. Buzzi, et al (2011)
melakukan penelitian dengan cara menyaring AAT menggunakan membran
0,45 m. Hasil saringan selanjutnya dipasangi elektrode dan dialiri listrik
secara berulang-ulang dengan tegangan listrik sebesar 1 mA selama 2
menit dan interval tanpa aliran listrik selama 3 menit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengolahan air terbaik terjadi setelah 55 jam.
D. Penutup
Dari uraian yang ada, AAT sebagai efek dari penambangan perlu mendapat
perhatian serius, karena berdampak negatif terhadap lingkungan.
Pengelolaan AAT dapat dimulai dengan cara pemilihan lokasi pembuatan
kolam penampungan, penutupan lapisan tanah yang berpotensi
membentuk AAT, dilanjutkan dengan penanaman tumbuhan penyerap
logam, serta pengunaan mikroorganisme yang membantu dalam
penguraian komponen AAT.
8
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. S., 2011, Remediation of Acid Mine Waters, Mine Water Managing
the Challenges, Prosiding IMWA 2011, Aachen, Germany.
9
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Utomo, B. S., 2012, Rancangan Teknis Penimbunan Batuan Penutup Pada Pit
X Block CK (Central Kawi) Untuk Mencegah Terjadinya Air Asam
Tambang PT. Marunda Grahamineral Provinsi Kalimantan Tengah,
Tesis, UPN Veteran, Yogyakarta.
Wahyuni, T., 2008, Kajian Bioreaktor Untuk Pengolahan Limbah Air Asam
Tambang Dengan Menggunakan Bakteri Pereduksi Sulfat, Tesis,
Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
10
Air Asam Tambang (AAT)
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Bab 2
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang
Batubara
Oleh : Rizki Maharani, Adi Susilo dan Andrian Fernandes
A. Pendahuluan
Tanah adalah tubuh alam yang berkembang akibat adanya interakasi antara
bahan induk, bentang alam, iklim dan jasad hidup dalam rentang waktu
tertentu dengan melibatkan serangkaian proses pembentukan tanah
(Hardjowigeno 2003). Bentuk dan intensitas interaksi antar
faktor/komponen tersebut mengendalikan macam dan intensitas proses
pembentukan tanah dan penampilan tubuh tanah yang terbentuk. Tubuh
tanah tersusun dari satu atau lebih horison atau lapisan dengan watak-
watak sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi yang berbeda antar horison dan
mendatar antar tubuh tanah (Purwowidodo, 1998). Tanah tersusun dari
empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara.
Bahan-bahan penyusun tersebut memiliki jumlah yang berbeda-beda untuk
setiap jenis tanah ataupun lapisan tanah. Arsyad (2006) menyebutkan
bahwa tanah mempunyai dua fungsi utama, yaitu: (1) sebagai matriks
tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, dan (2) sebagai
sumber unsur hara bagi tumbuhan.
11
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Tanah pada lahan bekas tambang memiliki ciri ekstrim sebagai berikut:
tanah masam (Martn-Crespo et. al 2010, Yang et. al. 2006, Armanto 2001
Brake et. al 2001, Grant et. al. 2001, Mentis 1999, Wong & Wong 1998,
Munawar et. al. 1997), kapasitas tukar kation yang rendah (Armanto 2001),
umumnya terkontaminasi logam berat (Romero et. al 2005, Brake et. al.
2001, Wong & Wong 1998), tanah memadat sehingga bulk density menjadi
tinggi (Mentis 1999, Munawar et. al. 1997 ), kandungan unsur hara sangat
miskin (Tjhiaw & Djohan 2009, Armanto 2001, Grant et. al 2001, Mentis
1999, Wong & Wong 1998, Munawar et. al. 1997) dan memiliki kandungan
bahan organik yang sangat rendah sehingga aktivitas dan populasi mikroba
tanah rendah pula (Romero et. al. 2005). Dengan kondisi tanah seperti
tersebut di atas maka revegetasi pada lahan bekas tambang harus diawali
dengan pembenahan tanah. Pembenahan tanah dimulai dari mitigasi
dampak AAT yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Upaya perbaikan
tanah selanjutnya adalah usaha-usaha untuk memperbaiki kemasaman
tanah, memperbaiki KTK, mengurangi tingkat keracunan logam berat,
menurunkan bulk density, meningkatkan kandungan unsur hara dan bahan
organik tanah. Adapun beberapa alternatif teknik pembenahan tanah dapat
disimak melalui uraian berikut ini.
12
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Pada sistem penambangan terbuka, seluruh lapisan tanah diatas deposit biji
tambang dikupas sehingga biji tambang dapat terambil. Terkupasnya
lapisan tanah memungkinkan lapisan batuan yang mengandung sulphur
bersentuhan dengan oksigen melalui udara atau air. Proses oksidasi ini
menghasilkan hidrogen dan sulfat yang mengakibatkan tanah dan air
sangat masam atau memiliki pH sangat rendah. Fenomena ini disebut
sebagai Acid Mine Drainage (AMD) atau Acid Rock Drainage (ARD). Kondisi
asam sangat menguntungkan bakteri pengoksidasi sulphur seperti
Thiobacillus spp. dan Leptospinllum spp. sehingga dapat berbiak sangat
cepat. Bakteri ini merupakan katalis reaksi AMD secara biologi sehingga
dapat mempercepat proses terbentuknya AMD (Widyati, 2009). Pengapuran
sangat direkomendasikan untuk dapat meningkatkan pH tanah sekaligus
menetralisir keracunan Al dan meningkatkan hara tanaman terutama unsur
Ca dan P (Chan et. al. 2007).
13
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
menjadi subtrat untuk beberapa jenis mikroba. Lebih lanjut hasil penelitian
Widyati (2005b) menunjukkan bahwa dari sludge dapat diisolasi bakteri
pereduksi sulfat (BPS) karena sludge mengandung sulfat dari sisa proses
pembuatan pulp. Sludge yang dicampurkan ke dalam tanah bekas tambang
berperan sebagai agen bioremediasi. BPS dapat menurunkan kandungan
sulfat hingga 83.88% sehingga dapat menaikan pH tanah dan KTK.
14
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Mikroba tanah memegang peranan yang sangat penting dalam proses daur
ulang unsur hara tanah, seperti karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P).
Azotobacter merupakan bakteri yang mampu menambat N secara non
simbiotik, sedangkan Penicilum sp., Aspergillus sp., Bacillus sp.,
Pseudomionas sp., Bacterium merupakan mikroba tanah yang mampu
15
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
16
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
17
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Pada sistem penambangan terbuka, seluruh lapisan tanah diatas deposit biji
tambang dikupas sehingga biji tambang dapat terambil. Akibatnya lapisan
top dan sub soil yang mengandung banyak bahan organik hilang. Bahan
organik tanah juga merupakan sumber karbon (C) untuk pertumbuhan
bakteri pereduksi sulfat dan logam-logam berat. Bahan organik tanah
berperan dalam memacu proses biologi dalam tanah dan mempercepat
proses pembentukan tanah (pedogenesis). Proses biologi tanah dibantu
oleh kehadiran meso dan makro fauna tanah. Keberadaan mesofauna dan
makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan
sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik
dan biomassa hidup yang seluruhnya berkaitan dengan aliran siklus karbon
dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah
tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna dan makrofauna
tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak
positif bagi kesuburan tanah.
18
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
C. Penutup
19
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
DAFTAR PUSTAKA
Brake, S.S., K.A. Connors and S.B. Romberger. A river runs through it:
impact of acid mine drainage on the geochemistry of West Little
sugar Creek pre- and post- reclamation at the Green Valley coal
mine, Indiana, USA. Environmental Geology 40:1471-1481.
20
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Sutedjo & Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. Asdi Mahasatya,
Jakarta.
21
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Wong, J.W.C., C.M. Ip and M.H. Wong. 1998. Acid-forming capacity of lead-
zinc mine tailings and its implications for mine rehabilitation.
Environmental Geochemistry and Health 20: 149-155
Yang, J.E., J. G. Skousen, Yong-Sik Ok, Kyung-Yoal Yoo, and Hee-Joung Kim.
2006. Reclamation of Abandoned Coal Mine Waste in Korea using
Lime Cake By-Products. Mine Water and the Environment 25: 227
232
22
Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Bab 3
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Oleh : Rizki Maharani, Adi Susilo, Sri Sugiharto dan Andrian Fernandes
A. Pendahuluan
23
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Jenis pioner memerlukan banyak cahaya dan mampu tumbuh pada lahan
marginal sehingga secara teoritis cocok untuk lahan bekas tambang yang
terbuka dan miskin hara. Sitorus dan Badri (2008) menyarankan
menggunakan jenis lokal dalam kegiatan revegetasi karena jenis lokal
karena mudah beradaptasi dengan kondisi setempat yang marginal.
Dengan kemampuan adaptasi yang baik akan mengurangi resiko kegagalan
dan memberikan jaminan keberhasilan pertumbuhan yang lebih baik
daripada jenis yang didatangkan dari luar habitatnya.
Secara ekologis jenis pioner lokal dipastikan sangat sesuai dengan iklim
setempat. Namun demikian kondisi tanah pada lahan yang akan dilakukan
24
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Jenis yang cepat tumbuh adalah jenis yang relatif lebih efektif dalam
menyerap air, unsur hara dan energi matahari serta CO2, karena percepatan
pertumbuhan berkaitan erat dengan proses metabolisme fisologis terutama
fotosintesa. Oleh karena kondisi tanah bekas tambang kondisinya miskin
unsur hara, maka perlu dipertimbangkan pemilihan jenis cepat tumbuh
yang tidak rakus hara. Jenis yang cepat tumbuh biasanya relatif lebih cepat
membentuk sistem percabangan untuk membentuk strata tajuk. Strata
tajuk yang rimbun akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang jatuh
ke lantai hutan sehingga dapat menurunkan suhu dan penguapan air serta
menjaga kelembaban udara di bawah tajuk. Strata tajuk juga dapat
berfungsi dalam mengurangi laju angin dan mengurangi energi kinetik
butiran air hujan yang jatuh ke atas permukaan tanah sehingga dapat
melindungi kerusakan fisik tanah dari hantaman air hujan yang dapat
merusak agregat tanah dan mudah terbawa erosi. Tanaman yang cepat
tumbuh sangat berperan dalam mempercepat proses pembentukan iklim
mikro dan perbaikan kondisi tanah sehingga mempercepat pula proses
suksesi vegetasinya kerena menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi
masuk dan tumbuhnya jenis vegetasi lain.
25
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Jenis terpilih sebaiknya memiliki daya tarik bagi hadirnya satwa liar misalnya
memiliki bunga, buah, biji atau daunnya disuka satwa liar. Biasanya jenis
yang disukai satwa di hutan adalah kelompok jenis Ficus spp karena
kelompok jenis ini dapat memproduksi banyak buah dan disukai hampir
oleh seluruh jenis satwa liar. Pada beberapa jenis ficus biasanya mempunyai
percabangan yang dapat memberikan kenyamanan bagi kehadiran burung
dan atau sebagai tempat bersarang. Kondisi seperti ini akan mempercepat
dalam merangsang hadirnya satwa seperti kelompok avifauna. Satwa liar
yang datang diharapkan membawa biji dalam tinja yang dibuangnya pada
lahan yang direstorasi. Bila kondisi iklim mikro memungkinkan maka akan
tumbuh menjadi generasi baru.
26
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Lebih bagus lagi bila jenis terpilih dapat merangsang hadirnya kelompok
semut, cacing dan jenis-jenis mikroorganisme tanah lainnya, yang dapat
mempengaruhi struktur dan rongga-rongga tanah serta mempercepat
proses penguraian serasah dan nutrien untuk peningkatan kesuburan tanah.
27
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Dari ke enam karakter tersebut diatas, jenis-jenis yang telah diuji coba
dilapangan dan berhasil baik antara lain (Setiadi 2003): Macaranga
hypoleuca, Vitex pubescens, Trema orientalis, Endospermum diadenum,
Mallotus spp., Ficus spp Hibiscus tiliaceus, Ploiarium alternifolium, Melastoma
sp., Adenanthera sp, Neonauclea sp., dan Cratoxylon sp..
28
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
dan 5m x 5m dan dipupuk 400gr/pohon dan kompos 10-15 ton per hektar.
Tanaman pokok ditanam setelah pioner berumur 2-3 tahun. Tanaman
pokok adalah jenis tanaman hutan klimaks yang memerlukan naungan
untuk pertumbuhannya. Pioner berusia 2-3 tahun telah menciptakan iklim
mikro dan naungan yang baik untuk tanaman pokok. Tanaman pokok
ditanam dengan jarak tanam 5m x 5m atau 10 m x 10 m dan dipupuk 400 gr
pupuk/pohon dan kompos 10-15 ton per ha.
29
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Dari hasil pengukuran keliling batang, tinggi dan penutupan tajuk untuk
jenis cemara, eucalyptus, akasia dan sengon menunjukkan keberhasilan.
Data menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat. Hal ini juga
menunjukkan tanaman hasil revegetasi dapat bertahan (sustain) pada areal
reklamasi bekas tambang.
30
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Tanaman hasil revegetasi pada areal bekas tambang kini telah membentuk
ekosistem hutan dan telah mampu memberikan fungsi-fungsi hutan, seperti
sebagai penjaga dan pemulih kesuburan tanah, pengatur tata air,
pengendali iklim mikro dan habitat berbagai jenis satwaliar. Beberapa areal
yang telah direvegetasi tersebut bahkan telah mampu memberikan habitat
bagi orangutan (Pongo pygmaeus) dan satwa liar lainnya seperti beruang
madu (Helarctos malayanus), Kucing congkok (Prionailurus bengalensis),
Pelanduk napu (Tragulus napu), dan Kijang Muntjak (Muntiacus muntjak)
(Boer et. al. 2009).
Catatan lain adalah pemilihan jenis cover crops yaitu jenis padi gunung dan
beberapa jenis herba liana (daerah kelerengan curam), dimana selain
berfungsi sosial (pembinaan masyarakat), jenis ini juga dapat menghasilkan
31
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
limbah jerami dan sekam yang diolah menjadi kompos untuk keperluan
persemaian dan pemulihan tanah bekas tambang di PT JMB tersebut. Di
beberapa lokasi telah nampak suksesi sekunder dengan mulai datangnya
beberapa jenis satwa liar sebagai akibat aktifitas reklamasi yang sudah
berlangsung cukup lama (Rayadin et. al. 2010).
5. PT Multi Harapan Utama: revegetasi monokultur
32
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
C. Penutup
33
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
DAFTAR PUSTAKA
Boer, C., Soetedjo, Harmonis, Suba, R.B. 2009. Analisis Interelasi Tumbuhan
dan Satwa di Areal Reklamasi-Rehabilitasi Pasca Tambang Batubara.
Kerjasama Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas
Mulawarman dengan PT. Kaltim Prima Coal.
Giddens, J. dan A. M. Rao. 1975. Effect of Incubation and Contact with Soil
on Microbial and Nitrogen Changes in Poultry Manure. Journal
Environmental Quality. Vol. 4 : 275-278.
Rayadin, Y., Suba, R.B., Sugiarto, Rochmadi, S., Hendra, Novamalaisari, E.,
Sutrisman, A., Satria, Nuraidi. 2011. Identifikasi dan Inventarisasi
Potensi Keanekaragaman Hayati (KEHATI) di Kawasan
Pertambangan PT Multi Harapan Utama. Kerjasama Pusat Penelitian
Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman dengan PT Multi
Harapan Utama, Kalimantan Timur.
Rayadin, Y., Boer, C., Soetedjo, Suba, R.B., Syoim, M., Rochmadi, S., Abadi, F.
2010. Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Keanekaragaman Hayati
(KEHATI) di Kawasan Pertambangan PT Jembayan Muara Bara.
Kerjasama Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas
Mulawarman dengan PT Jembayan Muara Bara, Kalimantan Timur.
34
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
IPB. Bogor.
35
Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Bab 4
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Oleh : Suryanto dan Andrian Fernandes
A. Pendahuluan
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan bahwa Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bumi, air dan kekayaan alam
yang dimaksudkan dalam Undang-undang ini adalah sumber daya alam,
dimana Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.
Bahan mineral dan batubara merupakan salah satu sumber daya alam
potensial, dimana Indonesia termasuk dalam 10 negara terbesar dunia yang
memiliki kandungan bahan mineral dan batubara.
36
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Uraian di atas mengantarkan kita pada suatu teori bahwa kegiatan reklamasi
memiliki potensi ekonomi dan sosial yang bisa dikembangkan, baik pada
saat reklamasi dilakukan atau pasca reklamasi. Pusat Studi Reklamasi
Tambang-IPB (2010) mengidentifikasikan lima kelompok bidang berbasis
lahan yang bisa dikembangkan pada lahan bekas tambang, yaitu kehutanan,
pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan ekowisata.
Sementara itu, unit rent/metrik ton batubara adalah sebagai mana disajikan
pada Tabel 2 berikut.
37
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Cadangan tahun Cad th 2008 thd % cad th 2005 berdasarkan kelas kalori
Kabupaten
2008 Rendah Sedang Tinggi
Cadangan (Stock) 4.066.962.675 1.848.515.887,60 2.090.372.642,30 128.074.145,10
Unit rent (usd) 35,62 28,92 20,44
Total (usd) 128.915.548.257,47 65.844.135.916,31 60.453.576.815.32 2.617.835.525.84
38
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
39
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
40
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
41
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
lansekap yang kurang baik, lapisan tanah (solum) yang kurang teratur,
ketersediaan unsur hara yang kurang seimbang, kandungan bahan
organik yang sangat rendah, suplai air yang sering kurang terjamin.
Oleh sebab itu kegiatan budidaya akan dapat dilakukan jika areal bekas
tambang telah direklamasi sehingga memenuhi persyaratan untuk
pengusahaan tanaman yang akan dikembangkan. Pengetahuan tentang
persyaratan tumbuh tanaman pangan dan perkebunan mutlak
diperlukan jika areal bekas tambang akan digunakan untuk
pengembangan budidaya tanaman non kehutanan.
42
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
43
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
44
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
Apapun bidang usaha yang akan dipilih, kegiatan revegetasi menjadi bagian
penting dalam upaya reklamasi lahan. Dalam hal ini, terdapat beberapa
potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan pada saat revegetasi, yaitu
usaha penyiapan bibit tanaman, penyiapan media tumbuh dan pupuk.
Dalam hal ini, untuk tujuan menstimulasikan adanya peluang usaha bagi
masyarakat di sekitar lahan bekas tambang, maka suatu mekanisme
kemitraan yang efektif perlu disediakan. Dalam hal ini, penelitian tentang
pola kemitraan menjadi diperlukan, termasuk dalam hal bagaimana
menyiapkan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam bermitra.
Penyiapan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam konsep mitra ini
secara tidak langsung menjadi bagian penting dalam mengembangkan
konsep kemitraan untuk pengembangan basis usaha ekonomi selanjutnya,
baik dalam bidang kehutanan, tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan maupun ekowisata. Kebutuhan penelitian dan kajian dalam hal
ini adalah bagaimana mengukur kelayakan usaha untuk masing-masing
bidang usaha tersebut, perspektif minat dan kesiapan masyarakat serta
perspektif finansialnya.
45
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
46
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
47
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
F. Penutup
48
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, HS. 2010. Lesson Learned Reklamasi Tambang Untuk (Eko)Wisata.
Pusat Studi Reklamasi Tambang, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
http://reklatam.ipb.ac.id/?p=221. Diakses tanggal 12 Desember
2010.
Siregar, I.Z, Mansur, I. dan Wilarso, SBR. 2010. Lesson Learned Revegetasi
Lahan Bekas Tambang : Permasalahan dan Cara Mengatasinya.
49
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
Status Riset Reklamasi Bekas Tambang Batubara
50
Sosial Ekonomi Reklamasi Tambang Batubara
BalaiBesarPenelitianDipterokarpa
Jl.A.WahabSyahranieNo.68SempajaSamarinda
Telp.+62541206364;Fax.+62541742298
Email:admin@diptero.or.id
Website:http://www.diptero.or.id
View publication stats