DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN PANGALENGAN
Komplek Kec Pangalengan Telp. (022) 5979403 Pangalengan Kab.Bandung
40378
Email : pkmpangalengan_bandungkab@yahoo.com
MEMUTUSKAN :
1. Unit Pelaksana teknis dinas selanjutnya disebut UPT adalah unsur pelaksana teknis
operasional dinas untuk melaksanakan sebagian tugas urusan dinas.
2. Tata naskah dinas adalah pengelolaan informasi tertulis yang meliputi pengaturan jenis,
format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas
serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan.
3. Naskah dinas adalah informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dibuat dan
atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan pemerintah daerah.
4. Format adalah naskah dinas yang menggambarkan tata letak dan redaksional, serta
penggunaan lambang/logo dan cap UPT/Puskesmas.
5. Stempel/Cap UPT/Puskesmas adalah tanda identitas dari suatu jabatan atau SKPD
6. Sampul naskah dinas adalah amplop atau alat pembungkus naskah dinas.
7. Kop naskah dinas adalah kop surat yang menunjukan jabatan atau nama SKPD tertentu yang
ditempatkan dibagian atas kertas.
8. Kop sampul naskah dinas adalah kop surat yang menunjukan jabatan atau nama SKPD
tertentu yang ditempatkan dibagian atas sampul naskah.
9. Papan nama adalah papan atau bidang yang bertuliskan identitas instansi atau organisasi.
10. Kewenangan adalah kekuasaan yang melekat pada suatu jabatan.
11. Delegasi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari pejabat atau pejabat
dibawahnya.
12. Mandat adalah pelimpahana wewenang yang diberikan oleh atasan kepada bawahan untuk
melakukan suatu tugas tertentu atas nama yang memberi mandat.
13. Penandatanganan naskah dinas adalah hak, kewajiban dan tanggungjawab yang ada pada
seorang pejabat untuk menandatangani naskah dinas sesuai dengan tugas dan kewenangan
pada jabatannya.
14. Surat edaran adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, penjelasan dan/atau petunjuk
cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak.
15. Surat biasa adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, pertanyaan, permintaan
jawaban atau saran dan sebagainya.
16. Surat keterangan adalah naskah dinas yang berisi pernyataan tertulis dari pejabat sebagai
tanda bukti untuk menerangkan atau menjelaskan kebenaran sesuatu hal.
17. Surat perintah adalah naskah dinas dari atasan yang ditunjukan kepada bawahan yang berisi
perintah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
18. Surat izin adalah naskah dinas yang berisi persetujuan terhadap suatu permohonan yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
19. Surat perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatan bersama antara dua belah
pihak atau lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukum yang telah disepakati
bersama.
20. Surat perintah tugas adalah naskah dinas dari atasan yang ditujukan kepada bawahan yang
berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaan sesusai dengan tugas dan funginya.
21. Surat perintah perjalanan dinas adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang kepada
bawahan atau oejabat tertentu untuk melaksanakan perjalanan dinas.
22. Surat kuasa adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang kepada bawahan berisi
pemberian wewenang dengan atas namanya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam
rangka kedinasan.
23. Surat undangan adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi undangan kepada
pejabat/pegawai yang tersebut pada alamat tujuan untuk menghadiri suatu acara kedinasan.
24. Surat keterangan melaksanakan Tugas adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang
berisi pernyataan bahwa seorang pegawai telah menjalankan tugas.
25. Surat panggilan adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi panggilan kepada
seorang pegawai untuk menghadap.
26. Nota dinas adalah naskah dinas yang bersifat internal berisi komunikasi kedinasan antar
pejabae atau dari atasan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan.
27. Lembar disopsisi adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi petunjuk tertulis
kepada bawahan.
28. Telaahan staf adalah naskah dinas dari bawahan kepada atasan antara lain berisi analisis
pertimbangan, pendapat dan saran-saran secara sistematis.
29. Pengumuman adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi pemberitahuan yang
bersifat umum.
30. Laporan adalah naskah dinas dari bawahan kepada atasan yang berisi informasi dan
pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugas kedinasan.
31. Rekomendasi adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi keterangan atau
catatan tentang sesuatu hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kedinasan.
32. Surat pengantar adalah naskah dinas berisi jenis dan jumlah barang yang berfungsi sebagai
tanda terima.
33. Berita acara adalah naskah dinas yang berisi keterangan atas sesuatu hal yang ditanda
tangani oleh para pihak.
34. Notulen adalah naskah dinas yang memuat catatan proses berisi catatan proses sidang atau
rapat.
35. Memo adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi catatan tertentu.
36. Daftar hadir adalah naskah dinas dari pejabat berwenang yang berisi keterangan atas
kehadiran seseorang.
37. Piagam adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi penghargaan atas prestasi
yang telah dicapai atau keteladanan yang telah diwujudkan.
38. Sertifikat adalah naskah dinas yang merupakan tanda bukti seseorang telah mengikuti
kegiatan tertentu.
39. Perubahan adalah merubah atau menyisipkan suatu naskah dinas
40. Pencabutan adalah suatu pernyataan tidak berlakunya suatu naskah dinas sejak ditetapkan
pencabutan tersebut.
41. Pembatalan adalah pernyataan bahwa suatu naskah dinas dianggap tidak pernah
dikeluarkan.
42. Tata naskah surat mengacu kepada Peraturan Bupati Bandung Nomor 50 Tahun 2011
tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kabupaten Bandung.
Ditetapkan di : Pangalengan
Pada tanggal : 6 Februari 2017
A. Kebijakan.
Kebijakan adalah Peraturan/Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala UPT/Puskesmas
yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh:
penanggung jawab maupun pelaksana.
Peraturan/Surat Keputusan Kepala UPT/Puskesmas dapat dituangkan dalam pasal-pasal
dalam keputusan tersebut, atau merupakan lampiran dari peraturan/keputusan.
Format Peraturan/surat keputusan dapat disusun sebagai berikut:
1. Pembukaan:
a. Judul : Surat Keputusan Kepala UPT Yankes Kecamatan
Pangalengan
b. Nomor : ditulis sesuai sistem penomoran surat keputusan di
UPT / Puskesmas
c. Jabatan pembuat keputusan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis
dengan huruf kapital
d. Konsideran, meliputi:
1) Menimbang: memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadi
latar belakang dan alasan pembuatan keputusan. Huruf awal kata menimbang
ditulis dengan huruf capital diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ), dan
diletakkan di bagian kiri, konsideran menimbang diawali dengan penomoran
menggunakan huruf kecil abjad dan dimulai dengan kata bahwa dengan b
huruf kecil;
2) Mengingat: memuat dasar kewenangan dan peraturan perundangan yang
memerintahkan pembuat keputusan tersebut. Peraturan perundangan yang
menjadi dasar hukum adalah peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih
tinggi. Konsideran ini diletakkan di bagian kiri tegak lurus dengan kata
menimbang. Konsideran yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai
dengan hirarki tata perundangan diawali dengan nomor dengan angka 1, 2, dst.
2. Diktum:
Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf kapital, serta
diletakkan di tengah margin;
a. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan disejajarkan ke bawah
dengan kata menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan ditulis dengan
huruf capital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : );
b. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya ditulis dengan huruf
capital dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . ).
c. Kertas yang digunakan untuk naskah dinas adalah HVS 80 gram
d. Penggunaan kertas HVS di atas 80 gram atau jenis lain hanya terbatas untuk jenis
naskah dinas yang mempunyai nilai kesamaan tertentu dan nilai kegunaan dalam
waktu lama,
e. Penyediaan surat berlambang negara berwarna kuning emas atau logo daerah
berwarna dicetak diatas kertas 80 gram ;
f. Ukuran kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah Folio/F4 (215 x 330
mm);
g. Ukuran kertas yang digunakan untuk makalah, piper dan laporan adalah A4 (210 x
297 mm);
h. Pengetikan sarana administrasi dan komunikasi perkantoran menggunakan hurup
arial 12 dan spasi 1 atau 1,5 sesuai kebutuhan.
3. Batang Tubuh.
a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan dalam diktum-
diktum, misalnya:
KESATU :
KEDUA :
Dst
b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan, perubahan, pembatalan,
pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya,
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan/keputusan, dan pada
halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan/keputusan.
d. Kaki:
Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir substansi peraturan/keputusan
yang memuat penanda tangan penerapan peraturan/keputusan, pengundangan
peraturan/keputusan yang terdiri atas tempat dan tanggal penetapan, nama jabatan,
tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang menanda tangani.
e. Penandatanganan:
Peraturan/Keputusan Kepala UPT/Puskesmas ditandatangani oleh Kepala
UPT/Puskesmas, dituliskan nama jelas.
f. Lampiran peraturan/keputusan:
1) Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomor peraturan keputusan;
2) Halaman terakhir harus ditanda tangani oleh Kepala
3) ]={UPT/Puskesmas;
Catatan: Untuk Peraturan pada Batang Tubuh tidak ditulis dalam diktum tetapi dalam
Bab-bab dan Pasal-pasal.
B. Manual Mutu
Manual Mutu adalah dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke dalam maupun ke
luar tentang sistem manajemen mutu. Manual mutu disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh
organisasi, yang meliputi:
1. Pendahuluan, yang berisi:
a. Latar belakang
b. Ruang Lingkup (proses bisnis)
c. Tujuan
d. Pengendalian dokumen
2. Landasan hukum (peraturan/dokumen yang menjadi acuan)
3. Istilah dan definisi
4. Sistem Manajemen Mutu:
a. Persyaratan umum
b. Pengendalian dokumen
c. Pengendalian rekaman
5. Tanggung jawab manajemen:
a. Komitmen manajemen
b. Fokus pada pelanggan
c. Kebijakan mutu
d. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu
e. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
f. Ketua manajemen mutu
g. Komunikasi internal
6. Tinjauan Manajemen:
a. Umum
b. Masukan tinjauan
c. Luaran tinjauan
7. Manajemen sumber daya:
a. Penyediaan sumber daya
b. Manajemen sumber daya manusia
c. Infrastruktur
d. Lingkungan kerja
8. Penyelenggaraan pelayanan:
a. Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarkat Puskesmas:
1) Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat
2) Proses yang berhubungan dengan sasaran:
Penetapan persyaratan sasaran
Tinjauan terhadap persyaratan sasaran
Komunikasi dengan sasaran
3) Pembelian (jika ada)
4) Penyelenggaraan upaya:
Pengendalian proses penyelenggaraan upaya
Validasi proses penyelenggaraan upaya
Identifikasi dan mampu telusur
Hak dan kewajiban sasaran
Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika ada)
Manajemen risiko dan keselamatan
5) Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:
Umum
Pemantauan dan pengukuran:
Kepuasan pelanggan
Audit internal
Pemantauan dan pengukuran proses
Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
Analisis data
Peningkatan berkelanjutan
Tindakan korektif
Tindakan preventif
b. Pelayanan klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan) :
1) Perencanaan Pelayanan Klinis
2) Proses yang berhubungan dengan pelanggan
3) Pembelian/pengadaan barang terkait dengan pelayanan klinis:
Proses pembelian
Verifikasi barang yang dibeli
Kontrak dengan pihak ketiga
4) Penyelenggaraan pelayanan klinis:
Pengendalian proses pelayanan klinis
Validasi proses pelayanan
Identifikasi dan ketelusuran
Hak dan kewajiban pasien
Pemeliharaan barang milik pelanggan (spesiemen, rekam medis, dsb)
Manajemen risiko dan keselamatan pasien
9. Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:
Umum
Pemantauan dan pengukuran:
Kepuasan pelanggan
Audit internal
Pemantauan dan pengukuran proses
Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
Analisis data
Peningkatan berkelanjutan
Tindakan korektif
Tindakan preventif
10. Penutup
Lampiran (jika ada)
KONDISI
INDIKATOR TARGET JANGKA MENENGAH PENANGGUNGJAWAB
TUJUAN SASARAN AWAL PROGRAM KEGIATAN/PELAYANAN
KINERJA PROGRAM/PELAYANAN
X X+1 X+2 X+3 X+4 X+5
D. Pedoman/ Panduan
Pedoman/panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang memberi
arah langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar
untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan.
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat
diartikan pedoman mengatur beberapa hal sedangkan panduan hanya
mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan dapat diterapkan dengan
baik dan benar melalui penerapan SOP. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau
keputusan Kepala Puskesmas untuk pemberlakuan pedoman/ panduan
tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala Puskesmas.
3. Setiap pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap
2-3 tahun sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/ Panduan
untuk suatu kegiatan/ pelayanan tertentu, maka Puskesmasdalam
membuat pedoman/ panduan wajib mengacu pada pedoman/ panduan
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan
sebagai berikut :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas
BAB III Visi, Misi, Tujuan, dan Tata Nilai Puskesmas
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
BAB X Pertemuan/ Rapat
BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
JUDUL
Langkah-langkah
1. ..
2. ..
3. ..
Atau
A. ..
1.
a. .
1)
a)
2)
b.
2.
B. ..
1.
2.
7. Unit Terkait .
Penjelasan :
Penulisan SOP yang harus tetap didalam tabel/kotak adalah : Logo
Kabupaten dan nama Puskesmas dengan alamat jelas dibagian kiri.
Judul SOP , No. Dokumen, No. Revisi, tanggal terbit, halaman dan
edisi terbit di tulis dibagian tengah,serta logo Puskesmas dan
tandatangan Kepala Puskesmas dibagian kanan, sedangkan untuk
pengertian, tujuan, kebijakan, referensi, petugas, prosedur/ langkah-
langkah, dan unit terkait boleh tidak diberi kotak/ tabel.
5. Petujuk Pengisian SOP
a) Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah kabupaten/kota, nama
organisasi adalah nama Puskesmas, atau logo dan nama dari
Puskesmas
b) Kotak Heading : masing-masing kotak (Puskesmas, judul SOP,
No. dokumen, No.revisi, Halaman, SOP, tanggal terbit, edisi terbit
dan ditetapkan Kepala Puskesmas diisi sebagai berikut :
Kotak Puskesmas diberi nama Puskesmas beserta
alamat dan Logo pemerintah daerah, atau logo dan
nama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Judul SOP : diberi Judul /nama SOP sesuai proses
kerjanya
No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan
penomeran yang berlaku di Puskesmas/ yang
bersangkutan, dibuat sistematis agar ada keseragaman.
No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat
menggunakan huruf. Contoh : dokumen baru diberi
huruf A, dokumen revisi pertama diberi huruf B dan
seterusnya. Tetapi dapat juga dengan angka, misalnya
untuk dokumen baru dapat diberi nomor 0, sedangkan
dokumen revisi pertama diberi nomor 1, dan seterusnya.
Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan
juga total halaman untuk SOP tersebut. misalnya :
halaman pertama : 1 dari 5, halaman kedua: 2 dari 5,
halaman terakhir : 5 dari 5.
SOP diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang
digunakan Puskesmas/ , misalnya : SOP, Prosedur,
prosedur tetap, petunjuk pelaksanaan, prosedur kerja
dan sebagainya, namun didalam akreditasi Puskesmas
dan memakai istilah SOP.
Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya
atau tanggal diberlakukannya SOP tersebut
Edisi terbit : diisi sesuai dengan SOP yang diterbitkan
apakah terbit ke-1 atau sudah pernah diterbitkan lalu
direvisi kemudian terbit kembali.
Ditetapkan Kepala Puskesmas/ : diberi tandatangan
Kepala Puskesmas/ dan nama jelasnya.
c) Isi SOP
Isi dari SOP minimal adalah sebagai berikut:
1) Pengertian : yang paling awal diisi judul SOP adalah, dan berisi
penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit
dipahami atau menyebabkan salah pengertian/menimbulkan
multi persepsi.
2) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata
kunci :
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
3) Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas/ yang menjadi
dasar dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang
mendasari SOP tersebut, contoh untuk SOP imunisasi pada
bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala Puskesmas
No 005/2014 tentang Pelayanan Imunisasi.
4) Referensi: berisikan dokumen ekternal sebagai acuan
penyusunan SOP, bisa berbentuk buku, peraturan perundang-
undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka,
5) Petugas berisi mengenai identitas/pekerja yang melaksanakan
proses kerja tersebut.
6) Prosedur : bagian ini merupakan bagian utama yang
menguraikan alat, bahan dan langkah-langkah kegiatan untuk
menyelesaikan proses kerja tertentu.
7) Unit Terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur
terkait dalam proses kerja tersebut.
Dari ketujuh isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, juga dapat
ditambahkan antala lain: Rekam Historis dsb menyesuaikan
dengan format SOP yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah,
yang penting dalam satu organisasi menggunakan satu format
yang seragam.
d) Tata Cara Pengelolaan SOP:
1) Agar ditetapkan siapa yang mengelola SOP,
2) Pengelola SOP harus mempunyai arsip seluruh SOP
Puskesmas/,
3) Pengelola SOP agar membuat tata cara penyusunan,
penomoran, distribusi, penarikan, penyimpanan, evaluasi dan
revisi SOP
4) Tata Cara Penyusunan SOP
Hal-hal yang perlu diingat :
Siapa yang harus menulis atau menyusun SOP
Bagaimana merencanakan dan mengembangkan SOP
Bagaimana SOP dapat dikendali
Bagaimana memperkenalkan SOP kepada pelaksana
dan unit terkait
Bagaimana pengendalian SOP: penomoran, revisi yang
keberapa, dan distribusi kepada siapa.
Syarat penyusunan SOP :
Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah
kegiatan yang dilakukan saat ini sudah memiliki SOP
atau belum, dan bila sudah agar diidentifikasi apakah
SOP masih efektif atau tidak, jika belum apakah
kegiatan tersebut perlu disusun prosedurnya.
Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis oleh
mereka yang melakukan pekerjaan tersebut atau oleh
unit kerja tersebut. Tim atau panitia yang ditunjuk oleh
Kepala Puskesmas/ hanya untuk menanggapi dan
mengkoreksi SOP tersebut. Hal tersebut sangatlah
penting, karena komitmen terhadap pelaksanaan SOP
hanya diperoleh dengan adanya keterlibatan
personel/unit kerja dalam penyusunan SOP.
Di dalam SOP harus dapat dikenali dengan jelas siapa
melakukan apa, dimana, kapan, dan mengapa.
SOP jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek,
predikat dan objek harus jelas
SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi
dengan bahasa yang dikenal pemakai.
SOP harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan.
Untuk SOP pelayanan pasien maka harus
memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pasien. Untuk SOP profesi harus
mengacu kepada standar profesi, standarpelayanan,
mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan
memperhatikan aspek keselamatan pasien.
e) Proses penyusunan SOP
1) SOP disusun dengan menggunakan format sesuai dengan
panduan penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas ini.
2) Penyusunan SOP dapat dikoordinir oleh tim mutu/tim
akreditasi Puskesmas dengan mekanisme sebagai berikut :
Pelaksana atau unit kerja/ upaya menyusun SOP dengan
melibatkan unit terkait.
SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja
disampaikan ke tim mutu/tim akreditasi,
Fungsi tim mutu akreditasi Puskesmas didalam
penyusunan SOP adalah :
o Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan
memperbaiki SOP yang telah disusun oleh
pelaksana atau unit kerja baik dari segi bahasa
maupun penulisan,
o Mengkoordinir proses pembuatan SOP sehingga
tidak terjadi duplikasi SOP/tumpang tindih SOP
antar unit,
o Melakukan cek ulang terhadap SOP-SOP yang akan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.
3) Penyusunan SOP dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhan SOP.
Untuk SOP pelayanan dan SOP administrasi, untuk
melakukan identifikasi kebutuhan SOP bisa dilakukan dengan
menggambarkan proses bisnis di unit kerja tersebut atau alur
kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit tersebut. Sedangkan
untuk SOP klinis, identifikasi kebutuhan dilakukan dengan
mengetahui pola penyakit yang sering ditangani di unit kerja
tersebut. Dari identifikasi kebutuhan SOP dapat diketahui
berapa banyak dan macam SOP yang harus dibuat/disusun.
Untuk melakukan identifikasi kebutuhan SOP dapat pula
dilakukan dengan memperhatikan elemen penilaian pada
standar akreditasi, minimal SOP-SOP apa saja yang harus
ada. SOP yang dipersyaratkan di elemen penilaian adalah
SOP minimal yang harus ada di Puskesmas sedangkan
identifikasi SOP dengan menggambarkan terlebih dahulu
proses bisnis di unit kerja adalah seluruh SOP secara lengkap
yang harus ada di unit kerja tersebut.
4) Semua SOP harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.
5) Agar SOP dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi SOP-SOP tersebut dan bila SOP tersebut rumit
maka untuk melaksanakan SOP tersebut perlu dilakukan
pelatihan.
6) Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penyusunan SOP
Ada komitmen dari Kepala Puskesmas Banjaran Kota
yang terlihat dengan adanya dukungan fasilitas dan
sumber daya.
Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai
kemampuan dan kemauan untuk menyusun SOP
Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang
disusun dan disepakati
Adanya pemantauan dan pelaporan kemajuan
penyusunan SOP.
Tata cara penomoran SOP.
Penomoran SOP maupun dokumen lainnya diatur
pada kebijakan pengendalian dokumen, dengan
ketentuan:
o Semua SOP harus diberi nomor,
o Puskesmas agar membuat kebijakan tentang
pemberian nomor untuk SOP sesuai dengan tata
naskah yang dijadikan pedoman,
o Pemberian nomor mengikuti tata naskah
Puskesmas Banjaran Kota atau ketentuan
penomoran yang khusus untuk SOP (bisa
menggunakan garis miring atau dengan sistem
digit). Pemberian nomor sebaiknya dilakukan
secara terpusat.
o Kode-kode dapat dipergunakan untuk pemberian
nomor, seperti contoh sebagai berikut:
Kode SOP
Nomor urut SOP adalah urutan nomor SOP di
dalam unit kerja upaya Puskesmas.
Kode UKM/UKP/Admen
Contoh penomoran SOP: SOP/001/UKP
Penjelasan:
SOP = kode SOP
001 = nomor urut keluar SOP,
UKP = kode Kegiatan
Keterangan:
Satu SOP dipergunakan oleh lebih dari satu
unit yang berbeda misalnya SOP rujukan
pasien maka diberi kolom unit terkait/unit
pemakai SOP.
7) Tata Cara Penyimpanan SOP
Penyimpanan adalah bagaimana SOP tersebut disimpan.
o SOP asli (master dokumen/ SOP yang sudah
dinomori dan sudah ditandatangani) agar disimpan di
sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas atau Bagian
Tata Usaha Puskesmas, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di organisasi tersebut tentang tata cara
pengarsipan dokumen yang diatur dalam tata nasakh.
Penyimpanan SOP yang asli harus rapi, sesuai
metode pengarsipan sehingga mudah dicari kembali
bila diperlukan.
o SOP fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya
Puskesmas, dimana SOP tersebut dipergunakan. Bila
SOP tersebut tidak berlaku lagi atau tidak
dipergunakan maka unit kerja wajib mengembalikan
SOP yang sudah tidak berlaku tersebut ke sekretariat
Tim mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga di unit
kerja hanya ada SOP yang masih berlaku saja.
Sekretariat Tim Mutu atau Bagian Tata Usaha
organisasi dapat memusnahkan fotocopy SOP yang
tidak berlaku tersebut, namun untuk SOP yang asli
agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan
sesuai ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen
yang berlaku di Puskesmas.
o SOP di unit upaya Puskesmas harus diletakkan
ditempat yang mudah dilihat, mudah diambil, dan
mudah dibaca oleh pelaksana.
8) Tata Cara Pendistribusian SOP
Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SOP
kepada unit upaya atau pelaksana yang memerlukan SOP
tersebut agar dapat digunakan sebagai panduan dalam
melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim
mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas sesuai pedoman
tata naskah.
Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda
terima.
Distribusi SOP bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi
bisa juga untuk seluruh unit kerja lainnya.
Bagi Puskesmas yang sudah menggunakan e-file maka
distribusi SOP bisa melalui jejaring area local, dan diatur
kewenangan otorisasi disetiap unit kerja, sehingga unit
kerja dapat mengetahui batas kewenangan dalam
membuka SOP.
H. Penataan Dokumen.
Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi Puskesmas
dikelompokan masing- masing bab/kelompok pelayanan/UKM dengan
diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar
secara berurutan.
Ditetapkan di : Pangalengan
Pada tanggal : 6 Februari 2017