Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Patahan Pulau Jawa: Penyebab

Bencana Alam Gempa Bumi di Jawa

Coba renungkan kembali, mengapa Pulau Jawa, Pulau terpadat di Indonesia, bahkan terpadat
di dunia memiliki bentuk muka bumi yang berbukit, penuh lembah, puluhan gunung berapi
(45 gunung api di Jawa), memiliki 20 kawah, kompleks vulkanik Dieng, dan kompleks
Kaldera Dieng, dll? Jejeran keajaiban bentangan alam di Pulau Jawa ini sebetulnya menjadi
bukti nyata betapa aktifnya aktivitas seismik dan vulkanik di bawah permukaan Pulau Jawa.
Bahkan Jawa sudah sangat aktif sejak 70 hingga 35 juta juta tahun lalu, di mana batuan
pembentuk Pulau Jawa baru pertama kali terbentuk.

Menurut perkiraan para ahli Geologis, pada 20 juta tahun yang lalu sebelum Masehi, lempeng
Australia dan Lempeng Eurasia saling menubruk satu sama lain, menyebabkan menunjamnya
lempeng Australia di bawah Lempeng Eurasia. Penunjaman yang masih berlangsung hingga
sekarang ini yang menjadi penyebab awal terbentuknya rangkaian gunung Api di sebelah
barat Sumatera, dan Selatan Jawa. Termasuk gunung Krakatau, gunung Merapi, Gunung
Semeru, dan Gunung Kelud. 4 gunung aktif di Pulau Jawa yang membawa dampak risiko
bencana alam gunung meletus.

Pada awal proses terbentuknya Pulau Jawa, wilayah bagian Jawa Tengah dan Jawa Timur
menjadi wilayah terakhir yang terangkat dari permukaan laut. Hal ini bisa dibuktikan oleh
bukti-bukti geologis yang ditemukan di sepanjang Gunung Gamping di sekitar Wonosari
hingga Wonogiri. Di wilayah perbukitan atau pegunungan Selatan Jawa itu banyak
ditemukan potongan koral dan binatang laut yang sudah membatu dan menjadi fosil.
Sepotong bukti bahwa dulu daratan Jawa tengah dan Timur terangkat dari dasar laut karena
penunjaman Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia.

Tiap centimeter bahkan milimeter pergerakan lempeng yang membentuk Pulau Jawa jelas
menimbulkan bencana alam gempa bumi dahsyat. Bahkan hingga detik ini, tiap harinya ada
pergerakan Lempeng Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia dan
menyebabkan guncangan kecil hingga besar yang terekam oleh seismometer.

Akibat gerak lempeng ini, muncullah patahan-patahan yang kini memiliki ragam nama,
seperti Patahan Jakarta, Patahan Grindulu, Patahan Cimandiri, Patahan Opak, dll. Patahan
Opak contohnya, akibat pergerakan Sesar Opak di wilayah timur Yogyakarta, menyebabkan
bencana alam gempa bumi 6.2 skala richter pada 2006 silam, kejadian pilu tepat sembilan
tahun lalu yang membunuh lebih dari 5000 jiwa warga Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai