Bahan Birokrasi
Bahan Birokrasi
INISIASI 1
Sistem Pemerintahan Daerah
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia dapat dilacak dalam kerangka
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam UUD 1945 terdapat dua nilai dasar yang
dikembangkan, yakni nilai unitaris dan nilai desentralisasi teritorial. Nilai dasar unitaris
diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak akan mempunyai kesatuan pemerintah lain
di dalamnya yang bersifat negara, artinya kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan
negara Republik Indonesia tidak akan terbagi diantara kesatuan-kesatuan pemerintahan.
Sementara itu, nilai dasar desentralisasi teritorial diwujudkan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah dalam bentuk otonomi daerah. Secara teoritis, sedikitnya ada tujuh
elemen (sub sistem) yang membentuk pemerintahan daerah, yaitu:
1. adanya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Urusan tersebut merupakan isi
otonomi yang menjadi dasar bagi kewenangan daerah untuk mengatur dang mengurus rumah
tangganya;
2. adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari otonomi yang diserahkan kepada
daerah;
3. adanya personil yaitu pegawai yang mempunyai tugas untuk menjalankan urusan otonomi
yang menjadi isi rumah tangga daerah yang bersangkutan;
4. adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah;
5. adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil-wakil rakyat yang telah
mendapatkan legitimasi untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah;
6. adanya manajemen pelayanan publik agar otonomi dapat berjalan secara efektif,efisien dan
akuntabel;
7. adanya pengawasan, supervisi, monitoring dan evaluasi yang efektif dan efisien.
Ketujuh elemen di atas secara integrated merupakan suatu sistem yang membentuk pemerintahan
daerah.
INISIASI 2
Kewenangan Daerah
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah
pusat dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan tersebut dapat dibedakan dalam
tiga ajaran rumah tangga yaitu formil, materiil dan riil.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pembagian
urusan pemerintahan didasarkan kepada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan
pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Urusan
pemerintahan tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan
seperti politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional, yustisi dan agama.
Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya di
luar urusan pemerintahan yang ditentukan menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah
dapat diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri dan dapat pula
penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa atau penugasan dari
pemerintah kabupaten/kota ke desa. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Namun demikian, terdapat bagian urusan pemerintahan yang bersifat concurrent, yaitu urusan
pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pembagian kewenangan yang
concurrent tersebut didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan
mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat
pemerintahan.
INISIASI 3
Organisasi Pemerintah Daerah
Pada organisasi pemerintah, kegiatan yang dijalankan untuk mencapai tujuan didasarkan pada
kewenangan yang dimilikinya. Pada era desentralisasi sekarang ini, pemerintah daerah diberi
kebebasan yang luas untuk menyusun organisasinya sendiri. Pola organisasi pemerintah daerah
yang serba seragam pada masa lalu digantikan dengan pola yang beraneka ragam. Pembentukan
organisasi pemerintah daerah untuk menjalankan urusan/kewenangan didasarkan pada prinsip
money follow function. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,bentuk dan susunan organisasi pemerintah daerah didasarkan pada kewenangan
pemerintahan yang dimiliki daerah; karakteristik, potensi dan kebutuhan daerah; kemampuan
keuangan daerah; ketersediaan sumber daya aparatur; pengembangan pola kerjasama antar
daerah dan/atau dengan pihak ketiga.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, lembaga pemerintahan daerah adalah
Pemerintah daerah dan DPRD, sedangkan Pemerintah daerah adalah kepala daerah dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Kepala daerah adalah
kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis, dipilih secara langsung oleh rakyat
yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah. Secara
umum perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan
koordinasi, diwadahi dalam lembaga sekretariat; unsur pendukung tugas kepala daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga
teknis daerah; serta unsur pelaksana urusan daerah diwadahi dalam lembaga dinas daerah.
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah dan
lembaga teknis daerah. Sedangkan perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat
daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan.
http://si-itank.blogspot.com/2012/03/sistem-pemerintahan-daerah.html
PEMERINTAHAN DAERAH SECARA UMUM
1. Alasan sejarah
Secara hisitoris eksistensi pemda telah dikenal sejak masa pemerintahan kerajaan-kerajaan nenek
moyang dahulu, sampai pada sistem pemerintahan yang diberlakukan oleh pemerintah penjajah,
baik pemerintah Kolonialisme Belanda, Portugis, Spanyol, Inggris maupun Jepang.
Demikian pula mengenai sistem kemasyarakatan dan susunan pemerintahannya mulai dari
tingkat desa, kampung, negeri, atau dengan istilah lainnya sampai pada puncak pimpinan
pemerintahan. Disamping itu upaya membuat perbandingan sistem pemerintahan yang berlaku di
beberapa negara lain, juga amat penting untuk dijadikan pertimbangan bagi pembentukan
pemerintahan daerah. Berdasarkan latar belakang sejarah di atas, maka pemerintah Indonesia
sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, merancang
UUD yang di dalamnya mengatur secara eksplisit tentang Pemerintahan Daerah. Hal-hal ini
terlihat dalam pola pikir dan usulan-usulan yang terungkap sewaktu para pendiri Republik (the
founding fathers) ini mengadakan sidang-sidangnya dalam mempersiapkan Undang-Undang
Dasarnya, yang kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dikeluarkannya UU No.
1 Tahun 1945 merupakan awal mula peraturan tentang pemerintahan daerah di Indonesia sejak
kemerdekaan. Ditetapkannya UU tentang peraturan daerah tersebut merupakan resultante dari
berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan kita di masa kerajaan-kerajaan serta pada
masa pemerintahan kolonialisme. Dengan demikian, produk UU tentang pemerintahan daerah
dan seterusnya, yakni, UU No. 22 Tahun 1948, UU No. 44 Tahun 1950, UU No. 1 Tahun 1957,
UU No. 18 Tahun 1965 maupun UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999, merupakan
hasil pertimbangan sejarah pemerintahan negara kita sejak masa lampau, serta dengan
perbandingan dengan sistem pemerintahan yang berlaku di beberapa negara di dunia. Jadi, dalam
pandangan sejarah, urgensi pemerintahan daerah lebih di dorong oleh eksistensi pemerintahan
daerah yang telah berlangsung dan dilaksanakan selang beberapa masa, baik sebelum maupun
sesudah kemerdekaan Indonesia.
Menyimak Pasal 18 UUD 1945, secara sepintas terlihat bahwa Pemerintahan di Daerah terdiri
atas 2 jenis, yakni pemerintahan lokal administratif atau local state government dan
pemerintahan lokal yang mengurus rumah tangga sendiri atau local self government.
Walaupun terdapat beragam varian dalam sistem desentralisasi dengan karateristik yang berbeda,
namun pada dasarnya ada empat pola (patterns) field administration and local government
system yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
http://sakatik.blogspot.com/2008/10/blog-post.html