Anda di halaman 1dari 20

Model pembelajaran dalam pembelajaran kimia

Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang


digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. dalam istilah model
digunakan untuk menunjukkan pengertian sebagai kerangka konseptual. Atas
dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan model belajar mengajar
adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belaar tertentu,
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran , serta para guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian
aktivitas belajar mengajar benar benar merupakan kegiatan bertujuan yang
tersusun secara sistematis.

Model dapat diartikan sebagai : (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu
deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi
sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi
asumsi, data data , dan inferensi inferensi yang dipakai untuk menggambarkan
secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sisitem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner;
dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
bentuk aslinya ( Komaruddin,2000: 152)

Dewey dalam bruce joyce dan marsha weil ( 1986) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai a plan or pattent that we can use to design face to face
teaching in te classroom or tutorial setting and to shape instructional material (
suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka
dikelas, atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi
pengajaran). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa :

a. Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat


diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik
kerangka dasarnya:
b. Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya
sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakangi
nya.

Arends (1997) menyatakan istilah model pengajaran mengarah pada suatu


pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan,
dan sistem pengelolaanya. Dengan demikian, maka model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau
prosedur.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan


dengan strategi,metode atau prosedur ( Kardi dan Nur, 2000). Ciri ciri tersebut
adalah :

a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya ;
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (
tujuan pembelajaran yang akan dicapai );
c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil:
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting
diperhatiakn dalam model mengajar , yakni model pemrosesan informasi , model
personal, model interaksi sosial dam model tingkah laku. Model mengajar yyang
telah dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan
mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok yaitu ;

1. MODEL PEMROSESAN INFORMASI


Teori belajar yang oleh Gagne ( 1988) disebut dengan information
processing learning theory. Teori ini merupakan gambaran atau model
dari kegiatan didalam otak manusia di saat memproses suatu informasi.
Karenanya teori belajar tadi disebut juga information processing model (
model pemrosesan informasi ) oleh lefrancois.
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan,
penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan
pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima
stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.

Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne


(1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif
dari pembelajaran. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan
informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang
terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi
kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan


informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi, terjadi adanya interaksi
antara kondisi kondisi internal dan kondsi kondisi eksternal antar
individu. Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil
belajar.Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari ligkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Model model pembelajaran yang termasuk kedalam rumpun ini
bertolak dari prinsip prinsip pengolahan informasi oleh manusia dengan
memperkuat dorongan dorongan internal ( datang dari dalam diri )
untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan
data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya, serta
pengembangan bahasa untuk mengungkapkanya.
Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep,
pengetahuan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan
kemapuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat
diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari
individu dan masyarkat. Karena itu model ini potensial untuk digunakan
dalam mencapai tujuan tujuan yang berdimensi personal dan sosial
disamping ang berdimensi intelektual.

TABEL 1
KELOMPOK MODEL PEMROSESAN INFORMASI
MODEL TOKOH TUJUAN
Model Jerome Brunner Dirancang terutama untuk
Penemuan mengembangkan penalaran induktif,
Konsep tetapi untuk perkembangan dan
analisis konsep.
Model Berfikir Hilda Taba Dirancang untuk pengembangan
Induktif (1966) proses mental induktif dan penalaran
akademik atau pembentukan teori.
Model Latihan Richard Dirancang untuk membelajarkan
Inquiry Suchman murid dalam menghadapi penalaran
kausal, dan untuk lebih pasih dan
tepat dalam mengajukan
pertanyaan,membentuk konsep dan
hipotesis. Model ini pad mulanya
digunakan dalan Sains, tetapi
kemampuan-kemampuan ini berguna
untuk tujuan-tujuan pribadi dan
sosial.
Inquiry Ilmiah Joseph J. Dirancang untuk pembelajaran
Schwab sistem penelitian dari suatu disiplin,
tetapi juga diharapkan untuk
memiliki efek dalam kawasan lain
(metode-metode sosial mungkin
diajarkan dalam upaya
meningkatkan pemahaman sosial
dan pemecahan sosial).
Pengembangan Jean Piaget Dirancang untuk meningkatkan
Intelek Irving Sigel perkembangan intelektual, terutama
Edmund penalaran logis, tetapi dapat
Sulivand,dkk diterapkan pada perkembangan
sosial.
Model Penata David Ausubel Dirancang untuk meningkatkan
Lanjutan efisiensi kemampuan pemrosesan
informasi untuk menyerap dan
mengaitkan bidang-bidang
pengetahuan.
Model Harry Lorayne Dirancang untuk meningkatkan
Memorisasi Jerry Lucas kemampuan pengingatan peserta
didik

Menurut Gagne,tahapan proses pembelajaran model pemrosesan


informasi tersebut meliputi delapan fase yaitu:

a.Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya


dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan
tententu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).

b. Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami Informasi


yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui
perhatian.

c.Pemerolehan yaitu individu memberikan makna/mempersepsi


segala Informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses
penyimpanan dalam memori peserta didik.
d.Penahanan yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat
digunakan untuk jangka panjang. Hal ini merupakan proses
mengingat jangka panjang.

e.Ingatan kembali yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah


disimpan, bila ada rangsangan

f.Generalisasi yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk


keperluan tertentu.

g.Perlakuan yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai


hasil pembelajaran

h.Umpan balik yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku


yang telah dilakukannya.

Kemudian perlu diketahui bahwa dalam pembelajaran pemrosesan


informasi itu terdapat sembilan langkah yang harus diperhatikan oleh guru
di dalam kelas, yaitu:
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik

b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik


yang akan dibahas
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah
dirancang
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran
f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran
g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan
peserta didik
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2. MODEL PERSONAL

Merupakan rumpun model personal yang bertolak dari pandangan


kedirian atau self-hood. Proses pendidikan sengaja diusahakan yang
memungkinkan seseorang dapat memahami diri sendiri dengan baik,
sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan, dan lebih kreatif
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.Model ini memfokuskan
pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun
hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungannya.

Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi


pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta
didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu
membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara
efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C.
Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas
dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional maupun
intelektual.
Tujuan model pembelajaran personal adalah :
1. Untuk mengarahkan perkembangan dan kesehatan mental dan
emosiaonal melalui pengembangan rasa percaya diri dan pandangan
realistik tentang dirinya, dengan membangun rasa empati dirinya terhadap
orang lain.
2. Mengembangkan kesinambungan proses pendidikan beranjak dari
kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, menempatkan siswa sebagai partner
di dalam menentukan apa yang dia pelajari dan bagaimana dia
mempelajarinya.
3. Mengembangkan aspek-aspek khusus kemampuan berfikir kualitatif,
seperti kreativitas, ekspresi-ekspresi pribadi.
TABEL 2
KELOMPOK MODEL PERSONAL

MODEL TOKOH TUJUAN


Model Carl Rogers Memberi tekanan pada pembentukan
Pengajaran kemampuan dalam perkembangan
Non pribadi dalam arti kesadaran diri,
Direktif pemahaman diri, kemandirian dan
mengenai konsep diri.
Latihan Fritz Perls Meningkatkan kemampuan individu
Kesadaran William Scuhtz peserta didik untuk mengeksplorasi
diri dan kesadaran diri. Banyak
menekankan pada perkembangan
kesadaran dan pemahaman antar
pribadi.
Sinektik William Gordon Model ini menekankan pada
perkembangan pribadi dalam
kreatifitas dan pemecahan masalah
kreatif.
Sistem- David Hunt Dirancang untuk meningkatkan
sistem kekomplekskan dan keluwesan pribadi
Konseptual
Pertemuan William Glasser Model ini menekankan pada
Kelas perkembangan pemahaman diri dan
tanggung jawab kepada diri sendiri
dan kelompok sosial.

Menurut Rogers ( 1986) ada lima fase dalam model pembelajaran personal
yaitu ;
1. Guru memberikan motivasi agar siswa bebas berekspresi
2. Mengembangkan wawasan,siswa mendiskusikan masalah dan guru
memotivasi dan membantu penyelesaian masalah siswa
3. Mengeksplorasi masalah, siswa dimotivasi untuk mendefinisikan
masalah yang dihadapi. Guru menerima dan mengklarifikasi ide siswa
4. Merencanakan dan membuat keputusan, guru mengklarifikasi berbagai
kemungkinan keputusan yang diambil siswa. Siswa merencanakan
tindakan awal sesuai dengan keputusan yang diambil
5. Mengintregasikan, siswa menambah pengetahuan yang lebih baik dan
mengembangkan beberapa tindakan yang positif. Guru memberikan
motivasi.
3. MODEL SOSIAL
Model interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran
pentingnya hubungan pribadi ( interpersonal relationship ) dan hubungan
sosial, atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Dalam
konteks ini, proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan
sosial dalam pengertian peserta didik berinteraksi dengan peserta didik
lain dan berinteraksi dengan kelompoknya. Inti dari model sosial ini
adalah konsep synergy yaitu energi atau tenaga ( kekuatan) yang
terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena pendidikan.
Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya
melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan, dan
menerima fungsi dan peran sosial.
Penggunaan rumpun model sosial ini menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan kerjasama dari peserta didik. Model
pembelajaran model sosial didasarkan pada asumsi pokok yaitu ; a)
masalah masalah sosial diindentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan
melalui kesepakatan kesepakatan yang diperoleh di dalam dan
menggunakan proses proses sosial ; b) proses sosial yang demokratis
perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti
seluas luasnya secara build-in dan terus menerus.
Model interaksi sosial dapat digunakan antara lain dengan
menggunakan metode sosio drama atau bermain peran. Keterlibatan
peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar cukup tinggi, terutama
dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya, partisipasi ini
menggambarkan adanya interaksi sosial diantara seasama peserta didik
dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, model interaksi sosial boleh
dikatakan berorientasi pada peserta didik dengan mengembangkan sikap
demokratis, artinya sesama mereka mampu saling menghargai, meskipun
mereka memiliki perbedaan.
TABEL 3
KELOMPOK MODEL INTERAKSI SOSIAL
MODEL TOKOH TUJUAN
Investigasi Herbert Telen Perkembangan keterampilan untuk
Kelompok John Dewey partisipasi dalam proses sosial yang
demokratis melalui penekanan yang
dikombinasikan pada keterampilan
antar pribadi (kelompok) dan
ketrampilan-keterampilan penentuan
akademik. Asfek perkembangan pribadi
merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam model ini.
Inquiry Sosial Byron Model ini menekankan pada
Massiales pemecahan masalah sosial, terutama
Benjamin melalui penemuan, sosial, dan
Cox penalaran logis.
Latihan Bethel Maine Model ini menekankan pada
Laboratoris perkembangan keterampilan antar
pribadi dan kelompok melalui
kesadaran dan keluwesan pribadi.
Penelitian Donald Model ini dirancang untuk
Yurisprudensial Olever pembelajaran kerangka acuan
James P. jurisprudensial sebagai cara berpikir
Shaver dan penyelesaian isu-isu sosial.
Bermain Peran Fainie Shafel Modelpembelajaran ini dirancang
George untukmempengaruhi peserta didik agar
Fhafel menemukan nilai-nilai pribadi dan
sosial. Prilaku dan nilai-nilainya
diharapkan peserta didik menjadi
sumber peneluan berikutnya.
Simulasi Sosial Sarene Model ini dirancang untuk membantu
Bookock peserta didik agar mengalami
Harold bermacam-macam proses dan
kenyataan sosial, dan untuk menguji
reaksi peserta didik serta untuk
memperoleh konsep keterampilan
perbuatan dan keputusan.

Langkah yang ditempuh dalam model ini adalah ;


1. Guru mengemukakan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada
peserta didik
2. Peserta didik dengan bimbingan guru menelusuri berbagai macam
masalah yang terdapat dalam situasi tersebut
3. Peserta didik diberi tugas atau permasalahan yang berkenaan dengan
situasi tersebut untuk dipecahkan, dianalisis dan dikerjakan
4. Dalam memecahkan masalah belajar tersebut peserta didik diminta
untuk mendiskusikannya
5. Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusinya
6. Membahas kembali hasil hasil kegiatannya.
4. MODEL SISTEM PERILAKU
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu
bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-
tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan. Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku
psikologis dan perilaku yang tampak dari peserta didik , sehingga
konsisiten dengan konsep dirinya. Karakteristik model ini adalah
penjabaran tugas tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien
dan berurutan.
Rumpun model sisitem perilaku mementingkan penciptaan sistem
lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan tingkah
laku secara efektif, sehingga terbentuk pola tingkah laku yang
dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang
terobservasi serta metode dan tugas yang diberikan dalam rangka
mengkomunikasikan keberhasilan.
TABEL 4.
KELOMPOK MODEL BEHAVIORAL
MODEL TOKOH TUJUAN
Managemen B.F. Skinner Model pembelajaran ini menekankan
Kontingensi (1953) pada kemampuan memahami fakta-
fakta, konsep, dan keterampilan.
Kontrol diri B.F. Skinner Model pembelajaran ini menekankan
(1953) pada pengendalian prilaku dan
keterampilan sosial dalam mengontrol
dirinya.
Relaksasi Rimm & Model pembelajaran ini menekankan
(Santai) Masters wolfe pada tujuan pribadi (mengurangi
ketegangan dan kecemasan).
Pengurangan Rimm & Model pembelajaran ini menitik
Ketegangan Masters wolfe beratkan pada pengalihan pada
kesantaian dari kecemasan dalam
situasi sosial
Latihan Wolfe, Lazarus, Pembelajaran ini berorientasi pada
Asertif Salter Wolfe ekspresi perasaan secara langsung dan
Desensitas spontan dalan situasi sosial.
Latihan Gagne, Pembelajaran ini menekankan pada
Langsung Smith dan Smith pola-pola prilaku dan keterampilan
pada diri peserta didik.

Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu :
a. Fase mesin pengajaran
b. Penggunaan mesin
c. Pengajaran berprogram
d. Operant conditioning and operant reinforcement

Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan


ketelitian pengucapan pada anak; guru selalu perhatian terhadap tingkah
laku belajar peserta didik; modifikasi tingkah laku peserta didik yang
kemampuan belajarnya rendah dengan reward sebagai reinforcement
pendukung; penerapan prinsip pembelajaran individual dalam
pembelajaran klasikal.
5. MODEL KOOPERATIF
Menurut (Slavin,2009:15) coopertive learning adalah suatu model
pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok
kelompok kecil yang berjumlah 4 6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut (Sugandi,2002:14) pembelajaran kooperatif adalah sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesama sisiwa dalam tugas tugas yang terstruktur.
Menurut ( Solihatin, e dan Rahardjo, 2007:4 ) cooperative learning
diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan
diantara sesama anggota kelompok.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan setting kelompok
kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu
bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut depdiknas ada tiga , yaitu :


1. Meningkatkan hasil akademik siswa
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
1. Saling Ketergantungan Positif
2. Tanggung Jawab Perseorangan
3. Interaksi Tatap Muka
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
5. Evaluasi Proses Kelompok

SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


FASE FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : present goals and Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
set mempersiapkan peserta didik siap
belajar.
Menyampaikan tujuan dan
memper siapkan peserta
didik
Fase 2 : present information Mempresentasikan informasi kepada
paserta didik secara verbal.
Menyajikan informasi
Fase 3 : organize students Memberikan penjelasan kepada
into learning teams peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
Mengorganisir peserta didik membantu kelompok melakukan
ke dalam tim tim belajar transisi yang efisien.
Fase 4 : assist team work Membantu tim- tim belajar selama
and study peserta didik mengerjakan tugasnya.

Membantu kerja tim dan


belajar
Fase 5 : test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi
Mengevaluasi pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 : provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
Memberikan pengakuan kelompok.
atau penghargaan

Dalam rumpun model kooperatif terdapat bebrapa model


pembelajaran yaitu :
1. Student teams- achievement division ( STAD / divisi pencapaian
kelompok sosial)
Tipe STAD yang dikembangkan oleh slavin merupakan
salah satu tipe kooperativ yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal ( Isjoni, 2009 ;51 ). Langkah langkah dalam metode ini yaitu:

a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).

b. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik


dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim/ kelompok.

c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.

d. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Kadang kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika
mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.

2. Tipe teams games tournaments ( TGT)


Menurut Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT merupakan
model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam
hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah
adanya game dan turnamen akademik.
Dalam metode ini siswa setelah belajar dalam kelompoknya
masing masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan
dipertemukan dalam suatu pertandingan / turnamen yang dikenal dengan
tournaments table yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau
akhir pekan. Skor yang didapat akan memberikan kontribusi rata rata
skor kelompok.
Dalam implementasinya secara teknis ( Slavin,2008)
mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan
teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran
adalah sebagai berikut :

Sintak Model pembelajaran TGT (Team Games Turnamen)


Table 04 Sintak Pembelajaran Model TGT
Tahap 1 Guru menyampaikan Mendengarkan dan
Menyampaikan semua tujuan memperhatikan
tujuan dan pembelajaran dan penjelasan yang di
menyajikan menyajikan materi sampaikan oleh guru
materi pelajaran secara umum
pembelajaran kepada siswa
Tahap 2 Guru membagi siswa Bergabung dengan
Pembentkan menjadi kelompok secara kelompok yang telah di
kelompok heterogen, masing-masing bagikan oleh guru
heterogen kelompok terdiri dari 4-5
orang
Tahap 3 Guru membagi soal-soal Masing-masing kelompok
Turnamen tournament kepada masing- mengerjakan soal
masing kelompok turnamen turnamen dan dalam
mengerjakan soal tidak
boleh saling membantu
Tahap 4 Guru memberikan Mendengarkan nama-
Penghargaan penghargan kepada setiap nama kelompok yang
kelompok kelompok yang memiliki berhak mendapatkan
poin tinggi penghargaan.

Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang


merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain :
1) Keterlibatan siswa dalam belajar tinggi
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara
mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (
TGT ) :
1. Sering terjadi didalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut
serta menyumbangkan pendapatnya.
2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran
3. Siswa terbiasa dengan adanya hadiah
4. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak bisa mengelola
kelas.
3. TIPE JIGSAW
Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa inggris
yang berarti gergaji ukir. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah
fuzzle yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji (jigsaw) yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan
cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan
yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik
yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut.
Kelompok ini disebut kelompok ahli (Ibrahim, dkk.2000:52)
Sintak model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) yang dikutip Rusman
(2008), mengemukakan langkah-langkah cooperative tipe jigsaw
sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai 5 orang siswa.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
ditugaskan.
4. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari sub
bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali
kepada kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu
timnya tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
memiliki kelebihan dan kekurangan (Ibrahim, dkk. 2000:70-71). Di
antara kelebihannya adalah:
1. Dapat memberikan kesempataan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan siswa lainnya
2. Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
3. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya
4. Dalam proses belajar mengajar, siswa saling ketergantungan positif
5. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Sedangkan kekurangannya adalah:
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan
temannya yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa
minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun
lama-kelamaan perasaan itu akan hilang
dengan sendirinya.
4. Tipe Investigasi Kelompok ( Gruop Investigation / GI)
group Investigation merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok.

Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk


menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara
aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaranPada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para
siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai
masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan
menguji hipotesis.

Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran


yang menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh
(2005:29-30):

Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif


dengan Metode Group Investigation

Tahap I Guru memberikan kesempatan bagi


Mengidentifikasi siswa untuk memberi kontribusi apa
topik dan membagi yang akan mereka selidiki. Kelompok
siswa ke dalam dibentuk berdasarkan heterogenitas.
kelompok.
Tahap II Kelompok akan membagi sub topik kepada
Merencanakan tugas. seluruh anggota. Kemudian membuat
perencanaan dari masalah yang akan
diteliti, bagaimana proses dan sumber apa
yang akan dipakai.
Tahap III Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
Membuat mengevaluasi informasi, membuat
penyelidikan. kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru dalam
mencapai solusi masalah kelompok.
Tahap IV Setiap kelompok mempersiapkan tugas
Mempersiapkan akhir yang akan dipresentasikan di depan
tugas akhir. kelas.
Tahap V Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Mempresentasikan Kelompok lain tetap mengikuti.
tugas akhir.
Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh topik yang
Evaluasi. telah diselidiki dan dipresentasikan.

Kelebihan pembelajaran tipe group investigation:

1. Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

2. Melatih siswa menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri

3. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama
sampai tahap akhir pembelajaran.

4. Aplikasi metode pembelajaran ini membuat siswa senang dan merasa


menikmati proses belajarnya.

Kelemahannya : Karena siswa bekerja secara kelompok dari tahap


perencanaan sampai investigasi untuk menemukan hasil jadi metode ini
sangat komplek, sehingga guru harus mendampingi siswa secara penuh
agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai