Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit hepatitis autoimun termasuk penyakit yang jarang
ditemukan. Penyakit ini paling sering terjadi pada leluhur orang kulit putih
di Eropa utara yang memiliki frekuensi yang tinggi untuk petanda HLA-
DR3 dan HLA-DR4. Pada orang Jepang petanda HLA-DR3 mempunyai
frekuensi yang rendah, dan hepatitis autoimun lebih berhubungan dengan
HLA-DR4 (McFarlane, 1998; Raghuraman UV, 2002).
Hepatitis autoimun dapat terjadi pada mereka yang memiliki cacat
bawaan pada sistem kekebalan tubuhnya yang dipicu oleh bahan-bahan kimia
atau virus. Bahan-bahan kimia dan virus merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pada keadaan ini, sistem kekebalan penderita bereaksi tidak
normal terhadap zat-zat kimia dan virus, akibatnya reaksi kekebalan yang timbul
rusak sehingga terjadi penyerangan terhadap sel-sel hati sendiri.

B. Rumusan masalah
1. Bagaiaman konsp dasar dari Hepatitis autoimun ?
2. Bagaimana Askep pada Hepatitis Autoimun ?
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar Hepatitis autoimun.
2. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dengan Hepatitis
Autoimun

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hepatitis autoimun adalah penyakit kronis di mana sistem imun
tubuh menyerang sel-sel hati. Ini menyebabkan hepatitis, atau peradangan
hati (pembengkakan).
Hepatitis autoimun adalah penyakit serius yang dapat berujung ke
cirrhosis (pengerasan) dan gagal hati apabila tidak diobati dengan baik.
Hepatitis autoimun tidak menular dan tidak dapat dicegah.
Siapapun dapat terkena hepatitis autoimun, namun wanita memiliki
risiko lebih tinggi. Sekitar 70% dari pasien hepatitis autoimun adalah
wanita, banyaknya yang berusia di antara 15-40 tahun.

B. Klasifikasi
Hepatitis autoimun ini terbagi atas beberapa kelompok yang
berbeda, yaitu:
1. Hepatitis autoimun tipe I, mirip penyakit lupus. Pada
pemeriksaan darah ditemukan ANA dan peningkatan kadar
globulin. Sering dijumpai pada wanita muda hingga usia
pertengahan dengan keluhan lesu, hilangnya nafsu makan,
jerawat, nyeri sendi dan kuning.
2. Hepatitis autoimun tipe II, biasanya pada anak-anak dan
sering dijumpai pada penduduk di daerah Mediterania. Pada
kelainan tipe ini, dijumpai anti-LKM antibodi pada tubuh
penderita. Hepatitis autoimun tipe II terbagi lagi atas 2
golongan, yang pertama berdasarkan reaksi autoimun ( IIa )
dan yang lainnya (IIb) adalah reaksi autoimun yang
berkaitan dengan hepatitis C.
a. Tipe IIa banyak ditemukan pada wanita muda. Pada
kelainan ini ditemukan peningkatan kadar globulin

2
di dalam darah penderita dan memberikan respon
yang baik terhadap steroid.
b. Tipe IIb, tipe ini berkaitan dengan infeksi hepatitis
C ; cenderung terjadi pada pria-pria berusia lanjut
dan sering ditemukan di negara-negara di daerah
Mediterania. Pada tipe ini, kadar globulin darah
normal dan memberikan respons yang baik terhadap

interferon.

C. Etiologi
Penyebab hepatitis autoimun adalah karena sistem imun dari pasien
tidak dapat membedakan jaringan tubuh yang sehat dengan yang
berbahaya. Hingga saat ini, para ilmuwan belum menemukan jawaban
pasti akan kondisi kesehatan ini, yang mungkin disebabkan oleh faktor-
faktor genetik atau dampak dari lingkungan.

D. Manifestasi klinis
Hepatitis autoimun dapat menyebabkan gejala-gejala yang berbeda
pada setiap orang. Namun demikian, kelelahan adalah gejala yang paling
umum. Gejala lain mungkin termasuk:
1. Nyeri sendi
2. Mual
3. Urin kuning pekat
4. Feses pucat
5. Jaundis (kulit kuning)
6. Pembengkakan hati (hepatomegaly) yang menyebabkan
perasaan kurang nyaman
Orang-orang dengan penyakit yang sudah parah
mungkin akan memiliki gejala seperti cairan pada abdomen
(ascites) dan kebingungan mental. Pada titik ini, pasien juga
mungkin akan memiliki gejala gagal hati atau cirrhosis.

3
E. Patofisiologi
Penyebab dari hepatitis autoimun tidak diketahui. Beberapa agen
diperkirakan dapat dianggap sebagai pencetus terjadinya proses autoimun
pada hepatitis autoimun antara lain virus, bakteri, bahan kimia, obat, dan
faktor genetik. Semua virus hepatotropik dapat dianggap sebagai pencetus
hepatitis autoimun, termasuk virus measles, hepatitis A, hepatitis B,
hepatitis C, hepatitis D, herpes simpleks tipe 1 dan virus Epstein-
Barr(Manns,1995;Manns,1999)
Studi awal menyebutkan bahwa hepatitis autoimun adalah suatu
penyakit kelainan imunoregulasi yang ditandai dengan disfungsi pada sel
T-supresor. Hal ini menyebabkan produksi autoantibodi, yang diproduksi
oleh sel B, melawan antigen permukaan hepatosit (autoantigen) (Mabee,
2000;Sherlock, 1999).
Suatu model spekulatif dari imunopatogenesis hepatitis autoimun
menunjukkan bahwa secara genetik, infeksi virus pada hati yang bersifat
hepatotropik atau non-hepatotropik mengakibatkan suatu respon sel T
yang menyebabkan hepatotoksisitas dan menstimulasi respon sel B
terhadap virus-mediated surface neoantigens. Selanjutnya NK cells dan
MHC-unrestricted CD8+ killer cells akan mengenali dan membunuh
autoantibody-coated liver cells oleh antibody-dependent cellular
cytotoxicity (ADCC), sehingga terjadi apoptosis hepatosit (Mabee, 2000).
Bukti menyebutkan bahwa kerusakan hati pada penderita dengan
hepatitis autoimun merupakan hasil dari serangan cell mediated autoimun.
Serangan ini ditujukan pada hepatosit yang secara genetik mudah
terpengaruh/rentan. Gambaran aneh dari human leukocyte antigen (HLA)
kelas 2 pada permukaan hepatosit memfasilitasi presentasi sel hati normal
dipilih untuk proses antigen sel. Aktivasi sel ini , secara bergiliran,
menstimulasi ekspansi klonal dari autoantigen-sensitized cytotoxic T
lymphocytes. T limfosit sitotoksik menginfiltrasi jaringan hati,
mengeluarkan cytokines dan merusak sel hati (Raghuraman, 2002).
Penyebab dari gambaran aneh dari HLA masih belum jelas. Ini
mungkin dicetuskan oleh faktor genetik, infeksi virus (mis. hepatitis akut

4
A atau B, virus Epstein-Barr) dan bahan kimia (mis. interferon, melatonin,
alfa metildopa, oksifenisatin, nitrofurantoin, asam tienilik). Reseptor
asialoglikoprotein dan sitokrom mono-oksigenase P-450 IID6 ditengarai
sebagai pencetus autoantigen (Raghuraman, 2002).
Pendapat terbaru tentang mekanisme kerusakan hati autoimun
adalah secara tak langsung melibatkan interaksi antara CD4+ T limfosit
dengan suatu self-antigenic peptide (Sukerek, 2002).
Beberapa penderita secara genetik rentan untuk menjadi hepatitis
autoimun. Kondisi ini berhubungan dengan komplemen alel C4AQO dan
HLA halotipe B8, B14, DR3, DR4 dan Dw3. Delesi gen C4A
dihubungkan dengan timbulnya hepatitis autoimun pada usia muda.
Penderita dengan HLA DR3 positif lebih sering menjadi penyakit agresif,
terjadi pada usia yang lebih muda, kurang responsive terhadap terapi
medik sehingga lebih sering memerlukan tranplantasi hati. Sedangkan
pada penderita dengan HLA DR4 positif lebih sering timbul dengan
manifestasi ekstrahepatik (Raghuraman, 2002;Sukerek, 2002).
Secara genetik juga dilaporkan tentang defiensi C4 parsial. C4
diketahui berperan pada netralisasi virus. Kegagalan mengeliminasi virus
dapat menyebabkan terjadinya reaksi imun melawan antigen pada sel yang
terinfeksi. Diantara virus-virus yang dapat mencetuskan reaksi ini adalah
rubella, Epstein-Barr dan hepatitis A,B dan C (Sukerek, 2002).
Obat-obatan juga dapat mencetuskan terjadinya hepatitis autoimun.
Namun tak satupun obat yang diidentifikasi sebagai penyebab hepatitis
autoimun (Manns, 1999).

F. Faktor resiko
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko hepatitis
autoimun, di antaranya:
1. Gender: walaupun pria dan wanita dapat terkena hepatitis
autoimun, penyakit ini lebih umum diderita oleh wanita

5
2. Riwayat terkena infeksi tertentu: hepatitis autoimun dapat
berkembang setelah infeksi bakteri atau virus
3. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti antibiotik
minocucline (dynacyn, minocin, dsb). Obat kolesterol
atorvastatin (Lipitor) telah dihubungkan pada penyebab
hepatitis autoimun
4. Turunan: bukti-bukti menunjukkan bahwa kecenderungan
hepatitis autoimun menurun dalam keluarga
5. Memiliki penyakit autoimun. Orang-orang dengan penyakit
autoimun lebih memiliki kemungkinan untuk terkena
hepatitis autoimun

6
G. Pemeriksaan penunjang
Tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosa hepatitis
autoimun antara lain:
1. Tes darah
Pengujian sampel darah untuk antibodi hepatitis
autoimun dapat membedakan dari hepatitis virus dan
gangguan lain dengan gejala yang sama. Tes antibodi juga
membantu menentukan jenis hepatitis autoimun yang
dimiliki. Tes darah meliputi :
a. Tes SGPT (Serum Glutamic-Pyruvic
Transaminase) atau ALT (Alanin
aminotransferase)
b. Tes SGOT (Serum Glutamic-Oxaloacetat
Transminase) atau AST ( Aspartate
aminotransferase)
c. Tes GGT (Gamma Globulin T)
d. Tes Bilirubin
e. Tes alkaline fosfatase
f. Tes serologi darah
2. Biopsi hati
Dokter melakukan biopsi hati untuk memastikan
diagnosis dan untuk menentukan tingkat dan jenis
kerusakan hati. Selama prosedur, sejumlah kecil jaringan
hati dihapus, menggunakan jarum tipis yang masuk ke hati
melalui sayatan kecil di kulit. Sampel tersebut dibuat
preparat dan dilakukan pengecatan kemudian di amati
secara mikroskopis dan analisis.

7
H. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada hepatitis autoimun adalah untuk


memperlambat atau menghentikan sistem kekebalan tubuh yang merusak
sistem fungsi hati. Dengan demikian perkembangan penyakit dapat
diperlambat (iii). Tata laksana yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemberian obat
a. Obat untuk mengontrol sistem kekebalan tubuh (imunosupresan) yang
digunakan pada penderita hepatitis autoimun meliputi prednisone dan
azathioprine. Sistem pemberian obat pada hepatitis autoimun yaitu: (ii)

b. Obat non-imunosupresi seperti ursodeoxycholic acid (UDCA) (13-15


mg/kg per hari) dapat digunakan sebagai adjunctive therapy pada pasien
hepatitis autoimun tipe 1. Obat ini dapat memperbaiki enzyme liver dalam
waktu 6 bulan, tetapi tidak berhubungan dengan penurunan dosis steroid,
dan tidak memperbaiki kondisi klinis serta gambaran histologis. (i)Jenis
imunosupresan lain yang dapat digunakan pada penderita hepatitis
autoimun yaitu, calcineurin inhibitors spt, antimetabolite spt dan
cyclophosphamide.
2. Transplantasi hati
Transplantasi hati merupakan terapi pilihan pada pasien hepatitis
autoimun yang refrakter atau tidak toleransi terhadap imunosupresan dan
yang mengalami penyakit hati tahap akhir.

8
9
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Anoreksia dan mual
Lemas dan cepat lelah
Nyeri pada abdomen kwadran kanan atas
Sakit kepala dan pusing
Kulit dan mata kuning
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kembangkan keluhan utama dengan PQRST
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan tentang sumber infeksi, apakah ada riwayat
kontak dengan penderita hepatitis.
Tanyakan apakah ada riwayat penggunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang/zat kimia hepatotoksik
Tanyakan pernahkah mendapat tranfusi darah/cuci darah
Tanyakan riwayat kebiasaan makan: Diet tinggi
lemak,Teratur dan tidaknya,Hygiene dari makanan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang sakit hepatitis
e. Pemeriksaan Fisik
Sistem Pernafasan. : Biasanya dalam batas normal
Sistem Kardiovaskuler : Sklera ikterik, konjungtiva tidak
anemis.
Sistem Pencernaan : Palpasi nyeri tekan pada kuadran
kanan atas, teraba pembesaran hepar dan limpa.
Sistem Integumen : Kulit tampak kuning, kering
Sistem Perkemihan : Urin kuning pekat seperti teh
f. Pengkajian Psikososial

10
Tanyakan mengenai perasaan, kondisi dan pengertian klien
tentang prosedur diagnostik dan program pengobatan dan
perawatan.
Kaji koping mekenisme klien menghadapi panyakit
Kaji konsep diri klien dalam manghadapi penyakit
Bagaimana interaksi sosial klien dengan orang lain
g. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan SGOT, SGPT
Peningkatan kadar bilirubin indirect dan bilirubin total
Alkalin fosfatase dan laktat dehidragenase
Bilirubin uria
Urobilirubin meningkat
Kadar protein total, albumin, globulin dan fibrinogen
menurun
h. Hasil Pemeriksan Rontgen Foto
Pada hepatitis B berat, akan tampak: hepatomegali dan
splenomegali.
i. Pemeriksaan Diagnostik Lain yang Diperlukan:
Biopsi hepar
USG Hepar

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan
pembatasan aktivitas
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; intake kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan mual
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan melalui muntah-muntah dan
demam.
d. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
ikterik dan pruritus

11
e. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan inadekuatnya
pertahanan tubuh
f. Resiko terjadinya penularan/ penyebaran infeksi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, penularan
dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

3. Perencanaan Keperawatan

DIAGNOSA INTERVENSI

1. Intoleransi 2. Mempertahankan klien untuk bedrest, dengan


aktivitas posisi yang nyaman menurut klien, misal:
semifowler
3. Bantu dan anjurkan melakukan perubahan
posisi setiap 2 jam sekali, miring kiri-miring-
kanan.
4. Bantu klien seluruh kebutuhan AKS klien
(personal hygiene, makan/minum, bab dan bak).
5. Bimbing dan ajarkan melakukan latihan gerak
pasif atau aktif diatas tempat tidur
6. Libatkan keluarga dalam memenuhi AKS

2. Gangguan 1. Jelaskan manfaat nutrisi terhadap proses


pemenuhan penyembuhan penyakit pada klien
kebutuhan nutrisi 2. Lakukan oral hygiene sebelum makan
3. Anjurkan minum air teh manis hangat sebelum
makan
4. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan
menarik
5. Berikan nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
6. Berikan nutrisi sesuai dengan program diet:
tinggi kalori, tinggi protein dan rendah lemak
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian

12
terapi multi vitamin dan anti mual/antiemetik

3. Resiko 1. Pertahankan pemberian cairan parenteral, untuk


kekurangan maintenance + 20 gtt/mnt
volume cairan 2. Tingkatkan intake cairan peroral bila tidak ada
kontra indiksi
3. Monitor tanda-tanda dehidrasi; turgor, TD, nadi.
4. Catat intake dan out put setiap minimal 8 jam
sekali
5. Monitor tanda-tanda vital, dan periksa ulang
kadar elektrolit

4. Resiko gangguan 1. Lakukan perawatan kulit dengan sering hindari


integritas kulit sabun yang banyak mengandung busa/ terlalu
keras
2. Mandikan klien menggunakan air hangat
3. Berikan lotion/krim pada kulit klien
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan
lab; bilirubin

5. Resiko terjadinya 1. Tempatkan klien pada kamar yang tidak bersatu


infeksi dengan klien yang berpenyakit infeksi
2. Batasi pengunjung atau kontak dengan orang
lain yang berpenyakit infeksi, misal; ISPA
anjurkan klien untuk makan makanan yang
mengandung kadar protein yang tinggi
3. Monitor tanda-tanda infeksi dari penyakit lain
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
obat kortikosteroid/anti inflamasi bila perlu

6. Resiko terjadinya 1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang


penularan/penyeb penyakit, cara penularan dan kemungkinan
aran penyakit komplikasi
2. Berikan pengertian pada keluarga untuk

13
membatasi kontak dengan klien dalam waktu
lama
3. Anjurkan kepada pengunjung klien untuk
menggunakan pengaman dan tidak terlalu dekat
dengan klien
4. Berikan penjelasan pada klein untuk membatasi
aktivitasnya pada masa pemulihan
5. Tekankan pentingnya untuk selalu mengikuti
perawatan tidak lanjut selama satu tahun
6. Anjurkan untuk kontrol teratur dan segera
meminta pertolongan bila timbul gejala-gejala
kambuh

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
I. Pengertian
Hepatitis autoimun adalah penyakit kronis di mana sistem imun
tubuh menyerang sel-sel hati. Ini menyebabkan hepatitis, atau peradangan
hati (pembengkakan).
Penyebab hepatitis autoimun adalah karena sistem imun dari pasien
tidak dapat membedakan jaringan tubuh yang sehat dengan yang
berbahaya. Hingga saat ini, para ilmuwan belum menemukan jawaban
pasti akan kondisi kesehatan ini, yang mungkin disebabkan oleh faktor-
faktor genetik atau dampak dari lingkungan.

Hepatitis autoimun dapat menyebabkan gejala-gejala yang berbeda


pada setiap orang. Namun demikian, kelelahan adalah gejala yang paling
umum. Gejala lain mungkin termasuk:
1. Nyeri sendi
2. Mual
3. Urin kuning pekat
4. Feses pucat
5. Jaundis (kulit kuning)
6. Pembengkakan hati (hepatomegaly) yang menyebabkan
perasaan kurang nyaman

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/60_hepatitis-autoimun.html

https://novidyawahyuningtyas.wordpress.com/2015/03/05/penyakit-hepatitis-
autoimun-imunoserologi/

http://www.biozatix-news.com/kekebalan-tubuh-hepatitis-autoimun-hepatitis/

https://www.penyakitan.com/hepatitis-autoimun/

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • ARV
    ARV
    Dokumen13 halaman
    ARV
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Anak Pasien
    Anak Pasien
    Dokumen9 halaman
    Anak Pasien
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • ARV
    ARV
    Dokumen13 halaman
    ARV
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Breast Care
    Breast Care
    Dokumen8 halaman
    Breast Care
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Cover DKK
    Cover DKK
    Dokumen3 halaman
    Cover DKK
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Herpes DR Eti
    Herpes DR Eti
    Dokumen12 halaman
    Herpes DR Eti
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Hibah Kompetititf
    Hibah Kompetititf
    Dokumen3 halaman
    Hibah Kompetititf
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 2
    Jurnal 2
    Dokumen7 halaman
    Jurnal 2
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat
  • 99 286 1 PB
    99 286 1 PB
    Dokumen10 halaman
    99 286 1 PB
    Hurul 'Aini
    Belum ada peringkat
  • 16 22 Amirul Amaliah
    16 22 Amirul Amaliah
    Dokumen7 halaman
    16 22 Amirul Amaliah
    Mirra Hanifah
    Belum ada peringkat