Anda di halaman 1dari 37

Laporan Keluarga Binaan

HIPERTENSI

Oleh :
Fauzul Nurul Azmi 1110313073
Ilyan Nasti Januari 1110313037
Muhammad Iqbal 1110313010
Melly Angriani Lubis 1110311016
Sari Mulyani 1010313092
Vina Muspita 1110311045

Preseptor :
dr. Novita Ariani, Sp.Onk Rad

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS BELIMBING
PADANG
2017
BAB 1
1
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai

hipertensi esensial, disebut juga hipertensi primer.1,2


Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,

hipertensi derajat 1 dan derajat 2.1

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 71


Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD
(mmHg)

Normal < 120 dan < 80


Prahipertensi 120 139 atau 80 89
Hipertensi derajat 1 140 159 atau 90 99
Hipertensi derajat 2 160 atau 100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensi lain dari

World Health Organization (WHO), International Society of Hypertension (ISH), dan

yang lainnya, tetapi umumnya digunakan JNC 7.1

2. Epidemiologi

2
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya

populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga

akan bertambah. Hipertensi sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia

> 65 tahun. Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari

negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition

Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden

hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta

orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III

tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus

hipertensi.1

3. Etiologi, Patogenesis, dan Patofisiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 kategori2:

1. Hipertensi primer: kasusnya sebanyak 90 95%, tidak diketahui

penyebabnya.

2. Hipertensi sekunder: kasusnya sebanyak 5 10%

a. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan

bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

b. Penyakit ginjal.

c. Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

d. Feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang

menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradrenalin).
3
e. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas

berolahraga), stres, alkohol, atau garam dalam makanan.

f. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk

sementara waktu, jika stres telah berlalu; maka tekanan darah biasanya

akan kembali normal.

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama

karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang

mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah1:


1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok,

genetis.
2. Sistem saraf simpatis
a. Tonus simpatis
b. Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel

pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos

dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.


4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,

angiotensin dan aldosteron.


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada

pasien hipertensi adalah1:


1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak
a. Strok atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati

4
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah,

akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas

pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.1


Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain

adalah1:
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktifitas fisik
Dislipidemia
Diabetes melitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG < 60 ml/menit
Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki

< 55 tahun, perempuan < 65 tahun)


Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah

menjadi hipertensi; mereka memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan

mengalami penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah.

Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari

faktor risiko lainnya. Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk

mengalami hipertensi.1

4. Diagnosis

Dokumentasi hipertensi dikonfirmasi setelah tekanan darah tinggi setidaknya

diukur pada 3 kesempatan terpisah (berdasarkan rata-rata dari 2 atau lebih pembacaan

setelah screening awal), informasi berikut haruslah rinci3:

- Tingkat kerusakan target organ

- Penilaian status risiko kardiovaskular pasien

5
- Pengecualian penyebab sekunder hipertensi

Pasien mungkin memiliki hipertensi yang tidak terdiagnosis selama bertahun-

tahun, tidak pernah memeriksa BP. Riwayat kerusakan end organ harus ditanyakan

secara hati-hati. Riwayat faktor risiko kardiovaskular termasuk hiperkolesterolemia,

diabetes mellitus, dan penggunaan tembakau ditanyakan. Kemudian riwayat

penggunaan obat over-the-counter; obat-obatan herbal, efedrin, obat antihipertensi

yang tidak berhasil, kontrasepsi oral, etanol, dan obat-obatan terlarang seperti kokain3

Pengukuran tekanan darah yang akurat adalah kunci diagnosis. Hasil

pengukuran tekanan darah yang tinggi. Jika pada pengukuran pertama memberikan

hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak

dua kali pada dua hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil

pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga

digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.2,3


Pasien harus beristirahat tenang setidaknya selama 5 menit sebelum

pengukuran. Tekanan darah harus diukur dalam posisi terlentang dan duduk, dengan

auskultasi menggunakan bel stetoskop.3

Evaluasi funduskopi mata harus dilakukan untuk mendeteksi retinopati

hipertensi dini atau lambat, kronis atau akut. Palpasi semua nadi perifer, jika tidak

ada, lemah, atau naadi femoralis terlambat menunjukkan koartasio aorta atau penyakit

pembuluh darah perifer berat. Dengarkan auskultasi arteri renalis di atas abdomen

bagian atas, kehadiran bruit pada kedua komponen sistolik dan diastolik

6
menunjukkan stenosis arteri renalis. Pemeriksaan jantung secara hati-hati dilakukan

untuk mengevaluasi tanda-tanda LVH.3

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,

hipertensi derajat 1 dan derajat 2.1

Jika tidak terdapat dugaan penyebab sekunder untuk hipertensi, hanya harus

dilakukan penelitian laboratorium rutin sebagai berikut3:

- Complete blood count (CBC), serum electrolytes, serum creatinine, serum

glucose, uric acid, dan urinalysis

- Lipid profile (total cholesterol, low-density lipoprotein [LDL], high-density

lipoprotein [HDL], dan triglycerides)

5. Penatalaksanaan

Hipertensi adalah penyakit seumur hidup. Untuk hasil yang optimal,

diperlukan komitmen jangka panjang dalam modifikasi gaya hidup dan terapi

farmakologi.3

Gaya hidup yang baik mempengaruhi tingkat tekanan darah dan mengurangi

risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Beberapa strategi untuk menurunkan

risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular adalah2,3:

- Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

- Jumlah aktifitas fisik aerobik yang tepat.

7
- Diet rendah garam (mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3

gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya), diet rendah lemak

total, dan kolesterol.

- Pembatasan konsumsi alkohol.

- Menghindari merokok.

Terapi antihipertensi secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat

stroke dan penyakit jantung koroner. Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan

salah satu obat berikut ini2,3:

a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 25mg perhari, dosis tunggal pada pagi hari

(pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai

hemokonsentrasi / edem paru).

b. Reserpin 0,1 0,25mg sehari sebagai dosis tunggal.

c. Propranolol mulai dari 10mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20mg 2 x sehari

(Kontraindikasi untuk penderita asma).

d. Kaptopril 12,5 25mg 2 3 kali sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan

selama janin hidup dan penderita asma).

e. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10mg 2 x sehari.

Pesan Kunci dari Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) adalah

sebagai berikut3,4:

8
- Prehipertensi (120-139 sistolik, 80-89 diastolik) memerlukan modifikasi gaya

hidup untuk mencegah peningkatan progresif tekanan darah dan penyakit

jantung.

- Pada hipertensi tanpa komplikasi, diuretik thiazide, baik sendiri atau

dikombinasikan dengan obat dari kelas lain, digunakan untuk pengobatan

pada kebanyakan kasus.

- Dalam kondisi berisiko tinggi, ada indikasi kuat untuk penggunaan obat

antihipertensi kelas lain (misalnya, angiotensin-converting enzyme [ACE]

inhibitor, angiotensin-receptor blocker [ARB], beta blockers, calcium channel

blockers).

- Dua atau lebih obat antihipertensi diperlukan untuk mencapai tujuan BP

(<140/90 mm Hg atau <130/80 mm Hg) untuk pasien dengan diabetes dan

penyakit ginjal kronis.

- Untuk pasien yang BP nya lebih dari 20 mm Hg di atas target BP sistolik atau

lebih dari 10 mm Hg di atas target BP diastolik, inisiasi terapi menggunakan 2

agen, salah satu biasanya menggunakan thiazide diuretik.

- Terlepas dari terapi atau perawatan, hipertensi dapat dikendalikan hanya jika

pasien termotivasi untuk konsisten dalam rencana pengobatan mereka.

Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah

komplikasi. Medikasi termasuk diuretik, alpha- dan beta-adrenergic blockers,

calcium channel blockers, ACE inhibitors, dan vasodilator.3,4,5

Medikasi yang digunakan adalah sebagai berikut3,4,5:

9
1. Diuretik, Thiazide

Diuretik thiazide menghambat reabsorbsi sodium dan klorida di bagian

asenden loop of Henle dan tubulus distal, juga meningkatkan ekskresi

potasium dan bikarbonat, menurunkan ekskresi kalsium, dan retensi uric acid.

a. Hydrochlorothiazide

Hydrochlorothiazide menghambat reabsorbsi sodium di tubulus distal,

menyebabkan peningkatan ekskresi sodium, air, potasium, dan ion

hidrogen.

b. Chlorthalidone

c. Metolazone

d. Indapamide

2. Diuretik hemat potasium/kalium

Diuretik hemat potasium menghambat reabsorbsi sodium di tubulus distal,

sementara itu juga menurunkan sekresi potasium, merupakan diuretik lemah,

dan memiliki efek anti hipertensi yang lemah pula jika digunakan sendiri.

a. Spironolactone

Spironolactone menghambat efek aldosteron pada otot polos arteriol.

b. Amiloride

c. Triamterene

3. Loop Diuretics

10
Diuretik loop bekerja pada bagian asenden loop of Henle, menghambat

reabsorbsi sodium dan klorida.

a. Furosemide (lasix)

Furosemide meningkatkan ekskresi air dengan menginterfensi sistem

ko-transpor yang berikatan dengan klorida, sehingga menghambat

reabsorbsi sodium dan klorida di bagian asenden loop of Henle dan

tubulus renal distal. Dosis untuk setiap pasien bersifat individual.

b. Torsemide

c. Bumetanide

d. Ethacrynic acid

4. Alpha Adrenergic Blocking Agents

Agen ini secara selektif menghambat reseptor adrenergik alfa1, menyebabkan

dilatasi arteriol dan vena, sehingga menurunkan tekanan darah.

a. Prazosin

b. Terazosin

c. Phentolamine

d. Doxazosin

5. Beta Adrenergic Blocking Agents

Beta blocker digunakan untuk mengobati hipertensi sebagai agen inisial atau

dikombinasi dengan obat lain (misal, thiazide).

a. Atenolol

b. Metoprolol
11
c. Propranolol

Propranolol memiliki aktivitas stabilisasi membran dan menurunkan

automatisitas kontraksi. Obat ini tidak cocok untuk pengobatan

emergensi pada hipertensi. Jangan berikan propranolol secara IV

hipertensi emergensi.

d. Nebivolol

e. Esmolol

6. Alpha and Beta Adrenergic Blocking Agents

Agen ini menghambat reseptor adrenergik alfa, beta1, dan beta2, sehingga

menurunkan tekanan darah.

a. Labetalol

b. Carvedilol

7. Vasodilator perifer

Agen ini merelaksasi pembuluh darah untuk memperbaiki aliran darah,

sehingga menurunkan tekanan darah.

a. Hydralazine

b. Minoxidil

8. Calcium Channel Blockers, Dihydropyridine

Dihydropyridine berikatan dengan kanal kalsium tipe L di otot polos vaskular,

menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Efektif sebagai

monoterapi pada pasien kulit hitam dan geriatri.

a. Nifedipine (Adalat)

12
Nifedipin merelaksasi otot polos koroner, meningkatkan aliran oksigen

ke miokardium. Pemberian sublingual cukup aman.

b. Clevidipine butyrate

c. Amlodipine

d. Felodipine

9. Calcium Channel Blockers, Non Dihydropyridine

Agen ini berikatan dengan kanal kasium tipe L di sinoatrial dan nodus

atrioventrikular, memberikan efek pada miokardium dan vaskular.

a. Diltiazem

b. Verapamil

10. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors

Agen ini merupakan inhibitor kompetitif dari angiotensin-converting enzyme

(ACE), menurunkan kadar angiotensin II, sehingga menurunkan sekresi

aldosteron.

a. Captopril

Kaptopril mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,

merupakan vasokonstriktor kuat, sehingga menyebabkan sekresi

aldosteron yang lebih rendah.

b. Ramipril

c. Enalapril

d. Lisinopril

11. Angiotensin II Receptor Antagonists

13
Angiotensin II receptor antagonists, atau angiotensin receptor blockers

(ARBs), digunakan pada pasien yang tidak mampu mentoleransi ACE

Inhibitors. Yang termasuk golongan ini adalah: Losartan, Valsartan,

Olmesartan, Eprosartan, Azilsartan.

12. Aldosterone Antagonists

Berkompetisi dengan reseptor aldosteron, menurunkan tekanan darah dan

reabsorpsi sodium. Yang termasuk golongan ini adalah: Epleronone.

13. Alpha Adrenergic Agonists

Menstimulasi reseptor adrenergik alfa2 presinaptik di batang otak, menurunkan

aktivitas saraf simpatis. Yang termasuk golongan ini adalah: Methyldopa,

Clonidine, Guanfacine.

14. Renin Inhibitor

Kelas terbaru obat anti hipertensi, bekerja dengan mengganggu lingkaran

feedback sistem renin angiotensin aldosteron. Yang termasuk golongan ini

adalah: Aliskiren.

15. Vasodilators

Nitrogliserin dan nitroprusside menyebabkan dilatasi arteri dan vena.

Nitroglycerin terutama mempengaruhi sistem vena dan membantu

mengurangi preload. Nitroprusside menurunkan preload dan afterload, yang

membantu untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokard.

16. Dopamine Agonist

14
Dopamine agonist seperti fenoldopam memiliki efek hipotensi melalui

penurunan resistensi pembuluh darah perifer, menyebabkan peningkatan

aliran darah ginjal, diuresis, dan natriuresis.

17. Kombinasi Antihipertensi

Kombinasi obat yang memiliki mekanisme berbeda memberikan efek aditif.

Direkomendasikan untuk memulai terapi dengan agen tunggal dan kemudian

ke terapi kombinasi dengan dosis rendah.

6. Komplikasi dan Prognosis

Kebanyakan individu yang didiagnosis mengidap hipertensi akan mengalami

peningkatan tekanan darah seiring pertambahan usia. Hipertensi yang tidak diobati

meningkatkan risiko mortalitas dan sering dianggap sebagai silent killer.

Hipertensi ringan hingga moderat, jika tidak diobati, berisiko untuk terjadinya

penyakit aterosklerotik pada 30% orang dan kerusakan organ pada 50% orang setelah

8 10 tahun dari onset penyakit.3,4

Kematian akibat penyakit jantung iskemik maupun stroke meningkat secara

progresif seiring kenaikan tekanan darah. Untuk setiap kenaikan tekanan sistolik

sebesar 20 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 10 mmHg dari tekanan darah 115/75

mmHg, angka mortalitas meningkat dua kali lipat.3,4

Morbiditas dan mortalitas pada hipertensi emergency tergantung pada sejauh

mana disfungsi end organ dan sejauh mana pengontrolan tekanan darah. Dengan

pengontrolan tekanan darah dan kepatuhan dalam pengobatan, angka kelangsungan

hidup 10-tahun penderita dengan krisis hipertensi mendekati 70%.3,4


15
Dalam studi jantung Framingham, risiko gagal jantung kongestif pada usia

yang sama, 2,3 kali lebih tinggi pada pria dan 3 kali lebih tinggi pada wanita

dibandingkan dengan orang yang tekanan darahnya lebih rendah. Data Multiple Risk

Factor Intervention Trial (MRFIT) menunjukkan bahwa risiko relatif untuk mortalitas

pada penyakit jantung koroner bervariasi yaitu 2,3-6,9 kali lebih tinggi pada orang-

orang dengan hipertensi ringan hingga berat dibandingkan dengan orang-orang

dengan tekanan darah normal. Resiko relatif untuk stroke berkisar antara 3,6-19,2.

Persentase risiko populasi untuk penyakit arteri koroner bervariasi yaitu 2,3-25,6%,

sedangkan risiko untuk stroke berkisar antara 6,8-40%.3,4

Nephrosclerosis adalah salah satu kemungkinan komplikasi pada hipertensi

kronis. Pasien dengan nefropati diabetes yang menderita hipertensi juga berisiko

tinggi untuk menderita penyakit ginjal stadium akhir. Pengurangan tekanan darah

dapat memperbaiki fungsi ginjal. Deteksi awal nephrosclerosis hipertensi adalah

dengan mendeteksi mikroalbuminuria dan intervensi terapi agresif, terutama dengan

obat ACE inhibitor, dapat mencegah progresi ke penyakit ginjal stadium akhir3.

16
BAB III

KELUARGA BINAAN

A. Pengenalan keluarga binaan

Keluarga Ny. Erniati merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan

keluarga binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani

Rotasi II di Puskesmas Belimbing. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan

Ny. Erniati yang menderita hipertensi. Setelah melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Hipertensi grade

I ec. esensial. Pasien tidak kontrol teratur. Penyakit ini termasuk penyakit yang bisa

diturunkan dan memerlukan perhatian khusus terutama komplikasinya sehingga kami

memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal hal yang kami lakukan

diantaranya adalah berupa :

Melakukan home visit / kunjungan ke rumah.

Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara

holistik.

Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang

permasalahan yang dialami keluarga tersebut.

17
Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan

kami :

Ny. Erniati/Pasien /perempuan/ 49 tahun / Ibu rumah tangga.


Tn.Masrizal /Suami /laki-laki/ 54 tahun / Petani.
Rito Frendi Putra/Anak/ laki-laki /25 tahun /Pegawai BPJS

Ketenagakerjaan.
Fiki Candra/Anak/laki-laki/16 tahun/ Pelajar

B. Identifikasi permasalahan

Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa

faktor, secara garis besar sebagai berikut :

1. Kesehatan Individu

18
Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan

Ny. Erniati ke balai pengobatan Puskesmas Belimbing pada hari Senin tanggal 1 April

2017 dengan keluhan sakit kepala yang dialaminya sejak 1 hari yang lalu.

Permasalahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya kami lakukan di rumah

pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya. Berikut merupakan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Ny. Erniati di puskesmas :

Identitas pasien

Nama : Ny. Erniati

Umur : 49 tahun

Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : sungai Sapih, belimbing

Keluhan Utama : Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, sakit dirasakan hilang timbul,

berkurang dengan istirahat. Sakit dirasakan terutama pada bagian

belakang kepala.
Sesak nafas (-), nyeri dada (-)
Mual (-), muntah (-)
Mata kabur disangkal.
Rasa berat di tengkuk (+)
BAB dan BAK biasa.
Riwayat makan makanan yang tinggi garam dan berlemak ada.
Riwayat kebiasaan merokok tidak ada.
Kebiasaan minum kopi tidak ada.
Kebiasaan minum alkohol tidak ada.
Aktivitas fisik cukup.
Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
19
Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak + 5 tahun yang lalu,

pasien tidak kontrol teratur ke puskesmas.


Tidak ada riwayat penyakit jantung dan stroke.
Ibu dan kakak pasien juga menderita penyakit hipertensi.
Aspek Psikologis di keluarga
Pasien tinggal bersama suami dan satu orang anak laki-lakinya, anak

tertua tinggal di luar kota Padang bekerja sebagai pegawai salah satu

perusahaan asuransi kesehatan.


Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik.
Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, lantai semen, perkarangan luas.
- Listrik ada, sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah berada di dalam rumah
- Sampah diangkut petugas
- Jumlah penghuni 3 orang; pasien, 1 orang suami pasien, 1 orang anak.
- Kesan : higine dan sanitasi lingkungan baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
Pasien tinggal di pinggiran perkotaan yang tidak terlalu padat

penduduk
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik, tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Suhu : 36,8 0C
Frekuensi Nadi : 80x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20x/menit, reguler
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 154 cm
BMI : 21, 92 (normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Tidak ikterik, Turgor kulit baik

20
Thoraks

Paru:

Inspeksi : simetris kiri dan kanan dalam kondisi stasis dan

dinamis

Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, wheezing tidak ada, ronkhi

tidak ada

Jantung: Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit, Distensi (-)
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : Akral hangat, Perfusi baik, Reflex fisiologis ++/++,

Reflex patologis -/- ,Oedem tungkai -/-


Laboratorium Anjuran : Kolesterol total 355mg/dl
Pemeriksaan Anjuran : -
Diagnosis Kerja
Hipertensi Stage I e.c. Essensial
Diagnosis Banding : -

21
Manajemen
a. Preventif
- Hindari mengkonsumsi makan yang banyak mengandung garam

terutama ikan asin, makanan berkuah yang banyak garam, dan

makanan cemilan yang banyak menggunakan garam sebagai bumbu

perasa. Kurangi juga mengkonsumsi makanan dan minuman

bersantan.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur karena dapat membantu

menurunkan tekanan darah pada hipertensi.


- Jangan terlalu banyak pikiran dan kontrol stress. Menjaga hubungan

baik dengan siapapun.


- Istirahat yang cukup dan kontrol aktivitas harian terutama aktivitas

berat.
- Olah raga teratur minimal 3x seminggu selama lebih kurang 30 menit

terutama yang ringan saja.


- Kontrol berat badan supaya tetap ideal dengan memperhatikan pola

life style.
- Kontrol tekanan darah teratur minimal 1 kali seminggu ke puskesmas

dan minum obat secara teratur.


b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa tekanan darah tinggi/ hipertensi

tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan merubah

pola gaya hidup dan kontrol berobat secara teratur.


- Menerangkan kepada pasien risiko hipertensi yang tidak terkontrol,

efek jangka panjang terhadap organ tubuh lain jika hipertensi tidak

ditangani dengan baik.


c. Kuratif :
Amlodipin tab 1 x 1 tab
Simvastatin tab 1 x 10 mg

22
Vitamin B Kompleks tab 3 x 1

d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur minimal 1 kali seminggu ke puskesmas untuk menilai

perkembangan atau perjalanan penyakit dan sekaligus untuk

mengontrol dosis obat.


- Segera ke pusat layanan kesehatan, rumah sakit jika ada keluhan

darurat misalnya, nyeri kepala hebat, terjadinya penurunan kesadaran,

lemah anggota gerak, buta mendadak, dsb.

Prognosis

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionum : dubia ad bonam

Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan

anamnesis ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada

tanggal 10 April 2017. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada

keluarga ini :

Tn. Masrizal/ Pasien / 54 tahun

Status gizi : Normoweight, Perokok, aktivitas fisik cukup, Kebiasaan

makan makanan tinggi lemak dan garam ada, Kebiasaan minum kopi

ada.

23
Fiki Candra/ Anak / 16 tahun

Status gizi : Normoweight, tidak merokok, aktivitas fisik cukup,

Kebiasaan makan makanan tinggi lemak dan garam ada.

2. Kesehatan rumah dan lingkungan

Berikut adalah beberapa hal terkait kesehatan rumah dan lingkungan yang

kami temukan pada keluarga ini :

Perkarangan rumah yang cukup bersih : Halaman rumah cukup bersih

dan luas.

Kondisi rumah : Ventilasi udara cukup, jarak diantara dapur dan

jamban tidak bersebelahan. Kebersihan jamban dan kamar mandi

cukup bersih. Sampah diangkut petugas, listrik ada, dan sumber air

dari PDAM.

Kebersihan lingkungan rumah, dapur dan kamar mandi bersih.

Pasien tidur di kamar tidur dengan menggunakan kelambu

3. Kebiasaan hidup sehat

Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada

keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat :

Kurang mengkomsumsi sayuran dan buah buahan.

Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan herbal atau obat cina dalam

jangka waktu yang cukup lama. Pasien mulai mengkonsumsi obat-

24
obatan tersebut lebih kurang 2 tahun ini. Sehingga pasien tidak kontrol

teratur berobat ke Puskesmas.

Aktivitas pasien cukup, olahraga cukup, jalan pagi lebih kurang 30

menit

Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan garam pada

pasien dan keluarga.

4. Permasalahan sosial dan ekonomi

Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi sedang

dengan penghasilan anak laki-laki pasien sebagai pegawai Rp5.000.000/bulan dan

suami pasien sebagai petani sebanyak Rp.1.000.000/bulan.

5. Permasalahan psikologi

Tidak ditemukan permasalahan psikologis ataupun kejiwaan pada keluarga

pasien.

C. Pemecahan Masalah

Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami

lakukan diskusi tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini

dengan bantuan serta pandangan oleh preseptor, petugas kesehatan Puskesmas

Belimbing dan berdasarkan beberapa tinjauan kepustakaan. Berikut adalah solusi

pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan kepada keluarga

binaan pada saat home visit / kunjungan rumah berikutnnya :

1. Kesehatan individu
25
Pasien dianjurkan untuk mengontrol tekanan darah di puskesmas satu

kali seminggu dan kolesterol sekali sebulan.

Pasien dianjurkan untuk berolahraga teratur minimal 3 kali seminggu.

Memberikan pengetahuan tentang gizi yang baik dan seimbang.

Disarankan untuk mempertahankan berat badan dengan diet teratur

dengan menjaga pola makan, dan dengan olahraga secara teratur.

Pengontrolan berat badan ini berguna untuk mengurangi resiko untuk

mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,

osteoartritis lain sebagainya.

Memberi edukasi kepada pasien, suami dan anaknya supaya

mengurangkan lemak dan garam di dalam makanan karena ini

merupakan resiko untuk meningkatkan tekanan darah dan menjelaskan

kepada mereka tentang bahaya tekanan darah yang tinggi dan

komplikasi yang akan ditimbulkan;

Suami pasien memiliki kebiasaan merokok. Berikan edukasi kepada

keluarga ini bahwa merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik.

Pada pasien ini diberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan

memberikan leaflet tentang bahaya rokok.

2. Kesehatan rumah dan lingkungan

26
Lingkungan sekitar rumah pasien cukup bersih dan tidak ditemukan masalah

yang signifikan. Pasien dimotivasi untuk terus menjaga kesehatan rumah dan

kebersihan lingkungan.

3. Kebiasaan hidup sehat

Berikut adalah beberapa pemecahan masalah pada keluarga ini berkaitan dengan

kebiasaan hidup sehat :

Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan garam pada seluruh

anggota keluarga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh sebab itu

dianjurkan kepada keluarga pasien untuk menguranginya dan mengkonsumsi

makanan yang bergizi seimbang serta meningkatkan makanan seperti sayur-

sayuran dan buah-buahan.

Memotivasi pasien agar tetap menjaga kebiasaan berolahraga dengan anjuran

minimal 3 kali seminggu, setidaknya dengan melakukan aktivitas jalan pagi

bersama dan gotong royong membersihkan rumah dan pekarangannya.

Dianjurkan kepada suami pasien untuk meninggalkan kebiasaan merokok

tersebut secara bertahap dengan cara mengurangi kebiasaannya merokok ini

sedikit demi sedikit sampai menghentikannya. Kebiasaan ini tidak hanya

merugikan kepada diri sendiri tetapi juga dapat merugikan diri orang lain yang

berada di sekitar.

Kebiasaan mengkonsumsi obat cina. Menjelaskan kepada pasien bahaya

mengkonsumsi obat-obatan tanpa mengetahui kandungan obatnya. Pasien

diberi edukasi bahwa pasien sebaiknya berobat ke fasilitas kesehatan dan


27
kontrol teratur. Selain itu, pasien diminta untuk tidak lagi mengkonsumsi obat-

obatan tsb dan menggantinya dengan obat-obatan resmi dari puskesmas.

Follow up tanggal 10 April 2017

S/

Sakit kepala tidak ada

Mual dan muntah tidak ada

Mata kabur tidak ada

Rasa kesemutan tidak ada

Pasien minum obat hipertensi pada malam sebelumnya

Pasien sudah tidak mengkonsumsi obat herbal sejak kunjungan pertama

O/ TD : 130/80 mmHg

A/ Hipertensi Stage I terkontrol dengan obat

P/

- Memberikan edukasi tentang bahaya dan komplikasi hipertensi

- Menganjurkan pasien untuk mengontrol tekanan darah satu kali seminggu ke

puskesmas

- Menganjurkan pasien untuk memeriksa kolesterol

Follow up tanggal 15 April 2017

S/

Sakit kepala tidak ada

28
Mual dan muntah tidak ada

Mata kabur tidak ada

Rasa kesemutan tidak ada

O/ TD: 120/80 mmHg

A/ Hipertensi Stage I terkontrol dengan obat

P/

- Memberikan edukasi tentang bahaya dan komplikasi hipertensi

- Mengingatkan pasien untuk mengontrol tekanan darah satu kali seminggu ke

puskesmas

BAB III

ANALISIS MASALAH

29
A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga

- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit Hipertensi.

- Pasien sering mengkonsumsi makan tinggi lemak dan garam yang dapat

meningkatkan tekanan darah pasien.

- Pasien mempunyai kebiasaan menggunakan obat-obatan herbal / obat cina

sehingga tidak kontrol teratur.

B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui

pendekatan komprehensif dan holistik


a. Preventif :
- Menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit hipertensi

tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dikontrol dengan mengatur

gaya hidup dan minum obat anti hipertensi secara teratur.


- Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Hindari stress emosional dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan

(rajin beribadah ) dan selalu berpikiran positif dalam hidup.


- Kontrol berat badan supaya tetap ideal.
- Istirahat yang cukup.
- Bagi keluarga lainnya, terutama bagi anak-anak pasien dianjurkan

untuk memeriksakan tekanan darah secara berkala dan menjelaskan

bahwa penyakit hipertensi juga berkaitan dengan faktor genetik.


b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat

disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan diri

dengan pola hidup sehat.


- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai faktor risiko

terjadinya hipertensi dan pencegahan agar tidak terjadinya komplikasi

30
seperti gangguan pada penglihatan, stroke, gagal jantung dan gagal

ginjal.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara

teratur dan minum obat secara teratur agar terhindar dari komplikasi

hipertensi.
- Mengedukasi pasien dan keluarga akan pentingnya pola hidup sehat

seperti memakan makanan yang rendah garam dan lemak tak jenuh,

meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Olahraga secara teratur dan

istirahat yang cukup.


e. Kuratif :
- Amlodopin 1 x 1 tab (malam)
- Simvastatin 1x 10 mg
- Vitamin B kompleks 3 x 1 tab

f. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam

batas terkontrol.
- Jika ada tanda tanda bahaya seperti penurunan kesadaran, lemah

sebelah anggota gerak, penurunan ketajaman penglihatan secara

mendadak, muntah darah, sesak nafas saat istirahat segera kunjungi

pusat pelayanan kesehatan/ Rumah sakit

31
32
33
34
DAFTAR PUSTAKA
35
1. W.Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007.
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2007.
3. Riaz, kamran. Hypertension. Ohio: Department of Internal Medicine, Wright
State University School of Medicine; 2005.
4. Makmun, H. Lukman. Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular II.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.
5. Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1995.

36

Anda mungkin juga menyukai