Kabin Hipertensi
Kabin Hipertensi
HIPERTENSI
Oleh :
Fauzul Nurul Azmi 1110313073
Ilyan Nasti Januari 1110313037
Muhammad Iqbal 1110313010
Melly Angriani Lubis 1110311016
Sari Mulyani 1010313092
Vina Muspita 1110311045
Preseptor :
dr. Novita Ariani, Sp.Onk Rad
1. Definisi
dalam arteri, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensi lain dari
2. Epidemiologi
2
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
akan bertambah. Hipertensi sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia
> 65 tahun. Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta
orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III
tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.1
penyebabnya.
b. Penyakit ginjal.
(noradrenalin).
3
e. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas
sementara waktu, jika stres telah berlalu; maka tekanan darah biasanya
genetis.
2. Sistem saraf simpatis
a. Tonus simpatis
b. Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
4
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah,
adalah1:
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktifitas fisik
Dislipidemia
Diabetes melitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG < 60 ml/menit
Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki
menjadi hipertensi; mereka memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan
mengalami penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah.
faktor risiko lainnya. Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk
mengalami hipertensi.1
4. Diagnosis
diukur pada 3 kesempatan terpisah (berdasarkan rata-rata dari 2 atau lebih pembacaan
5
- Pengecualian penyebab sekunder hipertensi
tahun, tidak pernah memeriksa BP. Riwayat kerusakan end organ harus ditanyakan
yang tidak berhasil, kontrasepsi oral, etanol, dan obat-obatan terlarang seperti kokain3
pengukuran tekanan darah yang tinggi. Jika pada pengukuran pertama memberikan
hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak
dua kali pada dua hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil
pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga
pengukuran. Tekanan darah harus diukur dalam posisi terlentang dan duduk, dengan
hipertensi dini atau lambat, kronis atau akut. Palpasi semua nadi perifer, jika tidak
ada, lemah, atau naadi femoralis terlambat menunjukkan koartasio aorta atau penyakit
pembuluh darah perifer berat. Dengarkan auskultasi arteri renalis di atas abdomen
bagian atas, kehadiran bruit pada kedua komponen sistolik dan diastolik
6
menunjukkan stenosis arteri renalis. Pemeriksaan jantung secara hati-hati dilakukan
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
Jika tidak terdapat dugaan penyebab sekunder untuk hipertensi, hanya harus
5. Penatalaksanaan
diperlukan komitmen jangka panjang dalam modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi.3
Gaya hidup yang baik mempengaruhi tingkat tekanan darah dan mengurangi
7
- Diet rendah garam (mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3
gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya), diet rendah lemak
- Menghindari merokok.
stroke dan penyakit jantung koroner. Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 25mg perhari, dosis tunggal pada pagi hari
Pesan Kunci dari Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) adalah
sebagai berikut3,4:
8
- Prehipertensi (120-139 sistolik, 80-89 diastolik) memerlukan modifikasi gaya
jantung.
- Dalam kondisi berisiko tinggi, ada indikasi kuat untuk penggunaan obat
blockers).
- Untuk pasien yang BP nya lebih dari 20 mm Hg di atas target BP sistolik atau
- Terlepas dari terapi atau perawatan, hipertensi dapat dikendalikan hanya jika
9
1. Diuretik, Thiazide
potasium dan bikarbonat, menurunkan ekskresi kalsium, dan retensi uric acid.
a. Hydrochlorothiazide
hidrogen.
b. Chlorthalidone
c. Metolazone
d. Indapamide
dan memiliki efek anti hipertensi yang lemah pula jika digunakan sendiri.
a. Spironolactone
b. Amiloride
c. Triamterene
3. Loop Diuretics
10
Diuretik loop bekerja pada bagian asenden loop of Henle, menghambat
a. Furosemide (lasix)
b. Torsemide
c. Bumetanide
d. Ethacrynic acid
a. Prazosin
b. Terazosin
c. Phentolamine
d. Doxazosin
Beta blocker digunakan untuk mengobati hipertensi sebagai agen inisial atau
a. Atenolol
b. Metoprolol
11
c. Propranolol
hipertensi emergensi.
d. Nebivolol
e. Esmolol
Agen ini menghambat reseptor adrenergik alfa, beta1, dan beta2, sehingga
a. Labetalol
b. Carvedilol
7. Vasodilator perifer
a. Hydralazine
b. Minoxidil
a. Nifedipine (Adalat)
12
Nifedipin merelaksasi otot polos koroner, meningkatkan aliran oksigen
b. Clevidipine butyrate
c. Amlodipine
d. Felodipine
Agen ini berikatan dengan kanal kasium tipe L di sinoatrial dan nodus
a. Diltiazem
b. Verapamil
aldosteron.
a. Captopril
b. Ramipril
c. Enalapril
d. Lisinopril
13
Angiotensin II receptor antagonists, atau angiotensin receptor blockers
Clonidine, Guanfacine.
adalah: Aliskiren.
15. Vasodilators
14
Dopamine agonist seperti fenoldopam memiliki efek hipotensi melalui
peningkatan tekanan darah seiring pertambahan usia. Hipertensi yang tidak diobati
Hipertensi ringan hingga moderat, jika tidak diobati, berisiko untuk terjadinya
penyakit aterosklerotik pada 30% orang dan kerusakan organ pada 50% orang setelah
progresif seiring kenaikan tekanan darah. Untuk setiap kenaikan tekanan sistolik
sebesar 20 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 10 mmHg dari tekanan darah 115/75
mana disfungsi end organ dan sejauh mana pengontrolan tekanan darah. Dengan
yang sama, 2,3 kali lebih tinggi pada pria dan 3 kali lebih tinggi pada wanita
dibandingkan dengan orang yang tekanan darahnya lebih rendah. Data Multiple Risk
Factor Intervention Trial (MRFIT) menunjukkan bahwa risiko relatif untuk mortalitas
pada penyakit jantung koroner bervariasi yaitu 2,3-6,9 kali lebih tinggi pada orang-
dengan tekanan darah normal. Resiko relatif untuk stroke berkisar antara 3,6-19,2.
Persentase risiko populasi untuk penyakit arteri koroner bervariasi yaitu 2,3-25,6%,
kronis. Pasien dengan nefropati diabetes yang menderita hipertensi juga berisiko
tinggi untuk menderita penyakit ginjal stadium akhir. Pengurangan tekanan darah
obat ACE inhibitor, dapat mencegah progresi ke penyakit ginjal stadium akhir3.
16
BAB III
KELUARGA BINAAN
Keluarga Ny. Erniati merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan
keluarga binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani
Rotasi II di Puskesmas Belimbing. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan
pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Hipertensi grade
I ec. esensial. Pasien tidak kontrol teratur. Penyakit ini termasuk penyakit yang bisa
memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal hal yang kami lakukan
holistik.
17
Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan
kami :
Ketenagakerjaan.
Fiki Candra/Anak/laki-laki/16 tahun/ Pelajar
B. Identifikasi permasalahan
1. Kesehatan Individu
18
Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan
Ny. Erniati ke balai pengobatan Puskesmas Belimbing pada hari Senin tanggal 1 April
2017 dengan keluhan sakit kepala yang dialaminya sejak 1 hari yang lalu.
pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya. Berikut merupakan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Ny. Erniati di puskesmas :
Identitas pasien
Umur : 49 tahun
Kelamin : Perempuan
belakang kepala.
Sesak nafas (-), nyeri dada (-)
Mual (-), muntah (-)
Mata kabur disangkal.
Rasa berat di tengkuk (+)
BAB dan BAK biasa.
Riwayat makan makanan yang tinggi garam dan berlemak ada.
Riwayat kebiasaan merokok tidak ada.
Kebiasaan minum kopi tidak ada.
Kebiasaan minum alkohol tidak ada.
Aktivitas fisik cukup.
Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
19
Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak + 5 tahun yang lalu,
tertua tinggal di luar kota Padang bekerja sebagai pegawai salah satu
penduduk
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik, tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Suhu : 36,8 0C
Frekuensi Nadi : 80x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20x/menit, reguler
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 154 cm
BMI : 21, 92 (normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Tidak ikterik, Turgor kulit baik
20
Thoraks
Paru:
dinamis
tidak ada
Perkusi :
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit, Distensi (-)
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : Akral hangat, Perfusi baik, Reflex fisiologis ++/++,
21
Manajemen
a. Preventif
- Hindari mengkonsumsi makan yang banyak mengandung garam
bersantan.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur karena dapat membantu
berat.
- Olah raga teratur minimal 3x seminggu selama lebih kurang 30 menit
life style.
- Kontrol tekanan darah teratur minimal 1 kali seminggu ke puskesmas
efek jangka panjang terhadap organ tubuh lain jika hipertensi tidak
22
Vitamin B Kompleks tab 3 x 1
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur minimal 1 kali seminggu ke puskesmas untuk menilai
Prognosis
Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan
anamnesis ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada
tanggal 10 April 2017. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada
keluarga ini :
makan makanan tinggi lemak dan garam ada, Kebiasaan minum kopi
ada.
23
Fiki Candra/ Anak / 16 tahun
Berikut adalah beberapa hal terkait kesehatan rumah dan lingkungan yang
dan luas.
cukup bersih. Sampah diangkut petugas, listrik ada, dan sumber air
dari PDAM.
24
obatan tersebut lebih kurang 2 tahun ini. Sehingga pasien tidak kontrol
menit
Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi sedang
5. Permasalahan psikologi
pasien.
C. Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami
lakukan diskusi tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini
pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan kepada keluarga
1. Kesehatan individu
25
Pasien dianjurkan untuk mengontrol tekanan darah di puskesmas satu
26
Lingkungan sekitar rumah pasien cukup bersih dan tidak ditemukan masalah
yang signifikan. Pasien dimotivasi untuk terus menjaga kesehatan rumah dan
kebersihan lingkungan.
Berikut adalah beberapa pemecahan masalah pada keluarga ini berkaitan dengan
merugikan kepada diri sendiri tetapi juga dapat merugikan diri orang lain yang
berada di sekitar.
S/
O/ TD : 130/80 mmHg
P/
puskesmas
S/
28
Mual dan muntah tidak ada
P/
puskesmas
BAB III
ANALISIS MASALAH
29
A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga
- Pasien sering mengkonsumsi makan tinggi lemak dan garam yang dapat
30
seperti gangguan pada penglihatan, stroke, gagal jantung dan gagal
ginjal.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara
teratur dan minum obat secara teratur agar terhindar dari komplikasi
hipertensi.
- Mengedukasi pasien dan keluarga akan pentingnya pola hidup sehat
seperti memakan makanan yang rendah garam dan lemak tak jenuh,
f. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam
batas terkontrol.
- Jika ada tanda tanda bahaya seperti penurunan kesadaran, lemah
31
32
33
34
DAFTAR PUSTAKA
35
1. W.Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007.
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2007.
3. Riaz, kamran. Hypertension. Ohio: Department of Internal Medicine, Wright
State University School of Medicine; 2005.
4. Makmun, H. Lukman. Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular II.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.
5. Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1995.
36