Anda di halaman 1dari 8

ACARA II

DENSITAS DAN BOBOT JENIS


A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Ilmu Pengetahuan Bahan Acara II Densitas dan
Bobot Jenis adalah sebagai berikut:
1. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan
2. Menentukan bulk density dan bobot jenis biji-bijian dan tepung-tepungan
3. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot
jenis
B. Metodologi
1. Alat
a. Gelas beker 250 ml
b. Gelas ukur 1000 ml
c. Jangka sorong
d. Kuboid
e. Pengaduk
f. Piknometer
g. Termometer
h. Timbangan
2. Bahan
alpukat mentah setengah matang matang, Aquadest, belimbing mentah
setengah matang matang, beras, jambu mentah setengah matang matang
kacang hijau, kedelai, ketan hitam, mangga mentah setengah matang
matang, minyak jagung, minyak kelapa, minyak kelapa warna putih
minyak sunflower, minyak zaitun, Tepung Beras, Tepung Maizena
Tepung Sagu, Tepung Tapioka, Tepung Terigu, tomat mentah setengah
matang matang
3. Cara Kerja
a. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan
dengan sampel minyak dengan berbagai konsentrasi
Pemasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml

Peneraan dengan piknometer

Penentuan densitas dan bobot jenis

Gambar 2.1 Diagram Alir Penentuan densitas dan bobot jenis bahan
pangan berbentuk cairan dengan sampel minyak dengan
berbagai konsentrasi
b. Menentukan bulk density dan bobot jenis biji-bijian dan tepung-
tepungan

Penentuan berat wadah dan volume

Pengisian biji/tepung sampai penuh

Penimbangan wadah dan sampel

Penentuan bulk density dan bobot jenis

Gambar 2.2 Diagram Alir Penentuan bulk density dan bobot jenis biji-
bijian dan tepung-tepungan
c. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot
jenis bahan pangan
Penimbangan

Pemasukkan dalam gelas ukur 1000 ml berisi air


dengan volume 500 ml

Pencatatan perubahan volume akhir

Penentuan densitas dan bobot jenis

Pembandingan antara buah mentah, setengah


matang dan matang

Gambar 2.3 Diagram Alir Penentuan pengaruh tingkat kematangan


terhadap densitas dan bobot jenis bahan pangan

C. Hasil dan Pembahasan


Massa jenis suatu beban adalah massa per satuan volume, atau biasa
dituliskan sebagai,

= =

Massa jenis memiliki satuan SI yaitu kg/m3. Selain itu satuan yang
biasa dipakai yaitu g/ cm3. 1 g/ cm3= 1000 kg/m3 (Bueche dan Hecht, 2006).
Bulk density atau berat jenis adalah berat suatu massa per satuan
volume. Berbeda dengan massa jenis, pada berat jenis, volume yang
dimaksud adalah ruang- ruang pori. Semakin padat suatu bahan, semakin
tinggi berat jenis. Berat jenis berguna untuk menghitung berat tanah di
lapangan (Webb, 2001).
Pada penentuan densitas bahan berwujud cair, pertama-tama
dilakukan penimbangan piknometer kosong. Selanjutnya piknometer diisi
dengan air. Piknometer berisi air tersebut ditimbang. Kemudian dilakukan
penghitungan berat dan volume air. Sedangkan pada penentuan berat jenis,
dilakukan juga penimbangan berat piknometer kosong maupun berat
piknometer berisi sampel. Selanjutnya dihitung berat sampel, densitas sampel,
dan berat jenis sampelnya.
Penentuan bulk density dan berat jenis bahan biji-bijian dilakukan
dengan cara penimbangan dan pengukuran volume kuboid. Kemudian bahan
dimasukkan ke dalam kuboid hingga penuh dan tidak ada rongga. Kuboid
berisi bahan tersebut lalu ditimbang dan dihitung bulk density dan berat jenis
bahan biji-bijian tersebut. Sedangkan untuk bahan buah-buahan, digunakan
gelas ukur 1 liter yang diisi dengan 500 ml air. Lalu sampel buah-buahan
yang digunakan dimasukkan ke dalam gelas ukur. Selisih volume antara
volume awal dan volume akhir setelah sampel dimasukkan merupakan
volume buah tersebut. Sehingga dapat dihitung bulk density dan berat jenis
bahan buah-buahan dan dapat dibandingkan bagaimana hasilnya antar sampel
buah baik buah matang, setengah matang, dan mentah.
Menurut Aziz (2010), piknometer adalah alat penetapan bobot jenis
yang praktis dan tepat digunakan, yang melengkapi dengan termometer dan
sebuah kapiler dengan gelas pentup. Mekanisme analisa berat jenis
menggunakan piknometer adalah :
1. Menimbang piknometer kosong yang telah dibersihkan dan dikeringkan
2. Memasukkan sampel dalam pikno lalu masukkan dalam gelas kimia berisi
es, sampai temperature pikno 15C
3. Mengeringkan dari es lalu timbang
Densitas dapat dinyatakan sebagai :

Density =

Menurut Juniarti (2009), Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan
massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini
dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian
metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer.
Menurut Giancoli (1997) faktor yang mempengaruhi densitas dan
bobot jenis suatu bahan adalah suhu dan tekanan. Namun, pada bahan dengan
fase padat dan cair pengaruhnya tidak terlalu besar. Besarnya nilai densitas
dipengaruhi oleh massa dan volume bahan, sedangkan untuk nilai bobot jenis
dipengaruhi oleh densitas bahan dan densitas air (Muchtadi, 2011). Menurut
Gilang (2013), hubungan antara densitas dan bobot jenis terhadap tepung-
tepungan itu sendiri yaitu semakin kecil luas permukaan tepung, kehalusan
tepung yang seragam, dan permukaan yang rata maka bobot sampel yang
dapat ditampung oleh wadah akan semakin besar.
Dalam penelitian Warsito (2013), dapat dibuktikan bahwa suhu juga
mempengaruhi massa jenis. Nilai massa jenis minyak kelapa sawit yang
paling kecil adalah minyak goreng yang telah dipanaskan 1 jam pemanasan.
Hal ini dikarenakan minyak goreng kelapa sawit pemanasan mengakibatkan
ikatan antar molekulnya berkurang dan menyebabkan kerapatan minyak
berkurang. Minyak goreng kelapa sawit yang belum dipakai tidak mengalami
pemanasan sehingga molekul molekulnya tidak mengalami perenggangan
dan nilai kerapatan yang lebih besar.
Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bulk density pada tepung
adalah luas permukaan tepung, jenis tepung, sifat-sifat permukaan bahan (rata
atau kasar), dan cara pengukuran. Sedangkan besarnya bobot jenis yang dapat
ditampung dalam wadah (kuboid) dipengaruhi oleh ukuran bahan, dan sifat-
sifat permukaan bahan (rata atau kasar).
Menurut Putri dkk (2016), bulk density suatu juga produk dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain kepadatan densitas, jumlah udara yang
terperangkap didalam partikel (occluded air), dan jumlah udara yang ada
diantara partikel (interstitial air). Selain faktor tersebut kondisi proses
pengeringan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tinggi
rendahnya bulk density produk, antara lain suhu inlet, dan suhu outlet.
Menurut Haryanto dan Budiastra (1999) semakin tua umur buah berat
jenisnya cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan buah muda.
Beberapa golongan tertentu,buah matang cenderung memiliki berat jenis
lebih kecil dibanding buah yang mentah. Selama pematangan buah, struktur
serabut selulosa menjadi longgar, tergantung pada daya larut zat-zat pektin
dan hemiselulosa yang terdapat di antara serabut kecil dalam dinding sel.
Perubahan yang terjadi kemudian secara esensial hanya menyangkut
susunannya saja. Dengan perubahan tebal dinding sel menjadi lebih tipis, sel
mejadi bulat dan cenderung untuk memisahkan diri. Dengan memisahnya
daging buah dengan kulit maka pada buah matang akan terjadi rongga udara
sehingga berat jenisnya menurun dibanding buah yang masih mentah. Pada
buah mentah, daging masih melekat pada kulit sehingga tidak terbentuk
rongga udara.
Buah-buahan sesudah panen akan meneruskan sebagian besar proses
hidup yaitu melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 dan panas serta
menggunakan O2. Di samping itu, pada buah akan terjadi perubahan
komposisi dan struktur dinding sel yang menyebabkan buah menjadi lunak.
Proses ini menyebabkan berat buah turun sehingga berat jenis buah juga akan
turun (Haryanto dan Budiastra, 1999).
Semakin tinggi tingkat kematangan dan suhu penyimpanan, maka
nilai RQ (respiration quotient) akan semakin rendah. Selama penyimpanan
terjadi kehilangan berat buah. Susut bobot selama penyimpanan disebabkan
oleh proses transpirasi dan respirasi yang menyebabkan terjadinya kehilangan
air. Buah yang mentah memiliki susut bobot yang lebih rendah daripada buah
yang masak. Susut bobot buah pada suhu dingin lebih rendah daripada suhu
282 C (Julianti, 2011). Semakin matang, maka densitas dan bobot jenis
bahan semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin matang buah maka proses
transiprasi dan respirasi pada buah semakin besar, sehingga kandungan air
dalam buah dapat hilang karena proses tersebut.
Tabel 2.1 Data Hasil Penentuan Densitas dan Bobot Jenis Bahan Pangan
Berbentuk Cairan
Kelompok Bahan Densitas Bobot Jenis
(gr/cm3) (27,5C)
3,8 Minyak kanola 0,906 0,910
Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam
lemak komponen lainnya adalah asam lemak bebas, moogliserida, digliserida,
fosfolipid, vitamin, dan mineral. Salah satu sumber minyak nabati adalah
minyak kanola (Mittelbatch, 1989). Dari hasil praktikum kelompok 3
didapatkan densitas minyak kanola sebesar 0,906 sedangkan berdasarkan
teori sebesar 0.914 - 0.917 (Przybylski, 1977). Untuk bobot jenis yang
didapatkan dalam praktikum sebesar 0,910 sedangkan berdasarkan teori
sebesar 0.9123 ( Ackman, 1977). Hasil praktikum sangat mendekati dengan
teori, dapat dinyatakan bahwa hasil praktikum sesuai dengan teori.
Berdasarkan keseluruhan sampel yang memiliki densitas dan bobot jenis
terbesar adalah minyak kelapa barco yaitu 0,934 dan 0, 938, sedangkan yang
terkecil adalah minyak jagung sebesar 0, 864 dan 0,868.
Tabel 2.2 Data Hasil Pengamatan Bulk Density dan Bobot Jenis Biji-Bijian
Kelompok Sampel Volume Massa Bulk Bobot
(cm3) (gram) density Jenis
(gr/cm3)
3,8 Kacang 76,800 47,700 0,621 0,624
kedelai
Dari hasil praktikum kelompok 3 didapatkan bulk density kacang
kedelai sebesar 0,621 dan bobot jenis yang didapatkan dalam praktikum
sebesar 0,624 sedangkan berdasarkan teori sebesar 0, 69 ( Guinn, 1975). Hasil
praktikum sangat mendekati dengan teori, dapat dinyatakan bahwa hasil
praktikum sesuai dengan teori. Berdasarkan keseluruhan sampel yang
memiliki bulk density dan bobot jenis terbesar adalah kacang merah yaitu
0,837 dan 0,841, sedangkan yang terkecil adalah kacang kedelai sebesar
0,621 dan 0,624.
Tabel 2.3 Data Hasil Pengamatan Bulk Density dan Bobot Jenis Tepung-
Tepungan
Kelompok Sampel Volume Massa Bulk Bobot
(cm3) bahan density Jenis
(gram) (gr/cm3)
3,8 Tepung 76,800 41,1 0,5350,537
maizena
Dari hasil praktikum kelompok 3 didapatkan bulk density tepung
maizena sebesar 0,535 dan bobot jenis yang didapatkan dalam praktikum
sebesar 0,537 sedangkan berdasarkan teori sebesar 0,3898 (Rahmawati,
2010). Berdasarkan keseluruhan sampel yang memiliki bulk density dan
bobot jenis terbesar adalah tepung terigu yaitu 0,728 dan 0,731, sedangkan
yang terkecil adalah tepung beras sebesar 0,466 dan 0,468.
Tabel 2.4 Data Hasil Penentuan Pengaruh Tingkat Kematangan terhadap
Densitas dan Bobot Jenis Buah-Buahan
Kelompok Sampel Volume Massa Densitas Bobot
(cm3) (gram) (gr/cm3) jenis
3 Alpukat matang 140 140,7 1,005 1,009
Dari hasil praktikum kelompok 3 didapatkan densitas alpukat matang
sebesar 1,005 dan bobot jenis yang didapatkan dalam praktikum sebesar
1,009 sedangkan berdasarkan teori sebesar 1,09 (Putri, dkk., 2015). Hasil
praktikum sangat mendekati dengan teori, dapat dinyatakan bahwa hasil
praktikum sesuai dengan teori. Berdasarkan keseluruhan sampel yang
memiliki densitas terbesar adalah tomat matang yaitu 1,314 dan bobot jenis
terbesar adalah apel 1 matang sebesar 1,108, sedangkan yang yang
2
mempunyai densitas dan bobot jenis terkecil adalah sampel apel matang
sebesar 0,779 dan 0,800.

Anda mungkin juga menyukai