Anda di halaman 1dari 6

Studi hidrolisa Minyak Goreng Bekas secara Enzimatis Aktivasi ... (I.

Riwayati)

STUDI HIDROLISA MINYAK GORENG BEKAS


SECARA ENZIMATIS AKTIVASI GELOMBANG
MIKRO
Penggunaan minyak goreng di industri dan rumah tangga yang cukup besar
I. Riwayati dan dapat menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh limbah
L. Kurniasari dalam bentuk minyak goreng bekas yang sudah tidak layak konsumsi.
Minyak mempunyai rantai karbon yang panjang sehingga membutuhkan
waktu cukup lama bagi alam untuk menguraikannya. Minyak bekas juga
Laboratorium Proses Kimia mempunyai mempunyai kandungan trigliserida yang dapat dimanfaatkan
Jurusan Teknik Kimia sebagai bahan baku pembuatan asam lemak dan gliserol melalui reaksi
Fakultas Teknik
hidrolisa. Reaksi hidrolisa lemak secara enzimatis tidak efisien karena
Universitas Wahid Hasyim
Semarang membutuhkan waktu yang lama dan harga enzim yang relatif mahal. Dari
Jl Menoreh Tengah X/22 studi yang dilakukan terdapat peluang untuk mengefisienkan proses hidrolisa
Semarang dengan mempercepat waktu reaksi. Salah satu caranya adalah dengan batuan
gelombang mikro. Reaksi hidrolisa minyak dengan bantuan gelombang
e-mail: riway79@yahoo.com mikro ini tidak hanya membuat reaksi lebih efisien, tetapi juga menghasilkan
proses yang lebih bersih dan hemat energi.

Kata Kunci : minyak goreng bekas, lipase, gelombang mikro

Pendahuluan Selain itu selama proses penggorengan, akan


Minyak dan lemak merupakan salah satu bahan terbentuk senyawa racun acrolein yang dapat
makanan yang dihasilkan oleh alam. Kandungan menimbulkan rasa gatal (serak) ditenggorokan jika
trigliserida didalamnya dapat diolah menjadi dikonsumsi (Rukmini, 2007).
berbagai jenis produk dengan melalui beberapa Jika melihat konsumsi dunia, maka akan ada
tahap proses. Diperkirakan sekitar 20 juta ton banyak limbah lemak dan minyak, terutama
minyak dan lemak dipergunakan diseluruh dunia, dinegara-negara maju. Pengelolaan limbah tersebut
sebagian besar sebagai minyak goreng terutama menjadi suatu tantangan karena apabila tidak
industri makanan. Penggunaan minyak goreng dikelola dengan baik akan menjadi masalah
didalam industri tersebut ditujukan untuk lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran
meningkatkan kualitas dan nilai nutrisi makanan sumber daya perairan dan daratan. Pengolahan
yang dihasilkan (Kheang, dkk., 2006). Dari data limbah minyak dan lemak yang telah dilakukan
GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati adalah dengan cara dipergunakan sebagai bahan
Indonesia), konsumsi minyak goreng nasional baku pembuatan sabun dan biodiesel, tetapi
tercatat sebanyak 3,2 ton pada tahun 2010. sebagian besar dibuang ke lingkungan.
Konsumsi itu akan terus bertambah seiring dengan Berdasarkan data dari The Energy Information
laju pertumbuhan penduduk. Administration, limbah minyak yang dihasilkan di
Selama proses penggorengan, minyak goreng USA sebanyak 9 pounds per kapita per tahun
akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi 170 0 (Chhetri, dkk., 2008).
180 0 C dalam waktu cukup lama. Hal ini akan Pengolahan minyak menjadi asam lemak
menyebabkan terjadi reaksi oksidasi, hidrolisis dan merupakan proses yang penting karena salah satu
polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa dari dua proses yang menghubungkan industri
hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan minyak nabati dan industri oleokimia. Asam lemak
polimer yang dapat merugikan kesehatan manusia dan gliserol digunakan secara luas sebagai bahan
.Proses-proses tersebut menyebabkan kerusakan baku pada industri makanan, kosmetik dan obat-
minyak. Kerusakan utama adalah timbulnya bau obatan. Proses yang telah ada di industri adalah
dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi dengan menghidrolisa minyak menjadi asam lemak
peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA), dan gliserol pada suhu dan tekanan 259 0C dan 50
bilangan iodin, kekentalan minyak, terbentuknya bar, selama 2 jam dengan konversi 96%-99%.
busa serta timbulnya kotoran dari bumbu yang Dalam kondisi ini, asam lemak yang diperoleh
digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, berwarna gelap dan larutan gliserol berair yang tak
1986). Konsumsi minyak goreng yang sudah tidak berwarna sebagai akibat polimerisasi lemak dan
layak pakai dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel produk samping. Disamping itu produksi dengan
pembuluh darah, liver, jantung maupun ginjal.

45
Momentum, Vol. 7, No. 2, Oktober 2011: 45 - 50

cara itu mengkonsumsi banyak energi (Serri, dkk., tersebut menjadi limbah karena tidak layak pakai,
2008). maka akan ada 1,6 minyak goreng bekas per tahun.
Hidrolisis lemak dan minyak dengan bantuan Karakteristik minyak yang mempunyai rantai
enzim akan mengurangi degradasi termal dan karbon panjang menyebabkan tidak mudah terurai
pemakaian energi karena dilakukan pada suhu oleh lingkungan. Hal tersebut dapat menimbulkan
rendah (Serri, dkk., 2008 dan Hermansyah, dkk., masalah jika dibuang ke lingkungan. Salah satu
2007). Namun demikian proses hidrolisa dengan cara memanfaatkan minyak goreng bekas dengan
enzim membutuhkan waktu yang cukup lama mengubahnya menjadi biodiesel. Beberapa
dibandingkan hidrolisa dengan katalis asam penelitian mengenai pembuatan biodiesel dari
(Saxena, dkk., 2005; Saifudin dan Raziah, 2008). minyak goreng bekas telah banyak dilakukan
Artikel ini memberikan uraian proses (Hasibuan dkk., 2009; Zhang dkk, 2003 dan
hidrolisa enzimatis minyak goreng bekas dengan Kheang dkk, 2006).
bantuan gelombang mikro sebagai salah satu cara
untuk mempercepat reaksinya. Produksi asam lemak
Peranan asam lemak sangat penting dalam
industri oleokimia. Sebagai produk intermediet,
Limbah minyak Goreng
asam lemak diolah menjadi berbagai macam
Minyak goreng yang ada di Indonesia
produk turunannya seperti yang terlihat pada
sebagaian besar berasal dari kelapa sawit.
Gambar 1.
Komposisi utama minyak sawit adalah asam
lemak jenuh dan tak jenuh, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi asam lemak Minyak kelapa sawit


(Khairat dan Herman, 2004)
Asam Lemak Komposisi
Miristat (C14:0) 1,1-2,5%
Palmitat (C16:0) 40-45%
Stearat (C18:0) 3,6-4,7%
Oleat (C18:1(9)) 39-45%
Linoleat (C18:2(9,12)) 7-11%
Laurat (C12:0) 46-52%

Setelah digunakan, minyak goreng tersebut


akan mengalami perubahan dan bila ditinjau dari
komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang
terjadi selama proses penggorengan. Perubahan
sifat ini menjadikan minyak goreng tersebut tidak Gambar 1. Bagan industri Oleokimia
layak lagi digunakan sebagai bahan makanan. Oleh
karena itu minyak goreng yang telah dipakai atau Penggunaan asam lemak dalam industri
minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi diantaranya adalah:
barang buangan atau limbah dari industri - Industri karet, sebagai softening dan
penggorengan (Rosita dan Widasari, 2009).
plastisizing agent
Perubahan fisik yang langsung dapat dilihat adalah
peningkatan kekentalan (viskositas), timbulnya - Industri lilin, mempermudah pelepasan lilin
busa, bau dan rasa tengik, secara kimia dapat dari cetakan dan meningkatkan kualitas lilin
dilihat dengan kenaikan bilangan penyabunan dan - Industri kosmetik dan sabun, sebagai pewangi
komposisi asam lemak didalamnya (chhtre, dkk., dan penghasil busa sabun
2008). - Sebagai bahan baku surfaktan anionik
Limbah minyak goreng sebagian besar berasal - Sebagai emulsifier pada pembersih rumah
dari industri makanan yang menggunakan proses
tangga
penggorengan, restoran cepat saji, rumah makan
dan rumah tangga. Dari data statistik diperoleh - Menhasilkan ester asam lemak yang berfungsi
konsumsi minyak goreng Indonesia pada tahun sebagai bahan campuran pada industri tekstil
2010 sebesar 3,2 ton, jika 50 % minyak goreng
46
Studi hidrolisa Minyak Goreng Bekas secara Enzimatis Aktivasi ... (I. Riwayati)

dan obat-obatan serta dapat dipergunakan diantaranya hanya bekerja pada substrat dan
sebagai biodiesel menghasilkan produk tertentu, kecepatan reaksi
- Dalam bentuk fatty nitrogen dapat mengubah tinggi, tidak beracun, biodegradable, dapat
diproduksi di laboratorium serta bekerja pada pH,
limbah unbiodegradabel menjadi
suhu dan tekanan ambien. Lipase merupakan
biodegradable. enzim yang dapat mengkatalis reaksi hidrolisa
- Dapat digunakan sebagai pelumas ester pada media berair serta reaksi
esterifikasi/transesterifikasi di dalam media
Produksi asam lemak secara garis besar adalah organik (Saifuddin dan Raziah, 2008).
dengan memecah trigliserida yang ada di dalam Lipase dapat dihasilkan dari beberapa
minyak menjadi asam lemak dan gliserol melalui mikroorganisme dan organisme yang lebih tinggi
reaksi sebagai berikut (Gervajio,2005): lainnya seperti eukariot. Mikroorganisme
penghasil enzym adalah bakteri, fungi, yeast, dan
actinomycetes. Fungi merupakan sumber lipase
terbaik untuk digunakan dalam industri (Rajesh
Trigliserida air asam lemak gliserol dkk., 2010).
Jenis bakteri penghasil lipase yang telah
Proses pembentukan asam lemak dapat dibagi diinvestigasi untuk dikomersialkan adalah
menjadi 4, yaitu: Staphylococcus spp. dan Pseudomonas spp.,
1. Proses Twitchell sedangkan dari kelas fungi adalah Aspergillus
Proses ini rendah biaya investasi serta spp., Candida spp. dan Rhizopus spp. (Gosh dkk,
sederhana dalam operasi dan instalasi tetapi 1996). Investigasi lain yang telah dilakukan pada
tinggi konsumsi energi dan kualitas bakteri penghasil lipase (Bacillus subtilis)
produknya rendah. Pada proses ini menyatakan bahwa aktivitas maksimum enzim
menggunakan reagen twittchell dan asam extraseluler yang diperoleh sebesar 4,5 U g/ds (unit
sulfat sebagai katalis. per gram of dry fermented substrate) setelah 48
2. Proses batch autoclave jam fermentasi. Substrat yang digunakan coconut
Menggunakan katalis seng, magnesium atau oil cake dengan kandungan air 70 % dan pada
kalsium oksida. Prosesnya berlangsung kondisi pH 8 (singh, dkk., 2010 dan chaturvedi,
selama 6-10 jam, dengan warna asam lemak dkk., 2010). Study yang dilakukan pada
yang lebih cerah. Penicillium aurantiogriseum mendapatkan yield
3. Proses kontinyu aktivitas lipolitik tertinggi sebesar 25 U/ml, setelah
Proses ini disebut juga proses Colgate-emery 48 jam fermentasi pada suhu 29 0 C dengan
dan merupakan proses yang paling efisien saat menggunakan minyak zaitun sebesar 1 % sebagai
ini. Reaksi hidrolisis berlangsung kontinyu sumber C pada medium (Lima, dkk., 2003).
pada suhu dan tekanan tinggi serta waktu Sementara Trichoderma reseei menghasilkan yield
yang singkat. maksimum sebesar 4,23 U/ml setelah 96 jam
4. Proses enzimatis menggunakan submerged fermentation pada media
Reaksi hidrolisis terjadi dengan bantuan minyak zaitun 5 % dengan pH 5 pada suhu 30 0C
enzim lipolitik. Proses ini membutuhkan biaya (Rajesh, dkk., 2010). Aspergillus niger mempunyai
yang tinggi karena harga enzim yang aktivitas tertinggi sebesar 42,22 u/ml dengan
dipergunakan serta waktu reaksi yang lama. jumlah mikroorganisme sebesar 50% substrat,
Sebagai contoh dalam penelitian enzim lipase menggunakan media substrat onggok dan waktu
dari candida rugoza, Aspergillus niger dan fermentasi selama 4 hari (Maryanty, dkk., 2010).
Rhizopus arrhizus dapat menghidrolisa lemak Teknologi microwave menggunakan
dan minyak pada range suhu 26-46 0 C gelombang elektromagnet yang mempunyai
membutuhkan waktu 48-72 jam dengan frekuensi antara 0,3 sampai dengan 300 GHz..
konversi 98 % (Gervajio, 2005). Mekanisme pemanasan pada microwave melalui
dua cara yaitu: polarisasi dipolar dan konduksi
Hidrolisa enzimatis dengan Gelombang Mikro ionic. Dibandingkan dengan pemanasan
Enzim atau biokatalis merupakan biomolekul konvensional, microwave membangkitkan panas
yang bekerja pada substrat khusus dan dari dalam bahan yang dipanaskan yang
mengubahnya menjadi produk. Kelebihan katalis menyebabkan waktu pemanasan yang lebih cepat
ini dibandingkan dengan katalis anorganik (Li, dkk., 2010). Meskipun begitu, pengaruh
47
Momentum, Vol. 7, No. 2, Oktober 2011: 45 - 50

gelombang mikro terhadap kecepatan reaksi bukan


karena efek termal. Hal ini dapat dipahami bahwa
energi dari foton microwave ( 1 J/mol) tidak
cukup untuk memutuskan ikatan kimia (berkisar
>300 J/mol), walaupun ikatan hidrogen
mempunyai energi sebesar puluhan J/mol. Hal ini
yang menimbulkan pemikiran tentang konsep efek
non termal yang disebut juga efek khusus
microwave. Beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan berkenaan dengan microwave
diantaranya adalah reaksi kimia tertentu dapat
dipercepat dari beberapa jam menjadi beberapa
menit, efek reaksi pada alkohol, menghasilkan
membran zeolit dengan morfologi, orientasi dan
komposisi yang berbeda. Ini berhubungan dengan
pengaruh khusus microwave yang disebut sebagai
aktivasi selektif (Saifuddin, dkk., 2011).
Pengaruh microwave terhadap reaksi
enzimatis juga termasuk efek khusus, karena efek
termal berlebih dapat mengganggu kerja enzim.
Reaksi hidrolisis enzimatis rapeseed meal dengan
pretreatmen microwave menghasilkan derajat
hidrolisa sebesar 12,57% pada kondisi optimum.
Waktu optimum yang diperoleh pada perlakuan ini
adalah 7 menit, sedangkan jika tidak dibantu
dengan microwave membutuhkan waktu 4 jam.
Kondisi optimum hidrolisis rapeseed meal dengan
pretreatmen microwave dapat dilihat pada gambar
2 (Li, dkk., 2010).
Radiasi gelombang mikro dapat menaikan Gambar 2. Optimasi kondisi pretreatmen hidrolisa
kecepatan reaksi enzimatis lipase menjadi 1,6 kali, rapeseed meal dengan variasi suhu (A), tingkat power
serta menjadi 5,4 kali jika disertai dengan pH microwave (B) dan waktu pretreatmen (C)
tuning dan TPP (three phase partitioning)
(saifuddin dan raziah, 2008). Hal ini dapat dilihat
pada gambar 3.
Enzim lipase merupakan enzim yang
bekerja pada substrat lemak dan minyak,
menghidrolisanya menjadi gliserol dan asam
lemak. Percobaan yang dilakukan dengan triolin
menunjukan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh
enzimlipase dari Aspergillus carneus untuk
menghidrolisa menjadi asam lemak adalah 24 jam.
Hidrolisa enzim lipase aktivasi microwave pada
kondisi rendah 10 (175 W, 38-40 0 C) serta kondisi
tinggi 100 (800 W, 90 0C) waktu yang dibutuhkan
untuk hidrolisa masing-masing 160 detik dan 75
Gambar 3. Initial rate enzim lipase candida rugosa,
detik. Sintesa bioester, biosurfaktan dan gliserida
tanpa perlakuan, dengan perlakuan pH tuning dan TPP,
dapat dilakukan dengan cepat dalam waktu 30 dengan perlakuan pH tuning, TPP serta radiasi
detik dengan atau tanpa solven pada kondisi radiasi microwave pada berbagai aktivitas air (aw)
microwave yang tinggi (800 W, 90 0C) (Saxena,
dkk., 2005).

48
Studi hidrolisa Minyak Goreng Bekas secara Enzimatis Aktivasi ... (I. Riwayati)

Kesimpulan Palm Olein-Derived Used Frying Oil to methyl


esters for Biodiesel, Journal of Oil Palm
Uraian diatas memberikan alternatif Research, Vol. 18, pp. 247-252.
peluang untuk memanfaatkan limbah minyak Li, J., F., Wei, F., Dong, X., Y., Guo, L., L., Yuan,
bekas yang apabila tidak dikelola dengan baik G., Y., Huang, F., H., Jiang, M., L., Zhao, Y.,
dapat menimbulkan masalah lingkungan karena D., Ming, G. And Chen, H., 2010, Microwave-
pencemaran. Disamping itu juga untuk assisted Approach for the Rapid Enzymatic
mengefisienkan hidrolisa dengan mempercepat Digestion of Rapeseed Meal, Food Sci.
reaksinya dengan bantuan gelombang mikro Biotechnology, 19(2), pp. 463-469.
memberikan proses yang lebih cepat, bersih dan Lima, V., M., G., Krieger, N., Inez, M., Mitchell,
ramah lingkungan. D., A., Ramos, L., P. And Fontana, J., D., 2003,
Effect of Nitrogen and Carbon Sources on
Daftar Pustaka Lipase Production by Penicillium
aurantiogriseum, Food Technology and
Chaturvedi, M., Singh., M., Chugh, M., Rishi, R.,
Biotechnology, 41 (2), pp. 105-110.
and Kumar., R., 2010, Isolation of Lipase
Maryanty, Y., Pristianti, H., dan Ruliawati, P.,
Producing Bacteria from Oil Contaminated Soil
2010, Produksi Crude Lipase dari Aspergillus
for the Production of Lipase by Solid State
niger pada Substrat Onggok Menggunakan
Fermentation using Coconut Oil Cake,
Metode Fermentasi Fasa Padat, Prosiding
International Journal of Biotechnology and
Seminar Rekayasa Kimia dan proses, ISSN
Biochemistry, ISSN 0973-2691 Volume 6 No.
1411-4216, B-12-1.
4, pp. 585-594.
Rajesh, E., M., Arthe, R., Rajendran, R.,
Chhetri, A., B., Watts, K., C., and Islam, M., R.,
Balakumar, C., Pradeepa, N. And Anita, S.,
2008, Waste Cooking Oil as an Alternate
2010, Investigation of Lipase Production by
Feedstock for Biodiesel Production, Energies,
Trichoderma reseei and Optimization of
ISSN 1996-1073.
Production Parameters, Electronic Journal of
Gerjavio, G., C., 2005, Baleys Industrial Oil and
Environmental, Agriculture and Food
fat Product, Sixth Edition, John Wiley and sons
Chemistry, ISSN 1579-4377, pp. 1177-1189.
Inc.
Rosita, A., F. Dan Widasari W., A., 2009,
Ghosh, P. K., Saxena, R., K., Gupta, R., Yadav, R.
Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas
P.m and Davidson, S., 1996, Microbial lipases:
dari KFC dengan Menggunakan Adsorben
production and applications, Science Progress,
Karbon Aktif, Seminar Tugas akhir S1 Undip.
79 (2), pp. 119-157.
Rukmini, A., 2007, Regenerasi Minyak Goreng
Hasibuan, S., Maruf A., and Sahirman, 2009,
Bekas dengan arang Sekam Menekan
Biodiesel from Low Grade Used frying Oil
Kerusakan Organ Tubuh, Seminar Nasional
Using Esterification Transesterification
Teknologi 2007, ISSN 1978-9777.
Process, Makara, Sains, Vol. 13, No. 2, pp.
Saifuddin, N. And Raziah, A., Z., 2008,
105-110.
Enhancement of Lipase Enzym Activity in
Hermansyah, H., Wijanarko, A., Dianursanti,
Non-Aqueous Media through a Rapid Three
Gozan, M., Wulan, P., P., D., K., Arbianti, R.,
Phase Partitioning and Microwave Irradiation,
Soemantojo, R., W., Utami, T., S., Yuliusman,
E-Journal of Chemistry, ISSN 0973-4945, Vol.
Kubo, M., Shibasaki-Kitakawa, N. And
5 No. 4, pp. 864-871.
Yonemoto, T., 2007, Kinetic Model for
Saifuddin, N., Zhan, L., W. And Ning, K., X.,
Triglyceride Hydrolisis Using Lipase: Review,
2011, Heat-Modeling of Microwave Assisted
makara teknologi, Vol. 11 No. 1, pp. 30-35.
Epoxidation of Palm Acid Oil, American
Ketaren S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak
zJournal of Applied Sciences, ISSN 1546-9239,
dan lemak Pangan, Penerbit Universitas
Vol. 8(2), pp. 217-229.
Indonesia, Jakarta.
Saxena, R., K., Isar, J., Saran, S., Kaushik, R. And
Khairat dan Herman, S., 2004, Kinetika Reaksi
Davidson, W., S., 2005, Efficient microwave-
Hidrolisis Minyak Sawit dengan Katalisator
assisted hydrolysis of triolein and synthesis of
Asam Klorida, Jurnal Natur Indonesia, ISSN
bioester, biosurfactant and glycerides using
1410-9379, Vol. 6(2), pp. 118-121.
Aspergillus carneus lipase, Current Science,
Kheang, L., S., May, C., Y., Foon, C., S., Ngan,
Vol. 89 No. 6.
M., A., 2006, Recovery and Conversion of

49
Momentum, Vol. 7, No. 2, Oktober 2011: 45 - 50

Serri, N., A., Kamarudin, A., H., and Rahaman, S.,


N., A., 2008, Preliminary Studies for
Production of Fatty Acids from Hydrolysis of
Cooking Palm Oil Using C. rugosa Lipase,
Journal of Physical science, Vol. 19(1), pp. 79-
88.
Singh, M., Saurav, K., Srivastava, N. And
Kannabiran, K., 2010, Lipase Production by
Bacillus subtilis OCR-4 in Solid State
Fermentation Using Ground Nut Oil Cakes as
Substrate, Current Research Journal of
Biological Science, ISSN 2041-0778, pp. 241-
245.
Zhang, Y., Dube, M., A., MacLean D., D., Kates,
M., 2003, Biodiesel production from Waste
Cooking Oil: Process design and technological
asessment, Bioresource Technology 89, pp. 1-
16.

50

Anda mungkin juga menyukai