Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Sidoarjo mempunyai 18 kecamatan, 3 diantaranya sudah terdampak
semburan lumpur lapindo, yaitu Kecamatan Porong, Kecamatan Jabon dan Kecamatan
Tanggulangin. Kecamatan Tanggulangin yang berjarak sekitar 7 km dari Kecamatan
Porong yang menjadi pusat sumberan dari lumpur lapindo. Kecamatan Tanggulangin yang
mempunyai 19 desa yang 6 diantaranya sudah tenggelam oleh lumpur lapindo dan 13 desa
lainnya menjadi desa terdampak oleh lumpur lapindo. (news.detik.com)
Semburan lumpur lapindo sangat berpengaruh pada infrastruktur pada Kecamatan
Tanggulangin, selain itu kondisi lingkungan menjadi buruk, serta berpengaruh pada
rusaknya lahan pertanian, perubahan struktur geologi bawah tanah, dan tentunya sangat
berpengaruh pada kualitas dari sumber-sumber air yang berasal dari sumur yang biasa
digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Air tanah yaitu air
yang terdapat di dalam lapisan tanah yang berasal dari air hujan, ataupun sumber lainnya
yang masuk ke dalam tanah dengan bantuan gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi
menyebabkan aliran selalu menuju ketempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler
menyebabkan air bergerak ke segala arah. (Triadmodjo, 2006)
Bedasarkan analisa di laboratorium, air tanah di Kecamaan Tanggulangin telah
tercemar oleh yang ditunjukkan oleh tingginya nilai BOD, COD, fenol, dan H2S. Hampir
seluruh sampel air tanah pada paneliian nilainya berada diatas baku mutu air minum
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 82 Tahun 2001 mengenai kualitas air dan
pengendlalian pencemanaran air kelas I. Selain fisik air tanah, pada desa Kendensari
Kecamatan Tanggulangin juga berbausemenjak munculny asumberan lumpur lapindo.
Apabila dilihat secara fisik dankimia, air tanah tersebut sudah tidak dapat digunakan
sebagai baku mutu air minum, dan apabila masih digunakan sebagai sumber air minum
akan memahayakan bagi tubuh. (Reza Fauziyah, Sudarmaji, 2017)
Untuk mengetahui kemungkinan sebaran perncemaran air tanah yang dipengaruhi
oleh semburan lumpur, maka perlu adanya penelitian pola aliran air tanah untuk
mengetahui kemungkinan pencemaran air tanah yang akan terjadi di daerah-daerah
terdampak lumpur lapindo.
Untuk mendapatkan pola aliran air tanah terdapat beberapa cara yang bisa digunakan,
salah satunya adalah dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi
Geografis mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisan dan akhirnya memetakan hasilnya.
Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang
berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu
sebagai referensinya. Sehingga SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi,
kondisi, pola dan permodelan. Kemampuan inilah yang membedakan dengan sistem
informasi lainnya. (Bappeda NTB, 2015)
Adapun penelitian sebelumnya yang telah dilakukan mengenai pola aliran air tanah
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kawasan Borobudur yang dilakukan
untuk mencegah dan menghindari rusaknya struktur candi yang diakibatan oleh air tanah
(Dian Ekarini,2017). Selain itu pemanfaatan Sistem Informasi Geografis juga dilakukan
pada penelitian pola aliran di Kota Pekanbaru, penelitian ini dilakukan untuk menduga pola
aliran di Kecamatan Tampan yang sedang dalam pembangunan di Kota Pekanbaru. Di
Kecamatan ini banyak terdapat pembangunan perumahan perkantoran, pusat perbelanjaan
dan lain sebagainya. . (Saldanela, Sigit Sutikno, Andy Hendri, 2017). Oleh karena itu pada
penelitian ini digunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis yang menggabungkan
antara data vektor/raster, data peta analog, data pengindraan jarak jauh dan data hasil
survey di lapangan yang menghasilkan pola aliran air tanah.
1.2. Identifikasi Masalah
Adanya bencana semburan lumpur lapindo pada tahun 2006 memberi dampak besar
pada kehidupan penduduk Kabupaten Sidoarjo. Lokasi sumberan lumpur berada pada
Kecamatan Porong yang berjarak 12 km dari pusat kota Sidoarjo. Akibat semburan lumpur
lapindo beberapa desa di 3 Kecamatan terendam dan terdampak lumpur. Salah satunya
pada Kecamatan Tangguangin yang berjarak kurang lebih 7 km dari semburan lumpur,
terdapat 19 desa didalamnya dan 6 desa sudah terendam lumpur. (wikipedia.org)
Semburan lumpur lapindo sangat berpengaruh kondisi lingkungan, serta berpengaruh
pada rusaknya lahan pertanian, perubahan struktur geologi bawah tanah, dan tentunya
sangat berpengaruh pada kualitas dari sumber-sumber air yang berasal dari sumur bor yang
biasa digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Sehingga
dampak pencemaran pada air tanah sangat mungkin terjadi. Air tanah yang sudah tercemar
jika dibiarkan terus menerus akan menjalar ke wilayah-wilayah sekitarnya, oleh karena itu
penelitian yang diadakan di Kecamatan Tanggulangin ini dilakukan untuk mengetahui
pola aliran air tanah pada beberapa desa di wilayah terdampak dengan mengambil sampel
sumur-sumur warga disekitar semburan lumpur sehingga dapat diketahui kemungkinan
pencemaran air tanah dikarenakan semburan lumpur yang semakin lama semakin
menyebar.

1.3. Rumusan Penelitian


1. Berapakah kedalaman muka air tanah di lokasi penelitian?
2. Bagaimanakah kontur muka air tanah di lokasi peneltian yang dirancang dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)?
3. Bagaimanakah pola aliran air tanah di lokasi penelitian yang diduga berdasarkan
pemanfaatan apllikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)?

1.4. Batasan Penelitian


1. Penelitian ini dilakukan pada daerah yang terdampak lumpur yaitu Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang tidak termasuk desa-desa yang sudah
tenggelam lumpur Sidoarjo.
2. Penelitian ini dilakukan pada saat musim penghujan yaitu Bulan November.

1.5. Tujuan
1. Mengetahui berapa kedalaman muka air tanah di lokasi penelitian
2. Mengetahui hasil kontur muka air tanah di lokasi peneltian yang dirancang dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)
3. Mengetahui pola aliran air tanah di lokasi penelitian yang diduga berdasarkan
pemanfaatan apllikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)
1.6. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang prediksi arah
pencemaran air tanah kepada pihak-pihak yang membutuhkan data tentang pola aliran air
tanah di sekitar kawasan seburan lumpur lapindo.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Muka Air Tanah


2.2. Peta Kontur
2.2.1. Pemetaan dengan ArcGIS
2.2.2. Garis Kontur
2.2.3. Benuk Kontur
2.3. Pola Arah Aliran Air Tanah
2.3.1. Pola Aliran
2.3.2. Air Tanah
2.3.3. Definisi SIG
2.3.4. Komponen SIG
2.3.5. Cara Kerja SIG
2.3.8. Keluaran Data
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Daerah Studi


Lokasi studi berada pada Kabupaten Sidoarjo yang mempunyai luas daerah 719,63
km2 yang terletak antara 112 5 dan 112 9 Bujur Timur dan antara 7 3 adn 7 5 Lintang
Selatan (id.wikipedia.org). Lokasi studi tepatnya pada Kecamatan Tanggulangin yang
memiliki 19 desa, diantaranya terdapat 6 desa yang sudah terendam lumpur lapindo.
Kecamatan Tanggulangin ini berjarak sekitar 7 km dari lokasi semburan lumpur yang
terdapat di Kecamatan Porong. Kecamatan Tanggulangin berbatasan pada:
Sebelah utara : Kecamatan Porong
Sebelah selatan : Kecamatan Candi
Sebelah barat : Kecamatan Tulangan

PETA ADMINISTRASI
KECAMATAN TANGGULANGIN
KABUPATEN SIDOARJO

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian berada pada Kabupaten Sidoarjo Gambar 3.2. Lokasi Penelitian tepatnya berada pada Kecamatan Tanggulangin
Sumber: blog.ub.ac.id Sumber: blog.ub.ac.id
Gambar 3.2. Peta Genangan Lokasi Lumpur Tahun 2006
Sumber: http://arriqofauqi.blogspot.co.id/2014/08/kupas-tuntas-lapindo-brantas.html

3.2. Data Penelitian dan Peralatan


Data yang diperlukan dalam penelitian ini beserta sumber yaitu:
1. Data koordinat x dan y lokasi sumur.
Data ini diperoleh dari hasil survey sumur-sumur penduduk, dan digunakan untuk
memetakan lokasi sumur.
2. Data elevasi permukaan tanah.
Data ini diperoleh dari hasil survey sumur-sumur penduduk, dan digunakan untuk
menghitung elevasi muka air tanah.
3. Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo
Peta ini diakses dari blog.ub.ac.id dan digunakan untuk mengetahui batas wilayah
kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
4. Peta Google Street Kabupaten Sidoarjo
Peta Google Street Kabupaten Sidoarjo diakses dengan Google Street pada Google
Maps, dan digunakan untuk mengetahui nama jalan sehingga memudahakan pada saat
survey berlangsung.
5. Peta RBI Kabupaten Sidoarjo
Peta ini didapat dari BAKOSURTANAL 2003, dan digunakan untuk mengetahui
elevasi tanah pada daerah penelitian.

Peralatan yang dibutuhkan pada saat penelitian meliputi:

1. Rollmeter, yang digunakan untuk membantu pengukuran pada saat survey.


2. GPS, yang digunakan untuk mendapatkan koordinat x dan y lokasi sumur.
3. Kamera Digital, yang digunakan untuk mendokumentasikan saat survey berlangsung.
4. Paket program ArcGis 10.2.2, yang digunakan untuk memproses data-data yang
didapatkan sehingga menjadi pola aliran air tanah.

3.3. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Survey
a. Sumur-sumur yang akan disurvey sebanyak 10 sumur setiap desa dengan sebaran
merata. Di wilayah Kecamatan Tanggulangin sendiri asal mula terdapat 19 desa yang
kemudian menjadi 13 desa karena diantaranya tenggelam dan menjadi wilayah
terdampak yang diharuskan penduduk pindah di wilayah yang lain, sehingga total sumur
yang akan disurvey sebanyak 130 sumur yang tersebar merata di wilayah kecamatan
tersebut.
b. Penentuan elevasi muka tanah dan koordinat dari tiap sumur yang diamati dilakukan
dengan menggunakan alat meteran.
c. Penentuan elevasi muka air tanah dihitung berdasarkan persamaan (Amah1, M. A.
Agbebia):
El. m.a = El. m.t + h - SWL
dimana:

El. m.a = Elevasi muka air


El. m. t = Elevasi muka tanah
h = Ketinggian Sumur (m)
SWL = Ketinggian Air Sumur (m)

2. Rekapitulasi Data Hasil Suvey


a. Data-data yang sudah didapat dari hasil survei lalu direkap dalam sebuah tabel. Data-
data tersebut meliputi data lokasi sumur, koordinat, elevasi muka tanah (El.m.t),
ketinggian sumur, kedalaman air pada sumur (SWL), dan elevasi muka air tanah yang
sudah didapat dari penjumlahan antara elevasi muka tanah dan tinggi sumur dan
dikurangi dengan kedalaman air pada sumur.
b. Contoh tampilan hasil rekapitulasi data yaitu sebagai berikut:
Koordinat El. Muka Ketinggian Ketinggian El. Muka
Tanggal Lokasi
No Gambar tanah Sumur (h) Air Sumur air tanah
Survei Sumur x y
(El. m.t) (m) (SWL) (m) (El. m.a)
1.
2.
3.
...
N

3. Memetakan Sebaran Sample Penelitian

Memetakan sebaran sumur-sumur penduduk dari hasil survey yaitu dengan cara:

a. Input data-data koordinat sumur (x,y) dan elevasi muka tanah (z)

b. Buka Arcmap
c. Klik File Klik Add data Klik Add X, Y data
d. Klik browser Klik dua kali file excel yg isi nya koordinat Pilih sheet yang ada
data koodinat Klik OK
e. Klik kanan layers Klik Data Export Data Pilih lokasi file yang akan disimpan -
OK

f. Matikan layers yg lama

g. Klik kanan layers Open attribute (cek X,Y dan Z), maka pemetaan titik sumur akan
mucul
4. Menyusun Peta Kontur Muka Air Tanah
Setelah pemetaan ssebaran sample selesai, dilakukan penyusunan peta kontur muka
air tanah pada ArcGis dengan cara:
a. Memunculkan Arc Toolbox
b. Klik 3D analyst Tool Klik Raster Interpolation Klik Topo to Raster input future
data Fild ganti deng Z - Type ganti Point Elevation - pilih tempat simpanan klik
OK

c. Setelah di raster dan muncul kontur warna warni (raster), klik arc tool box raster
surface contur
d. Masukkan input raster pilih tempat menyimpan masukkan interval kontur klik OK
Kontur sudah jadi
dengan interval 2 m

e. Matikan kontur yang Raster (warna)


f. Klik kanan kontur Topo Properties Symbol ganti value file dengan Contur Klik
Add Value Klik OK
5. Merancang Peta Pola Aliran Airtanah
Setelah didapat kontur muka air tanah, maka langkah selanjutnya yaitu merancang pola
aliran pada daerah tersebut. Langkah-langkah membuat pola aliran yaitu:

a. Algoritma penelusuran aliran (flow routing).


Penetuan arah aliran antar pixel menurut algoritma ini dilakukan dengan
membandingkan relatif satu pixel terhadap 8 pixel disekelilingnya. Selanjutnya arah
aliran ditentukan dari kemiringan tercuram terhadap pixel sekelilingnya. Langkah
menentukan arah aliran di ArcGIS:
Toolbar - Spatial Analyst Tool Hidrology - Flow Direction
b. Menentukan Akumulasi Aliran Air
Langkah ini adalah merupakan lokasi dimana beberapa arah air bergabung menjadi
arah aliran baru. File ini berupa raster yang berisikan pixel hasil konversi dai proses
arah aliran. Langkah proses menentukan akumulasi aliran air di ArcGIS yaitu:
Toolbar - Spatial Analyst Tool Hidrology - Flow Accumulation
3.4. Diagram Alir

Mulai

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Sumur pada Lokasi Terdampak

Survei Sumur (Pengumpulan Data)

Data Primer: Data Sekunder:

Koordinat x dan y lokasi sumur Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo


Elevasi muka air tanah terhadap Peta Google Street Kabupaten
muka tanah asli. Sidoarjo
Ketinggian Sumur Peta RBI Digital Kabupaten Sidoarjo
Ketinggian Air Sumur

Rekapitulasi Data Hasil Suvey

Memetakan Sebaran Sample Penlitian

Menyusun Peta Kontur Muka Air Tanah dengan menggunakan ArcGIS

Merancang Pola Aliran Air Tanah menggunakan ArcGIS

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai