Anda di halaman 1dari 11

TEKNOLOGI DIGESTER & PRESS

Oleh Arie Malangyudo & Antonius Krisdwiarto

1. PELUMATAN BUAH (DIGESTING)

a. Karakteristik Buah

Masa brondolan rebus mengandung kelopak, spikelet dan sampah lainnya. Masa
brondolan ini disebut Mass Passing to Digester (MPD).diangkat dengan alat yang disebut
fruit elevator dan kemudian dimasukkan ke dalam digester.
Brondolan itu sendiri terdiri dari Mesocarp, cangkang dan inti. Mesocarp yang
mengandung minyak juga mengandung laurat. Oleh sebab itu pada proses pengolahan
selanjutnya kedua jenis ini perlu dipisahkan. Pemisahan awal dilakukan dengan
memisahkan mesocarp yang mengandung minyak.
Mesocarp memiliki tebal 2 8 mm tergantung pada jenis kelapa sawit, yang mengandung
sejumlah besar kantong-kantong minyak dan satu dengan yang lain terikat dan membuat
satu rangkaian serat yang keras dan panjang, diikat kuat oleh semen Intraselluler. Semen
Intraselluler tersebut adalah pectin yang berperan mengikat satu sel dengan sel lain
Pectin tidak larut dalam air dingin. Serat mesocarp memiliki panjang + 40 mm dalam
buah besar dengan diameter 80 350 um . Rata-rata panjang serat 25 mm dengan
diameter 250 um Pectin tersebut akan berubah menjadi pectin bebas pada saat buah
telah memasuki proses pematangan dan pectin yang berubah meningkat hingga 4% dari
non oily solid (NOS)..Pada buah yang masak pectin sangat larut dalam air panas, hal ini
menunjukkan adanya perobahan titik larut dan dalam waktu yang lama akan terjadi
pemecahan kantong minyak dan serat-serat serta semen.
Kantong minyak berbentuk kotak namun kadang-kadang tidak mempunyai bentuk
langsung berbatasan dengan sel cytoplasma yang bergabung dengan minyak dalam sel.
Sel ini berukuran sangat kecil sekitar 0,6 0,8 um dan bersifat elastik.
Buah yang telah direbus mengandung air < 40%, namun jika kontaminasi kelopak > 2%
maka hal ini menunjukkan masih adanya kandungan kadar air yang tinggi dan jelas akan
mempengaruhi perlakuan selanjutnya.

b. Digester

Alat ini sering disebut ketel pengaduk yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan
lengan pengaduk, tangkai pelumat dan pemanas untuk mempersiapkan masa brondolan
agar lebih mudah di-pres oleh Screw Sress.
Digester dilengkapi dengan Lengan Pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah
sehingga terjadi pelepasan mesocarp dan biji sambil pemecahan kantong-kantong
minyak. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak. Digester yang terlalu
penuh akan memperlama proses pengadukan, namun dengan tekanan berlawanan dari
dasar ketel yang kuat akan menyebabkan perajangan menjadi sempurna. Ketinggian masa
brondolan dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar Digester semakin tinggi
dan tahanan terhadap pisau semakin tinggi, sehingga pemecahan kantong minyak dan
pemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna.

c. Lengan Pengaduk

Lengan pengaduk bertujuan untuk :

1. Mencegah terjadi penumpukan dalam Digester sehingga lebih mudah bergerak terutama
ke dalam alat kempa.
2. Memindahkan panas dari mantel, yakni mengatur agar adonan bergantian dalam
mengabsorosi panas.
3. Untuk melumatkan buah sehingga lebih mudah dikempa di Screw Press, dan kehilangan
minyak yang terjadi semakin kecil.
4. Mengeluarkan minyak yang dipermukaan sel yang pecah.

Dalam pengadukan perlu diperhatikan beberapa faktor yakni :

1. Frekuensi pengadukan yang lebih tinggi akan menyebabkan kurang memberikan nilai
positif, karena terjadi pembuangan energi.
2. Jumlah lengan pengaduk yang lebih banyak akan menyebabkan pelumatan yang
berlebihan sehingga terjadi penggenangan minyak di dasar Screw Press tentu ini akan
memperkecil gaya gesekan buah dengan pisau dan penambahan jumlah pasangan lengan
,menambah bearing dan kurang ekonomis. Jumlah lengan yang sesuai ialah 4 pasang
dengan kedudukan berselang antara 1 pasang dengan pasangan berikutnya.
3. Bentuk lengan dibuat sedemikian rupa yaitu dapat mengangkat dan menekan buah
dengan cara menyapu. Lengan pengaduk mudah mengalami korosi oleh asam, maka
pisau dibuat dari bahan mangan silikon.
4. Berdasarkan hasil percobaan bahwa putaran yang lebih tinggi akan menyebabkan
genangan minyak dalam alat yang akan mempersulit pengadukan dan juga sama halnya
dengan jumlah lengan yang diperbanyak, oleh sebab itu dianjurkan agar putaran yang
ideal ialah 26 rpm.

d. Kapasitas Digester

Ukuran digester yang dipilih harus dapat melayani kapasitas olah alat selanjutnya dengan
kualitas adonan sesuai dengan kebutuhan alat kempa. Masa aduk untuk kebutuhan
Hydraulic Screw Press mencapai 60 menit oleh sebab itu diperlukan Digester yang
masa aduknya 60 menit, sedangkan untuk kebutuhan screw press cukup 30 menit. Pada
hydraulic screw press dibutuhkan ukuran bejana Digester setinggi 2,86 M dengan
diameter 1,14 M dengan isi 2520 liter. Jika terisi hanya 60% dengan kerapatan massa
1060 kg/M, maka dapat mengolah :

1060 [ 2520 x 60 ]
1000x 100 = 3,75 ton TBS

Digester berperan mensuplai masa brondolan yang telah lumat kepada Screw Press P10
yang berarti dapat menghasilkan adonan 6 ton/jam. Karena screw press juga berperan
dalam perajangan maka waktu rajang 30 menit berarti selama 30 menit menghasilkan 3
ton adonan, maka dibutuhkan alat yang berukuran diameter 1 M dengan tinggi :

3000 kg
1,060 kg x 0,52 = 3, 60 Min.

atau tinggi 2,50 dengan diameter 1,2 M.

Kadang-kadang ada orang merancang pemakaian Digester untuk kapasitas 10 ton TBS
yang digunakan untuk melayani Screw Press dengan kapasitas 15 ton TBS, maka yang
terjadi ialah masa pengadukan dipersingkat dari 30 menit menjadi 20 menit (= 30 x 10 ) /
15.

Penggunaan Digester harus disesuaikan dengan kapasitas Screw Press agar tidak terjadi
perobahan masa aduk, yang dapat menurunkan efisiensi ekstraksi atau tingkat kehilangan
minyak dalam ampas. Untuk memperlama proses pelumatan maka dianjurkan agar
volume Digester terisi penuh, apabila tidak terisi penuh buah tidak terajang dengan
sempurna dan dapat menyebabkan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi.
Pengisian yang tidak sempurna sering terjadi pada saat awal pengoperasian pabrik, hal ini
dipaksakan akibat kekurangan persediaan bahan bakar. Dalam keadaan yang demikian
efisiensi pengutipan minyak umumnya sangat rendah.

e. Pemanasan

Digester dilengkapi dengan sistim pemanasan mantel (Steam Jacket), yang berguna
untuk mempertahankan dan menaikkan suhu adonan dalam ketel dengan cara injeksi uap
kedalam mantel. Suhu adonan yang dikehendaki adalah 90C dengan alasan bahwa pada
suhu tersebut minyak sudah mencair dan mudah keluar dari kantong-kantong minyak,
sedangkan yang masih berbentuk Emulsi akan pecah menjadi minyak dan cairan lainnya,
dan kerusakan minyak seperti oksidasi dan hidrolisa relatif belum terjadi.
Semakin tinggi suhu Digester maka perajangan semakin baik dan akan memperingan
daya kerja Screw Press, dan akan mengurangi biji pecah. Oleh sebab itu suhu digester
perlu dipertahankan pada standar yang telah ditetapkan.
Umumnya Digester dipanasi dengan menggunakan uap yang bertekanan 3 kg/cm, dan
pada beberapa pabrik diberikan uap langsung. Pemakaian tekanan 3 kg/cm dalam jacket
mantel dapat menyebabkan pemanasan yang berlebihan terhadap buah yang kontak
dengan dinding bejana, oleh sebab itu perlu diturunkan tekanan pada mantel yaitu 2 kg/
cm atau setara dengan suhu 132,9C.
Pada beberapa pabrik juga dirancang dengan menggunakan uap langsung ke dalam
bejana. Penggunaan uap langsung dalam bejana Digester dapat berpengaruh negatif
sepert berikut :

a. Menambah jumlah air yang terkandung dalam adonan yang dapat menurunkan daya
gesekan antara pisau dengan adonan.
b. Menurunkan tekanan uap pada Boiler. Hal ini akan menurunkan kebutuhan uap pada
turbin uap.
c. Menyebabkan kerusakan mutu yakni pemanasan yang berlebihan yang merangsang
terjadinya proses oksidasi minyak dan akan menurunkan derajat pemucatan yang dikenal
dengan penurunan DOBI.
d. Menyebabkan kegosongan pada inti sehingga lebih 50% produksi inti berwarna coklat
yang tidak disukai oleh konsumen. Biji yang gosong umumnya sulit dipecah dalam
Cracker dan walaupun pecah inti masih melekat pada cangkang.
Oleh sebab itu upaya penggunaan uap langsung pada bejana Digester sebaiknya
dihindarkan. Lama pemanasan yang terbaik adalah 30 menit, tergantung dari kecepatan
mencapai suhu 90C.

f. Pengeluaran Minyak

Seperti telah diutarakan diatas, bahwa minyak yang terdapat dalam adonan Digester akan
menurunkan efisiensi pengadukan, oleh karena itu, minyak tersebut harus dipisahkan
dengan cara mengalirkannya keluar ketel. Jika minyak tidak dipisahkan, maka minyak
akan masuk ke dalam screw press dan akan menurunkan kapasitas olah alat.
Pemisahan minyak dilakukan dengan membuat lobang di dasar bejana yang dihubungkan
dengan pipa. Minyak ini kurang mengandung Non Oily Solid (NOS), dan akan ikut
membantu menurunkan Losses dalam serat atau biji yang keluar dari Screw Press,.
Dengan pemisahan minyak tersebut, maka jumlah biji yang pecah di dalam Screw Press
dapat menurun dan efisiensi penekanan dalam Screw Press dapat meningkat yaitu
bertambah besarnya ratio perbandingan biji terhadap adonan. Karena semakin tinggi ratio
biji terhadap adonan maka berarti daya ekstraksi minyak lebih baik.
1. EKSTRAKSI MINYAK

4.1 Umum

Adonan yang keluar dari Digester dilanjutkan pengolahannya pada alat Press. Ekstraksi
minyak sawit dapat dilakukan secara mekanis dengan alat yang disebut Press atau dengan
cara menggunakan pelarut yang disebut Solvent Extraction atau Ekstraksi Pelarut.
Penerapan Solvent Extraction menghasilkan rendemen minyak yang tinggi akan tetapi
minyak akan mengandung zat warna seperti Chlorophyl, Xanthophyl dan zat warna
lainnya, yang sulit dihilangkan dalam proses pemucatan, maka minyak tersebut kurang
sesuai dengan kebutuhan industri pengolah minyak. Juga dalam proses pengolahan terjadi
kehilangan bahan pelarut yang tinggi dan kalau diterapkan masih dianggap kurang
ekonomis. Oleh sebab itu yang dikembangkan adalah ekstraksi minyak secara mekanik
yang disebut dengan Press.

4.2 Press

Minyak yang terdapat dalam adonan dikeluarkan dari masa adonan dengan cara gravitasi
seperti yang terjadi pada Digester, dapat dengan cara penge-press-an atau dengan
ekstraksi pelarut.
Ekstraksi dengan penge-press-an dipengaruhi oleh komposisi jenis buah yang di olah dan
komposisi jenis buah tersebut dapat dilihat pada ( Tabel 4.2 ). Semakin seragam jenis
buah Tenera (T) yang di olah, maka semakin tinggi persentase pericarp-nya. Komposisi
jenis buah dan Cake (ampas press) sangat berpengaruh terhadap proses penge-press-an,
dan inilah salah satu penyebab perubahan teknologi press pada pabrik kelapa sawit hanya
berevolusi karena hanya menyesuaikan terhadap variasi jenis buah yang diolah. Hasil
kerja alat press akanmenghasilkan perobahan komposisi dari Mesocarp dengan biji (
Tabel 4.3).

Tabel 4.2 Komposisi buah

Jenis Mesocarp Biji Ratio


(%) (%) Mesocarp : biji
D 40 60 0,66
DxT 60 40 1,50
TxT 65 35 1,86
DXP 75 25 3,00
T 80 20 4,00

Tabel 4.3. Komposisi ampas press

Jenis Serat Biji Serat


Ampas Ampas Biji
D 12 60 0,66
DxT 18 40 0,45
TxT 19,5 35 0,56
DXP 22,5 25 0,90
T 24 20 1,20

4.3 Hydraulic press

Alat Press atau Hydraulic Press untuk kelapa sawit jenis ini pertama kali diproduksi oleh
Stork Amsterdam dengan kapasitas 500 kg/jam. Alat ini bekerja dengan tekanan 70
kg/cm. Alat Press ini berbentuk vertikal yang terdiri dari tabung silinder dengan
diameter 54 cm,berarti sumbu tekanan harus mencapai :

x (54)
x (25)
x 70 kg/cm = 350

Tekanan yang diperlukan pada sumbu tenaga sangat besar oleh sebab itu kompressor
yang digunakan merupakan factor pembatas dalam pengoperasian alat Press jenis ini.
Disamping kapasitas sangat rendah dan memerlukan perawatan hydraulic yang lebih
intensif menyebabkan pemakaian alat ini tidak berkembang yang kemudian digantikan
dengan alat press yang praktis dengan kapasitas yang lebih tinggi seperti Screw Press.

4.4 Screw Press

Telah diterangkan bahwa semakin tinggi ratio antara mesocarp dengan biji maka efisiensi
hantaran gaya dalam pemerasan buah kurang sempurna, oleh sebab itu ekstraksi minyak
dengan hidraulik press tidak dapat diterapkan pada pabrik yang mengolah buah Tenera,
karena ratio antara mesocarp dengan biji terlalu tinggi. Cara tersebut dianggap kurang
ekonomis pada pabrik yang berkapasitas besar 30 ton TBS/jam sehingga dalam
perkembangan kelapa sawit yang menanam jenis Tenera perlu melakukan pembaharuan
dalam ekstraksi minyak yaitu menggunakan Screw Press.

Mekanisme penge-press-an ialah masuknya adonan kedalam Cylinder Press dan mengisi
Worm (ulir), volume setiap ruang ulir berbeda, semakin mengarah ke ujung sumbu screw
volume ulir semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak
terperas (5). Dan pada kenyataannya, hingga saat ini alat press yang banyak digunakan di
pabrik kelapa sawit adalah Screw Press. Hal ini disebabkan beberapa factor antara lain :

i. Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandingkan dengan
Hydraulic Press. Kapasitas olah Screw Press berkisar antara 5 15 ton TBS/jam.
ii. Karena kapasitas yang tinggi maka biaya operasi per ton TBS sangat rendah.
iii. Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit disbanding dengan Hydraulic
Press.
iv. Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah.
v. Cake Breaker Conveyor lebih mudah memecahkan gumpalan Cake yang keluar.

Namun terdapat juga beberapa kelemahannya antara lain :

i. Membutuhkan ongkos perawatan yang tinggi.


ii. Banyak biji yang pecah, terutama biji yang terdiri dari cangkang tipis.
iii. Minyak yang keluar dari Screw Press lebih banyak mengandung padatan yang terdiri
dari serat, pasir, dan Lumpur sehingga minyak yang keluar ke Oil Gutter lebih pekat, dan
akan membutuhkan air pengencer yang lebih banyak.
iv. Akibat penge-press-an dengan ulir yang juga mencincang dan mengaduk adonan, maka
seringkali minyak membentuk emulsi sehingga dalam air buangan yang keluar ke fat pit
masih mengandung minyak yang lebih tinggi.

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi ekstraksi.

a. Tipe screw press

Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine
de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga
kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan yang
masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk kedalam screw press
mempengaruhi volume ulir yang parallel dengan penekanan ampas, jika kosong maka
tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini
beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping
pengisian yang effektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah
sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena
kandungan minyak telah berkurang, yang sering mengganggu dalam pengepresan yaitu
membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan (Gambar 4.9).
Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan
yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang
lebih intensif.
Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat menggunakan feed screw dan
tanpa feed screw. Sedangkan Usine de Wecker tidak dilengkapi dengan feed screw.
Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press
yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih
tinggi dari single shaft (75).
b. Tekanan kerja Screw Press

Tekanan Berlawanan

Pengerak poros screw press dilakukan dengan electromotor yang dipindahkan dengan
belt, gigi dan hydroulic. Power dengan putaran sebesar 19-12 rpm untuk menggerakkan
alat screw. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tekanan tahanan lawan pada adjusting
cone. Tekanan pada Hydraulic Cone yang sesuai untuk Single Stage Pressing diberikan
tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada Double Pressing (Gambar 4.10)
menggunakan tekananpertama 30-35 bar dan pada pengepressan kedua diberi tekanan 40-
50 bar (65).
Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas, tekanan lawan dinaikkan dengan
mengatur Cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentase biji
pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan Screw Press, bahkan dapat
menyebabkan terbakarnya Electromotor .
Tekanan kerja Cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang
tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian
screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.
Kerusakan Cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki, dan
operasi alat Press dilakukan dengan pengaturan secara manual amper arus masuk pada
Panel Board, hal seperti ini harus dihindarkan karena sangat bertentangan dengan prinsip
kerja alat Continuous Pressing dan berakibat kerusakan yang cepat pada Electromotor.

Stabilitas Tekana

Tekanan yang terlalu bervariasi akan memberi pengaruh negatif terhadap proses penge-
press-an dan terhadap alat press itu sendiri. Penyetelan yang dilakukan pada Electromotor
dan Cone yang secara sendiri-sendiri akan sulitt mempertahankan tekanan stabil yang
diperlukan. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada Screw Press dapat
dilakukan dengan cara mengganti Gear drive dengan Hydraulic Transmissi sehingga
ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan variasi bahan baku
dapat diatur secara otomatis. Alat ini kini sudah banyak dikembangkan pada Screw Press.
Keuntungan dari alat ini ialah dapat mengatur sendiri tekanan tertinggi dan tekanan
terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran Screwnya sehingga Cake
yang berbeda dalam Cylinder Press dapat dikeluarkan.

Tujuan menstabilkan tekanan Alat Press adalah :

a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan ex Digester


masuk kedalam Screw Press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi
minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.
b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press maka
jumlah biji pecah semakin tinggi.
c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti Screw, Cylinder Press dan
Electromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan press maka dilakukan suatu sistem interlocking antara
power penggerak Screw dengan Hydraulic Cone. Dengan cara ini satu dengan lainnya
saling mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik karena variasi adonan maupun akibat
perobahan tegangan arus listrik.

c. Air Pengecer
Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake yang berada dalam alat
press dari atas bagian tengah dan atau di chute Screw Press. Jumlah air pengencer yang
diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu banyak
dapat berakibat terhadap :

a. Kandungan air Cake

Kandungan air Cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :

i. Pemecahan Cake yang lebih sulit dalam Cake Breaker Conveyor (CBC). Hal ini sering
menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.
ii. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang
dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi Boiler.
iii. Pemeraman biji yang berkadar air yang tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.

b. Penurunan kapasitas Screw Press akibat bertambahnya kandungan air dan kecepatan
gerak Cake dalam formasinya.

Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw
press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika
rendemen minyak 22% dengan kapasitas Screw Press 10 ton TBS/jam maka air yang
disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1 1,65 M.
Apabila suhu air yang terdapat pada Hot Water Tank tidak cukup panas, maka sering
dilakukan dengan pemberian steam langsung kedalam Screw Press. Cara ini tidak
dibenarkan, karena terjadi kerusakan mutu minyak yakni derajat Bleachability yang jelek
yang dapat diketahui dari nilai DOBI yang menurun (60). Oleh sebab itu disarankan agar
pemakaian uap langsung dihindarkan sedangkan kekurangan panas dapat diatasi dengan
melakukan pengawasan terhadap pemanasan air dalam Hot Water Tank.

Anda mungkin juga menyukai