Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MINERAL FELSIK

Disusun Oleh: Kelompok III

1. Yudi santoso (1101129) 4. Erwin (1001085)

2. Wahyuni Catur (1101179) 5. Tefanny (1101177)

3. Yunuar (1101138) 6. Lazahidi (1101167)

JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2012
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya dapat menyusun Tugas Makalah
Mineral Felsik ini sebagaimana mestinya. Tidak lupa salam serta shalawat kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta sahabatnya, karena tanpa adanya
rahmat dan syafaat dari Allah SWT dan Rasul-Nya, kita tidak akan pernah berada di
muka bumi ini. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesainya penulisan Makalah yang berjudul Mineral Felsik.

Penulis menyadari bahwa tugas kelompok yang dibuat ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar penulis dapat meningkatkan kualitas penulisan. Akhir
kata saya berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi yang memerlukan. Dan semoga
kita semua berada didalam lindungan-Nya dan selalu mendapatkan ridho Allah SWT.

Balikpapan, 18 Desember 2010


PEMBAHASAN

PENGERTIA MINERAL FELSIK

Mineral felsik, yaitu mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku
yang berwarna terang, dimana tersusun oleh unsure-unsur Al, Ca, dan K. Kata "felsic"
adalah istilah yang digunakan dalam geologi untuk merujuk mineral silikat , magma,
dan batuan yang diperkaya dalam unsur-unsur ringan seperti silikon, oksigen,
aluminium, natrium, dan kalium.

Mereka biasanya ringan dalam warna dan memiliki berat jenis kurang dari
3. Batu felsic yang paling umum adalah granit , tetapi yang lain termasuk kuarsa ,
muskovit , orthoclase , dan natrium kaya plagioklas feldspar . Dalam hal kimia, batu
felsic berada di sisi lain dari spektrum batu dari mafik batu.

Dalam penggunaan modern, batu asam istilah, meskipun kadang-kadang


digunakan sebagai sinonim, mengacu pada konten-silika tinggi (lebih dari 63% SiO 2
berat) batuan vulkanik , seperti riolit . Istilah ini digunakan secara lebih luas dalam
literatur geologi yang lebih tua. Hal ini dianggap kuno sekarang, karena istilah "asam"
dan "batu dasar" yang didasarkan pada ide yang salah, yang berasal dari abad ke-19,
bahwa asam silikat adalah bentuk kepala silikon terjadi dalam batuan.

Istilah "felsic" menggabungkan kata " fel dspar "dan" si lica ". Kesamaan dari
felsic istilah ke Fels kata Jerman, yang berarti "batu karang", dan felsig, yang berarti
"berbatu", adalah murni kecelakaan, seperti feldspar adalah pinjaman dari Feldspat
Jerman, yang berasal dari Jerman Feld, yang berarti "lapangan".

KLASIFIKASI BATU FELSIC

Agar batu harus diklasifikasikan sebagai felsic, umumnya perlu mengandung mineral
felsic lebih dari 75% yaitu kuarsa, ortoklas dan plagioklas. Rocks dengan lebih dari 90%
mineral felsic juga dapat disebut leucocratic, yang berarti 'cahaya berwarna'.
Felsite adalah petrologi istilah lapangan yang digunakan untuk merujuk sangat halus
atau aphanitic , berwarna terang vulkanik batuan yang mungkin kemudian dibebankan
setelah analisis mikroskopis atau kimia lebih rinci.

Dalam beberapa kasus, batuan vulkanik felsic mungkin berisi phenocrysts dari
mafik mineral, biasanya hornblende , piroksen atau mineral feldspar, dan mungkin
perlu dinamai mineral phenocryst mereka, seperti 'hornblende-bantalan felsite'.

Nama kimia dari batu felsic diberikan sesuai dengan klasifikasi TAS Le Maitre
(1975). Namun, ini hanya berlaku untuk batuan vulkanik.Jika batu itu dianalisis dan
ditemukan untuk menjadi felsic tetapi metamorf dan tidak memiliki gunung berapi
pasti protolith , mungkin cukup untuk hanya menyebutnya 'sekis felsic'. Ada contoh
diketahui sangat dicukur granit mana bisa salah untuk rhyolites.

Untuk phaneritic batu felsic, yang diagram QAPF harus digunakan, dan nama yang
diberikan sesuai dengan granit nomenklatur.Seringkali spesies mineral mafik termasuk
dalam nama, misalnya, hornblende-bantalan granit, piroksen tonalit atau augit
megacrystic monzonit , karena "granit" Istilah sudah menganggap konten dengan
felspar dan kuarsa.

Tekstur batuan sehingga menentukan nama dasar batu felsic.

Tekstur batuan Nama Rock Felsic


Pegmatitic Granit pegmatite
Kasar ( phaneritic ) Granit
Kasar dan porfiritik Porfiritik granit
Fine-grained ( aphanitic ) Rhyolite
Fine-grained dan porfiritik Porfiritik riolit
Pyroclastic Rhyolitic tuff atau breksi
Vesikuler Batu apung
Amigdaloidal Tak satupun
Vitreous (Glassy) Obsidian atau porcellanite
Untuk lebih spesifik pada batuan beku.
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari
batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut:
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe
batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan
kerak bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk
secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.50025.000C dan bersifat mobile (dapat
bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat
beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur,
dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas)
yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan


bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa
penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL.
Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowens Reaction Series.
Bowens Reaction Series

Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui


karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku.
Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari:

1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi Mineral
4. Pranala luar

1. Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-
mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan
oleh tiga hal yang penting, yaitu:

A. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian
lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.

B. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan


satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini
dapat dibedakan menjadi:
Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm.
Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm.
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan
mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik
dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat
dibedakan:
Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01 mm.
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar
antara 0,01 0,002 mm.
Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

C. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk
kristal, yaitu:

Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

Equidimensional atau Kubus, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama


panjang.
Tabular atau papan, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi yang lain.
Prismitik atau balok, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin


terdapat kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, yang tertanam di dalam
masadasar (groundmass). Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau
firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat
kristal besar (fenokris) yang tertanam di dalam masadasar kristal yang lebih halus.
Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukkan bagi batuan beku yang mempunyai
fenokris tertanam di dalam masadasar gelas. Karena tekstur holokristalin porfiritik dan
hipokristalin porfiritik secara mata telanjang dapat diidentifikasi maka kenampakan
tersebut dapat disebut bertekstur faneroporfiritik. Sebaliknya, apabila fenokrisnya
tertanam di dalam masadasar afanitik maka batuannya bertekstur porfiroafanitik. Tekstur
vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunnya secara dominan adalah gelas,
sedang kristalnya hanya sedikit (< 10 %).

Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik


panjang (lath-like), berarah relatif sejajar dan di antaranya terdapat butir-butir lebih kecil
daripada kristal olivin dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin,
berbutir sedang kasar ( : 1 30 mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik
(olivin, piroksen, amfibol) dan plagioklas basa. Tekstur granitik adalah tekstur
holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun oleh plagioklas asam, alkali felspar, dan
kuarsa. Tekstur pegmatitik adalah tekstur holokristalin kasar sangat kasar ( 5 mm),
tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Tekstur dioritik sebanding dengan tekstur
gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku menengah.

D. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk


batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka
equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang euhedral.
Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang subhedral.
Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang anhedral.
Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan
tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

2. Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan


lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya
dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:

Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen
lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya
gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah
yang teratur.
Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-
mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur


yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-
beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.

Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976)


batuan beku dibagi menjadi:

Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.


Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T.
Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive
disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:

Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya
adalah andesit.
Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:

Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.


Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:

Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Jenis-jenis batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit.


2. Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir
3. Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit

3. Komposisi Mineral

Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku


terdapat mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan
(accessory minerals) dan mineral sekunder (secondary minerals).

1. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan


magma, dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan
nama batuan beku.
2. Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat
pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya
tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini misalnya kromit,
magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral tambahan di
dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena
terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
3. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai
akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan
demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan
magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan
ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh
mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
4. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau
amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan
hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering
disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
5. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk
batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsure unsur Al, Ca,
K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga,yaitu felspar, felspatoid (foid)
dan kuarsa. Di dalam batuan,apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak
muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali
felspar dan plagioklas.
6. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsure
unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen,amfibol
(umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.

Pemerian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara


megaskopik sudah harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan
praktikum kristalografi-mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan
mineral pembentuk batuan, praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-
masing mineral pembentuk batuan tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk
mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di dalam buku-buku literatur Petrologi
(misal Middlemost, 1985, Magmas and magmatic rocks, Longman, Inc., London, 266
p).

PETROGENESA BATUAN BEKU

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek


terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer terbentuknya
batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk
batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian
atau urutan kejadian dari pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan
terbentuknya berbagai macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah
batuan beku itu terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain
berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement),
dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari batuan
semula atau primernya.

Berhubung proses petrogenetik tersebut sebagian besar berlangsung lama (dalam


ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga tidak
dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif.
Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-hasil eksperimen di
laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut
tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna,
tekstur, struktur, komposisi mineral dan kenampakan khusus lainnya. Dengan demikian
studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari jawaban atau penjelasan terhadap
pertanyaan Mengapa (Why) dan Bagaimana (How) terhadap data pemerian batuan.
Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler,
sedang batuan beku dalam bertekstur kristalin dan berstruktur masif.
DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Felsic

Harper, Douglas. "feldspar" . Etimologi Kamus online . Diperoleh 2008/02/08

Le Maitre, LE, ed. 2002 Rocks Igneous:. Sebuah Klasifikasi dan Daftar
Istilah 2nd edition, Cambridge

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai