THE ROLE OF
VOLATILES
Pendahuluan
Volatil adalah bahan yang mudah menguap.
Jika magma mengandung volatile (bahan yang mudah
menguap) yang tidak larut maka pada saat mencapai
permukaan akan meletus secara efusif – hanya mengalir
keluar melalui lubang (vent) membentuk aliran atau kubah
lava ( tergantung pada kandungan kimia dan tingkat
efusinya – chapter 10).
• Namun sebagian besar letusan yang terjadi secara sub
areal melibatkan beberapa tingkat ledakan (eksplosif).
• Dalam vulkanologi istilah “eksplosif” digunakan untuk
menunjukkan adanya letusan dimana magma
terfragmentasi dan dikeluarkan melalui lubang (vent) yang
didalamnya mengandung aliran gas. (Sebagaimana
dijelaskan dalam bagian 1.2)
• Dalam beberapa kasus ledakan (eksplosif) vulkanik
adalah peristiwa yang transien (sementara waktu saja,ini
akan dijelaskan pada bab 7) tetapi sering juga
fragmentasi dapat terjadi terus menerus selama erupsi
stabil yang mungkin berlangsung beberapa jam atau hari
(letusan tersebut dibahas pada bab 6).
• Dalam beberapa kasus, letusan eksplosif terjadi karena
suatu zat yang mudah menguap seperti air tercampur
dengan magma saat mendekati permukaan.
• Namun, dalam beberapa kasus letusan eksplosif
disebabkan karena magma yang naik memiliki volatile
(zat yang mudah menguap) yang terlarut di dalam
magma.
• Saat magma naik ke permukaan dan batas tekanan
menurun, zat-zat volatile (mudah menguap) secara
bertahap melepaskan diri dari magma membentuk
gelembung gas yang didistribusikan keseluruh cairan.
• Proses ini mirip dengan botol soda ketika dibuka.
Minuman bersoda mengandung karbon dioksida (CO2) yang dimasukkan
kedalam botol dengan tekanan yang tinggi, sehingga CO2 larut di dalam
cairan.
Maka ketika botol dibuka, tekanan pada botol akan menjadi sama dengan
tekanan atmosfer, sehingga CO2 tidak dapat tetap larut, senagian akan
melepaskan diri dari cairan dan membentuk gelembung gas yang memuai dan
membentuk busa (“Fizz”).
• Dalam magma biasanya 95-99% dari massa material
yang tererupsi adalah batuan cair, jumlah gas hanya
beberapa persen dari beratnya, tetapi sejumlah kecil gas
tersebut menyumbang volume yang sangat besar ketika
memuai pada tekanan atmosfer, dan pada dasarnya gas
berperan penting di dalam memproduksi letusan
eksplosif.
Pada bab ini akan membahas tentang:
- Gas apa saja yang umumnya terlarut di dalam magma,
- Bagaimana komposisi magma mempengaruhi jumlah gas
yang terlarut, dan
- Bagaimana gas-gas terlepaskan dari magma.
Volatile dalam Magma
• Volatile yang paling umum terlarut adalah H2O (air) dan
CO2 (karbondioksida).
• Namun, ada beberapa gas lain yang juga biasanya
terlarut dalam magma, seperti:
Sulfur
Banyak gunungapi aktif yang mengeluarkan gas belerang
(sulfur) yang disebabkan oleh penguapan hydrogen
sulfida (H2S). sering juga kumpulan belerang dapat
ditemukan di sekitar lubang (vent) dan fumarol, pada
kenyataannya campuran sulfur yang paling umum
terlepaskan oleh gunung api adalah sulfur dioksida (SO2).
Solfatara, yaitu fumarol yang mengeluarkan gas sulfur (belerang).
• Gas sulfur sangat berkaitan dengan magma basaltic –
erupsi basaltic akan melepaskan sekitar 10 kali belerang
sebanyak letusan rhyolitic dengan ukuran yang sama.
• Ini merupakan factor penting ketika mempertimbangkan
efek letusan gunung berapi pada iklim (bab 12).
Volatile yang lain
• Berbagai volatile lainnya dapat ditemukan dalam jumlah
yang bervariasi dalam magma, termasuk hydrogen klorida
(HCl) dan hydrogen fluoride (HF).
5.3 Daya Larut Volatiles dalam Magma
Faktor yang mempengaruhi jumlah volatile yang
• Tekanan,
• Komposisi magma,
• Temperatur magma.
„Solubility Law‟ untuk kombinasi volatile
dalam magma:
• Pada H2O yang larut dalam basalt; n = 0,1078 P0,7
• Pada H2O yang larut dalam rhyolit; n = 0,4111 P0,5
• Pada CO2 yang larut dalam semua jenis magma;
n = 0,0023 P
Dimana:
n = jumlah gas yang larut (dalam persentase berat / wt% )
P = tekanan dalam magma ( dalam megapascal / Mpa )
grafik 5.2
grafik tersebut menunjukkan daya larut H2O di dalam rhyolite dan
basalt sebagai fungsi tekanan dan kedalaman di bawah permukaan bumi.
Pada grafik tersebut menggambarkan jika terdapat 2 jenis
magma, rhyolitic dan basaltic. Kita ambil setiap 2 wt% air yang larut
pada kedalaman 7 km (titik A). Selama kenaikan magma tidak
mengalami gangguan hingga titik B, tercapai kurva daya larut untuk
magma basalt, dimana pada titik tersebut magma dikatakan jenuh di
dalam air. Dan jika magma terus bergerak naik, magma akan menjadi
sangat jenuh di dalam air. Proses yang sama juga terjadi pada
rhyolite magma, hanya saja untuk mencapai keadaan jenuh,
kedalaman magma lebih dangkal dan tekanan lebih rendah
dibandingkan pada basaltic magma (titik C).
grafik 5.2
grafik tersebut membandingkan daya larut H2O dan CO2 pada basaltic dan
rhyolitic magma.
Diagram tersebut menunjukkan beberapa aspek penting mengenai sifat
gas;
• Daya larut CO2 pada basaltic dan rhyolitic magma sangat mirip dan
lebih rendah daripada daya larut H2O pada basaltic dan rhyolitic
magma,