Anda di halaman 1dari 12

Reservoir dan Migrasi Minyak Bumi

Oleh : Bella Mei Gita Lucyana (16640045)

Dosen Pengampu : Drs. Abdul Basid, M.Si


A. Pendahuluan
Petroleum system merupakan kumpulan dari faktor-faktor yang tidak dapat
lepas dari keberadaan akumulasi hidrokarbon pada suatu daerah. Menurut
Morris et al., (1985) petroleum system terdiri dari : batuan induk (source rock)
yang matang, batuan reservoar (reservoir rock) yang porous dan permeabel,
batuan tudung/penutup (cap rock/seal) yang impermeable, perangkap (trap),
serta waktu migrasi yang tepat (proper timing of migration).
Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Minyak bumi yang telah matang kemudian dialirkan ke reservoir ini. Pada
umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana
terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya.
Kemudian minyak bumi akan berbentuk tetesan dan bermigrasi. Migrasi
didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah permukaan.
Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses migrasi, berupa
ekspulsi hidrokarbon dari source rock(batuan sumber) yang berbutir halus dan
berpermeabelitas rendah ke carrier bed yang memiliki permeabelitas lebih
tinggi. Akumulasi merupakan pengumpulan dari hidrokarbon yang telah
bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif diam dalam waktu yang lama.
Dengan penjelasan singkat diatas ini akan dibahas tentang reservoir
minyak bumi dan migrasi minyak bumi.

B. Pembahasan
I. Reservoir
Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Pada umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana
terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya
mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup
dan perangkap.
 Batuan Reservoir
Didefinisikan sebagai suatu wadah yang diisi dan dijenuhi minyak
dan atau gas, berupa lapisan berongga atau berpori-pori. Secara teoritis
semua batuan, baik batuan beku maupun batuan metaforf dapat
bertindak sebagai batuan reservoir, tetapi pada kenyataan 99 % batuan
sedimen.
 Lapisan Penutup (Sealing Cap Rocks)
Minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir. Untuk dapat
menahan dan melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini
harus mempunyai penutup di bagian luar lapisannya. Sebagai penutup
lapisan reservoir biasanya merupakan lapisan batuan yang rnempunyai
sifat kekedapan (impermeabel), yaitu sifat yang tidak dapat
meloloskan fluida yang dibatasinya.
 Perangkap Reservoir (Reservoir Trap)
Merupakan unsur pembentuk reservoir sedemikian rupa sehingga
lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap ke bawah,
hal ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservoir.

II. Migrasi Minyak Bumi


1. Pengertian
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah
permukaan. Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses
migrasi, berupa ekspulsi hidrokarbon dari source rock (batuan sumber)
yang berbutir halus dan berpermeabelitas rendah ke carrier bed yang
memiliki permeabelitas lebih tinggi. Akumulasi merupakan pengumpulan
dari hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif
diam dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi
terhenti dan akumulasi terjadi.
Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan
sumber, kemungkinan bentuk fisik minyak bumi yang terbentuk adalah
berupa tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi
diperlukan pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut
dari reservoir dan kemudian bergerak ke perangkap. Koesoemadinata
(1980) menyatakan ada beberapa faktor tertentu sebagai sumber tenaga
untuk terjadinya migrasi minyak bumi baik primer maupun sekunder, yaitu
kompaksi, tegangan permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy),
tekanan hidrostatik, tekanan gas, sedimentasi, dan gradien hidrodinamik.
2. Syarat fisika
Ada dua syarat fisika untuk minyak bermigrasi, diantaranya yaitu:
a. Perbedaan tetes dengan fasa kontinu : kapilaritas/tegangan permukaan
menghalang – halangi bergeraknya tetes.
b. Kapilaritas tetes dalam pori/kontriksi: dalam keadaan statis pada tiap
tonjolan terdapat keseimbangan tekanan sebelah – menyebelah selaput
pemisah fasa.
Jika mulai masuk dalam kontriksi maka terjadilah keadaan seperti
Gambar 1.

A B
Gambar Diagram lubang pori memperlihatkan hubungan kapilaritas
a. Tetes minyak dalam keadaan tidak bergerak
b. Tetes minyak dalam keadaan ditekan untuk bergerak

3. Penyebab Minyak Bermigrasi


Ada empat sebab kenapa minyak bermigrasi, diantaranya yaitu:
a. Pengkuburan - sebagai batuan yang terkubur jauh di dalam bumi,
maka tekanan pun akan besar karena tekanan batuan diatasnya yang
kompak sehingga menghasilkan kekuatan mendorong dan meremas
yang besar untuk mendesak air, minyak dan gas bumi sehingga keluar
dari source rock.
b. Kenaikan Volume - Pematangan cairan atau gas dari padat,
menyebabkan peningkatan volume yang signifikan yang menyebabkan
rekahan dari source rock. Hidrokarbon yang dihasilkan akan berpindah
keatas melalui rekahan yang ada.
c. Pemadatan - pemadatan dari dasar source rock oleh beban batuan
diatasnya memberikan tekanan yang menyebabkan mereka akan
bergerak, dan mencari jalur yang termudah yaitu (melalui dasar yang
paling berpori atau rekahan dan patahan yang ada) berpindah ke tempat
yang memiliki tekanan lebih rendah yaitu berada di tempat yang lebih
dangkal dari sebelumnya.
d. Pemisahan - Gravitasi pemisahan gas, minyak dan air mengambil
tempat dalam batuan reservoir yang biasanya airnya jenuh. Akibatnya,
minyak bumi akan selalu mencoba naik sampai mereka terjebak atau
lolos ke permukaan bumi (rembesan minyak). Yang perlu diketahui air,
minyak dan gas hanya akan bermigrasi melalui zona yang cukup
permeabel dimana ruang antara partikel batuan saling berhubungan dan
cukup besar sehingga memungkinkan gerakan fluida ke jalur trap.
4. Sumber Tenaga Untuk Migrasi
Selain gradien hidrodinamik dan daya pelampungan, masih ada
beberapa sumber tenaga lain untuk menggerakkan migrasi. Harus
dibedakan antara mekanismenya sendiri dengan suber penggerak.
Berbagai jenis sumber penggerak yang mungkin ialah:
(Koesoemadinata, 1998 : 194)
a) Kompaksi
b) Tegangan permukaan
c) Gravitasi pelampungan
d) Tekanan hidrostatik
e) Tekanan gas
f) Sedimentasi
g) Gradien hidrodinamik
5. Mekanisme migrasi
Ada beberapa mekanisme migrasi yang telah diajukan, namun
masih belum ada yang memuaskan. Beberapa mekanisme tersebut ialah:
1. Dengan Pertolongan Air
Air membawa minyak untuk bergerak:
a) Sebagai Droplet, yaitu tetes – tetes kecil yang dibawa arus air.
b) Sebagai Micelle, adanya gugusan hidroxil atau karboxil pada ujung
suatu molekul yang bertindak hidrofil sedangkan ujung lainnya
hidrofob, dapat melarutkan hidrokarbon. Hal ini dapat dipersamakan
dengan sabun/deterjen. Partikel semacam itu, dimana suatu tetes
kecil dikelilingi oleh ujung – ujung yang hidrofil disebut micelle.
Karena air dan minyak larut (1 fasa), maka tak ada lagi tegangan
permukaan dan kapilaritas tak berlaku lagi, dan minyak sebagai tetes
– tetes kecil dalam bentuk emulsi atau koloid dapat mengalir ke luar
pada waktu kompaksi/migrasi primer.
c) Pelarutan zat induk minyak (non hidrokarbon) dalam air
Hunt (1980) mengusulkan kemungkinan bahwa migrasi terjadi
bukan dalam bentuk hidrokarbon/minyak bumi yang jelas
mengalami kesulitan, tetapi dalam bentuk zat induknya (proto-
petrolium), seperti keton asam dan ester yang mudah larut dalam air.
Keberatan terhadap teori ini adalah bahwa kadar persenyawaan
organik ini dalam batuan induk sangat rendah sekali, selain zat
tersebut mempunyai afinitas untuk di absorbsi pada permukaan
mineral. Masalah lain adalah bagaimana dia akan dalam perangkap.
Mungkin begitu zat tersebut menanggalkan gugusan hidroksilnya
dan menjadi hidrokarbon, begitu zat itu terjebak sebagai akumulasi.
2. Tanpa Pertolongan Air
Gelembung atau tetes minyak bergerak relatif terhadap air yang boleh
dikatakan statis.
a) Gerakan kapilaris
Adanya perbedaan tegangan permukaan antara air dengan minyak,
menyebabkan air masuk ke pori – pori halus, sedangkan minyak pori
– pori yang kasar. Hal ini dapat dibayangkan pada bidang antara
lapisan batuan penyalur dan batuan induk, atau tetes – tetes minyak
keluar dari serpih seperti kulit manusia yang sedang berkeringat.
Proses ini disebut pula imbibisi. Cara migrasi semacam ini dapat
terjadi pada migrasi primer dimana kompaksi telah berhenti.
b) Pelarutan dalam gas dan ekspansi gas
Minyak dapat larut dalam gas, terutama pada temperatur dan tekanan
tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi lebih leluasa melalui batuan
berhubung dengan tegangan permukaannya yang kecil. Menurut
Sokolov (1964), difusi molekul gas melalui batuan serpih sangat
besar. Koefisien difusi metan = 10-4 sampai 10-9 cm/sekon. Karena
adanya suatu pembebasan tekanan (pressure realese) di sesuatu
tempat, maka gas berexpansi dan membawa minyak bumi sebagai
larutan. Ada pula kemungkinan, minyak bumi yang bergerak
membentuk suatu selaput pada gelombung – gelembung gas. Juga
gas campur minyak mempertinggi mobilitas minyak (memperkecil
tegangan permukaan). Teori pelarutan dalam gas kembali diusulkan
sebagai mekanisme utama untuk migrasi primer oleh Neglia (1979).
Dia berpendapat dari cekungan sedimen selama zat organiknya
mengandung hidrogen. Suatu proses pelarutan hidrokarbon cair
terjadi dalam gas bertekanan tinggi dan mengekstraksi minyak bumi
dari batuan induk. Gas merembas melalui rekahan – rekahan mikro
dalam batuan induk.
Mekanisme ini dapat terjadi pada migrasi primer maupun sekunder.
c) Teori pelampungan (buoyancy)
Karena perbedaan berat jenis minyak bumi dan air, maka suatu
gumpalan minyak akan selalu melambung mencari tempat yang
tinggi. Hal ini hanya dapat terjadi jika suatu fasa menerus yang
cukup besar dapat terbentuk sehingga tekanan ke atas yang terjadi
dapat mengarungi Pc. Adanya suatu sentakan (triggering action)
memungkinkan terbentuknya suatu gumpalan dari tetes – tetes
minyak yang tersebar disana – sini. Gumpalan kemudian bergerak ke
atas mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir, dan tetes –
tetes minyak yang ada di jalannya akan ikut tertarik dan membuat
gumpalan tersebut suatu fasa menerus yang lebih besar dan
mempercepat lagi gerakan.
Mekanisme ini hanya mungkin terjadi dalam lapisan penyalur dalam
taraf migrasi sekunder. Cara bermigrasi ini sangat berkaitan dengan
teori akumulasi Gussow.
d) Teori gerakan hidrolik
Gerakan hidrolik terjadi terutama karena adanya air yang terperas ke
luar oleh kompaksi, ataupun karena gradien hidrodinamik.
Sebetulnya teori ini sangat berkaitan dengan teori akumulasi King
Hubbert. Dalam hal ini air yang bergerak, mendorong suatu
gumpalan minyal untuk bergerak dalam arah yang sama. Jelas pula
disini bahwa suatu fasa menerus yang cukup besar harus tercapai
dulu sebelum tekanan kapiler dapat diimbangi/diarungi. Arah
gerakan ini tidak selalu ke atas kemiringan (undip), tetapi dapat juga
menuruni kemiringan.
e) Teori pengaliran minyak bumi melalui matrik zat organik/kerogen
Masalah kapilaritas sebagai pengahalang utama untuk migrasi adalah
disebabkan bahwa batuan pada umumnya dan batuan induk bersifat
nidrofil atau aleofobe, tidak dibasahi minyak. Hal ini tidak jadi
masalah jika migrasi terjadi melalui jaringan kerogen yang bersifat
kontinu dalam batuan.
6. Jenis-Jenis Migrasi
1. Migrasi Primer
Migrasi primer yaitu perpindahan hidrokarbon dari source rock ke
karier bed. Migrasi primer berjalan lambat karena minyak bumi harus
cukup untuk keluar dari batuan induk yang memiliki permeabilitas
matrik yang rendah. Migrasi primer berakhir ketika hidrokarbon telah
mencapai “permeable conduit” atau “carrier bed” untuk terjadinya
migrasi sekunder.
Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa
perhatian serius bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum, yaitu
difusi, ekspulsi fasa minyak, dan pelarutan dalam gas.
Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi
secara terbatas pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit
batuan sumber yang tebal. Pengkonsentrasian diperlukan untuk
memungkinkan terjadinya migrasi primer, dimana difusi dapat
menyebabkan akumulasi hidrokarbon dalam ukuran yang cukup besar.
Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer
terjadi dalam fasa hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil
perekahan mikro selama pergerakan hidrokarbon. Ketika tekanan
dalam batuan sudah melebihi kekuatannya menahan tekanan,
perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang lemah dari batuan
tersebut, seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang terlaminasi
mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi daripada batuan yang masif.
Momper (1789) dalam Rondeel (2001) menyatakan bahwa dalam
banyak kasus tidak ada perekahan mikro atau ekspulsi yang terjadi
sebelum jumlah bitumen yang dihasilkan batuan sumber mencapai
batas ambang tertentu.
Mills (1923) dan Sokolov (1964) dalam Koesoemadinata (1980)
sehubungan dengan pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi
gas, menyatakan bahwa minyak dapat larut dalam gas, terutama pada
temperatur dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi dengan
lebih leluasa melalui batuan bergubung tegangan permukaannya yang
kecil. Karena suatu pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan
membawa minyakbumi terlarut. Rondeel (2001) menyatakan bahwa
mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada keberadaan gas
yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan
sumber untuk menghasilkan gas.
Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer
terjadi dengan lambat dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang
memiliki permeabelitas yang rendah. Migrasi primer akan terhenti
ketika hidrokarbon mencapai tingkat permeabelitas yang
memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer dapat
terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada
karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber.
2. Migrasi Sekunder
Migrasi sekunder yaitu perpindahan hidrokarbon dari carier bed ke
jebakan atau trap. Problem yang sering dihadapi adalah pore throat
lebih kecil dibanding oil stringers, karenanya oil stringrs akan tertahan.
untuk dapat bergerak, maka “bouyancy” >>>“capillary-entry pressure
(setelah akumulasi tercapai). Jika capillary-entry pressur >>>
buoyancy, maka migrasi sekunder .Akan terhenti hingga capillary-
entry presure tereduksi dan Buoyant force meningkat.

Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan


mengalami migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan
dipengaruhi oleh gaya pelampungan (bouyancy). Teori pelampungan
(dalam Koesoemadinata, 1980) menerangkan mekanisme pergerakan
minyak bumi karena adanya perbedaan berat jenis minyakbumi dan
air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu melambung mencari
tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak ke atas
mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir.
Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas
(Rondeel, 2001). Semakin besar pori dari suatu batuan, semakin kecil
tekanan kapilaritasnya, dan semakin kecil pori dari suatu batuan,
semakin besar tekanan kapilaritasnya. Gaya pelampungan bekerja
untuk mengerakan hidrokarbon, tetapi tekanan kapilaritas melawan
gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya pelampungan yang
bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka migrasi dari
hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan
gaya ketiga yang mengerakan hidrokarbon dapat mengubah
pergerakan dari hidrokarbon, tetapi hal ini kurang memperngaruhi
dasar bahwa gaya pelampungan dan tekanan kapilaritas merupakan
faktor utama yang menentukan pergerakan dari hidrokarbon.
Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya
pelampungan yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke
arah atas, dan lalu mengikuti kemiringan carrier bed apabila
hidrokarbon menemui lapisan dengan permeabelitas kurang di atas -
carrier bed. Keberadaan struktur dan perubahan fasies mungkin
menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan daripada gaya
pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah, dan atau
terhenti.
3. Migrasi Tersier
Migrasi tersier terjadi jika ada kebocoran (leakage) pada cap rocks
yang menutupi reservoir. Cap rocks dengan pori-pori yang lebih kecil
dari batuan dibawahnya, mampu menahan pergerakan naik dari
minyak bumi. Pengisian yang progresif menyebabkan akumulasi
meningkat, dapat menyebabkan bouyancy >>> capillary-entry pressure
Fractures dan faults dapat menyebabkan kebocoran.
C. Kesimpulan
Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Pada umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana
terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya
mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup
dan perangkap.
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah
permukaan. Migrasi sendiri dibagi menjadi tiga yaitu migrasi primer,sekunder,
dan tersier. Migrasi sendiri twerdapat dua mekanisme yaitu dengan
pertolongan air dan tanpa pertolongan air.
D. Referensi
Koesoemadinata, R. P. 1998. Geologi Minyak-Gasbumi. Penerbit ITB :
Bandung.
http://migaswisnuadik.blogspot.com/2013/02/reservoir-minyak-dan-gas.html
https://edoc.site/reservoir-adalah-suatu-tempat-terakumulasinya-minyak-dan-
gas-bumi-pdf-free.html
https://www.slideshare.net/Khemenk/migrasi-hidrokarbon
http://www.academia.edu/28738874/MIGRASI_MINYAK_DAN_GAS_BU
MI

Anda mungkin juga menyukai