Anda di halaman 1dari 18

BATUAN INDUK,

PEMATANGAN, MIGRASI
SERTA AKUMULASI
MINYAK DAN GASBUMI
KONSEPSI BATUAN INDUK

Menurut Haun 1977 dalam Koesoemadinata (1980), kriteria -kriteria yang


lazim dipakai sebagai standar untuk identifikasi batuan induk :

 TOC (Total Organic Carbon)  presentase berat dari karbon organik


dalam suatu contoh batuan. Yang dimaksud dengan karbon organik
adalah zat carbon yang berasal dari zat organik dan bukan dari
karbonat misalnya gamping. Karbon organik total berhubungan
langsung dengan kadar zat organik total atau kerogen yaitu 1 ,2 – 1 ,6
kali TOC

 EOM (Extractable Organic Matter) hidrokarbon dan nonhidrokarbon


yang dapat dilarutkan misalnya dalam CS 2 atau bitumina.
KONSEPSI BATUAN INDUK

Menurut Haun 1977 dalam Koesoemadinata (1980), kriteria-

kriteria yang lazim dipakai sebagai standar untuk identifikasi

batuan induk :

 Volum dan sifat-sifat dari EOM menunjukkan sifat batuan induk.

 CPI (Carbon Preference Index)  perbandingan antara volum

anggota n-parafin yang bernomor ganjil terhadap yang bernomor

genap dari kisaran C 21 – C 37.

 Untuk batuan induk yang baik nilai CPI harus kurang dari 1 ,15.
KONSEPSI BATUAN INDUK

Menurut Haun 1977 dalam Koesoemadinata (1980), kriteria -kriteria yang


lazim dipakai sebagai standar untuk identifikasi batuan induk :

 CIR (Carbon isotope ratio) C 13 /C 12 . Kisaran nilai CIR untuk minyak bumi
yaitu 1% (0,0109 – 1 ,0110).

 Batuan induk harus mempunyai CIR yang m endekati nilai m inyak bumi.

 LOM (Level of thermal maturity) pada teori degradasi termal


pembentukan minyakbumi dinyatakan bahwa minyakbumi hanya bisa
terbentuk pada tingkatan pematangan ter tentu yaitu perpaduan antara
temperatur dan waktu.
WAKTU PEMBENTUKAN MINYAKBUMI

Dua konsep mengenai pembentukan minyakbumi, yaitu :

1 . Anggapan pembentukan segera

- Terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen

- Fakta bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih

makin padat sehingga makin sulit bagi cairan yang terbentuk

di dalamnya untuk bermigrasi.


WAKTU PEMBENTUKAN MINYAKBUMI

- Stadium perkembangan menurut Hedberg, 1937 yang dikutip dari


Koesoemadinata 1980 sebagai berikut :

 Stadium 1 : Penyusutan mekanis komponen mineral, kedalaman


0,01 meter.

Penyusutan porositas dari 90% menjadi 75%. Air bebas


keluar.

 Stadium 2 : Penyusutan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya


mineral lempung langsung ber sentuhan. Kedalaman
200 – 300 meter.

Penyusutan porositas dari 75% menjadi 35%.


WAKTU PEMBENTUKAN MINYAKBUMI

 Stadium 3 : Deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman


dari 320 – 2000 meter.

Penyusutan porositas dari 35% menjadi 10%.


Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang pori yang
semakin menyusut.

 Stadium 4 : Gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman


lebih dari 3000 meter.

Porositas menurun dibawah 10%. Hanya air yang


diabsorbsi masih terdapat dalam batuan.
WAKTU PEMBENTUKAN MINYAKBUMI

2. Anggapan pembentukan lambat – stadium serpih

 Pembentukan minyakbumi adalah dari serpih yang kaya


akan zat organik mengalami penimbunan dan oleh
temperatur tinggi dan tekanan berubah menjadi
minyakbumi dan kemudian bermigrasi.
MIGRASI

 Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di


bawah permukaan.
 Migrasi primer  tahapan dari proses migrasi, berupa ekspulsi
hidrokarbon dari source rock (batuan induk) yang berbutir halus
dan berpermeabilitas rendah ke carrier bed yang memiliki
permeabilitas tinggi.
 Koesoemadinata (1980) menyatakan ada beberapa faktor
terjadinya migrasi minyakbumi yaitu : kompaksi, tegangan
permukaan, gravitasi pelampungan, tekanan hidrostatik,
tekanan gas, sedimentasi dan gradien hidrodinamik .
MIGRASI

 Migrasi Primer

Tiga mekanisme migrasi primer yaitu :

a. Difusi  sebagai mekanisme aktif dalam migrasi


hidrokarbon, terjadi secara terbatas pada batuan sumber
yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber yang tebal.

b. Ekspulsi hidrokarbon  dalam kaitannya dengan migrasi


primer terjadi dalam fasa hidrofobik .

Ini terjadi sebagai hasil perekahan mikro selama pergerakan


hidrokarbon.
MIGRASI

 M ig ra si P r imer

c. Pe l a rut an da l a m g a s

 M en urut Mills (1 92 3) dan Sokolov ( 196 4) dalam Koesoema dina ta ( 19 80) ,

minyak da pa t la rut dalam gas, te rut ama pa da tem pe ra t ur dan tekan an

ti n g gi .

 G as diketah ui da pa t be rmig rasi deng an lebih lel uasa melal ui ba t uan

be rh ubun g te g a n gan pe rm uka annya ya n g ke c i l .

 Ka rena s ua t u pem be basa n teka nan , maka gas be reks pa nsi dan

m e m bawa m i nya kbumi te rl a rut .

 M ekanisme pela rut an ini hanya te rja di be rgan t ung pa da kebe ra daa n gas

yang di pe nga ruhi oleh tingka t ka tage nesis dan ka pa bili tas ba t uan

s um be r un t uk m e n ghasilkan g a s .
MIGRASI

 Migrasi Sekunder

a. Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan


mengalami migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan
dipengaruhi oleh gaya pelampungan .

b. Teori pelampungan (dalam Koesoemadinata, 1980) menerangkan


mekanisme pergerakan minyakbumi karena adanya perbedaan
berat jenis minyakbumi dan air.

c. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu melambung mencari


tempat yang tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak ke atas
mengikuti kemiringan penyekat batuan reser voir.
MIGRASI

 Migrasi Sekunder

d. Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas.


Semakin besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan
kapilaritasnya . Dan semakin kecil pori dari suatu batuan, semakin
besar tekanan kapilaritasnya .

e. Gaya pelampungan bekerja untuk menggerakkan hidrokarbon, tetapi


tekanan kapilaritas melawan gaya pelampungan ter sebut.

f. Sehingga apabila gaya pelampungan yang bekerja lebih kecil


daripada tekanan kapilaritas, maka migrasi dari hidrokarbon tidak
akan terjadi.
MIGRASI

 Migrasi Sekunder

g. Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh

gaya pelampungan yang paling besar. Akan tetapi,

keberadaan struktur dan perubahan facies menyebabkan

tekanan kapilaritas lebih dominan daripada gaya

pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan

berubah dan atau berhenti.


AKUMULASI MINYAK DAN GASBUMI

 Akumulasi terjadi sebagai akibat pelampungan yang menggerakkan


hidrokarbon berhenti atau dibiaskan . Batuan impermeabel dapat menjadi
penahan migrasi hidrokarbo n, karena kapilaritas yang ti nggi terhadap gaya
pelampungan hidrokarbon .

 Dal am koesoemadinata (1980 ) di uraikan beberapa teori tentang akumulasi


dari migas.

 Teori akumulasi Gussow  keadaan hidro statik proses akumulasi mi gas


adalah sebagai berikut :

 Gumpalan atau tetes-tetes minyak dan gas akan bergerak sepanjang


bagian atas lapisan penyalur ke atas, terutama di sebabkan oleh
pelampungan.
AKUMULASI MINYAK DAN GASBUMI

 Begitu sampai di suatu perangkap, minyak dan gas akan menambah


suatu kol om gas dan mendesak minyak ke bawah yang j uga ber tambah
juga kolomnya dan giliran mendesak air ke bawah.

 Hal ini akan terus terjadi sampai batas minyak -air mencapai spill point.

 Penambahan minyak dan gas terus menerus akan menyebabkan


pelimpahan (spilling ) minyak ke atas struktur selanjutnya .
AKUMULASI MINYAK DAN GASBUMI

 Pada fasa selanjutnya berhubung dengan penambahan gas,

maka seluruh minyak didesak gas ke bawah sehingga

melimpah sampai habis dan perangkap sepenuhnya diisi

oleh gas.
AKUMULASI MINYAK DAN GASBUMI

 Teori akumulasi King Hubber t  meninjau prinsip akumulasi


minyakbumi dari segi kedudukan energi potensial dan hubungannya
dengan perangkap hidrodinamik .

 Dalam hal ini minyakbumi baik dalam fasa tetes atau fasa yang
menerus berada dalam lingkungan air akan selalu mencari bagian
reser voir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial rendah.

 Medan potensial dalam suatu reser voir yang terisi air merupakan
resultan dari dua gaya yaitu gaya pelampungan dan gaya yang
disebabkan oleh gradien hidrodinamik .

Anda mungkin juga menyukai