(disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Geologi Minyak Bumi)
Disusun oleh :
Putri Ratna Palupi (12640002)
Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2015
Migrasi adalah proses dari minyak dan gas bumi menjauh dari source rock. Proses ini
menempuh jarak yang jauh dan waktu yang sangat lama, mungkin beberapa kilometer selama jutaan
tahun. Migrasi ini disebabkan oleh penguburan, pemadatan, dan peningkatan volume dan pemisahan
dari konsituen source rock. Harus ada ruang (porositas) dalam batuan untuk memungkinkan
pergerakan. Selain itu harus ada permeabilitas dalam batuan untuk memungkinkan adanya aliran.
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah permukaan. Migrasi
primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses migrasi, berupa ekspulsi hidrokarbon
dari source rock (batuan sumber) yang berbutir halus dan berpermeabelitas rendah ke carrier
bed yang memiliki permeabelitas lebih tinggi. Akumulasi merupakan pengumpulan dari hidrokarbon
yang
telah
bermigrasi
dalam
keadaan
yang
secara
relatif
diam
dalam
waktu
yang
lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan akumulasi terjadi.
Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan sumber, kemungkinan
bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya
suatu akumulasi diperlukan pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir
dan kemudian bergerak ke perangkap. Koesoemadinata (1980) menyatakan ada beberapa faktor
tertentu sebagai sumber tenaga untuk terjadinya migrasi minyakbumi baik primer maupun sekunder,
yaitu kompaksi, tegangan permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy), tekanan hidrostatik, tekanan
gas, sedimentasi, dan gradien hidrodinamik.
Dapat disimpulkan bahwa migrasi merupakan proses perpindahan hidrokarbon dari satu
tempat ke tempat lain. Migrasi di pengaruhi oleh besarnya gaya apung atau buoyancy. Lawan dari
gaya apung sendiri adalah kapilaritas atau gaya isap. Jika gaya kapilaritas lebih besar dari pada gaya
apung makan tidak akan terjadi migrasi.
B. Penyebab Migrasi
Ada beberapa penyebab migrasi, antara lain :
Pengkuburan-sebagai batuan yang terkubur jauh di dalam bumi, maka tekanan pun
akan besar karena tekanan batuan diatasnya yang kompak sehingga menghasilkan
kekuatan mendorong dan meremas yang besar untuk mendesak air, minyak dan gas
bumi sehingga keluar dari source rock.
Kenaikan Volume-Pematangan cairan atau gas dari padat, menyebabkan peningkatan
volume yang signifikan yang menyebabkan rekahan dari source rock. Hidrokarbon
yang dihasilkan akan berpindah keatas melalui rekahan yang ada.
Pemadatan-pemadatan dari dasar source rock oleh beban batuan diatasnya
memberikan tekanan yang menyebabkan mereka akan bergerak, dan mencari jalur
yang termudah yaitu (melalui dasar yang paling berpori atau rekahan dan patahan
yang ada) berpindah ke tempat yang memiliki tekanan lebih rendah yaitu berada di
tempat yang lebih dangkal dari sebelumnya.
Pemisahan-gravitasi pemisahan gas, minyak dan air mengambil tempat dalam batuan
reservoir yang biasanya airnya jenuh. Akibatnya, minyak bumi akan selalu mencoba
naik sampai mereka terjebak atau lolos ke permukaan bumi (rembesan minyak). Yang
perlu diketahui air, minyak dan gas hanya akan bermigrasi melalui zona yang cukup
permeabel dimana ruang antara partikel batuan saling berhubungan dan cukup besar
sehingga memungkinkan gerakan fluida ke jalur trap.
Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian serius bagi kebanyakan
ahli geokimia petroleum, yaitu difusi, ekspulsi fasa minyak, dan pelarutan dalam gas.
Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara terbatas pada
batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber yang tebal.
Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya migrasi primer, dimana
difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon dalam ukuran yang cukup besar.
Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam fasa
hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro selama pergerakan
hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi kekuatannya menahan tekanan,
perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang lemah dari batuan tersebut, seperti bidang
perlapisan. Sehingga batuan yang terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada batuan yang masif. Momper (1789) dalam
Rondeel (2001) menyatakan bahwa dalam banyak kasus tidak ada perekahan mikro atau
ekspulsi yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang dihasilkan batuan sumber mencapai
Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan lambat dan sulit,
dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang rendah. Migrasi primer akan terhenti
ketika hidrokarbon mencapai tingkat permeabelitas yang memungkinkan terjadinya migrasi sekunder.
Migrasi primer dapat terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada
karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber.
Migrasi Primer transportasi air, minyak dan gas keluar dari pemadatan sedimen. Misalnya ketika
sumber lumpur saat pertama kali tertampung mereka terdiri dari 70-80 % air. Sisanya adalah padatan
seperti tanah material clay, karbonat, ataupun silika berbutir halus. Sebagai sedimen yang tersusun ke
ketebalan yang lebih besar pada cekungan sedimen, air terperas keluar oleh berat sedimen diatasnya.
Dibawah tekanan hidrostatik normal (0,445 psi/ft), clay kehilangan porositas dan diameter pori
mengecil seperti dapat anda lihat pada tabel dibawah ini.
Hal ini juga penting untuk diingat bahwa cairan cendrung bergerak menuju energi potensial terendah.
Awalnya berada diatas, tetapi selama proses pemadatan berlangsung, ada lateral serta gerakan
vertikal. Migrasi utama minyak dari sumber ke reservoir adalah sebagai berikut:
melepas air.
Jalan dari migrasi selama pemadatan adalah batupasir, ketidakselarasan, rekahan ataupun
patahan, dan biothermal terumbu
2. Secondary migration
Migrasi sekunder akan mengkonsentrasikan petroleum pada bawah permukaan pada suatu
lokasi yang spesifik (perangkap) dimana secara komersial akan diekstrak. Perbedaan utama dari
migrasi primer (keluar dari batuan induk) dan migrasi sekunder (melalui lapisan penghantar) adalah
porositas, permeabilitas dan distribusi ukuran pori dari batuan dimana migrasi akan terjadi. Semua
parameter tersebut jauh lebih besar pada lapisan penghantar. Sebagai akibatnya, maka mekanisme dari
migrasinya juga akan berbeda.
Migrasi sekunder yaitu perpindahan hidrokarbon dari carier bed ke jebakan atau trap.
Problem yang sering dihadapi adalah pore throat lebih kecil dibanding oil stringers, karenanya oil
stringrs akan tertahan. untuk dapat bergerak, maka bouyancy >>>capillary-entry pressure (setelah
akumulasi tercapai).
Jika capillary-entry pressur >>> buoyancy, maka migrasi sekunder .Akan terhenti hingga
capillary-entry presure tereduksi dan Buoyant force meningkat ketika hidrokarbon berhasil keluar dari
batuan sumber dan mengalami migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh
Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas (Rondeel, 2001). Semakin
besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan kapilaritasnya, dan semakin kecil pori dari suatu
batuan, semakin besar tekanan kapilaritasnya. Gaya pelampungan bekerja untuk mengerakan
hidrokarbon, tetapi tekanan kapilaritas melawan gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya
pelampungan yang bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka migrasi dari hidrokarbon
tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan gaya ketiga yang mengerakan hidrokarbon
dapat mengubah pergerakan dari hidrokarbon, tetapi hal ini kurang memperngaruhi dasar bahwa gaya
pelampungan dan tekanan kapilaritas merupakan faktor utama yang menentukan pergerakan dari
hidrokarbon.
Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya pelampungan yang paling
besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas, dan lalu mengikuti kemiringan carrier bed apabila
hidrokarbon menemui lapisan dengan permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur
dan perubahan fasies mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan daripada gaya
pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah, dan atau terhenti.
Akumilasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang kadang-kadang bertentangan. Misalnya:
1. Apungan menyebabkan minyak mencari bagian yang memiliki permeabel tinggi dari
reservoir, gaya kapiler mengarahkan minyak ke daerah berbutir kuarsa terlebih dahulu
kemudian berturut-turut ke daerah berbutir halus.
2. Setiap hambatan permeabel dalam saluran reservoir minyak ke dalam distribusi yang acak.
3. Akumulasi minyak dalam batuan karbonat sering tak menentu karena bagian dari ruang
kosong aslinya tertanam mineral setelah batuan terbentuk
4. Dalam tubuh pasir yang besar, hambatan yang dihasilkan oleh lapisan tipis serpih padat dapat
mengikat minyak di berbagai tingkatan. Dengan gerakan kerak bumi, akumulasi bergeser jauh
dari tempat mereka awalnya ditempatkan.