Disusun oleh :
Hana Dwi Sussena
(125090701111003)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
2. Rembasan minyak yang berasosiasi dengan lapisan dan formasi tempat minyak
tersebut terbentuk, biasanya lapisan serpih yang merupakan batuan induk
minyakbumi jika teretakkan dan terhancurkan akan membebaskan minyak dalam
jumlah kecil.
3. Rembasan minyak- dan gas yang keluar dari akumulasi minyak yang besar dan telah
tersingkap oleh erosi atau reservoirnya telah dihancur-luluhkan oleh patahan dan
lipatan, merupakan rembasan terbesar.
4. Minyak merembas keluar pada permukaan sepanjang bidang ketidakselarasan,
dimungkinkan terdapat banyak rembasan lain yang keluar atau memotong suatu
ketidakselarasan , kemudian merupakan jalan utama dan alat pengumpul daripada
semua rembesan sehingga menghasilkan rembasan besar.
5. Rembasan yang berasosiasi dengan intrusi, seperti gunungapi lumpur, intrusi batuan
beku atau penusukan oleh kubah garam. Dalam hal ini rembesan perlu diperhatikan
karena :
a. Rembesan menunjukkan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu
membentuk minyakbumi.
b. Rembesan mungkin sekali berasosiasi dengan suatu reservoir minyak di
bawahnya yang mengalami kebocoran.
Gunungapi lumpur atau mudvolcano adalah setiap extrusi pada permukaan lempung atau
lumpur yang secara morfologi membentuk suatu kerucut yang di atasnya terdapat suatu
telaga yang dibarengi dengan keluarnya gas dan air (terkadang juga minyak).
Berdasarkan asalnya ada 2 macam gunungapi lumpur, yaitu:
1. Gunungapi lumpur jenis dangkal: biasanya berasosiasi dengan minyakbumi dan
merupakan kerucut lumpur yang dihasilkan oleh extrusi lempung dan sedikit atau
banyak klastik.
2. Gunungapi lumpur jenis dalam: biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geologi
yang lapisan sedimennya belum terkompaksikan. Menurut Gansser (1960) gejala khas
gunungapi lumpur adalah:
a. Biasanya berasosiasi dengan lapisan sedimen berumur tersier dan kapur atas.
b. Lapisan sedimennya berasal dari laut.
c. Lapisan pelitik dan klastik biasanya bervariasi.
= tegangan permukaan
fluida tersebut, tekanan kapiler dan tekanan penggerseran, serta juga keadaan
hidrodinamis serta porositas dan permeabilitas.
Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga reservoir,
baik gas, minyak ataupun air.
Timbulnya tekanan reservoir disebabkan adanya:
1. Gradient hidrostatik, yang disebabkan karena tekanan kolom air dalam formasi
sampai ke permukaan.
2. Gradient hidrodinamik, yang merupakan komponen lateral dari perbedaantinggi
kolom air di berbagai tempat.
3. Gradient geostatic, disebabkan karena adanya beban material yang terdapat di atas
suatu titik dalam kerak bumi. Gradient geostatic terbagi menjadi 2 yaitu gradient
litostatik (vertikal) (PLV) dan gradient hidrostatik (PH).
4. Gradient geodinamik, disebabkan karena gaya tektonik yang bekerja pada batuan
secara lateral.
Tekanan formasi yang abnormal adalah tekanan formasi yang lebih tinggi dari yang
diperhiyungkan dari gradient hidrostatik. Hal ini biasa terjadi dalam cekungan sedimen
dimana kompaksi tidak berlangsung dengan baik dan sering berasosiasi dengan diapir
serpih dan gunungapi lumpur. Disebabkan kecepatan sedimentasi yang tinggi dan
permeabilitas yang rendah.
Temperature reservoir terutama ditentukan oleh kedalamannya, semakin dalam maka
temperatus semakin tinggi. Temperature ditentukan oleh gradient panas bumi.
Gradien panas bumi=
( )
Gradien panas bumi dinyatakan sebagai 100 kaki atau 100 meter atau dalam nilai
kebalikannya kaki.
Gradient panas bumi yang tinggi dapat menyebabkan titik kritis didapatkan pada kedalam
dangkal (kondesat), pelarutan gas dalam minyak, peningkatan tekanan reservoir,
peningkatan volume minyak gas, batuan dan lain sebagainya.
Penyebaran adanya akumulasi minyakbumi di dunia disebabkan karena keadaan geologi
setempat. Penyebaran ini menyangkut secara lateral (geografi) ataupun vertikal
(kedalaman).
Minyakbumi dapat ditemukan pada cekungan sedimen. Cekungan sedimen dibedakan
secara klastik menjadi:
1. Geosinklin: cekungan yang memanjang dengan lapisan sedimen yang sangat tebal
diendapkan secara cepat sehingga menghasilkan struktur perlipatan yang rumit, pada
daerah ini minyak jarang ditemukan.
2. Daerah epi-kontinetal (miogeosinklin): terletak antara geosinklin dengan perisai
benua dan juga merupakan daerah dimana sedimentasi tebal terjadi, tetapi kemudian
tidak terlipat secara kuat. Dearah ini kaya akan minyakbumi.
3. Daerah paparan kontinen: daerah dimana lapisan sedimen tidak terlalu tebal dan juga
merupakan daerah kaya dengan minyakbumi.
Cekungan di atas kerak benua (cratonic):
1. Cekungan pedalaman (interior basin): berbentuk piring yang sederhana yang pada
umumnya tetutup lapisan paleozoikum.
2. Lengkungan intra continental (dalam benua) : biasanya bersiklus banyak, terdapat
dibagian luar daerah kraton benua dan pada umumnya terdiri dari sedimen
paleozoikum.
3. Cekungan graben atau setengah graben (rift): terdapat dipaling luar kraton benua dan
sering berhubungan dengan cekungan samudra pada zaman mesozoikum dan tersier.
Cekungan peralihan kerak benua-kerak samudra:
1. Cekungan extrakontinental: terjadi karena penekukan lempeng kea rah daerah
samudra , dapat terdiri dari satu atau lebih palung dan membuka rah samudra.
2. Cekungan pantai stabil atau cekungan patahan-graben pantai: terdiri dari lapisan tebal
dengan patahan yang menurun ke arah samudra.
3. Cekungan intermontan (cekungan memanjang stadium kedua): terdapat pada
pinggiran benua dimana kerak benua berpapasan dengan kerak samudra.
4. Cekungan jurus intermontan: cekungan ini kecil dan pada umumnya berbentuk
graben berumur tersier yang diendapkan sebagai sedimen paralik-marin siklus kedua
di atas palung eugeosinklin mesozoikum yang mengalami metamorphosis dan
terintrusikan batuan beku.
5. Delta tersier: merupakan penimbunan berbentuk kipas yang tebal dan melintasi
pinggiran benua dimana system sungai besar bermuara.
100%
(hukum Darcy)
3. Bentuk dan kebundaran butir, jika bentuk butir berbeda dari bentuk bola maka dapat
mempengaruhi permeabilitas.
4. Penyusun butir, sangat penting dan mempengaruhi porositas.
5. Kompaksi dan sementasi, mempengaruhi beasr kecilnya rongga.
Porositas sekunder terjadi karena diinduksikan. Ada beberapa proses pembentukan poripori sekunder yaitu:
1. Pori-pori pelarutan, proses ini terutama terjadi dalam batuan karbonat dimana dalam
proses ini terjadi penambahan porositas dan pembesaran rongga-rongga.
2. Pori-pori retakan atau rekah-rekah, biasa ditemukan pada batuan yang pegas
(karbonat). Rekahan terjadi akibat adanya dilatansi pada gejala struktur,
pengembangan batuan pada penghilangan beban yang berada di atasnya dank arena
reduksi volume karena kompaksi.
Menurut Waldschmidt, Fitzgerald dan Lunsford (1956), rekahan dibagi menjadi 4
golongan besar:
1. Terbuka, dengan pemisahan dinding rekahan yang jelas.
2. Sebagian terisi, dengan dinding rekahan dilapisi oleh Kristal.
3. Terisi, dengan rekahan seluruhnya diisi oleh Kristal.
4. Tertutup, tidak kelihatan adanya pemisahan dinding rekahan.
Pada suatu batuan reservoir bisa didapat 2 jenis permeabilitas oleh karena retakan ini:
-permeabilitas dan porositas rendah di dalam bongkahan di antara retakan
-permeabilitas dan porositas tinggi di dalam rekahannya sendiri.
Dua macam batuan yang penting untuk bertindak sebagai reservoir adalah batupasir dan
gamping.
Jenis-jenis klastik detritus:
1. Batupasir: merupakan reservoir yang paling penting dan yang paling banyak.
Porositas pada batupasir bersifat intergranuler. Batupasir terutama terdiri dari mineral
kuarsa dan dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu:
a. Batupasir kuarsa; merupakan batuan reservoir sangat baik, butirannya berbentuk
bundar dan tidak terdapat matriks kecuali semen.
b. Batupasir greywacke; terdiri dari fragmen berbagai macam batuan dan
mempunyai matriks yang mengurangi porositasnya.
c. Batupasir arkose; terdiri dari kuarsa dan feldspar, biasanya cukup bersih tetapi
kebundaran butirannya tidak terlalu baik karena bersudut-sudut.
2. Konglomerat dan detritus kasar; dapat bertindak sebagai reservoir karena semakin
besar batuan maka makin besar pula pori-porinya.
3. Batu lanau; terkadang dapat bertindak sebagai reservoir karena besar butirnya sangat
halus, namun jika mengalami retakan atau pelarutan maka permeabilitasnya sangat
baik sehingga dapat menjadi reservoir.
Faries, geometrid an penyebaran batuan reservoir saling berhubungan erat.
Pada umumnya terdapat 3 macam fasies:
1. Batu pasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil).
2. Batu pasir yang diendapkan dalam lingkungan campuran atau dekat pantai.
3. Batu pasir marin yaitu batu pasir yang diendapkan dalam laut.
Rich (1923) dan Potter (1923) mengklasifikasikan:
1. Tubuh batu pasir yang sama sisi.
2. Tubuh batu pasir memanjang
Lensa pasir terjadi dalam 2 cara yaitu dengan pembentukan di darat dalam endapan
fluvial sebagai suatu gosong tanjung (point bar) dan dapat terbentuk dalam pengendapan
suatu delta terutama pada delta rendah.
Selimut pasir biasanya sangat murni, berbutir bundar-bundar, terpilah baik dan
berasosiasi dengan karbonat.
Bentuk tubuh batu pasir yang memanjang mungkin lebih banyak terdapat daripada yang
berbentuk lensa ataupun yang berbentuk selimut. Pada umumnya terdapat 2 macam
bentuk yang memanjang:
1. Tubuh pasir berbentuk tali-sepatu (shoe-string sand)
2. Tubuh batu pasir gosong penghalang ( bar-sand atau sand-bar)
Pada umumnya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang terbatas, oleh karena
itu diperlukan proses regresi-transgresi, proses meander dan proses-proses lainnya.
Meskipun masing-masing lapisan dapat dikolerasikan, tetapi sebenarnya tidak dapat
dilakukan karena terhalang lapisan serpih.
Kompleks tubuh batu pasir tersebut dapat dikatakan bertingkat banyak (multistory) atau
berupa berkas (bundle)(Sulwold,1958). Pada batu pasir terdapat adanya konsepsi arah
(trend) yang biasa digunakan dalam eksplorasi minyak bumi.
Dalam hal geometri batu pasir, ada 3 masalah utama:
1. Merekontruksikan geometri secara tepat
2. Mengetahui apa artinya dari segi asal-mula jadi
3. Mengetahui pola pola penyebaran lapisan sedimen dari asal-mula jadi tertentu dengan
suatu situasi pengendapan yang analog.
Gejala dalam seperti struktur silang-siur, orientasi butir, bekas aliran, lapisan dengan
urutan besar butir tertentu serta hubungan suatu tubuh batu pasir terhadap lapisan yang
ada di atas dan di bawahnya maupun secara lateral adalah sangat penting dalam
menginterpretasikan asal-mula jadinya.
Beberapa gejala yang mencirikan berbagai macam tubuh batu pasir misalnya saja antara
alluvial, gosong laut dan batu pasir turbidit, ciri dari setiap model dapat ditentukan dari
segi:
1. Geometri: posisi geografi dan arah (trend), posisi vertikal, panjang, lebar, ketebalan
dan perbatasan.
2. Gejala-dalam (internal features): struktur sedimen, tekstur, susunan butir.
Pemisahan bentuk geometri berdasarkan berbagai gejala dapat berpengaruh terhadap
penyebaran porositas dan permeabilitas.
Pada umumnya lensa pasir dan tubuh pasir merupakan unsur utama dalam pembentuak
perangkap stratigrafi, namun juga diperlukan unsur perangkap lain seperti unsur tektonik,
pelengkungan ataupun kemiringan wilayah (Milikan, 1940).
Batuan karbonat merupakan batuan reservoir penting untuk minyak dan gas bumi.
Meurut Knebel dan Rodriguez (1956), 59% lapangan minyak yang besar terdapat dalam
batuan reservoir batu pasir tetapi 40% terdapat dalam batuan karbonat.
Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batu gamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin
Penyebaran porositas dan bentuk daripada batuan reservoir sangat erat hubungannya
dengan perangkap minyak (perangkap stratigrafi).
Terumbu karang (reef) dapat merupakan batuan reservoir yang sangat penting. Pada
umumnya terdiri dari suatu kerangka koral, ganggang dan sebagainya yang tumbuh di
laut yang bersih, berenergi dan bergelombang tingga dan mengalami banyak
pembersihan. Pada umumnya terdapat 2 macam reservoir terumbu, yaitu terumbu yang
bersifat fringing atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas pantai dan
terumbu yang bersifat terisoler, yang sering disebut suatu pinnacle atau patch reef
atau secara tepat dikatakan sebagai bioherm yang muncul sebagai bentuk kecil tidak
beraturan.
Lapangan yang bersifat terumbu tiang (pinnacle) ditemukam di Libya yaitu lapangan
Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu terumbu berumur Paleosen.
Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama dalam
asosiainya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit. Batuan reservoir yang
terdapat di dalam oolit itu merupakan pengendapan yang berenergi tinggi dan didapatkan
dalam jalur sepanjang pantai atau jalur dangkal dengan arus gelombang kuat.
Dolomit merupakan batuan reservoir karbonat yang jauh lebih penting dari jenis batuan
karbonat lainnya. Kebanyakan dari batuan karbonat seperti terumbu ataupun oolit sedikit
banyak yang telah didolomitsasikan. Cara terjadinya dolomit bersifat sekunder atau
banyak terbentuk setelah sedimentasi. Porositas timbul karena dolomitsasi batuan
gamping sehingga molekul kalsit diganti oleh oleh molekul dolomit dank arena olekul
dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka akan membentuk pengecilan volume
yang membnetuk rongga-rongga.
Batu gamping yang bersifat afanitik dapat pula bertindak sebagai reservoir, terutama jika
porositasnya didapatkan secara sekunder (induced), misalnya karena peretakan ataupun
karena pelarutan di bawah suatu ketidakselarasan.
Batuan beku dan batuan metamorf dapat pula bertindak sebagai batuan reservoir jika
terdapat dalam keadaan rekah-rekah.
Perangkap patahan dapat bersifat penyekat maupun penyalur. Jika tekanan tersebut lebih
besar disbanding tekanan kapiler minyak maka minyak dapat tersalurkan melalui patahan, tetapi
jika lebih kecil maka patahan menjadi penyekat. Perangkap yang benar-benar terjadi akibat
patahan:
1. Adanya kemiringan wilayah: lapisan yang tidak miring atau sama sekali sejajar tidak
dapat membentuk perangkap, karena walaupun minyak tersekat dalam arah
pematahan tetapi dalam arah lain tidak ada penyekat.
2. Harus ada minimal dua patahn yang berpotongan.
3. Adanya suatu pelengkungan lapisan atau suatu pelipatan.
4. Pelengkungan daripada patahannya sendiri dan kemiringan wilayah.
Patahan normal biasa sekali terjadi sebagai suatu unsur perangkap. Biasanya minyak lebih
sering terdapat di dalam hanging wall daripada di dalam foot wall terutama dalam kombinasi
dengan adanya lipatan. Patahan naik juga bertindak sebagai suatu unsur perangkap dan biasanya
selalu berasosiasi dengan lipatan yang ketat ataupun asimetris. Patahan tumbuh yaitu suatu
patahan normal yang terjadi secara bersamaan dengan akumulasi sedimen. Patahan transversal,
pada umumnya perangkap patahan transversal merupakan pemancungan oleh pergeseran patahan
terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan struktur pada bagian penunjaman yang
terbuka.
Kubah garam merupakan pelipatan bersifat diapir. Suatu lapisan garam yang terdapat pada
kedalaman tertentu, karena sifat garam yang plastis dan juga karena berat jenis yang rendah
sering menusuk ke dalam sedimen yang berada di atasnya dan membentuk semacam suatu tiang
atau suatu pilar dan menyundul sedimen yang ada di atasnya sehingga berbentuk kubah.
Dengan konsep tektonik lempeng dewasa ini, maka pada pinggiran pertemuan dua
lempeng (misalnya lempeng samudra dengan lempeng benua) terjadi berbagai gaya kompresi
yang menyebabkan terjadinya pelipatan yang ketat sekali. Terdapat suatu konsepsi mengenai
terbentuknya lipatan karena gaya vertikal, yaitu pematahan dalam batuan dasar menyebabkan
gerakan turun naik daripada balok-balok atau bongkah-bongkah patahan ini sehingga
menyebabkan pelipatan di atasnya.
Perangkap stratigrafi adalah suatu istilah umum untuk perangkap yang terjadi karena
berbagai variasi lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian dalam kelanjutan
penyaluran minyak dalam bumi (Levorsen, 1958). Prinsip perangkap stratigrafi adalah bahwa
minyak dan gas bumi terjebak dalam perjalanannya ke atas terhalang dari segala arah terutama
dari bagian atas dan pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi
batuan lain atau batuan yang karakteristik dari pada reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitas (permeability barrier). Beberapa unsur utama perangkap stratigrafi
ialah:
1. Adanya perubahan sifat litologi dengan beberapa sifat reservoir
2. Adanya lapisan penutup atau penyekay yang menghimpit
3. Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga dapat menjebak
minyak yang naik
Pada dasarnya perangkap stratigrafi didapatkan karena letak posisi struktur batuan reservoir
sedemikian rupa sehingga batas lateral tubuh tersebut merupakan penghalang permeabilitas
kearah atas atau bawah. Perangkap stratigrafi dinyatakan dalam penampang geologi dan bentuk
peta reservoir. Peta fasies dapat dinyatakan dalam peta isopach yang memperlihatkan ketebalan
lapisan reservoir, peta isolith yang memperlihatkan ketebalan bersih atau interval lapisan yang
terdiri dari beberapa lapisan reservoir dan peta perbandingan pasir serpih yang memperlihatkan
dengan garis kontur perbandingan jumlah ketebalan interkalasi pasir terhadap sisipan serpih pada
suatu interval lapisan. Klasifikasi perangkap stratigrafi menurut Dott dan Reynolds:
a. Perubahan porositas atau permeabilitas
b. Penumpangan (overlap) lateral dan vertikal
c. Perangsuran (gradation) dari fasies atau pelensaan
d. Pemancungan (truncation)
e. Keadaan lingkungan pengendapan
Batuan reservoir klastik sering membentuk lensa-lensa ataupun juga tubuh-tubuh yang
memanjang tetapi terbatas penyebarannya, dengan demikian minyak sebagian terperangkap
karena terbatasnya penyebaran batuan reservoir dan sebagian karena letak ketinggian daripada
penyebaran tersebut. Batuan reservoir karbonat secara mutlak diwakili terumbu (reef). Batuan
reservoir lainnya dapat pula merupakan perangkap stratigrafi, misalnya batuan yang mengalami
retakan secara local.
Perangkap pembajian fasies-porositas lapisan reservoir terdiri dari reservoir klastik
detritus dan reservoir karbonat. Reservoir klastik detritus merupakan perangkap stratigrafi dalam
kategori ketidak lanjutan porositas atau sifat reservoir yang disebabkan pembajian ke atas atau
B ketidakselarasan:
a. Batuan reservoir adalah lebih muda atau berada di atas ketidakselarasan.
b. Batuan reservoir pasir, konglomerat dasar atau breksi dasar sebagai alluvial di atas
ketidakselarasan.
c. Batuan reservoir yang merupakan formasi yang terpancung.
Gradient hidrodinamik didapatkan jika lapisan reservoir tersingkap pada permukaan dan
menerima air, kemudian mengalirkannya ke luar pada titik yang lebih rendah sehingga
timbul perbedaan potensial yang akan menyebabkan adanya permukaan potensiometri
yang miring yang merupakan gradien. Gradient dapat dinyatakan dalam
feet/mile. Rumus kemiringan tan =
= m/km atau
Dimana :
: sudut kemiringan batas air-minyak atau bidang ekipotensial
3. CPI (carbon preference index): perbandingan antara volume anggota n-parifin yang
bernomer ganjil terhadap yang bernomer genap dari kisaran c21-c37.
4. CIR (carbon isotope ratio) c13/ c12 kisaran nilai CIR untuk minyak bumi adalah 1%
(0,0109-0,0110).
5. LOM (level of thermal maturity): minyak bumi dapat terbentuk pada tingkat pematangan
tertentu.
Waktu pembentukan minyak dan gas bumi sangat erat hubungannya dengan mekanisme
tranformasi dan migrasi. Pada umumnya ada dua tanggapan mengenai waktu pembentuk yaitu
pembentukan segera (early formation) dan pembentukan lambat (late formation).
Jika diumpamakan minyak bumi berasal dari zat organic, maka zat organic dapat tersebar
dalam batuan serpih yang halus, dengan demikian minyak dapat bergerak karena terdapatnya
pori pada batuan reservoir. Biasanya dapat dibedakan beberapa cara migrasi:
Migrasi primer: keluarya minyak bumi atau protopetroleum (fluida) dari batuan induk
dan masuk ke batuan reservoir lapisan penyalur (carrier bed). Dalam hal ini kompaksi
serta pengaliran (dewatering) memegang peranan penting.
Migrasi sekunder: pergerakan fluida dalam lapisan penyalur untuk menuju ke tempat
akumulasi.
Perbedaan tetes dengan fasa kontinu: kapilaritas/tegangan permukaan menghalanghalangi bergeraknya tetes.
Kapilaritas tetes dalam pori/konstriksi: dalam keadaan statis pada tiap tonjolan terdapat
keseimbangan tekanan sebelah-menyebelah selaput pemisah fasa.
2 cos
2 cos
Jika rc=
Maka:
)=
)=
1
3
Sehingga = 2 cos (
)=
(
4 cos
) dyne/cm2
Dengan demikian tekanan penggeseran yang diperlukan tergantung dari besar pori/besar butir
dan tegangan antar permukaan, semakin kecil ukuran butir makin besar tekanan yang diperlukan
dan sebaliknya. Berbagai jenis sumber penggerak yang mungkin ialah: 1. Kompaksi, 2.
Tegangan permukaan, 3. Gravitasi pelampungan, 4. Tekanan hidrostatik, 5. Tekanan gas, 6.
Sedimentasi, 7. Gradient hidrodinamik.
Ada beberapa mekanisme migrasi yang telah diajukan, namun masih belum ada yang
memuaskan. Beberapa mekanisme tersebut ialah:
Dengan pertolongan air, air menyeret atau membawa minyak untuk bergerak:
1. Sebagai droplet, yaitu tetes-tetes kecil yang dibawa air.
2. Sebagai micelle (Baker, 1962), adanya gugusan hidroksil atau karboksil pada ujung
suatu molekul yang bertindak hidrofil sedangkan ujung lainnya hidrofob, dapat
melarutkan hidrokarbon.
3. Pelarutan zat induk minyak (non hidrokarbon) dalam air (Hunt, 1968), mengusulkan
kemungkinan migrasi terjadi bukan dalam bentuk hidrokarbon/minyak bumi yang
jelas mengalami kesulitan, tetapi dalam bentuk zat induknya (proto-petroleum).
Tanpa pertolongan air, gelembung/tetes minyak bergerak relative terhadap air yang boleh
dikatakan statis.
1. Gerakan kapilaritas (Washburn, 1915), adanya perbedaan tegangan permukaan antara
air dengan minyak yang menyebabkan air masuk ke pori-pori yang halus sedangkan
minyak masuk pori-pori kasar.
2. Pelarutan dalam gas dan ekspansi gas (Mills, 1923), minyak dapat larut dalam gas,
terutama pada temperature dan tekanan tinggi. Gas merembes melalui rekahanrekahan mikro dalam batuan induk.
3. Teori pelampungan (buoyancy). Karena perbedaan berat jenis minyak bumi dan air,
maka suatu gumpalan minyak akan selalu melambung mencari tempat yang tinggi.
Adanya suatu sentakan (triggering action) memungkinkan terbentuknya suatu
gumpalan dari tetesan minyak yang tersebar.
4. Teori gerakan hidrolik (Munn, 1909), dalam hal ini air yang bergerak, mendorong
minyak untuk bergerak dalam arah yang sama.
5. Teori pengaliran minyak bumi melalui matriks zat organic/ kerogen (Erdman, 1965;
McAuliffe, 1979). Pada umumnya batuan induk bersifat hidrofil atau aleofobe, tidak
dibasahi minyak, akan tetapi migrasi dapat terjadi melalui jaringan kerogen yang
bersifat kontinyu dalam batuan induk.
Migrasi primer merupakan proses bergeraknya fluida dari batuan induk yang berupa
batuan klastik halus (serpih-lempung), dimana zat organic terkumpul dan kemudian
ditransformasikan menjadi minyak bumi, ke batuan yang lebih sarang atau yang disebut lapisan
penyalur (carrier-bed). Migrasi primer berhubungan erat dengan kompaksi, litifikasi, diagenesa
dan dehidrasi terutama dari endapan lempung dimana kebanMigrasi primer berhubungan erat
dengan kompaksi, litifikasi, diagenesa dan dehidrasi terutama dari endapan lempung dimana
kebanyakan zat organic terdapat dan dianggap sebagai batuan induk. Burst membedakan 3
stadium yang terpisah-pisah dalam beberapa air diekstraksi dari lempung di bawah permukaan:
Pada stadium I, air pori kelebihan dan air di antara lapisan Kristal lempung dikeluarkan
oleh tekanan beban lapisan di atanya. Pada stadium ini volume terjadi pengeluaran air
yang banyak dalam proses dehidrasi.
Pada stadium II, tekanan secara relative merupakan faktor yang tidak efektif dalam
proses dehidrasi, karena peningkatan kerapatan paket air antar lapisan dan sedimen
tinggal dalam keadaan setengah seimbang sambil mengabsorbsi panas yang ditimbulkan
karena makin dalamnya keadaannya pada kolom geologi.
Pada stadium III, tempat air yang terakhir, yang mendekati kerapatan air kapiler, secara
berangsur-angsur dikeluarkan dari antara jaringan Kristal lempung (crystal lattice) dan
dari pori-pori, sedangkan temperature dari sedimen meningkat.
Migrasi primer segera dapat berlangsung pada kedalaman dangkal. Gradient geothermal
dapat mempengaruhi migrasi:
Faktor temperature, Levorsen (1958) panas mempunyai efek terhadap migrasi, terutama
dari segi viskositas hidrokarbon, volume, tekanan dan kelarutan.
Faktor porositas dan kedalaman, Maxwell menunjukkan penurunan porositas batu pasir
secara linier menurut kedalamannya. Halnini dikarenakan kenaikan tekanan karena
kompaksi beban dan peningkatan kelarutan karena temperature.
Pada migrasi sekunder pergerakan minyak bumi kea rah perangkap yang juga disebut
longitudional migration, pada umumnya berlangsung sepanjang lapisan penyalur. Minyak
dapat bermigrasi secara vertikal ke atas sepanjang rekahan, patahan dan retakan. Migrasi
berlangsung secarajangka pendeka dengan bukti:
Sulit bagi kita untuk memahami bahwa tetes-tetes minyak dapat bergerak secara ekstensif
sepanjang kemiringan rendah.
Juga dalam produksi tidak semua minyak dapat dikeluarkan (irrecoverable) apabila
migrasi memang dari jarak jauh.
Ada pula pendapat yang membenarkan migrasi jarak jauh. Hal ini diterangkan sebagai berikut:
Jika minyak dapat bergerak dalam jarak pendek, maka jika diberi waktu yang cukup lama
dapat bergerak dalam jarak jauh.
Bukti mengenai migrasi jarak dekat pada lensa-lensa tak kena, karena batuan reservoir
menerus sehingga minyak dapat bermigrasi jauh.
Produksi minyak bumi bukan fungsi dari jarak sumur, tetapi diberi waktu minyak
bergerak ke suatu sumur tidak bergantung jaraknya.
Bentuk serta ekstansi suatu perangkap jarang tetap seperti terdapat sekarang, sehingga
minyak bumi dapat bergerak jauh untuk menyesuaikannya.
Banyak penyelidikan geokimia memperlihatkan bahwa batuan induk terdapat jauh dari
tempat akumulasi sekarang.
Dalam keadaan hidrostatik, akumulasi dapat diterangkan oleh teori Gussow (1951),
gumpalan atau tetesan minyak dan gas akan bergerak sepanjang atas lapisan penyalur di atas
yang disebabkan buoyancy, minyak dan gas akan tertampung dan saling mendesak hingga
membentuk spilling. Terisinya suatu perangkap oleh gas, minyak dan sebagainya, tergantung
dari arah migrasi dan jumlah minyak dan gas yang bermigrasi. Menurut King Hubbert
(1953),minyak bumi baik dalam bentuk tetes-tetes maupun fasa yang menerus yang berada
dalam lingkungan air, akan selalu mencari bagaian reservoir yang terisolisir dan secara local
mempunyai potensial terendah. Medan potensial dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan
resultan dari dua gaya, yaitu (1) gaya pelampungan (buoyancy), dan (2) gaya yang disebabkan
gradient hidrodinamik. Suatu perangkap dapat terisi atau kosong tergantung dari waktu
pembentukannya ataupun kapan minyak itu terbentuk atau berada dalam keadaandapat dijebak
oleh perangkap. Rittenhouse (1969), dalam Dott dan Reynold (1969) memberikan kriteria untuk
mengetahui waktu akumulasi. Berbagai metodanya memberikan informasi hal-hal sebagai
berikut:
2. Perangkap yang terisi dan yang kosong, terdapat kemungkinan perangkap yang terisi
dibentuk terlebih dulu dan perangkap yang kosong terbentuk lebih kemudian, setelah
migrasi sekunder berhenti.
3. Ekspansi gas, dikemukakan oleh Levorsen (1956) yang mendasarkannya adalah hukum
boyle dan Charles.
4. Minyak di bawah penjenuhan, anggapan dasar dari kriteria ini adalah bahwa minyak telah
jenuh dengan gas pada waktu akumulasi telah selesai.
5. Topi gas yang berkelainan, topi gas yang tinggi dalam blok yang turun dalam perangkap
patahan menunjukkan akumulasi gas sebelum pematahan.
6. Difusi gas dalam reservoir yang sebagian terpisah dan tak jenuh.
7. Metoda energy (oleh para ilmuwan Uni Soviet), dasar metoda ini adalah pengukuran
kehilangan nilai energy dari minyak dalam reservoir sepanjang waktu.
8. Mineral diagenesa, diagenesa akan menurunkan porositas karena sementasi dan
kompaksi.
9. Sementasi organik