Anda di halaman 1dari 28

RESUME

GEOLOGI MINYAK BUMI

Disusun oleh :
Hana Dwi Sussena

(125090701111003)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

BAB 3 CARA TERDAPATNYA MINYAK- DAN GASBUMI


Pada prinsipnya minyakbumi terdapat dalam 2 cara utama, yaitu
1. Pada permukaan bumi: terutama sebagai rembasan (seepages atau seeps), kadangkadang juga sebagai suatu danau, sumber atau sebagai pasir yang dijenuhi
minyakbumi.
2. Di dalam kerak bumi: minyakbumi terdapat di dalam rongga-rongga atau pori-pori
batuan dan menjenuhi seluruh batuan tersebut.
Sebagai suatu penjenuhan batuan di dalam kerak bumi, minyak bumi bisa terdapat:
1. Dalam jumlah kecil atau yang disebut juga sebagai tanda-tanda minyak (oil shows).
2. Dalam jumlah akumulasi yang komersil, yaitu cukup besar untuk diproduksi secara
umum.
Akumulasi komersil, tergantung pada jumlah pori batuan yang terdapat, besarnya dan
caranya pori dapat meluluskan minyak dan juga persentasi cairan yang menjenuhi batuan
tersebut.
Minyakbumi pada permukaan biasa ditemukan pada daerah rembasan (seeps) dan bisa
menunjukkan daerah kemungkinan adanya minyak di bawah permukaan.
Berdasarkan gejala cara timbulnya, minyak pada permukaan dapat dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Yang masih aktif: minyak keluar sebagai sumber bersama-sama dengan air, keluar
ataupun merembas secara perlahan-lahan untuk kemudian membentuk suatu danau
aspal, atau dapat pula keluar secara aktif dari suatu gunung-api lumpur (mudvolcano).
2. Yang telah mati atau tidak aktif: dapat berupa batu pasir yang dijenuhi oleh bitumina,
suatu zat semacam aspal yang merupakan sisa atau residu penguapan fraksi ringan
dari suatu minyakbumi. Selain itu, terdapatnya hidrokarbon padat dapat diartikan
sebagai rembasan yang tidak aktif lagi sehingga merupakan residu minyak yang
fraksi ringannya telah menguap.
Menurut Link (1952) ada 5 jenis utama rembasan, yaitu :
1. Rembasan yang keluar dari homoklin, dimana ujungnya telah tererosi atau tersingkap,
akan tetapi lapisan minyaknya sendiri belum sampai pada permukaan dan biasanya
merupakan rembesan kecil.

2. Rembasan minyak yang berasosiasi dengan lapisan dan formasi tempat minyak
tersebut terbentuk, biasanya lapisan serpih yang merupakan batuan induk
minyakbumi jika teretakkan dan terhancurkan akan membebaskan minyak dalam
jumlah kecil.
3. Rembasan minyak- dan gas yang keluar dari akumulasi minyak yang besar dan telah
tersingkap oleh erosi atau reservoirnya telah dihancur-luluhkan oleh patahan dan
lipatan, merupakan rembasan terbesar.
4. Minyak merembas keluar pada permukaan sepanjang bidang ketidakselarasan,
dimungkinkan terdapat banyak rembasan lain yang keluar atau memotong suatu
ketidakselarasan , kemudian merupakan jalan utama dan alat pengumpul daripada
semua rembesan sehingga menghasilkan rembasan besar.
5. Rembasan yang berasosiasi dengan intrusi, seperti gunungapi lumpur, intrusi batuan
beku atau penusukan oleh kubah garam. Dalam hal ini rembesan perlu diperhatikan
karena :
a. Rembesan menunjukkan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu
membentuk minyakbumi.
b. Rembesan mungkin sekali berasosiasi dengan suatu reservoir minyak di
bawahnya yang mengalami kebocoran.
Gunungapi lumpur atau mudvolcano adalah setiap extrusi pada permukaan lempung atau
lumpur yang secara morfologi membentuk suatu kerucut yang di atasnya terdapat suatu
telaga yang dibarengi dengan keluarnya gas dan air (terkadang juga minyak).
Berdasarkan asalnya ada 2 macam gunungapi lumpur, yaitu:
1. Gunungapi lumpur jenis dangkal: biasanya berasosiasi dengan minyakbumi dan
merupakan kerucut lumpur yang dihasilkan oleh extrusi lempung dan sedikit atau
banyak klastik.
2. Gunungapi lumpur jenis dalam: biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geologi
yang lapisan sedimennya belum terkompaksikan. Menurut Gansser (1960) gejala khas
gunungapi lumpur adalah:
a. Biasanya berasosiasi dengan lapisan sedimen berumur tersier dan kapur atas.
b. Lapisan sedimennya berasal dari laut.
c. Lapisan pelitik dan klastik biasanya bervariasi.

d. Selalu berasosiasi dengan gas dan air asin.


e. Lapisan tersebut ditutupi oleh endapan yang lebih kompeten.
f. Terdapat di daerah dimana sinklin yang luas dipisahkan oleh antiklin yang tajam
dan lapisan sedimennya yang klastik yang terdapat lebih dalam telah menusuk ke
atas.
g. Meningkatnya tekanan, memobilisasikan lempung klastik di dalam antiklin
dengan air garam, gas dan beberapa tempat terdapat minyak.
h. Kebanyakan titik-titik erupsi terdiri dari banyak kerucut.
i. Kerucut yang curam maupun landai didapatkan bersama-sama
j. Erupsi biasanya terjadi secara periodic, tetapi seringkali secara tidak beraturan.
k. Berbagai fragmen batuan yang sangat besar ataupun kecil yang berasal dari
lapisan lebih tua seringkali ikut diekstrusikan dengan lumpur.
l. Secara individual jangka hidup suatu pusat erupsi biasanya sangat pendek.
m. Jalur diapir gunungapi lumpur biasanya berimpitan dengan yang beranomali
gravitasi negatif.
Minyakbumi dalam kerak bumi didapatkan dalam lapisan berpori. Dilihat dari jumlahnya
terbagi atas jejak-jejak (minor occurrences), yaitu dalam jumlah sedikit-sedikit saja dan
suatu akumulasi, yaitu terdapat dalam jumlah besar atau dari segi ekonomi terkumpul
secara menguntungkan.
Tanda-tanda minor showing yaitu ditemukannya minyak itu bersama-sama dengan air(air
asin), ditemukan di dalam lapisan yang bukan reservoir.
Adanya tanda-tanda minyak yang sedikit atau yang kemudian dapat menunjukkan adanya
akumulasi komersil adalah:
1. Lumpur pemboran: lumpur yang dipakai pelumas bercampur dan melarutkan minyak
yang terdapat dalam formasi yang sedang ditembus oleh mata bor. Lumpur yang
keluar jika dilihat dari mikroskop binokuler dengan cahaya ultraviolet akan Nampak
keemasan.
2. Serbuk pemboran: keratan batuan yang didapatkan pada pemboran dibawa oleh
lumpur. Hasil serbuk dapat diekstraksi maupun menggunakan metode penyinaran
dengan sinar ultraviolet.
Beberapa faktor penting dalam akumulasi komersil:

1. Harga minyak dipasaran bebas.


2. Jumlah cadangan yang terdapat dalam akumulasi.
3. Produktivitas reservoir sebagaimana dihasilkan oleh oleh setiap sumur.
4. Biaya produksi, eksploitasi, eksplorasi yang berbeda pada setiap medan.
5. Pajak dan biaya lainnya.
Reservoir adalah wadah tempat minyak berkumpul (telaga minyak/kolam minyak).
Lapangan minyak atau lading minyak adalah daerah yang di bawahnya mempunyai
akumulasi minyak dalam beberapa telaga minyak dan terdapat dalam suatu gejala geologi
yang sama.
Lapangan minyak- dan gas raksasa adalah lapangan yang mempunyai cadangan minyak
dan gas bumi lebih dari 500 juta barrel (Halbouty, 1970).
Propinsi atau daerah minyak adalah daerah dimana sejumlah telaga dan lapangan minyak
berkelompok dalam lingkungan geologi yang sama.
Prinsip utama dalam reservoir yaitu reservoir harus tertutup pada bagian atas dan
pinggirnya oleh lapisan penutup dan kemudian diberi bentuk perangkap. Bentuk wadah
ini terbuka pada bagian bawah. Terbukanya ke bawah dapat dengan berbagai macam
cara:
1. Terbuka seluruhnya ke bawah.
2. Setengah terbuka ke bawah.
3. Tertutup sama sekali.
Beberapa faktor geologi yang menentukan ekonomis tidaknya suatu akumulasi
minyakbumi, antara lain:
1. Tebal lapisan reservoir.
2. Tutupan (closure).
3. Penyebaran batuan reservoir.
4. Porositas dan permeabilitas efektif.
Keadaan dalam reservoir hanyalah dapat kita ketahui berdasarkan pada beberapa
interpretasi dari:
1. Fluida yang didapatkan dari inti pemboran.
2. Contoh fluida yang diambil dari dasar pemboran.
3. Contoh fluida yang diambil pada permukaan sumur yang sedang diproduksikan.

4. Studi sejarah produksi satu atau lebih sumur.


Di dalam kerak bumi lapisan reservoir selalu terisi oleh air, tanpa adanya air di dalam
formasi minyakbumi tidak akan dapat terkumpul.
Minyakbumi akan selalu mencari tempat tertinggi di dalam suatu lapisan reservoir.
Air formasi atau air konat (connate water) merupakan air yang tedapat dalam formasi. Air
ini biasanya mengandung berbagai macam garam sehingga merupakan bersifat asin
namun terkadang bersifat payau maupun asin sekali.
Perbandingan air formasi dengan air laut dapat dilihat dari tidak adanya sulfat pada air
formasi, tidak adanya Ca dan Mg dalam air formasi serta kadar klorida pada umumnya
jauh lebih tinggi daripada air laut.
Perbedaan air formasi dengan air laut disebabkan oleh:
1. Adsorpsi dan pertukaran basa (base-exchange) oleh batuan sekelilingnya yang
meningkatkan konsentrasi klorida.
2. Penguapan air laut pada waktu sedimentasi, atau oleh pengurangan tekanan pada
pengembangan gas bebas.
3. Variasi local sebagai akibat perubahan keadaan geologi.
4. Penambahan berbagai garam oleh debu vulkanikpada air laut asalnya,
Penyebaran vertikal daripada air, gas dan minyak ditentukan oleh:
1. Berat jenis. Berat jenis air formasi yang tawar 1,0 sedangkan yang asin 1,140
(mengandung 210.000 ppm garam).
2. Daya larut masing-masing fluida atau gas. Daya larut gas dalam minyakbumi lebih
tinggi dari pada dalam air.
3. Kapilaritas, tekanan kapiler dapat dituliskan dalam persamaan =
Pc= tekanan kapiler

= tegangan permukaan

= sudut kontak permukaan air-minyak


r= radius efektif pipa kapiler

4. Penjenuhan masing-masing fluida dalam batuan reservoir.


Penyebaran gas, minyak dan air dalam reservoir sangat tergantung pada hubungan antar
fluida, perbedaan dalam daya pelampung, penjenuhan relatif dari ruang pori salah satu

fluida tersebut, tekanan kapiler dan tekanan penggerseran, serta juga keadaan
hidrodinamis serta porositas dan permeabilitas.
Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga reservoir,
baik gas, minyak ataupun air.
Timbulnya tekanan reservoir disebabkan adanya:
1. Gradient hidrostatik, yang disebabkan karena tekanan kolom air dalam formasi
sampai ke permukaan.
2. Gradient hidrodinamik, yang merupakan komponen lateral dari perbedaantinggi
kolom air di berbagai tempat.
3. Gradient geostatic, disebabkan karena adanya beban material yang terdapat di atas
suatu titik dalam kerak bumi. Gradient geostatic terbagi menjadi 2 yaitu gradient
litostatik (vertikal) (PLV) dan gradient hidrostatik (PH).
4. Gradient geodinamik, disebabkan karena gaya tektonik yang bekerja pada batuan
secara lateral.
Tekanan formasi yang abnormal adalah tekanan formasi yang lebih tinggi dari yang
diperhiyungkan dari gradient hidrostatik. Hal ini biasa terjadi dalam cekungan sedimen
dimana kompaksi tidak berlangsung dengan baik dan sering berasosiasi dengan diapir
serpih dan gunungapi lumpur. Disebabkan kecepatan sedimentasi yang tinggi dan
permeabilitas yang rendah.
Temperature reservoir terutama ditentukan oleh kedalamannya, semakin dalam maka
temperatus semakin tinggi. Temperature ditentukan oleh gradient panas bumi.
Gradien panas bumi=


( )

Gradien panas bumi dinyatakan sebagai 100 kaki atau 100 meter atau dalam nilai
kebalikannya kaki.

Sumber panas dengan temperature tinggi:


1. Radiasi dari inti bumi (sumber utama)
2. Aktivitas magma dan gunungapi (terutama memberikan gradient yang abnormal
tinggi)
3. Sumber lain, seperti efek gaya tektonik dan lain-lain

Gradient panas bumi yang tinggi dapat menyebabkan titik kritis didapatkan pada kedalam
dangkal (kondesat), pelarutan gas dalam minyak, peningkatan tekanan reservoir,
peningkatan volume minyak gas, batuan dan lain sebagainya.
Penyebaran adanya akumulasi minyakbumi di dunia disebabkan karena keadaan geologi
setempat. Penyebaran ini menyangkut secara lateral (geografi) ataupun vertikal
(kedalaman).
Minyakbumi dapat ditemukan pada cekungan sedimen. Cekungan sedimen dibedakan
secara klastik menjadi:
1. Geosinklin: cekungan yang memanjang dengan lapisan sedimen yang sangat tebal
diendapkan secara cepat sehingga menghasilkan struktur perlipatan yang rumit, pada
daerah ini minyak jarang ditemukan.
2. Daerah epi-kontinetal (miogeosinklin): terletak antara geosinklin dengan perisai
benua dan juga merupakan daerah dimana sedimentasi tebal terjadi, tetapi kemudian
tidak terlipat secara kuat. Dearah ini kaya akan minyakbumi.
3. Daerah paparan kontinen: daerah dimana lapisan sedimen tidak terlalu tebal dan juga
merupakan daerah kaya dengan minyakbumi.
Cekungan di atas kerak benua (cratonic):
1. Cekungan pedalaman (interior basin): berbentuk piring yang sederhana yang pada
umumnya tetutup lapisan paleozoikum.
2. Lengkungan intra continental (dalam benua) : biasanya bersiklus banyak, terdapat
dibagian luar daerah kraton benua dan pada umumnya terdiri dari sedimen
paleozoikum.
3. Cekungan graben atau setengah graben (rift): terdapat dipaling luar kraton benua dan
sering berhubungan dengan cekungan samudra pada zaman mesozoikum dan tersier.
Cekungan peralihan kerak benua-kerak samudra:
1. Cekungan extrakontinental: terjadi karena penekukan lempeng kea rah daerah
samudra , dapat terdiri dari satu atau lebih palung dan membuka rah samudra.
2. Cekungan pantai stabil atau cekungan patahan-graben pantai: terdiri dari lapisan tebal
dengan patahan yang menurun ke arah samudra.
3. Cekungan intermontan (cekungan memanjang stadium kedua): terdapat pada
pinggiran benua dimana kerak benua berpapasan dengan kerak samudra.

4. Cekungan jurus intermontan: cekungan ini kecil dan pada umumnya berbentuk
graben berumur tersier yang diendapkan sebagai sedimen paralik-marin siklus kedua
di atas palung eugeosinklin mesozoikum yang mengalami metamorphosis dan
terintrusikan batuan beku.
5. Delta tersier: merupakan penimbunan berbentuk kipas yang tebal dan melintasi
pinggiran benua dimana system sungai besar bermuara.

BAB IV BATUAN RESERVOIR


Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak- dan gasbumi.
Unsur-unsur suatu reservoir minyakbumi adalah:
1. Batuan reservoir: sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gasbumi.
Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang berongga-rongga ataupun
berpori.
2. Lapisan penutup (cap-rock): yaitu suatu lapisan yang tidak permeabilitas, yang
terdapat di atas suatu reservoir dan menghalangi minyak dan gas yang keluar dari
reservoir.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap): yaitu suatu unsur pembentuk reservoir yang
bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk
konkav ke bwah dan menyebabkan minyak dan gas bumi berada di bagian atas
reservoir.
Porositas suatu medium adalah perbandingan volume ronga-rongga pori terhadap volume
total seluruh batuan dapat dituliskan dalam persamaan :
=


100%

Dinyatakan dalam acre-feet.

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan hokum Boyle.


2. Dari log listrik, log sonik dan log radioaktivitas.
3. Dari log kecepatan pemboran.
4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi.
5. Dari hilangnya inti pemboran.

Skala visual porositas:


0 5%, dapat diabaikan (negligible)
5 10%, buruk (poor)
10 15%, cukup (fair)
15 20%, baik (good)
20 25%, sangat baik (very good)
>25%, istimewa (excellent)
Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Antar butir (intergranuler)
2. Antar Kristal (interkristalin)
3. Celah dan rekah
4. Bintik-bintik jarum (point-point porosity)
5. Ketat (tight)
6. Padat (dense)
7. Gerowong (vugular)
8. Bergua-gua (cavernous)
Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui
pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan
tersebut. Dapat dinyatakan dalam persamaan
q=

(hukum Darcy)

dinyatakan dalam milidarcy (1 md= 0,001 darcy).


Cara penentuan permeabilitas adalah:
1. Dengan permeameter
2. Penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran
3. Dari kecepatan pemboran
4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang (bottom-hole
pressure-decline)
Skala permeabilitas semi-kuantitatif:
1. Ketat (tight), kurang dari 5 md
2. Cukup (fair) antara 5 sampai 10 md

3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md


4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
Permeabilitas tergantung sekali pada ada tidaknya cairan atau gas di dalam rongga yang
sama.
Klasifikasi rongga pori dilihat dari segi asal terjadinya:
1. Pori primer: dibentuk pada waktu batuan diendapkan.
2. Pori sekunder: porositasnya dibentuk oleh beberapa gejala dari luar.
Jenis porositas yang memilih kemas (fabric-selective) adalah:
1. Antar parktikel
2. Intra-partikel
3. Antar-kristal
4. Cetakan (moldic)
5. Fenestral
6. Perlindungan (shelter)
7. Kerangka pertumbuhan (growth framework)
Porositas yang tidak memilih kemas ada 4 macam, yaitu:
1. Rekahan (fracture)
2. Saluran (channel)
3. Gerowong (vug)
4. Gua-gua (cavern)
Porositas yang memilih kemas atau tidak ada 4 macam, yaitu:
1. Retakan (breksi)
2. Pemboran batuan
3. Bioturbasi (burrow)
4. Penciutan
Rongga-ronggo primer dalam hal pori-pori antar butir terjadi pada waktu batuan tersebut
terbentuk.
Berbagai faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pori-pori adalah:
1. Besar butir, mempengaruhi besar kecilnya pori-pori, tetapi sama sekali tidak
mempengaruhi porositas total batuan.
2. Pemilahan, cara penyebaran berbagai macam besar butir.

3. Bentuk dan kebundaran butir, jika bentuk butir berbeda dari bentuk bola maka dapat
mempengaruhi permeabilitas.
4. Penyusun butir, sangat penting dan mempengaruhi porositas.
5. Kompaksi dan sementasi, mempengaruhi beasr kecilnya rongga.
Porositas sekunder terjadi karena diinduksikan. Ada beberapa proses pembentukan poripori sekunder yaitu:
1. Pori-pori pelarutan, proses ini terutama terjadi dalam batuan karbonat dimana dalam
proses ini terjadi penambahan porositas dan pembesaran rongga-rongga.
2. Pori-pori retakan atau rekah-rekah, biasa ditemukan pada batuan yang pegas
(karbonat). Rekahan terjadi akibat adanya dilatansi pada gejala struktur,
pengembangan batuan pada penghilangan beban yang berada di atasnya dank arena
reduksi volume karena kompaksi.
Menurut Waldschmidt, Fitzgerald dan Lunsford (1956), rekahan dibagi menjadi 4
golongan besar:
1. Terbuka, dengan pemisahan dinding rekahan yang jelas.
2. Sebagian terisi, dengan dinding rekahan dilapisi oleh Kristal.
3. Terisi, dengan rekahan seluruhnya diisi oleh Kristal.
4. Tertutup, tidak kelihatan adanya pemisahan dinding rekahan.
Pada suatu batuan reservoir bisa didapat 2 jenis permeabilitas oleh karena retakan ini:
-permeabilitas dan porositas rendah di dalam bongkahan di antara retakan
-permeabilitas dan porositas tinggi di dalam rekahannya sendiri.
Dua macam batuan yang penting untuk bertindak sebagai reservoir adalah batupasir dan
gamping.
Jenis-jenis klastik detritus:
1. Batupasir: merupakan reservoir yang paling penting dan yang paling banyak.
Porositas pada batupasir bersifat intergranuler. Batupasir terutama terdiri dari mineral
kuarsa dan dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu:
a. Batupasir kuarsa; merupakan batuan reservoir sangat baik, butirannya berbentuk
bundar dan tidak terdapat matriks kecuali semen.
b. Batupasir greywacke; terdiri dari fragmen berbagai macam batuan dan
mempunyai matriks yang mengurangi porositasnya.

c. Batupasir arkose; terdiri dari kuarsa dan feldspar, biasanya cukup bersih tetapi
kebundaran butirannya tidak terlalu baik karena bersudut-sudut.
2. Konglomerat dan detritus kasar; dapat bertindak sebagai reservoir karena semakin
besar batuan maka makin besar pula pori-porinya.
3. Batu lanau; terkadang dapat bertindak sebagai reservoir karena besar butirnya sangat
halus, namun jika mengalami retakan atau pelarutan maka permeabilitasnya sangat
baik sehingga dapat menjadi reservoir.
Faries, geometrid an penyebaran batuan reservoir saling berhubungan erat.
Pada umumnya terdapat 3 macam fasies:
1. Batu pasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil).
2. Batu pasir yang diendapkan dalam lingkungan campuran atau dekat pantai.
3. Batu pasir marin yaitu batu pasir yang diendapkan dalam laut.
Rich (1923) dan Potter (1923) mengklasifikasikan:
1. Tubuh batu pasir yang sama sisi.
2. Tubuh batu pasir memanjang
Lensa pasir terjadi dalam 2 cara yaitu dengan pembentukan di darat dalam endapan
fluvial sebagai suatu gosong tanjung (point bar) dan dapat terbentuk dalam pengendapan
suatu delta terutama pada delta rendah.
Selimut pasir biasanya sangat murni, berbutir bundar-bundar, terpilah baik dan
berasosiasi dengan karbonat.
Bentuk tubuh batu pasir yang memanjang mungkin lebih banyak terdapat daripada yang
berbentuk lensa ataupun yang berbentuk selimut. Pada umumnya terdapat 2 macam
bentuk yang memanjang:
1. Tubuh pasir berbentuk tali-sepatu (shoe-string sand)
2. Tubuh batu pasir gosong penghalang ( bar-sand atau sand-bar)
Pada umumnya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang terbatas, oleh karena
itu diperlukan proses regresi-transgresi, proses meander dan proses-proses lainnya.
Meskipun masing-masing lapisan dapat dikolerasikan, tetapi sebenarnya tidak dapat
dilakukan karena terhalang lapisan serpih.

Kompleks tubuh batu pasir tersebut dapat dikatakan bertingkat banyak (multistory) atau
berupa berkas (bundle)(Sulwold,1958). Pada batu pasir terdapat adanya konsepsi arah
(trend) yang biasa digunakan dalam eksplorasi minyak bumi.
Dalam hal geometri batu pasir, ada 3 masalah utama:
1. Merekontruksikan geometri secara tepat
2. Mengetahui apa artinya dari segi asal-mula jadi
3. Mengetahui pola pola penyebaran lapisan sedimen dari asal-mula jadi tertentu dengan
suatu situasi pengendapan yang analog.
Gejala dalam seperti struktur silang-siur, orientasi butir, bekas aliran, lapisan dengan
urutan besar butir tertentu serta hubungan suatu tubuh batu pasir terhadap lapisan yang
ada di atas dan di bawahnya maupun secara lateral adalah sangat penting dalam
menginterpretasikan asal-mula jadinya.
Beberapa gejala yang mencirikan berbagai macam tubuh batu pasir misalnya saja antara
alluvial, gosong laut dan batu pasir turbidit, ciri dari setiap model dapat ditentukan dari
segi:
1. Geometri: posisi geografi dan arah (trend), posisi vertikal, panjang, lebar, ketebalan
dan perbatasan.
2. Gejala-dalam (internal features): struktur sedimen, tekstur, susunan butir.
Pemisahan bentuk geometri berdasarkan berbagai gejala dapat berpengaruh terhadap
penyebaran porositas dan permeabilitas.
Pada umumnya lensa pasir dan tubuh pasir merupakan unsur utama dalam pembentuak
perangkap stratigrafi, namun juga diperlukan unsur perangkap lain seperti unsur tektonik,
pelengkungan ataupun kemiringan wilayah (Milikan, 1940).
Batuan karbonat merupakan batuan reservoir penting untuk minyak dan gas bumi.
Meurut Knebel dan Rodriguez (1956), 59% lapangan minyak yang besar terdapat dalam
batuan reservoir batu pasir tetapi 40% terdapat dalam batuan karbonat.
Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batu gamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

Penyebaran porositas dan bentuk daripada batuan reservoir sangat erat hubungannya
dengan perangkap minyak (perangkap stratigrafi).
Terumbu karang (reef) dapat merupakan batuan reservoir yang sangat penting. Pada
umumnya terdiri dari suatu kerangka koral, ganggang dan sebagainya yang tumbuh di
laut yang bersih, berenergi dan bergelombang tingga dan mengalami banyak
pembersihan. Pada umumnya terdapat 2 macam reservoir terumbu, yaitu terumbu yang
bersifat fringing atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas pantai dan
terumbu yang bersifat terisoler, yang sering disebut suatu pinnacle atau patch reef
atau secara tepat dikatakan sebagai bioherm yang muncul sebagai bentuk kecil tidak
beraturan.
Lapangan yang bersifat terumbu tiang (pinnacle) ditemukam di Libya yaitu lapangan
Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu terumbu berumur Paleosen.
Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama dalam
asosiainya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit. Batuan reservoir yang
terdapat di dalam oolit itu merupakan pengendapan yang berenergi tinggi dan didapatkan
dalam jalur sepanjang pantai atau jalur dangkal dengan arus gelombang kuat.
Dolomit merupakan batuan reservoir karbonat yang jauh lebih penting dari jenis batuan
karbonat lainnya. Kebanyakan dari batuan karbonat seperti terumbu ataupun oolit sedikit
banyak yang telah didolomitsasikan. Cara terjadinya dolomit bersifat sekunder atau
banyak terbentuk setelah sedimentasi. Porositas timbul karena dolomitsasi batuan
gamping sehingga molekul kalsit diganti oleh oleh molekul dolomit dank arena olekul
dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka akan membentuk pengecilan volume
yang membnetuk rongga-rongga.
Batu gamping yang bersifat afanitik dapat pula bertindak sebagai reservoir, terutama jika
porositasnya didapatkan secara sekunder (induced), misalnya karena peretakan ataupun
karena pelarutan di bawah suatu ketidakselarasan.
Batuan beku dan batuan metamorf dapat pula bertindak sebagai batuan reservoir jika
terdapat dalam keadaan rekah-rekah.

BAB V PERANGKAP RESRVOIR


Perangkap reservoir (trap) mengandung arti seolah-olah minyak terjebak atau tersangkut
dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepas lagi. Hal ini disebabkan karena walaupun minyak
merupakan suatu fasa tersendiri, namun selalu berada bersama-sama dengan air (air formasi).
Sifat minyak yang lebih ringan dibanding air menyebabkan minyak mengikuti garis vertikal
menuju ke atas. Dalam perangkap yang berada dalam keadaan hidrostatik, tetes minyak akan
selalu berusaha bergerak vertikal ke atas. Suatu perangkap dilapisi penyekat yang pada
umumnya dapat terjadi secara struktur, stratigrafi dan kombinasi antara struktur dan stratigrafi.
Perangkap yang disebabkan pelipatan merupakan perangkap utama. Unsur yang mempengaruhi
perangkap ini adalah lapisan penyekat dan penutup yang berada di atasnya dan dibentuk
sedemikian rupa sehingga minyak tidak dapat lari kemana-mana. Kontur struktur ini
diperlihatkan oleh garis-garis kontur yang tidak lain merupakan garis-garis batas lapisan
penyekat dengan lapisan reservoir yang mewakilinya pada ketinggian yang sama. Tutupan
(closure) batas maksimal wadah atau perangkap yang dapat diisi. Titik limpah merupakan suatu
titik pada perangkap dimana kalau minyak bertambah, minyak mulai melimpah kebagian lainnya
yang lebih tinggi kedudukannya. Batas maksimal secara areal diperlihatkan dalam peta struktur
disebut tutupan areal (areal closure), sedangkan tinggi kolom minyak yang maksimal disebut
tutupan vertikal (vertical closure).
Suatu lipatan dapat saja terbentuk tanpa terjadinya suatu tutupan sehingga tidak dapat disebut
tutupan. Menurut Levorsen (1958) menghilangnya tutupan dapat disebabkan oleh:
1. Bentuk lipatan, yaitu apakah sejajar atau sebangun jika semakin sejajar maka tutupan
akan menghilang.
2. Pelipatan bersifat diapir atau tak selaras, yaitu cara pelipatan di atas dan di bawah
suatu lapisan tertentu yang tidak sama.
3. Perlipatan berulang, yaitu perlipatan yang terjadi secara berulang-ulang pada waktu
berlangsungnya sedimentasi.
4. Ketidakselarasan
5. Lipatan asimetris, memberikan bidang sumbu yang miring.
6. Konvergensi lapisan, yaitu menipisnya lapisan kesuatu arah sehingga dapat
menghilangkan suatu tutupan.

Perangkap patahan dapat bersifat penyekat maupun penyalur. Jika tekanan tersebut lebih
besar disbanding tekanan kapiler minyak maka minyak dapat tersalurkan melalui patahan, tetapi
jika lebih kecil maka patahan menjadi penyekat. Perangkap yang benar-benar terjadi akibat
patahan:
1. Adanya kemiringan wilayah: lapisan yang tidak miring atau sama sekali sejajar tidak
dapat membentuk perangkap, karena walaupun minyak tersekat dalam arah
pematahan tetapi dalam arah lain tidak ada penyekat.
2. Harus ada minimal dua patahn yang berpotongan.
3. Adanya suatu pelengkungan lapisan atau suatu pelipatan.
4. Pelengkungan daripada patahannya sendiri dan kemiringan wilayah.
Patahan normal biasa sekali terjadi sebagai suatu unsur perangkap. Biasanya minyak lebih
sering terdapat di dalam hanging wall daripada di dalam foot wall terutama dalam kombinasi
dengan adanya lipatan. Patahan naik juga bertindak sebagai suatu unsur perangkap dan biasanya
selalu berasosiasi dengan lipatan yang ketat ataupun asimetris. Patahan tumbuh yaitu suatu
patahan normal yang terjadi secara bersamaan dengan akumulasi sedimen. Patahan transversal,
pada umumnya perangkap patahan transversal merupakan pemancungan oleh pergeseran patahan
terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan struktur pada bagian penunjaman yang
terbuka.
Kubah garam merupakan pelipatan bersifat diapir. Suatu lapisan garam yang terdapat pada
kedalaman tertentu, karena sifat garam yang plastis dan juga karena berat jenis yang rendah
sering menusuk ke dalam sedimen yang berada di atasnya dan membentuk semacam suatu tiang
atau suatu pilar dan menyundul sedimen yang ada di atasnya sehingga berbentuk kubah.
Dengan konsep tektonik lempeng dewasa ini, maka pada pinggiran pertemuan dua
lempeng (misalnya lempeng samudra dengan lempeng benua) terjadi berbagai gaya kompresi
yang menyebabkan terjadinya pelipatan yang ketat sekali. Terdapat suatu konsepsi mengenai
terbentuknya lipatan karena gaya vertikal, yaitu pematahan dalam batuan dasar menyebabkan
gerakan turun naik daripada balok-balok atau bongkah-bongkah patahan ini sehingga
menyebabkan pelipatan di atasnya.
Perangkap stratigrafi adalah suatu istilah umum untuk perangkap yang terjadi karena
berbagai variasi lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian dalam kelanjutan
penyaluran minyak dalam bumi (Levorsen, 1958). Prinsip perangkap stratigrafi adalah bahwa

minyak dan gas bumi terjebak dalam perjalanannya ke atas terhalang dari segala arah terutama
dari bagian atas dan pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi
batuan lain atau batuan yang karakteristik dari pada reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitas (permeability barrier). Beberapa unsur utama perangkap stratigrafi
ialah:
1. Adanya perubahan sifat litologi dengan beberapa sifat reservoir
2. Adanya lapisan penutup atau penyekay yang menghimpit
3. Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga dapat menjebak
minyak yang naik
Pada dasarnya perangkap stratigrafi didapatkan karena letak posisi struktur batuan reservoir
sedemikian rupa sehingga batas lateral tubuh tersebut merupakan penghalang permeabilitas
kearah atas atau bawah. Perangkap stratigrafi dinyatakan dalam penampang geologi dan bentuk
peta reservoir. Peta fasies dapat dinyatakan dalam peta isopach yang memperlihatkan ketebalan
lapisan reservoir, peta isolith yang memperlihatkan ketebalan bersih atau interval lapisan yang
terdiri dari beberapa lapisan reservoir dan peta perbandingan pasir serpih yang memperlihatkan
dengan garis kontur perbandingan jumlah ketebalan interkalasi pasir terhadap sisipan serpih pada
suatu interval lapisan. Klasifikasi perangkap stratigrafi menurut Dott dan Reynolds:
a. Perubahan porositas atau permeabilitas
b. Penumpangan (overlap) lateral dan vertikal
c. Perangsuran (gradation) dari fasies atau pelensaan
d. Pemancungan (truncation)
e. Keadaan lingkungan pengendapan
Batuan reservoir klastik sering membentuk lensa-lensa ataupun juga tubuh-tubuh yang
memanjang tetapi terbatas penyebarannya, dengan demikian minyak sebagian terperangkap
karena terbatasnya penyebaran batuan reservoir dan sebagian karena letak ketinggian daripada
penyebaran tersebut. Batuan reservoir karbonat secara mutlak diwakili terumbu (reef). Batuan
reservoir lainnya dapat pula merupakan perangkap stratigrafi, misalnya batuan yang mengalami
retakan secara local.
Perangkap pembajian fasies-porositas lapisan reservoir terdiri dari reservoir klastik
detritus dan reservoir karbonat. Reservoir klastik detritus merupakan perangkap stratigrafi dalam
kategori ketidak lanjutan porositas atau sifat reservoir yang disebabkan pembajian ke atas atau

penyerpihan ke atas. Reservoir karbonat merupakan perangkap stratigrafi yang memiliki


kemiringan lebih rumit dibandingkan dnegan reservoir klastik detritus, hal ini dikarenakan
perubahan lingkungan pengendapan serta karena perubahan diagenesa dan dolomitisasi. Daerah
peninggian batuan dasar penting dalam pembentukan perangkap stratigrafi. Daerah peninggian
ini merupakan perbukitan atau paleotopografi.
Perangkap minyak bumi banyak merupakan kombinasi perangkap struktur dan stratigrafi,
dimana setiap unsur stratigrafi dan unsur struktur merupakan faktor bersama dalam membatasi
bergeraknya atau menjebaknya minyak bumi. Kombinasi lipatan-pembajian dapat terjadi karena
disalah satu fihak pasir menghilang dan di lain fihak hidung antiklin menutup arah lain.
Kombinasi patahan-pembajian berperan penting dalam membentuk perangkap.
Perangkap ketidakselarasan banyak yang merupakan kombinasi stratigrafi dengan
pelipatan. Pada umumnya yang data membentuk perangkap adalah ketidakselarasan bersudut.
Perangkap penyumbat asal merupakan perangkap yang berhubungan dengan bidang erosi atau
disebut juga perangkap sekunder. Perangkap stratigrafi dalam tiga dimensi dilakukan dengan
menggunakan metode seismic yang merupakan metode yang paling maju untuk mengetahui
gejala paleomorfologi secara jelas.
Klasifikasi perangkap De Sitter :

A variasi lateral dalam permeabilitas :


a. Lensa-lensa pasir dan gamping, khususnya batu pasir berbentuk tali sepatu.
b. Berbagai variasai permeabilitas dan porositas local, primer maupun sekunder dalam
batu gamping.
c. Variasi lateral dalam permeabilitas pada batu pasir, dimana dalam hal yang ekstrim
sama dengan lensa-lensa pasir.
d. Penyumbatan pori-pori oleh aspal dan gejala lain.

B ketidakselarasan:
a. Batuan reservoir adalah lebih muda atau berada di atas ketidakselarasan.
b. Batuan reservoir pasir, konglomerat dasar atau breksi dasar sebagai alluvial di atas
ketidakselarasan.
c. Batuan reservoir yang merupakan formasi yang terpancung.

C berbagai bentuk tektonik:


A1. Pelipatan landau, : teras, : hidung, : kubah, : ambang

A2. Antiklin, : asimetris, : asimetris, : tersungkup, : struktur diapir


B . kubah yang pada umumnya dimasukkan dala c a1
C . intrusi:
1. Intrusi garam, : di atas garam dalam formasi yang terlipat, : dalam penutup
garam, : dalam formasi yang terpancung oleh tiang garam.

2. Intrusi batuan beku

Gradient hidrodinamik didapatkan jika lapisan reservoir tersingkap pada permukaan dan
menerima air, kemudian mengalirkannya ke luar pada titik yang lebih rendah sehingga
timbul perbedaan potensial yang akan menyebabkan adanya permukaan potensiometri
yang miring yang merupakan gradien. Gradient dapat dinyatakan dalam
feet/mile. Rumus kemiringan tan =

= m/km atau

Dimana :
: sudut kemiringan batas air-minyak atau bidang ekipotensial

: gradient keiringan ekipotensial

: berat jenis air

0: berat jenis minyak/gas

: gradient hidrodinamik (gradient bidang potensiometri)

BAB VII BATUAN INDUK, PEMATANGAN DAN MIGRASI SERTA AKUMULASI


MINYAK DAN GAS BUMI
Konsepsi batuan induk, pada umumnya batuan induk dibayangkan sebagai batuan serpih
berwarna gelap, kaya akan zat organic terutama dalam bentuk kerogen dan biasanya diendapkan
dalam lingkungan marin. Formasi oil-shale merupakan suatu formasi yang kaya kerogen dimana
minyak dapat didestilasikan daripadanya, tetapi dengan temperature sangat tinggi (secara
destruktif). Penentuan bataun induk dapat diidentifikasi dengan melihat kriteria-kriteria berikut
(Haun, 1977):
1. TOC (total organic carbon): merupakan presentase berat dari karbon dalam suatu batuan.
2. EOM (extractable organic matter): hidrokarbon dan nonhidrokarbon yang dapat
dilarutkan dalam CS2 misalnya atau bitumina.

3. CPI (carbon preference index): perbandingan antara volume anggota n-parifin yang
bernomer ganjil terhadap yang bernomer genap dari kisaran c21-c37.
4. CIR (carbon isotope ratio) c13/ c12 kisaran nilai CIR untuk minyak bumi adalah 1%
(0,0109-0,0110).
5. LOM (level of thermal maturity): minyak bumi dapat terbentuk pada tingkat pematangan
tertentu.
Waktu pembentukan minyak dan gas bumi sangat erat hubungannya dengan mekanisme
tranformasi dan migrasi. Pada umumnya ada dua tanggapan mengenai waktu pembentuk yaitu
pembentukan segera (early formation) dan pembentukan lambat (late formation).

Anggapan pembentukan segera:


1. Terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen.
2. Kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin padat
sehingga makin sulit bagi cairan yang terbentuk di dalamnya untuk bermigrasi.
Stadium I: penyusun makanis komponen mineral, kedalaman: 0,01 meter.
Penyusutan porositas: dari 90% menjadi 75%. Air bebas keluar.
Stadium II: penyusunan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya mineral
lempung langsung bersentuhan. Kedalaman: 200-300 meter. Penyusutan porositas:
75%-35%. Sedimen mengalami pengeluaran air secara besar-besaran, dengan
hanya sedikit air bebas yang tertinggal.
Stadium III: deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman: 320 m-2000m.
porositas menyusut dari 35%-10%. Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang poripori yang makin menciut.
Stadium IV: gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman: sampai lebih 3000 m.
porositas: menurun di bawah 10%. Hanya air yang diabsorbsi masih terdapat.

Anggapan pembentukan lambat-stadium serpih: telah diketahui bahwa pembentukan


minyak bumi secara umum adalah serpih yang kaya zat organic mengalami penimbunan
dan oleh temperature tinggi dan tekanan, berubah menjadi minyakbumi dan kemudian
bermigrasi.

Untuk proses pematangan terdapat bermacam hipotesa, yaitu :


1. Teori perbandingan karbon (Carbon-ratio) oleh White: menghubungkan terjadinya
perubahan minyak bumi dengan metamorfisme regional.
2. Fraksinasi minyak dalam batuan (Day, 1916): mengatakan bahwa pendewasaan
disebabkan karena fraksinasi minyak bumi dalam serpih lempung/ batuan induknya.
3. Hubungan berat jenis (derajat API) minyak bumi terhadap umur dan kedalaman (Barton,
1934): makin meningkat kadar fraksi ringan dan derajat API-nya.
Makin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua umurnya makin meningkatlah
perbandingan hydrogen/ karbon, namun pada gas berlaku kebalikannya. Berbagai proses
pendewasaan karena kedalaman dan umur yang telah diusulkan, yaitu:
a. Hidrogenasi dan metilisasi
b. Reaksi katalitis
c. Aromatisasi
d. Migrasi pemindahan dari fasa
Proses pematangan minyak bumi mungkin lebih diyakinkan oleh konsepsi Andreev (1958).
Proses ini didasarkan atas analisa termodinamkia yang menyatakan bahwa zat organic yang
terdiri dari beraneka unsur (heteroelemental) mempunyai energy bebas lebih tinggi, dan
tranformasi spontan senyawa organic akan selalu terjadi dari energy bebas tinggi ke tingkatan
energy bebas lebih rendah. Perubahan susunan kimia dinamakan sebagai geokimia minyak bumi
yang melalui beberapa tahap:
1. Permulaan, zat organic yang telah dideoxigenasikan dalam batuan sedimen (sapropel).
2. Zat resin sekunder, yang terbentuk dengan timbulnya hidrokarbon, termasuk senyawa
heterogen.
3. Zat resin primer, yang belum mempunyai sifat hidrokarbon. Konversi menghasilkan
residu yang tak larut selain hidrokarbon.
4. Senyawa aromat yang berberat molekul tinggi, terdiri dari satu atau lebih cincin
sikloparafin yang disambung oleh cincin aromat yang sebenarnya.
5. Hidrokarbon aromat bisiklis dan monosiklis yang sederhana.
6. Hidrokarbon sikloparafin-polisiklis; suatu tahap yang paling tidak stabil dan segera
berkonversi menjadi zat yang berikutnya.
7. Sikloparafin monosiklis dan bisiklis

8. Hidrokarbon bersifat paraffin


9. Gas alam jenis paraffin
10. Senyawa yang banyak mengandung karbon dengan berat molekul tinggi dan berstruktur
siklis
11. Tubuh grafit.
Menurut Philipi (1965) menyatakan bahwa pematangan (maturation) minyak bumi yang
berhubungan dengan pembentukannya sendiri terjadi dalam batuan induk. Pendewasaan minyak
bumi merupakan hasil degradasi termal zat organic, sehingga merupakan fungsi gradient
geothermal. Evolusi kerogen menuput Tissot (1974) menganggap kerogen sebagai zat asal dari
hidrokarbon.
Zat organic yang terkumpul dalam sedimen pada waktu diagenesa mengalami berbagai
perubahan yang merupakan tranformasi organic. Perubahan terjadi pada waktu transport, dengan
adanya transformasi kimia, pelarutan, pemilahan fisika, pencernaan dan pemrosesan oleh
organisme dan mekanisme koagulasi dan presipitasi. Perubahan temperature yang dapat
menyebabkan mulainya metamorfisme dan sangat berpengaruh pada zat organic yang
terkandung dalam sedimen, oleh Landes (1967) disebut eometamorfisme dimana tingkat derajat
disebut LOM (level of organic maturation). Cara penentuan LOM adalah:
1. Indeks pengybahan termal: TAI (thermal alteration index) oleh Staplin (1969), Evans dan
Staplin (1970). Metoda ini menggunakan penentuan warna secara visual dari pollen
(serbuk kepala putik) dan zat organic lainnya dari warna kuning, coklat sampai hitam.
2. Refleksitansi vitrinit: VR (Vitrinite Reflectance) metoda ini menggunakan partikelpartikel batubara (vitrinit) dalam batuan sedimen yang dipoles dan daya pemantulan
cahaya diukur.
3. Perbandingan karbon terikat: FCR (fixed carbon ratio) metoda ini menggunakan lapisanlapisan batubara yang tersisip dalam batuan induk. Zat karbon yang terikat ditambah
dengan abu (ash) diperbandingkan dengan batubara secara keseluruhan karbon ditambah
zat terbang (volatile material) dan dinyatakan dalam persen.
4. Tingkata batubara: CR (coal ranks) metoda ini menggunakan lapisan-lapisan batubara
yang berasosiasi dengan batuan induk.

Jika diumpamakan minyak bumi berasal dari zat organic, maka zat organic dapat tersebar
dalam batuan serpih yang halus, dengan demikian minyak dapat bergerak karena terdapatnya
pori pada batuan reservoir. Biasanya dapat dibedakan beberapa cara migrasi:

Migrasi primer: keluarya minyak bumi atau protopetroleum (fluida) dari batuan induk
dan masuk ke batuan reservoir lapisan penyalur (carrier bed). Dalam hal ini kompaksi
serta pengaliran (dewatering) memegang peranan penting.

Migrasi sekunder: pergerakan fluida dalam lapisan penyalur untuk menuju ke tempat
akumulasi.

Sarat fisika untuk migrasi:

Perbedaan tetes dengan fasa kontinu: kapilaritas/tegangan permukaan menghalanghalangi bergeraknya tetes.

Kapilaritas tetes dalam pori/konstriksi: dalam keadaan statis pada tiap tonjolan terdapat
keseimbangan tekanan sebelah-menyebelah selaput pemisah fasa.
2 cos

Dalam konstriksi: pc=


Dalam rongga: pc=

2 cos

Perbedaan tekanan : = 2 cos (


1

Jika rc=
Maka:

)=

)=

1
3

Sehingga = 2 cos (

Jika : = 60o maka =

)=
(

4 cos

) dyne/cm2

Dengan demikian tekanan penggeseran yang diperlukan tergantung dari besar pori/besar butir
dan tegangan antar permukaan, semakin kecil ukuran butir makin besar tekanan yang diperlukan
dan sebaliknya. Berbagai jenis sumber penggerak yang mungkin ialah: 1. Kompaksi, 2.
Tegangan permukaan, 3. Gravitasi pelampungan, 4. Tekanan hidrostatik, 5. Tekanan gas, 6.
Sedimentasi, 7. Gradient hidrodinamik.
Ada beberapa mekanisme migrasi yang telah diajukan, namun masih belum ada yang
memuaskan. Beberapa mekanisme tersebut ialah:

Dengan pertolongan air, air menyeret atau membawa minyak untuk bergerak:
1. Sebagai droplet, yaitu tetes-tetes kecil yang dibawa air.
2. Sebagai micelle (Baker, 1962), adanya gugusan hidroksil atau karboksil pada ujung
suatu molekul yang bertindak hidrofil sedangkan ujung lainnya hidrofob, dapat
melarutkan hidrokarbon.
3. Pelarutan zat induk minyak (non hidrokarbon) dalam air (Hunt, 1968), mengusulkan
kemungkinan migrasi terjadi bukan dalam bentuk hidrokarbon/minyak bumi yang
jelas mengalami kesulitan, tetapi dalam bentuk zat induknya (proto-petroleum).

Tanpa pertolongan air, gelembung/tetes minyak bergerak relative terhadap air yang boleh
dikatakan statis.
1. Gerakan kapilaritas (Washburn, 1915), adanya perbedaan tegangan permukaan antara
air dengan minyak yang menyebabkan air masuk ke pori-pori yang halus sedangkan
minyak masuk pori-pori kasar.
2. Pelarutan dalam gas dan ekspansi gas (Mills, 1923), minyak dapat larut dalam gas,
terutama pada temperature dan tekanan tinggi. Gas merembes melalui rekahanrekahan mikro dalam batuan induk.
3. Teori pelampungan (buoyancy). Karena perbedaan berat jenis minyak bumi dan air,
maka suatu gumpalan minyak akan selalu melambung mencari tempat yang tinggi.
Adanya suatu sentakan (triggering action) memungkinkan terbentuknya suatu
gumpalan dari tetesan minyak yang tersebar.
4. Teori gerakan hidrolik (Munn, 1909), dalam hal ini air yang bergerak, mendorong
minyak untuk bergerak dalam arah yang sama.
5. Teori pengaliran minyak bumi melalui matriks zat organic/ kerogen (Erdman, 1965;
McAuliffe, 1979). Pada umumnya batuan induk bersifat hidrofil atau aleofobe, tidak
dibasahi minyak, akan tetapi migrasi dapat terjadi melalui jaringan kerogen yang
bersifat kontinyu dalam batuan induk.
Migrasi primer merupakan proses bergeraknya fluida dari batuan induk yang berupa

batuan klastik halus (serpih-lempung), dimana zat organic terkumpul dan kemudian
ditransformasikan menjadi minyak bumi, ke batuan yang lebih sarang atau yang disebut lapisan
penyalur (carrier-bed). Migrasi primer berhubungan erat dengan kompaksi, litifikasi, diagenesa
dan dehidrasi terutama dari endapan lempung dimana kebanMigrasi primer berhubungan erat

dengan kompaksi, litifikasi, diagenesa dan dehidrasi terutama dari endapan lempung dimana
kebanyakan zat organic terdapat dan dianggap sebagai batuan induk. Burst membedakan 3
stadium yang terpisah-pisah dalam beberapa air diekstraksi dari lempung di bawah permukaan:

Pada stadium I, air pori kelebihan dan air di antara lapisan Kristal lempung dikeluarkan
oleh tekanan beban lapisan di atanya. Pada stadium ini volume terjadi pengeluaran air
yang banyak dalam proses dehidrasi.

Pada stadium II, tekanan secara relative merupakan faktor yang tidak efektif dalam
proses dehidrasi, karena peningkatan kerapatan paket air antar lapisan dan sedimen
tinggal dalam keadaan setengah seimbang sambil mengabsorbsi panas yang ditimbulkan
karena makin dalamnya keadaannya pada kolom geologi.

Pada stadium III, tempat air yang terakhir, yang mendekati kerapatan air kapiler, secara
berangsur-angsur dikeluarkan dari antara jaringan Kristal lempung (crystal lattice) dan
dari pori-pori, sedangkan temperature dari sedimen meningkat.

Migrasi primer segera dapat berlangsung pada kedalaman dangkal. Gradient geothermal
dapat mempengaruhi migrasi:

Faktor temperature, Levorsen (1958) panas mempunyai efek terhadap migrasi, terutama
dari segi viskositas hidrokarbon, volume, tekanan dan kelarutan.

Faktor porositas dan kedalaman, Maxwell menunjukkan penurunan porositas batu pasir
secara linier menurut kedalamannya. Halnini dikarenakan kenaikan tekanan karena
kompaksi beban dan peningkatan kelarutan karena temperature.

Pada migrasi sekunder pergerakan minyak bumi kea rah perangkap yang juga disebut
longitudional migration, pada umumnya berlangsung sepanjang lapisan penyalur. Minyak
dapat bermigrasi secara vertikal ke atas sepanjang rekahan, patahan dan retakan. Migrasi
berlangsung secarajangka pendeka dengan bukti:

Minyak bumi terjadi dalam lensa-lensa reservoir, sehingga sulit seseorang


membayangkan migrasi jarak jauh.

Sulit bagi kita untuk memahami bahwa tetes-tetes minyak dapat bergerak secara ekstensif
sepanjang kemiringan rendah.

Juga dalam produksi tidak semua minyak dapat dikeluarkan (irrecoverable) apabila
migrasi memang dari jarak jauh.

Ada pula pendapat yang membenarkan migrasi jarak jauh. Hal ini diterangkan sebagai berikut:

Jika minyak dapat bergerak dalam jarak pendek, maka jika diberi waktu yang cukup lama
dapat bergerak dalam jarak jauh.

Bukti mengenai migrasi jarak dekat pada lensa-lensa tak kena, karena batuan reservoir
menerus sehingga minyak dapat bermigrasi jauh.

Produksi minyak bumi bukan fungsi dari jarak sumur, tetapi diberi waktu minyak
bergerak ke suatu sumur tidak bergantung jaraknya.

Bentuk serta ekstansi suatu perangkap jarang tetap seperti terdapat sekarang, sehingga
minyak bumi dapat bergerak jauh untuk menyesuaikannya.

Banyak penyelidikan geokimia memperlihatkan bahwa batuan induk terdapat jauh dari
tempat akumulasi sekarang.
Dalam keadaan hidrostatik, akumulasi dapat diterangkan oleh teori Gussow (1951),

gumpalan atau tetesan minyak dan gas akan bergerak sepanjang atas lapisan penyalur di atas
yang disebabkan buoyancy, minyak dan gas akan tertampung dan saling mendesak hingga
membentuk spilling. Terisinya suatu perangkap oleh gas, minyak dan sebagainya, tergantung
dari arah migrasi dan jumlah minyak dan gas yang bermigrasi. Menurut King Hubbert
(1953),minyak bumi baik dalam bentuk tetes-tetes maupun fasa yang menerus yang berada
dalam lingkungan air, akan selalu mencari bagaian reservoir yang terisolisir dan secara local
mempunyai potensial terendah. Medan potensial dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan
resultan dari dua gaya, yaitu (1) gaya pelampungan (buoyancy), dan (2) gaya yang disebabkan
gradient hidrodinamik. Suatu perangkap dapat terisi atau kosong tergantung dari waktu
pembentukannya ataupun kapan minyak itu terbentuk atau berada dalam keadaandapat dijebak
oleh perangkap. Rittenhouse (1969), dalam Dott dan Reynold (1969) memberikan kriteria untuk
mengetahui waktu akumulasi. Berbagai metodanya memberikan informasi hal-hal sebagai
berikut:

Waktu tercepat dapat dimulainya akumulasi

Waktu tercepat dapat terselesaikannya akumulasi

Waktu paling lambat dapat terselesaikannya akumulasi

Hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan dari beberapa faktor sebagai berikut:


1. Waktu pembentukan perangkap, merupakan waktu tercepat minyak dapat berakumulasi.

2. Perangkap yang terisi dan yang kosong, terdapat kemungkinan perangkap yang terisi
dibentuk terlebih dulu dan perangkap yang kosong terbentuk lebih kemudian, setelah
migrasi sekunder berhenti.
3. Ekspansi gas, dikemukakan oleh Levorsen (1956) yang mendasarkannya adalah hukum
boyle dan Charles.
4. Minyak di bawah penjenuhan, anggapan dasar dari kriteria ini adalah bahwa minyak telah
jenuh dengan gas pada waktu akumulasi telah selesai.
5. Topi gas yang berkelainan, topi gas yang tinggi dalam blok yang turun dalam perangkap
patahan menunjukkan akumulasi gas sebelum pematahan.
6. Difusi gas dalam reservoir yang sebagian terpisah dan tak jenuh.
7. Metoda energy (oleh para ilmuwan Uni Soviet), dasar metoda ini adalah pengukuran
kehilangan nilai energy dari minyak dalam reservoir sepanjang waktu.
8. Mineral diagenesa, diagenesa akan menurunkan porositas karena sementasi dan
kompaksi.
9. Sementasi organik

Anda mungkin juga menyukai