Anda di halaman 1dari 27

Makalah Pajak Internasional

PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL DAN CARA


PENGHINDARANNYA

Disusun Oleh:

Liza Muzayana Afifa 2012.35.1869

S1 Akuntansi P2K

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta

2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami dalam menyusun, hingga menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini tak akan terwujud tanpa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama dari
semua pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Salah satu tujuan
makalah ini tentunya untuk melengkapi tugas mata kuliah Akuntansi Internasional yang
sebagaimana telah ditentukan sebagai salah satu upaya dalam pemahaman mengenai Pajak
Internasional terutama mengenai Pajak berganda internasional dan cara penghindarannya
secara mendalam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena masih
banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya untuk para mahasiswa
agar dapat menjadi referensi dalam pengembangan wacana dalam bidang komunikasi.

Terima kasih,

Jakarta, 30 April 2014

(Penyusun)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilisasi dunia usaha akhir-akhir ini sangat pesat dengan adanya globalisasi
modal dan perdagangan. Globalisasi modal dapat terjaadi baik melalui partisipasi
langsung maupun tidak langsung oleh badan privat dan public serta organisasi
internasional. Badan usaha dapat didirikan oleh modal asing, kepemilikan (saham) pada
suatu badan ditransfer ke mancanegara, perwakilan cabang didirikan di mancanegaradan
pinjaman tersedia oleh kreditur bagi debitur dengan tempat tinggal yang berlainan
negara.

Adanya dunia usaha yang sangat pesat tersebut harus didukung dengan ketentuan
atau peraturan di bidang yang berkaitan dengan usaha tersebut, sehingga dunia usaha
dapat berkembang tanpa adanya hambatan dan masalah. Salah satu hal yang penting
dalam dunia usaha adalah pajak. Dalam dunia usaha yang telah bertaraf internasional, hal
yang mungkin menjadi isu adalah pajak berganda, dimana pajak dapat saja dikenakan
dua kali yaitu di Negara tempat usaha dan di negara asal entitas tersebut.

Pajak berganda ini sangat perlu dipelajari dalam mengembangkan sumber daya
yang dapat menghadapi isu-isu penting yang mungkin terjadi. Sebagai mahasiswa
ekonomi kita harus tau mengenai pajak dan akuntansi internasional.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:

1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai pajak internasional, terutama pajak


berganda
2. Mengetahui cara-cara untuk menghindari pajak berganda
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pajak Berganda Internasional


Dalam bukunya Basic Problems in International Fiscal Law (1979) Knechtle
member penjeasan secara rinci. Secara luas pajak berganda meliputi setiap bentuk
pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih dari satu kali, dapat dua kali atau lebih
terhadap suatu fakta fiscal. Secara sempit pajak berganda dianggap terjadi pada semua
kasus pemajakan beberapa kali terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam satu
administrasi pjak yang sama.

2.2 Unsur Pajak Berganda Internasional

Secara teoritis dan normative, istilah pajak berganda internasional meliputi


beberapa unsure:
1. Pengenaan pajak oleh beberapa otoritas pemajakan terhadap beberapa criteria
identitas
2. Identitas Subjek pajak (Wajib pajak yang sama)
3. Identitas objek pajak yang sama
4. Identitas masa pajak
5. Identitas (atau kesamaan) pajak
Dari unsure tersebut, terjadinya pajak berganda internasional terjadi apabila
beberapa Negara mengenakan pajak yang sama terhadap satu wajib pajak atas objek
pajak yang sama untuk masa pajak yang sama pula.

2.3 Penyebab Pajak Berganda Internasional

Velkenbond memberikan pengertian bahwa pajak berganda internasional terjadi


apabila pengenaan pajak dari dua negara atau lebih saling menindih sedemikian rupa,
sehingga orang-orang yang dikenakan pajak di negara-negara yang lebih dari satu
memikul beban pajak yang lebih besar daripada jika mereka dikenakan pajak di satu
negara saja. Beban tambahan yang terjadi tidak semata-mata disebabkan karena
perbedaan tarif dari negara-negara yang bersangkutan, melainkan karena dua negara atau
lebih secara bersamaan memungut pajak atas objek dan subjek yang sama.
Selanjutnya Prof rochmat Soemitro menjelaskan bahwa ada beberapa sebab yang
menimbulkan pajak berganda internasional, yaitu:
1. Subjek pajak yang sama dikenakan pajak yang sama dibeberapa Negara yang
dapat terjadi karena:
a. Domisili rangkap
b. Kewarganegaraan rangkap
c. Bentrokan asas domisili dan asas kewarganegaraan
2. Objek pajak yang sama dikenakan pajak yang sama di beberapa Negara
Subjek pajak yang sama dikenakan pajak di negara tempat tinggal berdasarkan
asas wold wide income, sedangkan di negara domisili dikenakan pajak berdasarkan asas
sumber.

2.4 Bentuk pajak berganda internasional

1. Pajak penjualan
Pajak berganda dapat terjadi apabila Negara pengekspor menganut prinsip
Negara asal (original principle), sedang Negara pengimpor menganut prinsip
Negara tujuan (destination principle). Tapi umumnya negara-negara
menganut prinsip Negara tujuan. Eliminasi Pajak berganda internasional
dalam prinsip Negara tujuan dilakukan dengan penerapan tariff pajak 0%
pada Negara ekspor dan mengenakan pajak denh=gan tariff normal di Negara
impor.
2. Pajak Penghasilan
Dalam pajak penghasilan dikenal dua pendekatan perpajakan yaitu
a. Tidak terbatas atau penuh(worldwide, global, universal, unlimited tax
liability); merupakan hasil dari pemajakan berdasarkan pertalian subjektif
(subjective allegiance) yang dapat berupa nasionalitas atau tempat
pendirian (untuk badan) dan residensi (tempat tinggal, tempat keberadaan
atau temppat kedudukan)
b. Terbatas (territorial, limited tax liability); merupakan hasil dari pemajakan
berdasarkan pertalian objektif (objective allegiance) yang dapat berupa
lokasi aktivitas ekonomi dan sumber penghasilan.
Sehubungan dengan pajak penghasilan, pajak berganda internasional
terjadi akibat adanya benturan antar klaim. Benturan antar klaim dalam
pamajakan tak terbatas dapat terjadi antar Negara penganut prinsip:
1) nasionali; benturan nasionalis umumnya terjadi terhadap orang pribadi
yang berada di Negara penganut tempat kelahiran (ius soli) dengan ornag
tua dari Negara penganut keturunan (ius sanguinis)
2) nasionalis dengan residensi; dapat terjadi baik pada wajib pajak pribadi
maupun badan. Pada orang pribadi terjadi apabila warga dari Negara
penganut prinsip nasionalis (missal USA) bertempat tinggal pada Negara
penganut prinsip residensi (Indonesia). Untuk badan dapat terjadi apabila
badan yang didirikan berdasarkan hokum penganut tempat pendirian
namun bertempat kedudukan atau dikelola di Negara penganut prinsip
pemajakan residensi (tempat kedudukan atau manajemen)
3) residensi; terjadi pada oarng pribadi yang mempunyai tempat tinggal di
Negara penganut pemajakan berdasarkan asas domisili namun ia berada
dalam waktu yang relative substansial di Negara penganut prinsip
kehadiran substansial (misalnya 183hari). Untuk badan, benturan residensi
terjadi apabila mempunyai tempat kedudukan statute (di satu Negara)
yang berbeda dengan tempat manajemen (di Negara lain).

Benturan klaim pamajakan tak terbatas dengan pemajakan terbatas


terjadi apabila subjek pajak yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan
di Negara penganut pemajakan global memperoleh penghasilan atau
menjalankan aktivitas ekonomi di Negara penganut klaim pemajakan terbatas.
Akhirnya apabila aktivitas ekonomi(di Negara kedua, penganut klaim
pemajakanterbatas tersebut) juga memperoleh penghasilan dari Negara
(ketiga) pegant klaim pemajakan terbatas, maka akan timbul pajak berganda
internasional sebagai akibat benturan klaim pamajakan terbatas(Negara kedua
dan ketiga).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pendekatan Penghindaran Pajak berganda Internasional


Berbeda dengan hukum perdata internasional yang apabila terjadi benturan
yurisdiksi dapat saling mengeliminasi berlakunya (salah satu hukum suatu Negara),
benturan hukum pajak intersasional tidak bisasaling mengeliminasi. Keduanya tetap
berlaku dan berakibat tambahan jumlah pajak yang dipikul investor (pengusaha)
transnasional apabila disbanding dengan seandainya ia hanya berkiprah dalam dimensi
domestic.
Menyadari bahwa tambahan beban yang dapat menjurus ke over taxation dapat
menghambat mobilisasi dan laju bisnis, perdagangan, investasi, sumber daya, barang dan
jasa serta ekonomi global, maka dunia erpajakan internasional mencoba melakukan
beberapa pendekatan untuk memperingngan atau mengeliminasi pajak berganda
internasional. Beberapa pendekatan tersebut adalah;
a. Pendekatan unilateral (sepihak)
Dalam pendekatan ini setiap Negara mengenakan pajak atas penghasilan luar
negeri yang diperoleh atau diterima wajib pajak dalam negerinya ialah dengan
mencantumkan ketentuan penghindaran pajak berganda internasional dalam
undang-undang domestiknya. Pendekatan tersebut misalnya dengan
memberlakukan pemajakan territorial (mengesampingkan pemajakan atas
penghasilan luar negeri), atau mengecualikan dari pajak atas penghasilan luar
negeri dan/atau mengkreditkan pajak yang dipotong di luar negeri. Negara yang
memajaki penghasilan luar negeri dari wajib pajak dalam negeri pada
umumnya memberikan keringanan atas pajak dimaksud. Pemberi keringanan
pajak berganda internasional secara unilateral ini umumnya diberikan oleh
Negara residen penganut system pemajakan global.
b. Pendekatan bilateral (antar dua Negara)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara Negara terkait memberikan keringanan
pajak berganda internasional berdasarkan kesepakatan antara kedua Negara
pemegang yurisdiksi pemajakan. Kesepakatan tersebut umumnya dirumuskan
dalam suatu bentuk perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang
ditandatangani oleh pemerintah kedua Negara (walau pada praktiknya tidak
selalu ditandatangani oleh pemerintah, contohnya pada P3B Indonesia dengan
Taiwan ditandatangani oleh KADIN).Sebagai unsure hukum internasional, P3B
mengikat kedua Negara penanda tangan. Kebanyakan mode keringanan yang
diberikan dalam P3B adalah paling tidak sama dengan yang ada pada ketentuan
domestic. Apabila keringanan P3B lebih longgar dari pada ketentuan domestic
maka berlaku ketentuan pada P3B. Hal ini biasanya diberikan sebagai
perangsang terhadap para penanam modal.
c. Pendekatan multilateral (beberapa Negara secara serempak)
Pendekatan multilateral melibatkan lebih dari dua Negara. Secara regional
(misalnya Negara-negara skandinavia), Negara ynag berada dalam satu
kawasan dapat menutup P3B secara bersama-sama. Karena merupakan
kesepakatan bersama, pemberian keringanan P3B dapat lebih bersifat
harmonisasi (atau malahan unifikasi) ketentuan perpajakan masing-masing
Negara terkait.

3.2 Beberapa metode penghindaran pajak berganda


Secara tradisional terdapat beberapa metode penghindaran pajak berganda
internasional, diantaranya:
a. Pembebasan / pengecualian
Metode ini berupaya untuk secara total mengaliminasi pajak berganda internasional.
Metode ini menghendakisuatu Negara pemegang yurisdiksi pemajakan untuk rela
melepaskan hak pemajakannya dan sepertinya mengakui pemajkaan eksklusif di
Negara lain(Negara sumber). Pembebasan eksemsi meliputi pembebasan:
1) Subjek
Umunya diberlakukan terhadap anggota korps diplomatic, konsuler dan
organisasi internasional. Para duta besar, anggta korps diplomatic dan konsuler,
yang sesuai dengan hukum internasional mendapat privilege pemajakan.
Mereka hanya dikenakan pajak oleh Negara pengirimnya saja (sending state).
Ketentuan pemberian privilege (hak istimewa) tersebut diikuti oleh (hampir)
semua Negara secara universal.
2) Objek
Lebih dikenal dengan full exemtion without progression, diberikan dengan
mengeluarkan penghasilan luar negeri dari basis pemajakanwajib pajak dalam
negeri Negara tersebut. Kalau misalkan seorang wajib pajak dalam negeri
memperoleh penghasilan domestic sebesar 1 milyar dan penghasilan luar negeri
sebesar 500 juta maka dalam basis pemajakan Negara residen hanya dihitung
penghasilan kena pajak sebesar 1 milyar. Dengan demikian, penghasilan luar
negeri dikenakan pajak secara eksklusif di Negara sumber.
3) Pajak
Dikenal dengan tax exemption atau exemption with progression. Dalam metode
ini ada prinsipnya penghasilan luar negeri dibebaskan dari pajak domestic,
namun untuk keperluan penghitungan pajak pengaruh progresi penghasilan luar
negeri terhadap pengenaan pajak atas penghasilan global dipertahankan.
Apabila Negara residen memberlakukan tariff sepadan (proporsional/ flat),
maka pengaruh progresi tersebut adalah nihil.

b. Kredit pajak
Berbeda dengan metode eksemsi (yang mengeliminasi penghasilan luar negeri
dari basis pengenaan atau pemajakan dengan memperhitungkanpenghasilan
terhadap penghasilan income against income), metode kredit member keringanan
atau eliminasi pajak berganda internasional dengan cara mengkreditkan
(mengurangkan) pajak luar negeri terhadap pajak penghasilan global yang
merupakan porsi penghasilan luar negeri (tax against tax). Sementara metode
eksemsi mengasumsikan bahwa residen yang melakukan investasi atau bisnis
maupun kegiatan di luar negeri hanya dikenakan pajak di Negara lokasi tempat
pengimpor modal, bisnis atau kegiatan (capital-import neutrality), metode kredit
mengasumsikan bahwa residen dimaksud (mengekspor modal, bisnis dan kegiatan)
harus diperlakukan sama dengan yang melakukan hal serupa di dalam negeri
(capital-eksport neutrality).
Di Indonesia pengkreditan pajak luar negeri tersurat dalam undang-undang
pajak penghasilan pasal 24.
Pada dasarnya PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang
dapat diperhitungkan atas pemotongan pajak/ pajak yang dibayar/ pajak yang
terutang di luar negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh:
1. Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan
terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak
yang sama
2. Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.

Penghasilan yang boleh diperhitungkan/ dikreditkan tersebut antara lain penghasilan


dari luar negeri berupa :
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
pengalihan saham dan sekuritas lainnya;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
penggunaan harta gerak;
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak;
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan;
e. Penghasilan BUT luar negeri;
f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan;
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap;
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk
usaha tetap.
Hal yang paling mendasar PPh Pasal 24 ini adalah adanya batas maksimum yang
boleh dikreditkan seperti yang tercantum dalam ayat 2 Pasal 24 UU PPH seperti
tersebut di atas. Hal lain yang harus diperhatikan adalah:
1. Penghasilan yang termasuk atau dipotong pph final tidak diperhitungkan di
perhitungan kredit pajak pph 24
2. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan /
dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia.
3. Jumlah maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk masing-masing
Negara dengan menetapkan cara perhitungan masing-masing Negara.

Contoh kasus PPh Pasal 24


PT B di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2001 sebagai berikut :
1. di negara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 100.000.000,00, dengan tarif
pajak sebesar 40% (Rp. 40.000.000,00)
2. di negara Y, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 750.000.000,00, dengan tarif
pajak sebesar 10% (Rp. 75.000.000,00)
3. Penghasilan usaha di dalam negeri Rp. 400.000.000,00

Penghitungan PPh Pasal 24 kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan Luar negeri :
a. Laba di Negara X : Rp 100.000.000
b. Laba di Negara Y : Rp 750.000.000
c. Jumlah penghasilan luar negeri : Rp 850.000.000
2. Penghasilan dalam negeri : Rp 400.000.000
3. Jumlah penghasilan netto adalah:
Rp. 850.000.000,00 + Rp. 400.000.000,00 = Rp. 1.250.000.000,00
4. PPH terutang (menurut tarif Pasal 17 dengan fasilitas ) = Rp. 156.250.000,00
5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing negara adalah :
a. Untuk Negara X
Rp 100.000.000 x Rp 156.250.000 : 1.250.000.000 = Rp 12.500.000
Pajak yang terutang di negara X sebesar Rp. 40.000.000,00, namun
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp. 12.500.000,00
b. Untuk Negara Y
Rp 750.000.000 x Rp 156.250.000 : 1.250.000.000 = Rp 93.750.000
Pajak yang terutang di negara Y sebesar Rp. 75.000.000,00, maka
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp.75.000.000,00

Jumlah PPh Pasal 24 kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah :
Rp. 12.500.000,00 + Rp. 75.000.000,00 = Rp. 87.500.000,00

Contoh kasus pph 24 pada wajib pajak orang pribadi


Tuan A yang berstatus lajang memiliki penghasilan netto dalam negeri sebesar Rp
1.000.000.000 dan netto luar negeri Rp 1.000.000.000.
a. Penghasilan netto dalam negeri : Rp 1.000.000.000
Penghasilan netto luar negeri : Rp 1.000.000.000
PTKP (TK/0) : (Rp 24.300.000)
Penghasilan kena pajak Rp 1.975.700.000
b. Pajak penghasilan terutang sesuai tariff pajak pasal 17 UU pph:
5% x Rp 50.000.000 : Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 : Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 : Rp 62.500.000
30% x Rp 1.475.700.000 : Rp 442. 710.000
Total Rp 537.710.000
c. Batas maksimum kredit pajak luar negeri:
Rp 1.000.000.000 x Rp 537.710.000 : Rp 1.975.700.000
= Rp 272.161.765,45
Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri Rp 200.000.000 (Rp
1.000.000.000 x 20%) ternyata masih lebih kecil dari batas maksimumnya (Rp
272.161.765,45), oleh karena itu jumlah kredit pajak luar negeri (pasal 24) yang
diperkenankan adalah Rp 200.000.000

Contoh kasus pph 24 kerugian dalam negeri


PT Toga indah di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2011:
Penghasilan dari usaha di luar negeri Rp 1.000.000.000
Rugi usaha di dalam negeri (Rp 200.000.000)
Pajak atas penghasilan luar negeri misalnya 40% Rp 400.000.000
Penghitungan:
a. Penghasilan dari usaha luar negeri Rp 1.000.000.000
Rugi usaha di dalam negeri (Rp 200.000.000)
Jumlah penghasilan netto Rp 800.000.000
b. Apabila jumlah penghasilan netto sama dengan penghasilan kena pajak, maka
sesuai dengan tariff pasal 17 UU PPh, pajak penghasilan terutang:
25% x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000
c. Batas maksimum kredit pajak luar negeri:
Rp 1.000.000.000 x Rp 200.000.000 : Rp 800.000.000
=Rp 250.000.000

Contoh kasus pph 24 kerugian di luar negeri


PT Batavia di Jakarta mendapat netto dalam tahun 2011 sebagai berikut:
a. Di singapure memperoleh penghasilan Rp 1.000.000.000, dg pajak 40% (Rp
400.000.000)
b. Di Malaysia memperoleh Rp 3.000.000.000 dengan pajak 30% (Rp
900.000.000)
c. Di filipin rugi Rp 2.500.000.000
d. Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000
Penghitungan kredit pajak:
a. Penghasilan luar negeri:
1. Laba singapure Rp 1.000.000.000
2. Laba Malaysia Rp 3.000.000.000
3. Rugi filipin Rp - ,-
Jumlah penghasilan luar negeri Rp 4.000.000.000
b. Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000
c. Jumlah penghasilan netto Rp 8.000.000.000
d. Pph terutang menurut tariff pasal 17 UU PPH
25% x Rp 8.000.000.000 Rp 2.000.000.000
e. Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing Negara
adalah:
1. Untuk singapura
Rp 1.000.000.000 x Rp 2.000.000.000 : Rp 8.000.000.000
= Rp 250.000.000
2. Untuk Malaysia
Rp 3000.000.000 x Rp 2.000.000.000 : Rp 8.000.000.000
= Rp 750.000.000

c. Metode lainnya
Selain metode eksemsi dan kredit masih terdapat metode keringanan pajak
berganda lainnya, diantaranya:
1. Pembagian pajak (tax sharing) antara Negara domisili dan sumber
2. Pembagian hak pemajakan (division of taxing power) dengan Penentuan tarif
pajak maksimum atas penghasilan yang diperoleh wajib pajak luar negeri
3. Keringanan tarif (reduction of the rate) terhadap penghasilan luar negeri
4. Pengurangan pajak (reduction of the tax) dengan suatu jumlah tertentu
(persentase) dari penghasilan luar negeri
5. Pemajakan dengan jumlah tetap (lumpsum atau forfait taxation)

3.3 Model Perjanjian Penghindaran Pajak berganda


1. Model OECD (Organization for economic cooperation and Development);
2. Model UN (united nation)
3. Model Indonesia (gabungan antara OECD dan UN)
Pada perjanjian penghindaran pajak berganda antar Negara, wajib pajak
luar negeri harus terlebih dahulu mengisi form sertificate of domicile dan harus
diautorisasi oleh Negara asal wajib pajak tersebut.
Di bawah ini terdapat daftar-daftar tarif, time test, pembagian hak
pemajakan dan Negara-negara yang telah melakukan perjanjian penghindaran pajak
berganda dengan Indonesia serta terdapat pula form certificate of domicile (pada
lampiran) yang harus diautorisasi oleh lembaga Negara pemohon P3B (diautorisasi
di Negara asal). Form DGT 1 untuk lembaga atau perorangan non bank, untuk DGT
2 adalah untuk lembaga bank. Dari daftar tersebut tarif pph 26 yang tadinya 20%
dapat disesuaikan dengan Negara yang telah melakukan perjanjian (Tax treaty).

DAFTAR P3B YANG BERLAKU EFEKTIF

SAAT BERLAKU
NO NEGARA
EFEKTIF
1 Algeria 1 Januari 2001
2 Australia 1 Juli 1993
3 Austria 1 Januari 1989
4 Bangladesh 1 Januari 2007
5 Belgium 1 Januari 2002
6 Brunei Darussalam 1 Januari 2003
7 Bulgaria 1 Januari 1993
8 Canada 1 Januari 1980
9 Czech 1 Januari 1997
10 China 1 Januari 2004
11 Denmark 1 Januari 1987
12 Egypt 1 Januari 2003
13 Finland 1 Januari 1990
14 France 1 Januari 1981
15 Germany 1 Januari 1992
16 Hungary 1 Januari 1994
17 India 1 Januari 1988
18 Italy 1 Januari 1996
19 Japan 1 Januari 1983
20 Jordan 1 Januari 1999
21 Korea, Republic of 1 Januari 1990
Korea, Democratic
22 1 Januari 2005
Peoples Republic of
23 Kuwait 1 Januari 1999
24 Luxembourg 1 Januari 1995
25 Malaysia 1 Januari 1987
26 Mexico 1 Januari 2005
27 Mongolia 1 Januari 2001
28 Netherlands 1 Januari 2004
29 New Zealand 1 Januari 1989
30 Norway 1 Januari 1991
31 Pakistan 1 Januari 1991
32 Philippines 1 Januari 1983
33 Poland 1 Januari 1994
34 Romania 1 Januari 2000
35 Russia 1 Januari 2003
36 Saudi Arabia 1 Januari 1985
37 Seychelles 1 Januari 2001
38 Singapore 1 Januari 1992
39 Slovak 1 Januari 2002
40 South Africa 1 Januari 1999
41 Spain 1 Januari 2000
42 Sri Lanka 1 Januari 1995
43 Sudan 1 Januari 2001
44 Sweden 1 Januari 1990
45 Switzerland 1 Januari 1990
46 Syria 1 Januari 1999
47 Taipei 1 Januari 1996
48 Thailand 1 Januari 2004
49 Tunisia 1 Januari 1994
50 Turkey 1 Januari 2001
UAE (United Arab
51 1 Januari 2000
Emirates)
52 Ukraine 1 Januari 1999
53 United Kingdom 1 Januari 1995
54 United States of
1 Pebruari 1997
America
55 Uzbekistan 1 Januari 1999
56 Venezuela 1 Januari 2001
57 Vietnam 1 Januari 2000
TIME TEST P3B YANG BERLAKU EFEKTIF
(BENTUK USAHA TETAP)

PENGAWASA JASA
NO KONSTRUKS INSTALAS
NEGARA PERAKITA N LAINNY
. I I
N KONSTRUKSI A

3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan/12


1 Algeria
bulan
120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari/
2 Australia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
3 Austria
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari/
4 Bangladesh
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
5 Belgium
12 bulan
Brunei 183 hari 3 bulan 3 bulan 183 hari 3 bulan /
6
Darussalam 12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 120 hari /
7 Bulgaria
12 bulan
120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari /
8 Canada
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
9 Czech
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan /
10 China
12 bulan
6 bulan 3 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan /
11 Denmark
12 bulan
6 bulan 4 bulan 4 bulan 6 bulan 3 bulan /
12 Egypt
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
13 Finland
12 bulan
6 bulan N/A 6 bulan 183 hari / 12 183 hari /
14 France
bulan 12 bulan
15 Germany 6 bulan 6 bulan N/A N/A 7,5 %
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 4 bulan /
16 Hungary
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari /
17 India
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
18 Italy
12 bulan
19 Japan 6 bulan 6 bulan N/A 6 bulan N/A
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 1 bulan /
20 Jordan
12 bulan
Korea, 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
21
Republic of 12 bulan
Korea, 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 6 bulan /
Democratic 12 bulan
22
Peoples
Republic of
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan /
23 Kuwait
12 bulan
24 Luxembourg 5 bulan 5 bulan 5 bulan 5 bulan 10%
6 bulan 6 bulan 6 bulan N/A 3 bulan /
25 Malaysia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 91 hari /
26 Mexico
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
27 Mongolia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
28 Netherlands
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
29 New Zealand
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
30 Norway
12 bulan
31 Pakistan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 15%
6 bulan 3 bulan 3 bulan 6 bulan 183 hari /
32 Philippines
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 120 hari /
33 Poland
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 4 bulan /
34 Romania
12 bulan
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan Tanpa
35 Russia
Time Test
Saudi Arabia N/A N/A N/A N/A N/A
36
*
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
37 Seychelles
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 6 bulan 4 bulan /
38 Singapore
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 91 hari /
39 Slovak
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 120 hari /
40 South Africa
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 3 bulan /
41 Spain
12 bulan
90 hari 90 hari 90 hari 90 hari 90 hari /
42 Sri Lanka
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
43 Sudan
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
44 Sweden
12 bulan
45 Switzerland 183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 5%
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 183 hari /
46 Syria
12 bulan
Taipei / 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 183 hari /
47
Taiwan 12 bulan
48 Thailand 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan /
12 bulan
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan /
49 Tunisia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 183 hari /
50 Turkey
12 bulan
UAE (United
51 ArabEmirates 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan
)
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 4 bulan /
52 Ukraine
12 bulan
United 183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari /
53
Kingdom 12 bulan
United States 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari /
54
of America 12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
55 Uzbekistan
12 bulan
56 Venezuela 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 10%
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
57 Vietnam
12 bulan

Keterangan :

* P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengatur mengenai transportasi penerbangan
dalam jalur internasional.

DEPENDENT PERSONAL SERVICES


(HUBUNGAN KERJA)

DIBEBANKAN
DIBAYAR OLEH

PADA BUT
NO. NEGARA TIME TEST SUBJEK PAJAK

DI
INDONESIA
INDONESIA
1 Algeria 91 hari /12 bulan Yes Yes
2 Australia 120 hari /12 bulan Yes Yes
3 Austria 183 hari /12 bulan Yes Yes
4 Bangladesh 183 hari /12 bulan Yes Yes
5 Belgium 183 hari /12 bulan Yes Yes
6 Brunei Darussalam 183 hari /12 bulan Yes Yes
7 Bulgaria 183 hari /taxable year Yes Yes
8 Canada 120 hari /12 bulan Yes Yes
9 Czech 183 hari /12 bulan Yes Yes
10 China 183 hari /12 bulan Yes Yes
11 Denmark 183 hari /12 bulan Yes Yes
12 Egypt 90 hari /12 bulan Yes Yes
13 Finland 183 hari /12 bulan Yes Yes
14 France 183 hari /12 bulan Yes Yes
15 Germany 183 hari /calendar year Yes Yes
16 Hungary 183 hari /12 bulan Yes Yes
17 India 183 hari /12 bulan Yes Yes
18 Italy 183 hari /fiscal year Yes Yes
19 Japan 183 hari /calendar year Yes Yes
20 Jordan 183 hari /12 bulan Yes Yes
21 Korea, Republic of 183 hari /fiscal year Yes Yes
Korea, Democratic
22 183 hari /12 bulan Yes Yes
Peoples Republic of
23 Kuwait 183 hari /calendar year Yes Yes
24 Luxembourg 183 hari /taxable year Yes Yes
25 Malaysia 183 hari /calendar year No Yes
26 Mexico 183 hari /12 bulan Yes Yes
27 Mongolia 91 hari /calendar year Yes Yes
28 Netherlands 183 hari /12 bulan Yes Yes
29 New Zealand 183 hari /12 bulan Yes Yes
30 Norway 183 hari /12 bulan Yes Yes
31 Pakistan 90 hari /12 bulan Yes Yes
32 Philippines 183 hari /calendar year Yes Yes
33 Poland 183 hari /taxable year Yes Yes
34 Romania 183 hari /12 bulan Yes Yes
35 Russia 90 hari /calendar year Yes Yes
36 Saudi Arabia N/A N/A N/A
37 Seychelles 183 hari /12 bulan Yes Yes
38 Singapore 183 hari /calendar year Yes Yes
39 Slovak 183 hari /12 bulan Yes Yes
40 South Africa 183 hari /12 bulan Yes Yes
41 Spain 183 hari /12 bulan Yes Yes
42 Sri Lanka 90 hari /12 bulan Yes Yes
43 Sudan 183 hari /12 bulan Yes Yes
44 Sweden 183 hari /12 bulan Yes Yes
45 Switzerland 183 hari /12 bulan Yes Yes
46 Syria 183 hari /12 bulan Yes Yes
47 Taipei / Taiwan 183 hari /fiscal year Yes Yes
48 Thailand 183 hari /fiscal year Yes Yes
49 Tunisia 183 hari /calendar year Yes Yes
50 Turkey 183 hari /12 bulan Yes Yes
UAE (United Arab
51 183 hari /fiscal year Yes Yes
Emirates)
52 Ukraine 183 hari /calendar year Yes Yes
53 United Kingdom 183 hari /12 bulan Yes Yes
54 United States of America 120 hari /12 bulan Yes Yes
55 Uzbekistan 183 hari /12 bulan Yes Yes
56 Venezuela 183 hari /12 bulan Yes Yes
57 Vietnam 90 hari /12 bulan Yes Yes

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES


(PEKERJAAN BEBAS)

NO. NEGARA TIME TEST


91 days/12
1 Algeria
months
120 days/12
2 Australia
months
90 days/12
3 Austria
months
183 days/fiscal
4 Bangladesh
year
91 days/12
5 Belgium
months
183 days/12
6 Brunei Darussalam
months
91 days/taxable
7 Bulgaria
year
120 days/12
8 Canada
months
91 days/taxable
9 Czech
year
183 days/12
10 China
months
91 days/12
11 Denmark
months
90 days/12
12 Egypt
months
90 days/12
13 Finland
months
14 France N/A
120 days/fiscal
15 Germany
year
90 days/12
16 Hungary
months
91 days/12
17 India
months
90 days/12
18 Italy
months
183
19 Japan days/calendar
year
90 days/12
20 Jordan
months
90 days/calendar
21 Korea, Republic of
year
Korea, Democratic 183 days/12
22
Peoples Republic of months
183 days/12
23 Kuwait
months
91 days/taxable
24 Luxembourg
year
183
25 Malaysia days/calendar
year
91 days/12
26 Mexico
months
91 days/calendar
27 Mongolia
year
91 days/12
28 Netherlands
months
90 days/12
29 New Zealand
months
90 days/12
30 Norway
months
90 days/12
31 Pakistan
months
90 days/calendar
32 Philippines
year
91 days/taxable
33 Poland
year
120 days/12
34 Romania
months
35 Russia N/A
36 Saudi Arabia N/A
90 days/12
37 Seychelles
months
90 days/12
38 Singapore
months
91 days/fiscal
39 Slovak
year
120 days/12
40 South Africa
months
90 days/12
41 Spain
months
90 days/12
42 Sri Lanka
months
90 days/12
43 Sudan
months
90 days/12
44 Sweden
months
183 days/12
45 Switzerland
months
183 days/12
46 Syria
months
120 days/taxable
47 Taipei / Taiwan
year
183 days/fiscal
48 Thailand
year
120 days/taxable
49 Tunisia
year
183 days/12
50 Turkey
months
UAE (United Arab
51 Fixed Base
Emirates)
183 days/12
52 Ukraine
months
91 days/12
53 United Kingdom
months
United States of 120 days/12
54
America months
90 days/12
55 Uzbekistan
months
90 days/12
56 Venezuela
months
90 days/12
57 Vietnam
months
HAK PEMAJAKAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU

PENGHASILAN
NO. COUNTRY PELAYARAN PENERBANGAN
LAINNYA
1 Algeria Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
2 Australia Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
3 Austria dengan 50%
Potongan Pajak
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
4 Bangladesh dengan 50%
Potongan Pajak
5 Belgium Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
Brunei
6 dengan 50%
Darussalam
Potongan Pajak
7 Bulgaria Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
8 Canada
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
9 Czech
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
10 China dengan 50% Sumber
Potongan Pajak
11 Denmark Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
12 Egypt
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
13 Finland
Sumber
14 France Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
15 Germany
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
16 Hungary dengan 50% Sumber
Potongan Pajak
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
17 India
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
18 Italy
Sumber
19 Japan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
20 Jordan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
21 Korea, Republic of Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Korea, Democratic Negara Domisili Negara Domisili Negara
22 Peoples Republic Domisili/Sumber
of
23 Kuwait Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
24 Luxembourg Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
25 Malaysia dengan 50% Sumber
Potongan Pajak
26 Mexico Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
27 Mongolia
Sumber
28 Netherlands Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
29 New Zealand
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
30 Norway
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
31 Pakistan
Sumber
Negara Sumber Negara Sumber Negara Domisili/
32 Philippines dengan Tarif Maksimal dengan Tarif Maksimal Sumber
1,5% dari Bruto 1,5% dari Bruto
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
33 Poland
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
34 Romania dengan Tarif Maksimal
2%
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
35 Russia dengan 50%
Potongan Pajak
36 Saudi Arabia N/A Negara Domisili N/A
37 Seychelles Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
38 Singapore dengan 50%
Potongan Pajak
39 Slovak Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
40 South Africa Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
41 Spain
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
42 Sri Lanka dengan 50%
Potongan Pajak
43 Sudan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
44 Sweden
Sumber
45 Switzerland Negara Domisili Negara Domisili N/A
46 Syria Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
47 Taipei / Taiwan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
48 Thailand dengan 50%
Potongan Pajak
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
49 Tunisia
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
50 Turkey
Sumber
UAE (United Arab Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
51
Emirates)
52 Ukraine Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
53 United Kingdom Negara Domisili Negara Domisili N/A
United States of Negara Domisili Negara Domisili N/A
54
America
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
55 Uzbekistan
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
56 Venezuela
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
57 Vietnam
Sumber

TARIF PPh PASAL 26


UNTUK P3B YANG BERLAKU EFEKTIF

DIVIDEN BRANCH
NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL
PORTFOLIO PROFIT
HOLDING TAX

1 Algeria 15% 15% 15% 15% 10%


2 Australia 10% 10%/15% 15% 15% 15%
3 Austria 10% 10% 15% 10% 12%
4 Bangladesh 10% 10% 15% 10% 10%
5 Belgium 10% 10% 15% 10% 10%
Brunei 10% 15% 15% 15% 10%
6
Darussalam
7 Bulgaria 10% 10% 15% 15% 15%
8 Canada 10% 10% 15% 10% 15%
9 Czech 12,5% 12,5% 15% 10% 12,5%
10 China 10% 10% 10% 10% 10%
11 Denmark 10% 15% 20% 10% 15%
12 Egypt 15% 15% 15% 15% 15%
13 Finland 10% 10%/15% 15% 10% 15%
14 France 15% 10% 15% 10% 10%
15 Germany 10% 10%/15% 15% 10% 10%
16 Hungary 15% 15% 15% 15% N/A
17 India 10% 15% 15% 10% 10%
18 Italy 10% 10%/15% 15% 10% 12%
19 Japan 10% 10% 15% 10% 10%
20 Jordan 10% 10% 10% 10% N/A
Korea, Republic 10% 15% 15% 10% 10%
21
of
Korea, 10% 10% 10% 10% 10%
Democratic
22
Peoples
Republic of
23 Kuwait 5% 20% 10% 10% 10%
24 Luxembourg 10% 12,5% 15% 10% 10%
25 Malaysia 15% 15% 15% 15% 12,5%
26 Mexico 10% 10% 10% 10% 10%
27 Mongolia 10% 10% 10% 10% 10%
28 Netherlands 10% 10% 10% 10% 10%
29 New Zealand 10% 15% 15% 15% N/A
30 Norway 10% 10%/15% 15% 15% 15%
31 Pakistan 15% 15% 15% 10% 10%
32 Philippines 15% 15%/25% 20% 15% 20%
33 Poland 10% 15% 15% 10% 10%
34 Romania 12,5% 12,5%/15 % 15% 12,5% 12,5%
35 Russia 15% 15% 15% 15% 12,5%
36 Saudi Arabia * N/A N/A N/A N/A N/A
37 Seychelles 10% 10% 10% 10% N/A
38 Singapore 10% 15% 15% 10% 15%
39 Slovak 10% 10%/15% 10% 10% 10%
40 South Africa 10% 10% 15% 10% 10%
41 Spain 10% 10% 15% 10% 10%
15% 15% 15% 15% Sesuai
42 Sri Lanka UU
Domestik
43 Sudan 15% 10% 10% 10% 10%
44 Sweden 10% 10%/15% 15% 10% 15%
45 Switzerland 10% 12,5% 15% 10% 10%
46 Syria 10% 15%/20% 10% 10% 10%
47 Taipei / Taiwan 10% 10% 10% 10% 5%
48 Thailand RI = 15% 15% 20% 15% Sesuai
UU
THAI = Domestik
10%/25%
**
49 Tunisia 12% 15% 12% 12% 12%
50 Turkey 10% 10% 15% 10% 15%
UAE (United
51 5% 5% 10% 10% 5%
Arab Emirates)
52 Ukraine 10% 10% 15% 10% 10%
53 United Kingdom 10% 10%/15% 15% 10% 10%
United States of 10% 10% 15% 10% 10%
54
America
55 Uzbekistan 10% 10% 10% 10% 10%
56 Venezuela 10% 20% 15% 10% 10%
57 Vietnam 15% 15% 15% 15% 10%

Keterangan :

* P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengatur mengenai transportasi
penerbangan dalam jalur internasional.
** Berdasarkan ketentuan pasal 11 ayat 2 P3B RI-Thailand, terdapat pembedaan tarif atas bunga.
N/A P3B tersebut tidak mengatur mengenai Tarif PPh Pasal 26.
BAB IV
PENUTUP

Dari uraian yang di jelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:


1. pajak berganda meliputi setiap bentuk pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih
dari satu kali, dapat dua kali atau lebih terhadap suatu fakta fiscal
2. Pajak berganda internasional menghambat mobilisasi bisnis yang sangat pesat karena
merugikan investor dan pengusaha dalam menjalankan usahanya secara internasional
3. Dari isu-isu tersebut pemerintah membuatkebijakan-kebijakan untuk mengurangi
masalah-masalah tersebut dengan beberapa cara dan metode.
4. Untuk mengurangi masalah pajak berganda tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu
Negara tapi juga beberapa Negara yang salang melakukan perjanjian perpajakan (tax
Treaty)
DAFTAR PUSTAKA

Gunadi. 1997. Pajak Internasional. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
http://allinpajak.wordpress.com/2011/11/14/pph-pasal-24/
http://searchglobalonline.blogspot.com/2010/11/terjadinya-pajak-berganda-
internasional.html
http://www.tarif.depkeu.go.id/Bidang/?bid=pajak&cat=p3b
http://www.pajak.go.id/mts_download_tree/page/48

Anda mungkin juga menyukai