Penggunaan MSG Pada Bahan Pangan
Penggunaan MSG Pada Bahan Pangan
KELOMPOK 5 A
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
PENGGUNAAN MSG PADA BAHAN PANGAN
I. Pendahuluan
Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai
bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa
dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversifikasi,
hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi
tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya
penggunaan zat aditif yang berbahaya. Zat aditif adalah bahan kimia yang
dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas,
menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut (Anonimous
2000).
Dari berbagai senyawa pembangkit citarasa yang beredar bebas di pasaran
seperti misalnya MSG, 5 nukleotida, maltol (soft drink), dioctyl sodium
sulfosuccinate (untuk susu kaleng) dan lain sebagainya, ternyata hanya
monosodium glutamat (MSG) yang banyak menimbulkan kontroversi antara
produsen dan konsumen (Winarno 2004). Namun sejauh ini, belum banyak
penelitian langsung terhadap manusia. Hasil dari penelitian dari hewan, memang
diupayakan untuk dicoba pada manusia. Tetapi hasil-hasilnya masih bervariasi.
Sebagian menunjukkan efek negatif MSG seperti pada hewan, tetapi sebagian
juga tidak berhasil membuktikan. Yang sudah cukup jelas adalah efek terjadinya
migren terutama pada usia anak-anak dan remaja seperti laporan Jurnal Pediatric
Neurology (Anonimous 2003).
Memang disepakati bahwa usia anak-anak atau masa pertumbuhan lebih
sensitif terhadap efek MSG daripada kelompok dewasa. Sementara untuk efek
terjadinya kejang dan urtikaria (gatal-gatal dan bengkak di kulit seperti pada kasus
alergi makanan), masih belum bisa dibuktikan.
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural
Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan
makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 kategori yaitu : 1) aspek
toksikologis, kategori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap
organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang
dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek
imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
VI.3. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut
pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan
suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal
masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk
senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang
lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, fenilalanin, lisin,
dan metionin juga dapat mengalami pirolisis, dari uraian penelitian tadi jelas cara
memasak amat berpengaruh.
VI.4. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat
umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi
MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa
peneliti bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan
senyawa penyebab yang efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut
ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti misalnya GABA (Gama
Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin (Winarno 2004).