Anda di halaman 1dari 2

Ekspor Motor 2014-2016 Meningkat Hampir 1.

000 Persen

Jakarta - Melihat hasil 2016 lalu, tercatat ada peningkatan ekspor sepeda motor
dibandingkan dengan 2015. Namun yang lebih mencengangkan adalah jika melihat peningkatan
ekspor dari 2014 hingga 2016.
Bayangkan saja, menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI),
Gunadi Sindhuwinata kepada detikOto, Rabu (11/1/2017), sepeda motor mengalami peningkatan
ekspor hingga 1.000 persen periode 2014-2016.
"Ekpor tahun ini akan kembali naik, pasarnya sangat bagus meningkat terus. Bahkan di 2014 sampai
2016 ekspor meningkat mendekati 1.000 persen. Dan paling tidak tahun ini akan ada peningkatan
sebesar 5 persen, dibandingkan tahun-tahun lalu," kata Gunadi.
Gunadi mengatakan pasar ekspor akan terus bergairah dalam beberapa tahun ke depan.
"Kita melihatnya sejak 2014 pertumbuhan pasar sepeda motor sangat bergairah. Tumbuh
memang belum, tapi bergairah. Dan kita amati produsen yang hampir mati seperti pabrikan Amerika
Serikat seperti Indiana ini tumbuh kembali, artinya sepeda motor di luar negeri kembali bergairah,"
kata Gunadi.
"Selain itu pendapatan di negara lain naik, jadi saat mereka menerima produk Indonesia
dengan harga sekian itu bukan masalah buat mereka," ujar Gunadi.
Gunadi menambahkan, biasanya Indonesia hanya mengirimkan sepeda motor ke negara
berkembang. Kini sepeda motor produksi Indonesia juga akan dikirim ke negara maju.

"Biasanya ke ekspor miskin (berkembang-Red) dan negara maju mereka sudah punya mobil dan
moge. Sekarang negara maju pun mengendarai motor kecil, jadi ini sangat rasional (ekpor ke negara
maju-Red)," ucapnya.
"Maka opini kita, pasar akan tumbuh di negara maju. Selain itu mereka memiliki per kapita
tinggi, sehingga akan mudah menerima produk Indonesia. Dan Indonesia tidak hanya akan
mengirimkan unit ke negara berkembang tapi ke negara maju juga," tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Gunadi juga mengatakan pasar motor matik akan terus
mendominasi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
"Mau tidak mau, karena trendnya seperti itu, yang penting apa pun yang dibutuhkan
masyarakat akan kita sediakan. Karena Kita tidak begitu saja bisa mengubah trend. Matik 77 persen
lebih dominan di Indonesia, dan ini pilihan masyarakat. Sedangkan untuk ekspor itu 100 persen
(untuk matik-Red), di luar negeri yang diterima seperti itu," katanya. (lth/rgr)
Kalimantan Tengah Siap Gantikan Jakarta Jadi Ibu Kota RI

Jakarta - Pemerintah daerah Kalimantan Tengah (Kalteng) siap untuk menjadi ibu kota negara,
menggantikan DKI Jakarta. Pembangunan melalui proyek-proyek strategis telah disiapkan untuk
mendukung tujuan tersebut.

Kesiapan itu telah disampaikan Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) Bambang Brodjonegoro di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu (11/1/2017).

Dalam kegiatan tersebut, Gubenur Sugian didampingi oleh sejumlah pejabat pemerintah Kalteng,
antara lain Kepala Bappeda Erson Aden dan Ketua KADIN Kalteng Tugiyo Wiratmodjo.

"Saya bertemu Pak Menteri melaporkan rencana pembangunan Kalteng. Saya ceritakan tentang
pekerjaan kami. Komitmen kami tidak main-main untuk mendukung rencana-rencana pemerintah
pusat. Kalau pusat memang butuh, kami sangat siap jadi ibu kota negara. Itu juga cita-cita Pak Karno
kan," kata Sugian dalam siaran pers yang diterima detikFinance.

Mantan anggota DPR RI ini juga menjelaskan banyak kemajuan proyek strategis di Kalteng.
Pembangunan tersebut akan membuat Kalteng menjadi semakin strategis dalam peta pembangunan
nasional.

"Kita sedang kawal betul program strategis, pembangkit listrik, jalur kereta Kalimantan, sampai
sentra pertanian organik terbesar di Indonesia. Kalau pusat-daerah kuat, pasti berkah untuk rakyat.
Kalteng pasti semakin penting dalam kemajuan Indonesia," jelasnya.

Pemindahan ibu kota pemerintahan, kata Sugian dapat mengurangi beban Jakarta yang sudah terlalu
padat.

"Daya dukung Jakarta sebagai pusat bisnis dan pusat pemerintahan sudah terlampau berat. Dalam
dua puluh tahun ke depan, mungkin Jakarta tidak sanggup lagi. Beban itu perlu dibagi dan Kalteng
siap untuk menjadi pusat pemerintahan baru di Indonesia. Kami memulainya dengan menyiapkan
300 ribu hektar lahan untuk dikembangkan sebagai pusat pemerintahan," tutup Sugian. (mkj/dna)

Anda mungkin juga menyukai