Abstrak: Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang paling efektif.
Program imunisasi nasional pada anak sangat efektif untuk mencegah penyakit dan kematian
dari penyakit menular seperti campak, polio dan meningitis. Rendahnya rata-rata angka
imunisasi di Indonesiayang dilaporkan UNICEF disebabkan beberapa daerah memiliki angka
cakupan imunisasi yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status
imunisasi dasar pasien anak Bayi pengunjung Puskesmas Paniki dan Puskesmas Bahu
Manado tahun 2015. Desain penelitian adalah deskriptif. Analisis univariat digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan cakupan imunisasi dasar Bayi di puskesmas Paniki dan
puskesmas Bahu Manado tahun 2015.
Kesimpulan: Cakupan imunisasi dasar untuk BCG dan campak sangat tinggi > 90%
sedangkan cakupan imunisasi dasar untuk DPT1+HB1, DPT3+HB3 dan polio masih rendah
<90%.
Kata Kunci: Profil, Imunisasi, Bayi.
Abstract: Immunisation is one of the most effective choice for public health. National
immunisation program for infant is very effective to prevent diseases and death from
infetctious diseases such as measles, polio and meningitis. The low average of immunisation
in Indonesia is reported by UNICEF because in some areas of indonesia still have a low
scope of immunisation. The aim of this research is to know the status of the primary
immunisation for toddlers patients from Paniki health centre and Bahu health centre Manado
2015. The design of this research is descriptive. The univariat analysis is used to describe the
scope of primary immunisation for toddlers in the Health Centre of Paniki as well as in the
Health Centre of Bahu Manado in 2015.
In conclusion: the scope of the primary immunisation for BCG and measles is very high >
90% wherease the scope for the primary immunisation for DPT1+ HB1, DPT3+HB3 and
polio still low <90%.
Keywords: Profile, Immunisation, infant
1
PENDAHULUAN penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), yaitu tuberkulosis,
Kesehatan Masyarakat lebih difteri, pertusis, campak, polio, tetanus
menekankan pada upaya promotif dan serta hepatitis B. Menurut Keputusan
preventif, selain itu program imunisasi Menteri Kesehatan RI Nomor
merupakan sub sistem dari system 1611/MENKES/SK/XI/2005, program
pelayanan imunisasi merupakan upaya pengembangan imunisasi mencakup satu
yang penting dalam mencegah penyakit kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga
kali imunisasi DPT-HB, empat kali
serta merupakan public good (barang
imunisasi polio, dan satu kali imunisasi
public) karena manfaatnya dapat dirasakan campak. Imunisasi BCG diberikan pada
langsung oleh seluruh masyarakat Bayi umur kurang dari tiga bulan;
pelayanan imunisasi sebagai salah upaya imunisasi polio pada Bayi baru lahir, dan
preventif untuk mencegah penyakit tiga dosis berikutnya diberikan dengan
melalui pemberian dan kekebalan tubuh jarak paling cepat empat minggu;
yang harus dilaksanakan sesuai dengan imunisasi DPT-HB pada Bayi umur dua
bulan, tiga bulan empat bulan dengan
standar, sehingga mampu memberikan
interval minimal empat minggu; dan
perlindungan kesehatan dan dapat imunisasi campak paling dini umur
memutus mata rantai penularan, yang sembilan bulan.2
dilakukan pada usia Bayi maupun pada
UNICEF menyebutkan bahwa di
orang dewasa.1
Indonesia rata-rata angka imunisasi hanya
Angka kematian bayi dan balita 72%. Artinya, angka di beberapa daerah
yang tinggi di Indonesia menyebabkan sangat rendah. Ada sekitar 2400 anak di
turunnya derajat kesehatan masyarakat. Indonesia meninggal setiap hari termasuk
Masalah ini mencerminkan perlunya yang meninggal karena sebab-sebab yang
keikutsertaan Pemerintah di tingkat seharusnya dapat dicegah seperti
nasional untuk untuk mendukung dan tuberkulosis, campak, pertusis, difteri dan
mempertahankan pengawasan program tetanus.Tidak semua Bayi dapat diketahui
imunisasi di Indonesia. Untuk terus status imunisasinya (missing). Hal ini
menekan angka kematian bayi dan balita, disebabkan beberapa alasan, yaitu ibu lupa
program imunisasi ini terus digalakkan anaknya sudah diimunisasi atau belum, ibu
Pemerintah Indonesia. Namun, ternyata lupa berapa kali sudah diimunisasi, ibu
program ini masih mengalami hambatan, tidak mengetahui secara pasti jenis
yaitu penolakan dari orang tua. Penolakan imunisasi, catatan dalam KMS/ buku KIA
orang tua dalam pemberian imunisasi ini tidak lengkap/tidak terisi, tidak dapat
dikarenakan anggapan yang salah yang menunjukkan karena hilang atau tidak
berkembang di masyarakat tentang disimpan oleh ibu.3
imunisasi, tingkat pengetahuan yang
Dengan demikian masih terdapat
rendah, dan kesadaran yang kurang
masalah dalam cakupan imunisasi.
terhadap imunisasi.1,2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Program imunisasi dilaksanakan di status imunisasi dasar pasien anak Bayi
Indonesia sejak tahun 1956. Kementerian pengunjung Puskesmas Paniki dan
Kesehatan melaksanakan Program Puskesmas Bahu Manado tahun 2015.
Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak
dalam upayamenurunkan kejadian
2
METODE
Berdasarkan tabel 2, Imunisasi BCG
Penelitian ini dilakukan di dua puskesmas merupakan imunisasi yang paling sering
Kota Manado yaitu puskesmas Paniki dan diberikan sebanyak 682 (94%) dari total
puskesmas Bahu. Desain penelitian yang Bayi dan DPT3-HB3 didapatkan
digunakan adalah deskriptif. Populasi persentase pemberian imunisasi terendah
target adalah seluruh Bayi di wilayah kerja 463 (66,0%) dari total Bayi.
puskesmas Paniki dan puskesmas Bahu Tabel 2. Gambaran Imunisasi Di
tahun 2015 yaitu terdapat 1189 Bayi. Puskesmas Paniki Bawah
Sampel diambil dari seluruh Bayi secara
purposive sampling. Subjek penelitian Persentase
Imunisasi Jumlah Bayi
yang memenuhi kriteria inklusi; seluruh (%)
Bayi yang melakukan imunisasi dasar. DPT1-HB1 520 74,1
Analisis univariat digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan DPT3-HB3 463 66,0
cakupan imunisasi dasar Bayi di Campak 656 93,4
puskesmas Paniki dan puskesmas Bahu.
BCG 682 94
3
Berdasarkan tabel 4, Imunisasi BCG Persentase
Imunisasi Jumlah Bayi
merupakan imunisasi yang paling sering (%)
diberikan sebanyak 463 (99,7%) dari total
DPT1-HB1 111 23,9
Bayi diwilayah kerja puskesmas Bahu,
diikuti polio 96,9%, campak 96,3%, DPT3-HB3 110 23,7
DPT1-HB1 dan DPT3-HB3 didapatkan Campak 447 96,3
persentase pemberian imunisasi terendah
BCG 463 99,7
yaitu, 111 (23,9%) dan 110 (23,7%) dari
total Bayi. Polio 450 96,9
Tabel 5. Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Menurut Jumlah Bayi dan Kelurahan Kerja
Puskesmas Paniki Bawah
IMUNISASI
4
Tabel 6. Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Menurut Jumlah Bayi dan Kelurahan Kerja
Puskesmas Bahu
IMUNISASI
Kelurahan Jumlah DPT1+HB1 DPT3+HB3 Campak BCG Polio
Bayi
n % n % n % n % n %
Winangun satu 116 19 16,3 15 12,9 112 96,5 108 93,1 108 93,1
Winangun dua 51 16 31,3 20 39,2 49 96,0 58 113,7 54 105,8
Batu Kota 55 16 29 14 25,4 53 96,3 60 109,0 54 98,1
Kleak 88 19 21,5 17 19,3 85 96,5 84 95,4 84 95,4
Bahu 154 41 26,6 44 28,5 148 96,1 153 99,3 150 97,4
Total 464 111 23,9 110 23,7 447 96,3 463 99,7 450 96,9
5
pentingnya imunisasi untuk buah hati atau balitanya, terdapat kepercayaan
mereka.2,5 didalam diri seseorang mengenai bayangan
akan dampak buruk yang akan terjadi
Hasil penelitian di wilayah kerja
setelah pemberian imunisasi, sehingga
puskesmas paniki bawah menunjukkan
dengan adanya kepercayaan tersebut dapat
masih ada jenis imunisasi yang
menimbulkan tradisi yang berakibat tidak
cakupannya masih di bawah 90% yaitu
diberikannya imunisasi pada bayi atau
DPT 1 dan hepatitis B 1 masing-masing
balitanya. Kurangnya informasi yang
74,1%, DPT 3 dan hepatitis B 3 masing-
didapat juga menyebabkan kurangnya
masing 66,0% dan Polio hanya mencapai
pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar
66,67%. Sedangkan hasil penelitian di
balita. Informasi akan memberi pengaruh
wilayah kerja puskesmas Bahu jenis
pada pengetahuan seseorang
imunisasi DPT 1 dan hepatitis B 1
mencapai 29,1%, DPT 3 dan hepatitis B 3 Tenaga kesehatan perlu
mencapai 23,7% dan polio mencapai memotivasi, memberikan penyuluhan yang
96,9%. Hasil ini berbanding terbalik efektif, dan memberikan info-info yang
dengan data RISKESDAS 2013 yang relevan mengenai pelayanan imunisasi
menunjukkan data DPT3 dan Hepatitis B3 dasar agar orang tua tidak merasa khawatir
mencapai persentase 83,3% dan polio terhadap anaknya setelah dilakukan
81,4% karena persentase imunisasi polio di tindakan imunisasi yang dapat
puskesmas paniki bawah hanya 66,67%. menyebabkan anak menjadi panas,
Hasil ini sesuai dengan data dari PPM-PL bengkak di tempat penyuntikan dll setelah
Departemen Kesehatan tahun 2004 kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).6
menunjukkan bahwa distribusi pencapaian
Hasil penelitian didapatkan data
cakupan DPT3 50-89% masih tampak imunisasi campak di wilayah kerja
hampir di setiap provinsi di Indonesia.2,3 puskesmas paniki mencapai 93,4% dan
Rendahnya angka imunisasi DPT puskesmas bahu mencapai 96,3%. Hasil
1+ Hepatitis B 1, DPT 3+ Hepatitis B 3 ini sesuai dengan data RISKESDAS 2013
dan Polio disebabkan karena berbagai bahwa persentase imunisasi dasar
alasan yang dikemukakan orang tua untuk khususnya imunisasi campak di Provinsi
tidak melengkapi imunisasi sebagian besar Sulawesi Utara yaitu 94,4%. Hasil ini juga
adalah anak sering sakit (misalnya demam sesuai dengandata dari PPM-PL
dan batuk/pilek), dan masih ada yang Departmen Kesehatan tahun 2004,
menyatakan karena cemas/takut dan tidak menunjukkan cakupan campak di Jakarta,
tahu sehingga menjadi penyebab Jawa Barat dan Maluku sudah > 90%
rendahnya cakupan imunisasi dasar sedangkan di Banten sudah > 80%.2,3
terutama di wilayah kerja puskesmas.3 Status imunisasi campak setiap
Menurut penelitian yang dilakukan individu akan berpengaruh terhadap
Adzaniyah dan Catharina menyatakan perlindungan kelompok dari serangan
bahwa tradisi juga berpengaruh terhadap penyakit campak di wilayah tersebut
kelengkapan imunisasi bayi, Hal ini dapat karena vaksinasi campak dapat menekan
terjadi karena di dalam tradisi yang tidak angka kesakitan penyakit campak. Oleh
terbiasa memberikan imunisasi pada bayi karena itu, imunisasi campak rutin pada
6
anak Bayi harus tetap dilakukan dengan kelengkapan imunisasi dasar di
metode yang lebih optimal, selain itu perlu Kelurahan Krembangan Utara.
adanya program-program tambahan seperti Jurnal Berkala Epidemiologi.
Catch Up Campaign Campak, Crash 2014.2:59-70.
program Campak dan imunisasi rutin 2. Balitbang Kemenkes RI. 2013.
tambahan pada anak kelas 1 SD yang Riset Kesehatan Dasar;
dikenal dengan istilah BIAS (bulan RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
imunisasi anak sekolah) campak. Kemenkes RI.
3. Juniatiningsih A, Soedibyo S.
Profil Status Imunisasi Dasar Bayi
SIMPULAN di Poliklinik Umum Department
Cakupan imunisasi dasar untuk Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
BCG dan campak sangat tinggi > 90% Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari
sedangkan cakupan imunisasi dasar untuk Pediatri. 2007;9:121-6.
DPT1+HB1, DPT3+HB3 dan polio masih 4. Karina A.N, Warsito B.
rendah <90%. Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Dasar Bayi. 2012;1:30-5.
SARAN
5. Dwiastuti P, Prayitno N. Faktor-
Diperlukan upaya dari Dinas faktor yang berhubungan dengan
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara bekerja pemberian imunisasi BCG di
sama dengan puskesmas terkait untuk
lebih memperhatikan cakupan imunisasi wilayah puskesmas UPT
dasar untuk Bayi dan Bayi di setiap Cimanggis Kota Depok Tahun
wilayah kerja puskesmas.Diharapkan 2010. 2013;5:36-41.
peran masyarakat terutama orang tua agar 6. Lestari R.I, Masruroh S. Hubungan
lebih peduli terhadap buah hati mereka pengetahuan ibu tentang imunisasi
untuk pemberian imunisasi sesuai jadwal dasar lengkap dengan praktek
yang diberikan agar dapat mencegah
imunisasi dasar lengkap Bayinya di
penyakit melalui imunisasi.Untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dilakukan wilayah kerja puskesmas Pegandon
penelitian dengan menggunakan variabel Kec Pegandon Kab. Kendal. Jurnal
lain yang tidak diteliti oleh peneliti namun 7. Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska
secara teori berhubungan imunisasi dasar. Kendal. 2012;2:1-14.
8. Nurani D.S, Ginanjar P, Dian L.
Gambaran Epidemiologi Kasus
DAFTAR PUSTAKA
Campak Di Kota Cirebon Tahun
1. Rahmawati A.I, Chatarina U.W. 2004-2011. JKM. 2012;1:293-30
Faktor yang mempengaruhi